Professional Documents
Culture Documents
DASAR
MATRIKULASI
PROGRAM PASCA
SARJANA
S2-TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS
TADULAKO
TEAM DOSEN
KEAIRAN
AGUSTUS 2014
Air di udara
0.001%
Air Tanah
0.72%
Es & salju
1.75%
Vol. total
sekitar 1.4 milyar
km3
Air laut
Diperlukan upaya
97.5%
bersama untuk
mempertahankan
keberadaannya untuk
kelangsungan
Sumber: Comprehensive Assessment of the Freshwater Resources of the World: WMO
DAUR HIDROLOGI
SIKLUS HIDROLOGI
Siklus hidrologi adalah pergerakan air di bumi berupa cair, gas, dan padat baik
proses di atmosfir, tanah dan badan-badan air yang tidak terputus melalui proses
kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.
Pemanasan air samudera oleh sinar matahari merupakan kunci proses siklus
hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu.
Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk air, es, atau
kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi
kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman
sebelum mencapai tanah. Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus
bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda
Evaporasi / transpirasi - Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman,
dsb. kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan
menjadi awan.
Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi
bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan,
salju, es.
Infiltrasi / Perkolasi ke dalam tanah - Air bergerak ke dalam tanah melalui celahcelah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak
akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal di
bawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air
permukaan.
Air Permukaan - Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama
dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah,
maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat
biasanya pada daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan
membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar
daerah aliran sungai menuju laut.
infiltrasi
Aliran permukaan
perlokasi
Aliran antara
Muka air tanah
Aliran air tanah
HUJAN WILAYAH
Pengukuran yang diperoleh dari masing-masing pengukur
hujan merupakan data hujan lokal (point rainfall)
Cara menentukan curah hujan daerah :
a. Cara Tinggi Rata-rata (aritmetic mean)
Mengambil harga rata-rata hitung dari penakaran curah
hujan
Ri = 1/x (R1 + R2 + .....+ Rx)
R1
R3
R2
Cara Thiessen
1
A4
A1
4
A3
A5
A7
A6
7
6
Dimana :
Ri
R1, R2, ..Rx = curah hujan ditiap titik pengamatan dan x adalah jumlah titik
pengamatan
A1, A2, Ax
Cara Isohiet
Peta Isohiet digambar pada peta topografi dengan interval 10 sampai 20 mm
berdasarkan data curah hujan pada tiap titik pengamatan di dalam dan sekitar daerah yang
dimaksud. Luas bagian daerah antara dua garis Isohiet yang berdekatan diukur dengan
planimeter. Demikian pula harga rata-rata dari garis-garis Isohiet yang berdekatan yang
termasuk bagian-bagian daerah tersebut dapat dihitung. Sehingga curah hujan daerah
dapat dihitung dengan rumus :
Ri =
A1 (
R R3
R Rx
R1 R 2
) A2 ( 2
) ... Ax ( x 1
)
2
2
2
A1 A2 ... Ax
Dimana :
Ri
garis Isohiet
A2
A3
A1
R3
EVAPOTRANSPIRASI
Evapotranspirasi adalah perpaduan dua proses yakni evaporasi dan transpirasi.
Evaporasi adalah proses penguapan atau hilangnya air dari tanah dan badan-badan air
(abiotik), sedangkan transpirasi adalah proses keluarnya air dari tanaman (boitik)
akibat proses respirasi dan fotosistesis.
Kombinasi dua proses yang saling terpisah dimana kehilangan air dari permukaan tanah
melalui proses evaporasi dan kehilangan air dari tanaman melalui proses transpirasi
disebut sebagai evapotranspirasi (ET).
Evapotranspirasi ditentukan oleh banyak faktor yakni:
a. Radiasi surya (Rd): Komponen sumber energi dalam memanaskan badan-badan air, tanah
dan tanaman. Radiasi potensial sangat ditentukan oleh posisi geografis lokasi,
b. Kecepatan angin (v): Angin merupakan faktor yang menyebabkan terdistribusinya
air yang telah diuapkan ke atmosfir, sehingga proses penguapan dapat berlangsung terus
sebelum terjadinya keejenuhan kandungan uap di udara,
c. Kelembaban relatif (RH): Parameter iklim ini memegang peranan karena udara
memiliki kemampuan untuk menyerap air sesuai kondisinya termasuk temperatur
udara dan tekanan udara atmosfit
d. Temperatur: Suhu merupakan komponen tak terpisah dari RH dan Radiasi. Suhu ini dapat
berupa suhu badan air, tanah, dan tanaman ataupun juga suhu atmosfir. Proses
terjadinya evaporasi dan transpirasi pada dasarnya akibat adanya energi yang
disuplai oleh matahari baik yang diterima oleh air, tanah dan tanaman
- Atmometer Livingstone
Merupakan bola porselin berpori diisi dengan air untuk
memberikan muka evaporasi.
Panci
Evaporasi
Mengambang di air
Prinsip Pengukuran
Penguapan
Penguapan diukur dengan panci penguapan Type A yang
merupakan standar pengukuran yang disarankan untuk
digunakan oleh World Meteriological Organization.
Penguapan netto diperoleh dengan cara menambah dan
mengambil air dari panci penguapan yang berbentuk silinder
dengan tujuan agar muka air didalam tabung penenang tetap
sama tinggi dengan titik tinggi pedoman (fixed point).
Alat-Alat dan Bahan
Tangki penguapan Type A merupakan suatu wadah yang
berbentuk silinder yang memiliki tinggi 25 cm, diameter dalam
120.7 cm.
Terbuat dari besi yang digalvanisir atau baja monel yang
dilengkapi dengan tabung penenang yang terbuat dari pipa besi
diameter 3 inci dengan tinggi 20 cm .
Didalamnya diisi besi runcing untuk menentukan titik tinggi
pedoman dalam mengukur posisi air didalam panci penguapan.
Dalam panci penguapan diisi air hingga mencapai ketinggian 5
cm di bawah bibir panci (rim) dan diharuskan tidak boleh lebih
dari 7,5 cm di bawah bibir panci (rim).
Panci penguapan ini diletakkan di atas punggung kayu dengan
ketinggian 15 cm dari dasar tanah dengan tujuan untuk
memberikan sirkulasi udara di bawah panci.
Gambar Panci
Evaporasi
1
Mengukur radiasi
Matahari
Pada stasiun pencatat meteorologi dilengkapi dengan
radiometer untuk mengukur gelombang pendek radiasi
yang masuk dari matahari/angkasa dan radiasi netto yang
dipantulkan.
Radiasi yang dipantulkan merupakan penjumlahan dari
radiasi gelombang pendek dan gelombang panjang
Mengukur Kecepatan Angin
Kecepatan angin diukur dengan anemometer, sedang arah
angin dengan kipas (wind vane)
Rumus empiris antara kecepatan angin dengan ketinggian :
(u/uo)=(z/zo)0,15
Dimana :
uo = kecepatan angin pada ketinggian z o
u = kecepatan angin pada ketinggian z yang lebih besar
dari zo
z
Mengukur Kelembaban
Udara
Udara dapat menyerap air dalam bentuk uap air
Makin tinggi suhu udara makin banyak uap air yang dapat
diserap
Uap air menghasilkan tekanan yang besarnya 1 bar = 10 5 N/m2
Kelembaban relatif dirumuskan :
h = ea / es
Mengukur suhu
Suhu dicatat dengan termometer yang ditempatkan dalam
sangkar yang diberi ventelasi dan diletakkan 1,2 m di atas
permukaan tanah
1.
2.
3.
4.
5.
0
ET0 o 1.62
dengan persamaan
I
T
= Temperatur udara (0C/bulan)
I
= Indeks panas tahunan
a dan c = Koefisisien yang tergantung pada lokasi studi
Metode BlaneyCriddle
Langkah-langkah perhitungan dengan metode ini adalah
1. Dari data temperatur rata-rata (0C/bulan)
2. Hitung nilai (p) dengan persamaan :
P = j / J . 100
Metode Penman
Modifikasi
Prosedur perhitungan metode Penman-modifikasi :
1. Data yang dibutuhkan :
a) Temperatur udara (oC)
b)Kelembaban udara relatif. (%).
c)Kecepatan angin (m/dt)
d)Durasi matahari
e) Menentukan elevasi daerah dan tekanan atmosfir.
2. Menentukan fungsi kecepatan angin, F(u) = 0,27 (1 + U/100)
3. Menentukan defisit tekanan uap
a)Tekanan uap jenuh (es)
Tekanan uap jenuh diperoleh berdasarkan fungsi
temperatur udara yang terjadi
b) Menentukan tekanan uap aktual, ea = es . (RH/100)
c) Menentukan defisit tekanan uap (es ea).
7.
Menentukan evapotranspirasi
= albedo
CROPWAT 8
FOR
WINDOW
TUGAS KE-1
ANALISA EVAPOTRANSPIRASI
METODA PENMAN MODIFIKASI
PENMAN MONTEITH
EVAPOTRANSPIRASI PENMAN
MONTEITH
DENGAN DATA YANG SAMA DIUBAH
KOORDINATNYA SAJA.
ANALISA HASILNYA
PERTEMUAN KE-2
MATRIKULASI
PROGRAM PASCA
SARJANA
S2-TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS
TADULAKO
Bentuk DAS
DAS yang mempunyai bentuk lebar akan menunjukkan ciri debit aliran puncak
lebih besar daripada debit aliran puncak pada DAS yang memanjang. Pada DAS
yang berbentuk memanjang, waktu untuk terjadinya akumulasi aliran penuh
akibat curah hujan akan lebih lama, sehingga bentuk hidrograf cenderung akan
lebih landai dengan waktu terjadinya debit puncak lebih besar.
Luas DAS
Debit puncak untuk setiap satuan
DAS akan lebih besar pada DAS
dengan luas kecil. Hal ini dapat
disebabkan faktor losses dan reduksi
yang umumnya lebih besar pada DAS
yang luas. Misal akibat adanya danau
atau rawa.
Topografi
Pada DAS dengan
kemiringan tanah dan
alur sungai yang besar
akan menunjukkan ciri
debit puncak yang
besar. Hal ini
disebabkan proses
pengatusan aliran
permukaan yang lebih
cepat akibat kemiringan
yang besar tersebut.
Geologi
Tataguna lahan
Faktor tataguna lahan pada DAS memberikan
pengaruh cukup dominan. Macam penggunaan
lahan akan sangat menentukan besarnya losses
akibat infiltrasi dan besarnya koefisien limpasan
permukaan.
Perubahan tataguna lahan dapat menyebabkan
perubahan nilai koefisien limpasan permukaan
(koefisien aliran) dan kerapatan jaringan kuras.
Sebagai contoh pada DAS yang semula sebagian
besar berupa hutan dan persawahan, kemudian
berubah menjadi lahan pemukiman, akan
menunjukkan ciri perubahan debit puncak aliran
banjir menjadi meningkat.
Curah Hujan
Rancangan
i 1
Sx =
(x
i 1
xo )
n 1
3. Menghitung
parameter-parameter
statistik,
yang
meliputi
koefisien
xo
(n 1) (n 2) Sx
Ck =
Cv =
xo
(n 1) (n 2) (n 3) Sx
Sx
xo
4. Dengan melihat harga Cs, Cv, dan Ck sehingga dapat ditentukan distribusi
frekuensi mana yang akan digunakan.
DEBIT BANJIR
RANCANGAN
Metode Rasional
Asumsi-asumsi :
1. Debit pengaliran Q yang diakibatkan oleh curah hujan dengan intensitas
tersebut berlangsung selama waktu tiba banjir.
2. Debit aliran maksimum (Qmak) yang diakibatkan oleh curah hujan dengan
intensitas I, dan berlangsung selama waktu tiba banjir, mempunyai hubungan
linier dengan intensitas hujan I.
3. Peluang terjadinya debit maksimum sama dengan peluang terjadinya intensitas
hujan untuk waktu tiba banjir.
4. Koefisien pengaliran yang sama digunakan pada curah hujan untuk setiap
peluang.
5. Koefisien pengaliran yang sama digunakan pada semua curah hujan
yang terjadi di suatu daerah aliran.
Rumus
Rasional
Q = 0,278. C.i.A
Dimana :
Q = debit rancangan dengan kala ulang T tahun, m 3/dt
C = koefisien pengaliran
i = intensitas hujan dengan kala ulang T tahun, mm/jam
A = luas daerah pengaliran, km 2
Untuk menghitung debit banjir rancangan dengan Metode
Rasional digunakan beberapa komponen yaitu : waktu tiba
banjir (Tc), intensitas curah hujan (i) dan koefisien limpasan
(C)
Intensitas
Hujan
Intensitas hujan adalah ketinggian
R 24 24
24 x t
2/3
Dimana :
i = intensitas hujan ( mm/jam)
R24 = hujan harian maksimum (mm)
t = lama hujan (jam)
Disini hujan harian maksimum dipakai hujan rancangan
berdasarkan kala ulang tertentu, dengan demikian intensitas hujan
yang didapat juga berdasarkan kala ulang tertentu.
Koefisien
Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah suatu besaran yang didasarkan
pada keadaan daerah pengaliran dan karakteristik hujan
di daerah tersebut.
Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya
koefisien
pengaliran :
Keadaan hujan
Luas dan bentuk daerah aliran
Kemiringan daerah aliran dan kemiringan dasar
sungai
Daya infiltrasi dan perkolasi tanah
Kebasahan tanah
Suhu dan angin
Daya tampung palung sungai dan daerah sekitarnya.
Metode Weduwen
Metode ini digunakan untuk menghitung debit banjir rancangan pada Daerah Aliran
Sungai (DAS) dengan luas kurang dari 100 km2
Adapun langkah-langkah perhitungannya adalah :
1. Taksir harga tc
2. Menghitung koefisien reduksi (), dengan persamaan :
120 A t 1 / t 9
120 A
R
67,65
x
240 tc 1,45
4,10
. Rn 7
Lanjutan
7. Kontrol nilai tc taksiran dengan nilai Tc hasil perhitungan, jika
nilai yang diperoleh tidak sama, maka perhitungan diulangi (nilai tc
ditaksir kembali) sampai nilai tc taksiran dengan nilai Tc yang
diperoleh dari hasil perhitungan sama.
Keterangan :
Q
= debit banjir rancangan dengan periode ulang n tahun,
m3/detik
= koefisien limpasan
A
= luas daerah pengaliran sungai, km 2
L
= panjang sungai, km
I = kemiringan sungai
R = curah hujan dengan periode ulang n tahun.
= koefisien reduksi
Tc = waktu konsentrasi (tiba banjir), jam
Rn= curah hujan maksimum, m3/dt/km2
Metode Melchior
Metode
H
0,9xL
1970
3960 1720. 1
1 0,12
Lanjutan
7. Menghitung kecepatan aliran (V) dengan persamaan :
V = 1,31 x (Qo x I2)0,2 x (/0,52)0,2
8. Menghitung waktu tiba banjir (Tc) dengan persamaan :
Tc =
9.
10xL
36xV
10xxR
36xTc
11. Mengontrol nilai R1 = RT , jika nilainya tidak sama diulang mencoba nilai R1
12. Menghitung
debit
banjir
menggunakan persamaan :
QT =
xRxR T xA
200
rancangan
berdasarkan
kala
ulang dengan
Lanjutan
Dimana :
= debit banjir rancangan (m3/detik)
QT
H = beda elepasi antara titik yang dimaksud dan titik pada 0,9 L.
Tabel Presentasi 2 untuk hujan kurang dari 24 jam pada
luas ellips (nF) terhadap hujan makssimum sehari
NF
(km2)
0
1
44
2
64
3
80
16
96
20
98
24
100
10
37
57
70
80
82
84
87
90
91
95
97
100
50
29
45
57
66
70
74
79
83
88
94
96
100
300
20
33
43
52
57
61
69
77
85
93
95
100
12
23
32
42
50
54
66
74
83
92
94
100
Metode Haspers
Prosedur perhitungannya adalah :
1. Menentukan besarnya koefisien pengaliran :
1 0,012 A 0,7
1 0,075 A 0,7
12
Tc 2 15
r
3,6 . Tc
Tc R
Tc 1 0,0008 260 R 2 Tc
Tc . R
Tc 1
HIDROGRAF SATUAN
PERUBAHAN IKLIM
Perubahan iklim baru dapat diketahui setelah periode waktu
yang panjang, para ahli klimatologi menggunakan istilah
kecenderungan iklim (climatic trend).
Untuk mengetahui perubahan iklim diperlukan pemodelan
iklim dengan beberapa alasan diantaranya (LAPAN, 2009):
Keadaan planet bumi yang berubah sepanjang sejarah,
misalnya awal musim hujan atau kemarau yang bergeser
Model statistik atau empiris belum mampu memenuhi
kebutuhan perkiraan perubahan musim atau iklim yang
diperlukan, misalnya dalam bidang pertanian
Model statistik atau empiris juga belum sepenuhnya
memperhitungkan pengaruh kegiatan manusia yang juga
turut berperan dalam perubahan iklim.
S=
sgn( X
k 1 j k 1
Xk )
s= n(n 1)(2n 5) / 18
(2.7)
Dimana Xj dan Xk adalah data nilai data j dan k, j > k
(2.5)
(2.6)
dimana j > k
TUGAS KE-2
ANALISA PERUBAHAN IKLIM METODE
MAKESENS
58