You are on page 1of 6

FERMENTASI ETANOL

A. Tujuan
1. Mengetahui proses fermentasi etanol oleh Saccharomyces cereviceae
2. Mengetahui pengaruh jumlah glukosa terhadap jumlah etanol yang
dihasilkan
3. Menghitung jumlah etanol yang terbentuk dari hasil fermentasi
B. Dasar Teori
Kebutuhan energi
pertambahan

dunia akan terus

penduduk

dan

meningkat sejalan dengan

pertumbuhan

ekonomi.

Peningkatan

kebutuhan bahan energi terutama bahan bakar fosil telah menyebabkan


cadangan minyak dunia semakin menipis sehingga pencarian akan
sumber bahan bakar terbarukan semakin berkembang. Terdapat banyak
jenis sumber energi alternatif yang dapat diolah menjadi bahan bakar
nabati seperti jarak pagar dan kelapa sawit sebagai sumber biodiesel,
serta tebu, ubi kayu dan aren sebagai sumber bioetanol.
Bioetanol adalah cairan hasil proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat

(pati)

dengan

menggunakan

bantuan

mikroorganisme.

Produksi bioetanol dari tanaman yang mengandung karbohidrat (pati),


diawali dengan proses konversi karbohidrat menjadi glukosa dengan
metode hidrolisis asam atau dengan hidrolisis enzimatis kemudian glukosa
yang diperoleh difermentasi dengan menambahkan ragi (yeast) sehingga
diperoleh bioetanol.
Fermentasi atau disebut respirasi anaerob adalah proses produksi
energi dalam sel yang berlangsung tanpa adanya oksigen. Jadi, fermentasi
etanol adalah proses penguraian glukosa menjadi etanol dan karbon
dioksida dengan bantuan mikroorganisme dalam keadaan tanpa oksigen.
Pada proses fermentasi, energi selular yang dihasilkan dalam bentuk
senyawa organik berupa adenosine triphosphate (ATP) sangat sedikit
dibandingkan dengan respirasi aerob. Satu molekul glukosa hanya dapat

menghasilkan 2 molekul ATP sedangkan pada respirasi aerob, satu molekul


glukosa mampu menghasilkan 38 molekul ATP.
Berikut ini adalah proses fermentasi etanol:
a. Glikolisis
Glikolisis berasal dari kata glukosa dan lisis (pemecahan), adalah
serangkaian reaksi biokimia di mana glukosa dioksidasi menjadi
molekul asam piruvat.
Berikut ini adalah reaksi dari glikolisis:

Gambar 1 Glikolisis
Dari gambar tersebut dapat diringkas reaksinya menjadi:
C6H12O6 2CH3COCOOH + 2 NADH + 2 ATP
b. Dekarboksilasi Oksidatif
Setelah melalui proses glikolisis, asam piruvat menjalani proses
dekarboksilasi oksidatif yaitu reaksi yang mengubah asam piruvat
menjadi asetaldehid atau asetil KoA.
Reaksinya yaitu:

Gambar 2 Dekarboksilasi Oksidatif


Ringkasan reaksi:
2CH3COCOOH 2CH3CHO + 2 CO2 + 2 NADH
c. Konversi asetaldehid menjadi etanol
Reaksinya:
2CH3CHO + 2 NADH 2C2H5OH + 2NAD
Dari ketiga proses tersebut, dapat diringkas reaksi fermentasi etanol
menjadi:

Gambar 3 Reaksi Fermentasi Alkohol


C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 NADH + 2 ATP

Saccharomyces cereviceae sebagai mikroba yang umum digunakan


dalam proses fermentasi adalah mikroorganisme bersel tunggal dengan
ukuran antara 5 sampai 20 mikron dan berbentuk bola atau telur.

Gambar 4 S.cereviceae dibawah mikroskop DIC


Mikroba ini tidak bergerak karena tidak memiliki struktur tambahan di
bagian luarnya seperti flagela, mempunyai lapisan dinding luar yang
terdiri dari polisakarida kompleks dan di bawahnya terletak membran sel.
Sitoplasma mengandung suatu inti yang bebas dan

bagian yang berisi

sejumlah besar cairan yang disebut vakuola.


Sebenarnya,

Saccharomyces

cereviceae

tidak

mampu

langsung

melakukan fermentasi terhadap makromolekul seperti karbohidrat, tetapi


karena adanya enzim yang disekresikan yang mampu memutuskan ikatan
glikosida maka mikroba tersebut dapat melakukan fermentasi.
Fermentasi etanol dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Temperatur
Mikroorganisme mempunyai temperatur maksimal, optimal, dan
minimal untuk pertumbuhannya. Temperatur optimal untuk ragi
berkisar antara 25-30C dan temperatur maksimal antara 35-47C.
Temperatur selama fermentasi perlu mendapatkan perhatian, karena di
samping mempunyai efek yang langsung terhadap pertumbuhan ragi,
juga mempengaruhi komposisi produk akhir. Pada temperatur yang
terlalu tinggi akan menyebabkan ragi menjadi rusak sedangkan pada
temperatur yang terlalu rendah, ragi menjadi tidak aktif.

b. Nutrisi
Dalam pertumbuhannya mikroba memerlukan nutrisi. Nutrisi yang
dibutuhkan digolongkan menjadi dua yaitu makro dan mikro. Nutrisi
makro meliputi unsur C, N, P, K sedangkan nutrisi mikro meliputi
vitamin dan mineral-mineral lain yang disebut trace element seperti
Ca, Mg, Na, S, Cl, Fe, Mn, Cu, Co, Bo, Zn, Mo, dan Al.
c. pH
Setiap mikroorganisme mempunyai pH minimal, maksimal, dan
optimal

untuk

pertumbuhannya.

Untuk

ragi,

pH

optimal

untuk

pertumbuhannya berkisar antara 4 sampai 4,5. Pada pH 3,0 atau lebih


rendah lagi, fermentasi etanol akan berjalan dengan lambat. Untuk
mendapatkan pH optimum, ditambahkan asam sitrat, tartarat atau
malat karena

selama

proses

fermentasi

berlangsung,

pH

akan

menurun dari pH semula.


d. Jumlah starter
Banyaknya starter (mikroba/inokulum) yang ditambahkan berkisar
antara 310 % dari volume medium fermentasi. Penggunaan starter
yang bervariasi ini dapat menyebabkan mutu produk bervariasi juga.
e. Konsentrasi gula yang ada atau yang ditambahkan
Pada proses fermentasi biasanya perlu ditambahkan sejumlah gula.
Sebenarnya

tanpa

penambahan

gula,

fermentasi

juga

dapat

berlangsung. Tujuan penambahan gula adalah untuk memperoleh


kadar alkohol yang lebih tinggi, tetapi bila kadar gula terlalu tinggi
aktivitas ragi akan terhambat. Konsentrasi gula yang optimum adalah
28%.
f.

Waktu fermentasi

g. Media fermentasi

Data Pengamatan
Sampel

Gelembung

V NaOH 0,01

[C2H5OH]

% Konversi

Glukosa

udara
Tidak Ada

M
0,3 ml

0%
Glukosa

Ada

0,2 ml

2x10-3 M

0,185%

10%
Glukosa

Ada

4,5 ml

1,8x10-3 M

0,054%

30%

You might also like