Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Nama
: Susi Sugiarti
NIM
: 10.2008.046
Kelompok
: A-7
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan
kasih karunia dan rahmat-Nya, sehingga dapat terselesaikannya laporan presentasi kasus
dengan judul Laporan Kasus ISPA dan Hipertensi dengan Pendekatan Kedokteran
Keluarga. Laporan kasus ini saya susun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas
Skill-Lab Family Folder pada blok 26 Community Medicine.
Saya menyadari bahwa laporan ini dapat selesai berkat bantuan dan kerja sama dari
berbagai pihak. Untuk itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
2.
3.
4.
dan banyak kekurangan. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat
diharapkan penulis.
Akhir kata, semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan setiap
pembaca pada umumnya. Terima kasih.
Jakarta,
Juli 2011
Susi Sugiarti
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .......1
Kata Pengantar ......2
BAB I
Pendahuluan ...5
Laporan Kasus.........9
3.4
Patofisiologi
..............................
...19
3.5 Gejala Klinis ........................................................20
3.6 Penatalaksanaan............24
BAB IV
Penutup
.......................................
27
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 27
4.2 Saran ........................................................................................................................27
Daftar Pustaka28
Lampiran 29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ISPA merupakan penyakit yang sangat sering terjadi di masyarakat. Insidensinya
meningkat di seluruh dunia terutama pada anak-anak sehubungan dengan kemajuan industri
dan meningkatnya polusi. ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut,
istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris Acute Respiratory Infections (ARI).
Penyakit infeksi akut yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas
mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
Penyakit ISPA merupakan penyakit yang sering terjadi pada anak, karena sistem
pertahanan tubuh anak masih rendah. Kejadian penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia
diperkirakan 3 sampai 6 kali per tahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat
serangan batuk pilek sebanyak 3 sampai 6 kali setahun. Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni
infeksi, saluran pernafasan dan akut. Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya
bersifat ringan seperti batuk pilek dan tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik.
Tanpa pentalaksanaan yang optimal, perjalanan penyakit dapat menjadi berat contohnya anak
akan menderita pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat
mengakibat kematian. Karena itu dibutuhkan pengelolaan yang baik serta diusahakan
tindakan pencegahan penularan dan pemburukan penyakit.
Makalah ini dimaksudkan untuk mengemukakan uraian tentang aspek objektifitas dari
ISPA, diagnosis dan metoda pengelolaan yang perlu dilaksanakan. Mudah-mudahan dengan
uraian ini dapat lebih baik melaksanakan tindakan yang tepat dan terencana dalam
pengelolaan ISPA.
Selain penyakit di atas, adalah hipertensi. Hipertensi (tekanan darah tinggi) memang
perlu diwaspadai karena dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke. Saat ini umumnya
masih banyak gaya hidup masyarakat yang masih belum memahami tentang pentingnya
kesehatan. Mereka pada umumnya mengkonsumsi segala jenis makanan, seperti : makanan
tinggi lemak dan kolesterol tanpa diimbangi dengan olahraga atau aktifitas fisik untuk
membakar lemak dan gaya hidup yang salah, seperti : kebiasaan merokok dan minumminuman keras ataupun mengkonsumsi narkoba yang kesemuanya itu dapat menimbulkan
dampak yang buruk bagi kesehatan. Diantara masalah kesehatan tersebut akan
mengakibatkan timbulnya penyakit Hipertensi, Jantung, Ginjal dan sebagainya.
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka sistolik
(bagian atas) dan angka diastolik (bawah) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat
pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat
digital lainnya. Definisi hipertensi menurut WHO 1999 pada intinya sama namun
memasukkan kategori terpisah untuk hipertensi sistolik saja (sistolik 140 mmHg dan
diastolik < 90 mmHg). Populasi lansia cenderung menderita hipertensi sistolik lebih
tersendiri, yang secara jelas berkaitan dengan peningkatan risiko MI dan stroke. Nilai normal
tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal
dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan
darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka
pemeriksaan tekanan darah menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau
berolahraga. Tekanan darah ditentukan oleh dua hal, yakni jumlah darah yang dipompakan
oleh jantung dan tahanan (resistensi) pembuluh darah yang kecil-kecil pada tubuh. Selain itu,
banyak faktor lain yang memengaruhi nilai tekanan darah manusia, seperti usia, kegiatan,
suasana hati/perasaan, obat-obatan, perdarahan, infeksi atau penyakit-penyakit tertentu.
Berbagai penyakit masyarakat dapat ditangani oleh puskesmas antara lain salah
satunya adalah kasus yang saya terima adalah mengenai ISPA dan hipertensi. Puskesmas
merupakan unit pelayanan kesehatan yang letaknya berada paling dekat ditengah-tengah
masyarakat dan mudah dijangkau dibandingkan dengan unit pelayanan kesehatan lainya
(Rumah Sakit Swasta maupun Negeri). Fungsi Puskesmas adalah mengembangkan pelayanan
kesehatan yang menyeluruh seiring dengan misinya. Pelayanan kesehatan tersebut harus
bersifat menyeluruh atau yang disebut dengan Comprehensive Health Care Service yang
meliputi aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Prioritas yang harus
dikembangkan oleh Puskesmas harus diarahkan ke bentuk pelayanan kesehatan dasar (basic
health care services) yang lebih mengedepankan upaya promosi dan pencegahan (public
health service). Fungsi puskesmas menurut keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia
No.128/MENKES/SK/II/2004, adalah sebagai pusat penggerakan pembangunan berwawasan
kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam pembangunan kesehatan,
serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama.
6
Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan diatas maka diadakan kegiatan kunjungan
keluarga pada pasien ISPA melalui pendekatan kedokteran keluarga yang dilaksanakan pada
14 Juli 2011 di wilayah kerja Puskesmas Tomang. Dokter keluarga adalah dokter praktek
umum yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga. Pelayanan kedokteran keluarga
adalah pelayanan dokter praktek umum yang menerapkan prinsip-prinsip kedokteran keluarga
yaitu komprehensif, koordinatif,
memperlakukan pasien secara holistik, pasien adalah perseorangan yang dilihat sebagai
bagian integral dari keluarganya, dan menerapkan data kedokteran terkini. Dokter keluarga
merupakan dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang berorientasi komunitas
dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang penderita sebagai individu
yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga, dan tidak hanya menanti secara pasif,
tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka masalah yang dapat
dirumuskan adalah :
1. Faktor resiko apa saja yang ditemukan pada pasien
2. Evaluasi terapi dalam rangka pengobatan ISPA dan hipertensi
3. Mengetahui intervensi apa yang dapat dilakukan untuk menanganinya.
2. Tujuan khusus
Dengan melakukan kunjungan ke rumah salah seorang pasien ISPA dan hipertensi,
diharapkan kita dapat melakukan analisa kasus tersebut dengan pendekatan keluarga,
yakni:
-
Usaha bersama dan kontinu antara dokter (klinik/RS) dengan pasien dan
lingkungannya (dirumah dan tempat kerja).
Pasien dapat menjalani kehidupan sehari-hari dalam tingkat optimal, terbebas dari
serangan akut yang membahayakan.
BAB II
LAPORAN KASUS
Puskesmas
Nomor register
:-
Identitas pasien :
a. Nama
: Nuraini
b. Umur
: 65 tahun
c. Jenis kelamin
: Perempuan
d. Pekerjaan
: Pensiun
e. Pendidikan
II.
III.
: SMP (tamat)
f. Alamat
g. Telepon
: 021 56965114
: Baik
b. Kebersihan perorangan
: Baik
: Batuk, pilek
d. Penyakit keturunan
: Tidak ada
: Tidak ada
: Tidak ada
g. Pola makan
: Baik
h. Pola Istirahat
: Kurang
: 8 orang
Psikologi keluarga :
a. Kebiasaan buruk
:-
b. Pengambilan keputusan
: Keluarga
c. Ketergantungan obat
:-
e. Pola rekreasi
: Baik
9
IV.
V.
VI.
VII.
Jenis bangunan
: Permanen
b.
Lantai rumah
: Keramik
c.
Luas rumah
: 120 x 100 m2
d.
Penerangan
: Baik
e.
Kebersihan
: Sedang
f.
Ventilasi
: Sedang
g.
Dapur
: Ada
h.
Jamban keluarga
: Ada
i.
j.
: Tidak
k.
Pemanfaatan pekarangan
: Tidak
l.
: Ada
m.
: Ada
n.
Sanitasi lingkungan
: Kurang
: Air tanah
Spritual keluarga :
a. Ketaatan beribadah
: Baik
: Kurang
: Sedang
: Baik
: Baik
: Baik
e. Keadaan ekonomi
: Sedang
Kultural keluarga :
a. Adat yang Berpengaruh : Jawa - Betawi
b. Lain-lain
:-
10
VIII.
Ibu
Hub.
Umur
dgn KK
(th)
Mertua
65
Pendidikan
SMP
Nurarini
Bapak
Pekerjaan
Ibu Rumah
Agama
Islam
Tangga
KK
51
SMP
Wiraswata
Kead.
Kead.
Imunisasi
KB
Keterangan
Kes.
Gizi
Sedang
Baik
IUD
Baik
vasektomi
Sakit
Islam
Baik
M.Taufiq
Ibu
kota
Istri
44
SMP
Hetty
Ibu rumah
Islam
Kurang
Baik
IUD
tangga
Menjaga
seorang ba
Yulianti
berusia 7 bu
Dimas
Anak
22
SMA
Mekanik
Islam
Baik
Baik
Lengkap
Dini
Anak
20
SMA
Administrasi
Islam
Baik
Baik
Lengkap
Dikna
Anak
15
SMP
pelajar
Islam
Baik
Baik
Lengkap
Dika
anak
11
SMP
pelajar
Islam
Baik
Baik
Lengkap
ponakan
7 bln
Islam
Kurang
Baik
Belum
Nazwa
kerja dilu
lengkap
3.9 Anamnesis
A. Keluhan utama
: disangkal
Riwayat hipertensi
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
F. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos menti
Tanda-tanda vital
Tekanan darah
Frekuensi nadi
: 60 x/menit
12
Frekuensi napas
: 27 x/menit
Suhu
: afebris
BB
: 63 kg
Pemeriksaan umum :
Kepala
: Normosefali
Mata
Hidung
Telinga
Leher
Paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
G. Diagnosis Penyakit :
ISPA bukan pneumonia (karena virus)
H. Diagnosis Keluarga :
Dalam keluarga pasien, status kesehatan keluarga pasien yang lainnya baik.
I. Anjuran Penatalaksanaan Penyakit :
a.
Promotif :
pengobatan perawatan dengan biaya yang rendah di Puskesmas
13
penyuluhan tentang kepentingan gaya hidup sehat, pola makanan yang sehat, sanitasi
dan kebersihan lingkungan, persyaratan rumah sehat, imunisasi lengkap dan
kewaspadaan terhadap gejala-gejala dari suatu penyakit.
b.
Preventif :
menjalankan pola atau gaya hidup yang sehat dengan mengkonsumsi makanan empat
sehat lima sempurna, menghindari rokok/asap rokok, berolahraga, menghindari stres,
kebersihan dan sanitasi keluarga sering di perhatikan, istirahat yang cukup,
pemeriksaan kesehatan yang berkala, menghindari dan melindungi diri dari penularan
suatu penyakit.
c.
Kuratif
obat symptomatis untuk melegakan keluhannya. Antibiotik hanya jika perlu. Bisa juga
diobati dengan obat tradisional seperti daun jeruk nipis dan daun sirih untuk keluhan
batuk-batuk. Harus dapatkan istirahat yang cukup dan makanan dengan gizi tinggi.
d.
J. Prognosis :
a. Penyakit :
Prognosis pasien terhadap penyakit ISPA yang dideritanya baik. Untuk penyakit
hipertensi yang diderita pasien, bila pasien teratur meminum obat yang diberikan dan
selalu memeriksa tekanan darahnya ke Puskesmas secara teratur, dan didukung dengan
pola hidup sehat yang baik maka prognosis penyakit pasien adalah baik (dubia et
bonam).
b. Keluarga :
14
Baik. Adanya hubungan yang baik antar anggota keluarga pasien serta keluarga yang
sangat mendukung kesehatan pasien dapat membuat suasana keluarga yang sehat
jasmani dan rohani dan prognosisnya baik untuk pasien maupun keluarganya.
c. Masyarakat :
Baik. Adanya hubungan sosial yang baik antar masyarakat di tempat pasien tinggal yang
sangat mendukung kesehatan pasien dapat membesarkan hati pasien untuk mengontrol
penyakitnya. Prognosisnya dubya ad bonam untuk pasien maupun masyarakat.
3.10 Resume
Telah diperiksa seorang pasien wanita berusia 44 tahun, BB 66kg telah menikah
dan mempunyai anak dengan keluhan utama batuk pilek selama lebih dari 1 minggu.
O.s menyatakan sebelum timbul keluhannya itu, seorang anak dan ponakannya juga
mengidap keluhan yang sama, tetapi telah membaik setelah di bawa berobat ke klinik
24 jam. Dia menduga bahwa keluhan batuk pileknya itu berhubung dengan debu-debu
dari pekerjaan perbaikan bangunan rumahnya sejak seminggu lalu. O.s juga
menyatakan dia sering pusing mungkin karena gejala dari hipertensi yang dideritanya
sebelum ini.
BAB III
15
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan atas. Yang benar
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernapasan Akut. ISPA meliputi
saluran pernapasan bagian atas dan saluran pernapasan bagian bawah. ISPA adalah
infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud
dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung
paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan
selaput paru.
2.2 Klasifikasi
ISPA
Program Pemberantasan Penyakit (P2) ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan,
yaitu pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya
penyakit yaitu pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti
rinitis, faringitis, tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan
sebagai bukan pneumonia.
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
Hipertensi
Berdasarkan penyebab dikenal dua jenis hipertensi, yaitu :
16
Hipertensi primer (esensial) Adalah suatu peningkatan persisten tekanan arteri yang
dihasilkan oleh ketidakteraturan mekanisme kontrol homeostatik normal, Hipertensi
ini tidak diketahui penyebabnya dan mencakup 90% dari kasus hipertensi.
Hipertensi sekunder Adalah hipertensi persisten akibat kelainan dasar kedua selain
hipertensi esensial. Hipertensi ini penyebabnya diketahui dan ini menyangkut 10%
dari kasus-kasus hipertensi.
Hipertensi campuran (sistolik dan diastolik yang meninggi) yaitu peningkatan tekanan
darah pada sistolik dan diastolik.
The Sixth Report of the Joint National Committee on Detection, Evaluation, and Treatment of
High Blood Pressure (JNC VI) mendefinisikan tekanan darah tinggi pada orang dewasa
sebagai berikut :
Kategori
Optimal
Normal
Tinggi Normal
Hipertensi
Tahap 1 (ringan)
Tahap 2 (sedang)
Tahap 3 (berat)
Sistolik (mmHg)
<120
<130
130-139
Diastolik (mmHg)
<80
<85
85-89
140-159
160-179
180
90-99
100-109
110
2.3 Etiologi
ISPA
Virus merupakan penyebab tersering dari ISPA (90%), sedangkan sisanya (10%)
oleh bakteri. Virus penyebab yang sering yaitu yaitu virus Influenza A dan B,
17
2.4 Patofisiologi
ISPA
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkhus dilapisi oleh membran mukosa
bersilia, udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan dilembabkan.
Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan
partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong
lapisan mukosa ke posterior ke rongga hidung dan ke arah superior menuju faring.
Secara umum efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat
menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti
sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar.
18
Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan
rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan
menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat
dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran
pernafasan.
Hipertensi
Teori terkini mengenai hipertensi :
o Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis (SNS)
1. Respons maladaptive terhadap stimulasi saraf simpatis.
2. Perubahan gen pada reseptor ditambah kadar katekolamin serum yang menetap.
o Peningkatan aktivitas sistem rennin-angiotensin-aldosteron (RAA)
1. Secara langsung menyebabkan vasokonstriksi tetapi juga meningkatkan aktivitas SNS
dan menurunkan kadar prostaglandin vasodilator dan oksida nitrat.
2. Memediasi kerusakan organ akhir pad jantung (hipertrofi), pembuluh darah, dan
ginjal.
3. Memediasi remodeling arteri (perubahan struktural pada dinding pembuluh darah)
o Defek pada transport garam dan air
1. Gangguan aktivitas peptida natriuretik otak, peptida natriuretik atrial, adrenomedulin,
urodilatin, dan endotelin.
2. Berhubungan dengan asupan diet kalsium, magnesium, dan kalium yang rendah.
2.5 Gejala Klinis
Anamnesis dapat ditemui adanya demam, nyeri kepala, nyeri otot selama 3-4 hari
diikuti dengan batuk. Pada awalnya batuk bersifat kering dan keras, kemudian berkembang
menjadi batuk yang produktif, dahak bisa jernih atau pululen. Batuk biasanya berlangsung 710 hari, tetapi dapat juga berlangsung samnpai 3 minggu. Pada anak kecil, usaha untuk
mengeluarkan dahak yang lengket dan kental dapat merangsang muntah, pada anak yang
lebih tua keluhan utama dapat berupa batuk produktif, nyeri dada pada keadaan yang lebih
berat. Pada umumnya gejala akan menghilang dalam 10-14 hari. Bila gejala dan tanda klinis
menetap sampai 2-3 minggu, perlu dicurigai adanya proses kronis atau terjadi infeksi bakteri
sekunder.
19
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada stadium awal biasanya tidak khas. Dapat ditemukan adanya
demam, gejala rinitis sebagai manifestasi pengiring, atau faring hiperemis. Sejalan dengan
perkembangan serta progresivitas batuk, pada auskultasi dada dapat terdengar ronki,
wheezing, ekspirium diperpanjang atau tanda obstruksi lainnya. Bila lendir banyak dan tidak
terlalu lengket akan terdengar ronki basah.
Pemeriksaan penunjang
Tidak ada pemeriksaan penunjang yang memberikan hasil definitif untuk diagnosis
bronkitis. Pemeriksaan kultur dahak diperlukan bila etiologi bronkitis harus ditemukan untuk
kepentingan terapi. Hal ini biasanya diperlukan pada bronkitis kronis. Pada bronkitis akut
pemeriksaan ini tidak berarti banyak karena sebagian besar penyebabnya adalah virus.
Pemeriksaan radiologis biasanya normal atau tampak corakan bronkial meningkat.
Pada beberapa penderita menunjukkan adanya penurunan ringan uji fungsi paru. Akan tetapi
uji ini tidak perlu dilakukan pada penderita yang sebelumnya sehat. Jika dicurigai adanya
asma sebagai penyakit yang mendasari, uji fungsi paru perlu dipertimbangkan untuk
dilakukan.
Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan
dan gejala-gejala yang ringan. Dalam perjalanan penyakit mungkin gejala-gejala menjadi
lebih berat dan bila semakin berat dapat jatuh dalam keadaan kegagalan pernapasan dan
mungkin meninggal. Bila sudah dalam kegagalan pernapasan maka dibutuhkan
penatalaksanaan yang lebih rumit, meskipun demikian mortalitas masih tinggi, maka perlu
diusahakan agar yang ringan tidak menjadi lebih berat dan yang sudah berat cepat-cepat
ditolong dengan tepat agar tidak jatuh dalam kegagalan pernapasan.
Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda laboratoris.
Tanda-tanda klinis :
20
Pada sistem respiratorik adalah tachypnea, napas tak teratur (apnea), retraksi dinding
thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang, grunting
expiratoir dan wheezing.
Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung, papil
bendung, kejang dan coma.
Tanda-tanda laboratoris :
hypoxemia,
hypercapnia dan
22
c. Faringitis fungal
Candida dapat tumbuh di mukosa rongga mulut dan faring. Gejala dan tanda keluhan
nyeri tenggorok dan nyeri menelan. Pada pemeriksaan tampak plak putih di orofaring
dan mukosa faring lainnya hiperemis. Pembiakan jamur ini dilakukan dalam agar
Sabouroud dextrosa.
3. Asma
Asma merupakan penyakit saluran nafas yang ditandai oleh penyempitan bronkus
akibat adanya hiperreaksi terhadap sesuatu perangsangan langsung ataupun tidak
langsung. Tanpa pengelolaan yang baik penyakit ini akan mengganggu kehidupan
penderita sehari-hari dan penyakit akan cenderung mengalami peningkatan dan dapat
menimbulkan komplikasi ataupun kematian.
Gejala asma :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Hipertensi
Biasanya tidak bergejala pada stadium awal. Bila TD meningkat secara akut, pasien
dapat mengalami epistaksis, sakit kepala, penglihatan kabur, tinnitus, pusing, defisit
neurologis transien atau angina. Bila perkembangan gejala lebih lambat, pasien dapat datang
dengan gejala yang berhubungan dengan kerusakan organ akhir, seperti gagal jantung
kongestif, stroke, gagal ginjal, atau retinopati.
2.6 Penatalaksanaan
ISPA
Penemuan dini penderita dengan penatalaksanaan kasus yang benar merupakan strategi
untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena pneumonia dan
turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan
penyakit ISPA).
23
Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan
sebagainya.
Immunisasi.
24
Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung dengan sapu tangan
yang bersih
Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis tidak terlalu ketat.
Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila anak tersebut masih
menetek
Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk
nipis sendok teh dicampur dengan kecap atau madu sendok teh , diberikan
tiga kali sehari.
Hipertensi
Pada dasarnya penatalaksanaan atau pengobatan hipertensi meliputi terapi
farmakologik dan non farmakologik. Terapi non farmakologi antara lain dengan
mengubah pola hidup antara lain dengan mengurangi asupan garam, alkohol, rokok,
menurunkan berat badan, melakukan olah raga secara teratur, mengendalikan stress dan
emosi. Dan terapi farmakologik ditentukan oleh jenis hipertensi berdasarkan faktor
resiko.
Pilihan obat :
Indikasi tertentu : Inhibitor ACE, penghambat reseptor, Angiostensin II, alfa bloker,
beta bloker, antagonis Ca, diuretic.
25
BAB IV
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi pada satu bagian
atau lebih saluran napas mulai dari hidung sampai paru-paru dan berlangsung dalam
kurun waktu kurang dari 3 minggu.
ISPA merupakan penyakit menular. Sebagian besar ISPA bersifat ringan, disebabkan
oleh infeksi virus, dan dapat sembuh sendiri (self-limited diseases). Namun ISPA juga
dapat menjadi berat dan menyebabkan kematian. Oleh karena itu kita perlu memahami
dan menangani ISPA dengan baik. Kita juga perlu mengetahui tanda-tanda
kegawatdaruratan pada ISPA sehingga pasien tidak terlambat mendapatkan penanganan di
rumah sakit.
5.2 Saran
a) Puskesmas
Diharapkan dapat lebih sering melakukan pendekatan kepada masyarakat melalui
penyuluhan-penyuluhan dalam usaha promotif dan preventif kesehatan masyarakat
khususnya penyakit yang tergolong kronis dan berat.
b) Pasien
Membicarakan masalahnya kepada orang terdekat atau orang yang dipercaya, sehingga
mengurangi beban pikirannya.
Berusaha untuk lebih memahami penyakit yang dideritanya dan tetap menjaga
kesehatan melalui pola hidup sehat dan minum obat secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brashers V.L. Aplikasi Klinis Patofisiologi Pemeriksaan & Manajemen. Ed.2 . Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2008.h.1-3.
2. Price S.A, Wilson LM, editors. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.
3. Harrison. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Ed.13. Jakarta : Penerbit Buku
kedokteran EGC; 2000.(3).h.576-82.
4. Sudoyo Aru W, Setiyohadi Bambang, Alwi Idrus, et al. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam.
Ed.4. Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.
5. Mansjoer Arif, Triyanti Kuspuji, Savitri Rakhmi, et al. Kapita Selekta Kedokteran. Ed.3.
Jilid I. Jakarta : Penerbit Media Aesculapius FKUI; 2001.h.118,125.
27
LAMPIRAN (GAMBAR)
mencuci pakaian
28
29