You are on page 1of 8

TUGAS MAKALAH

MATAKULIAH TEKNIK KULTUR JARINGAN TUMBUHAN


Pemanfaatan nanopartikel perak dan titanimum sebagai antikontaminan dalam
kultur jaringan tumbuhan

Nama

: Moh. Badrodin

NIM

: 11/314102/BI/8667

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

Pemanfaatan nanopartikel perak dan titanimum sebagai antikontaminan dalam


kultur jaringan tumbuhan
Moh. Badrodin*
*Mahasiswa Faklutas Biologi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Email: odinodin2013@gmail.com

ABSTRAK
Perkembangan nanoteknologi di era ini turut berkembang di berbagai bidang,
termasuk bidang kultur jaringan. Nanopartikel perak dan titanium, diketahui dapat
digunakan untuk membunuh mikroorganisme. Pada perkembangan selanjutnya
nanopartikel digunakan sebagai antikontaminan dalam kultur jaringan, baik untuk
sterilisasi pra kultur ataupun ditambahkan pada medium kultur. Dari beberapa
penelitian, terbukti bahwa nanopartikel dapat digunakan sebagai antikontaminan.
Efektivitas penggunaannya dipengaruhi oleh ukuran partikel, konsentrasi, lama
waktu yang digunakan, dan jenis eksplan yang digunakan. Dibandingkan dengan
menggunakan antibakteri atau fungisida, nanopartikel lebih menguntungkan dan
terbukti efektif. Penggunaan nanopartikel perak dan titanium sebagai
antikontaminan, tidak memperngaruhi kualitas dan pertumbuhan eksplan.
Kata kunci: nanosilver, nano dioxide titanium, kontaminasi, kultur jaringan
Pendahuluan
Menurut Haryono dkk. (2008) nanoteknologi berkembang pesat hampir di
seluruh

negara

di

dunia,

dan

masing-masing

negara

memiliki

fokus

pengembangan nanoteknologinya sendiri. Sehingga era ini dapat disebut sebagai


era nanoteknologi. Nanoteknologi merupakan teknologi yang mempelajari hal-hal
yang berukuran nano (1x10-9). Banyak objek kajian yang dapat dikembangkan
dalam nanoteknologi. Hal ini karena nanoteknologi bersifat multidisplin ilmu,
sehingga masing-masing bidang keilmuan dapat mengembangkan nanoteknologi
(Dwandaru, 2012).
Bidang kultur jaringan tumbuhan menuntut kondisi aseptis agar eksplan
yang ditumbuhkan bebas dari organisme lain yang tidak diinginkan atau
kontaminan, baik kontaminan internal ataupun eksternal. Untuk itu dilakukan
berbagai usaha agar tidak terjadi kontaminasi, mulai dari sterilisasi alat, bahan,
eksplan, dan ruangan, hingga menambahkan antibakteri dan atau fungisida ke
dalam medium (Indrianto, 2003).

Terdapat berbagai metode sterilisasi yang dapat dilakukan. Beberapa


metode sterilisasi seperti sterilisasi alat, bahan, dan eksplan hanya efektif di awal
proses kultur. Di tengah proses kultur atau inkubasi tidak banyak hal yang bisa
dilakukan untuk mengatasi kontaminasi, kecuali melakukan subkultur

pada

medium yang baru (Soltanloo et al., 2010). Untuk melindungi eksplan dari
serangan kontamin bakteri dan jamur sepanjang proses kultur, ditambahkan
antibakteri atau fungisida ke dalam medium. Akan tetapi hal ini dirasa kurang
efektif, karena penggunaan antibakteri atau fungsida memiliki beberapa
kekurangan. Kekurangan itu antara lain, antibakteri bersifat fitotoksik,
menghambat pertumbuhan eksplan (Mahna et al., 2013; Safavi, 2014), harga
antibiotik mahal, efektif menghambat bakteri tetapi tidak untuk jamur, bersifat
tidak tahan panas, efektif untuk beberapa jenis bakteri saja, dan menyebabkan
mutasi pada bakteri yang berdampak munculnya strain baru yang tahan terhadap
antibiotik (Soltanloo et al., 2010). Oleh karena itu perlu dikembangkan metode
sterilisasi menggunakan senyawa kimia yang lebih efektif dari pada menggunakan
antibiotik atau fungisida.
Nanopartikel diketahui memiliki ukuran yang kecil dengan area
permukaan yang luas, bermuatan, dan permukaan yang reaktif sehingga menarik
untuk diteliti (Mandeh et al., 2012). Akhir-akhir ini diketahui bahwa nanopartikel
dapat dimanfaatkan sebagai antikontaminan kultur jaringan oleh mikroorganisme
(bakteri dan jamur). Nanopartikel tersebut bersumber dari logam perak
(nanosilver disingkat NS) dan logam titanium (nano dioxide titanium berbentuk
TiO2). Penggunaan kedua logam ini berkembang pesat, karena banyak keuntungan
yang diperoleh dari pada menggunakan antibakteri atau fungisida (Safavi et al.,
2011).
Kelebihan menggunakan nanosilver sebagai antikontaminan dalam kultur
jaringan yakni memiliki kisaran yang luas terhadap berbagai macam
mikroorganisme, efektif melawan bakteri gram positif dan gram negatif, dan tidak
berdampak nagatif pada pertumbuhan eksplan (Soltanloo et al., 2010), lebih aman
dari pada menggunakan fungisida sintetik, dalam jumlah sedikit sudah efektif
sehingga lebih ekonomis (Safavi et al., 2011), tahan terhadap panas, tidak
menyebabkan bakteri resisten, tidak toksik, dan ramah lingkungan (Mahna et al.,

2013). Bahkan dalam penelitian Abdi et al. (2008) dikatakan bahwa nanopartikel
perak dapat berfungsi sebagai antibakteri, fungsida, dan antivirus.
Selain nanopartikel perak, nanopartikel lain yang dapat digunakan sebagai
antikontaminan adalah nano dioxide titanium (TiO2). Kelebihan menggunakan
TiO2 sebagai antikontaminan dibandingkan antibakteri dan fungisida adalah
efektif sebagai antikontaminan bakteri dan jamur dan lebih aman dari pada
menggunakan antibakteri dan fungsida (Mandeh et al., 2012). Menurut Safavi
(2012) TiO2 dikenal bersifat fotokatalis yang dapat mencegah kontaminasi bakteri
di air ataupun udara. Efektivitasya bergantung pada ukuran partikel, intensitasnya,
dan panjang gelombang cahaya yang digunakan karena akan aktif jika terkena
sinar UV.
Dengan ditemukannya agen antikontaminan baru yang lebih aman, seperti
nanosilver (NS) dan nano dioxide titanium (TiO2), menjadi hal yang menarik
dalam bidang kultur jaringan. Penggunakan nanopartikel untuk mengatasi
kontaminasi dalam kultur jaringan merupakan hal yang masih baru. Oleh
karenanya menjadi hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Penulisan makalah
ini bertujuan untuk mengetahui aplikasi nanopartikel untuk mengatasi kontaminan
dalam kultur jaringan tumbuhan. Untuk mempermudah pembahasan, dalam
makalah ini akan dibagi menjadi 2 sub pembahasan berupa Nanopartikel Perak
dan Nanopartikel Titanium sebagai agen antikontaminan dalam kultur jaringan.

Pembahasan
a. Nanopartikel perak sebagai agen antikontaminan dalam kultur jaringan
Nanopartikel perak sebelumnya memang sudah diketahui dapat
digunakan sebagai antimikrobia. Akan tetapi, pertama kali nanopartikel perak
digunakan sebagai antikontaminan dalam bidang kultur jaringan dilakukan oleh
Abdi et al. (2008). Dalam penelitiannya, Abdi et al. (2008) melakukan kultur
jaringan tanaman valerian (Valeriana officinalis L.). dan membagi eksplan
menjadi 2 grup, yakni eksplan dengan kontaminan internal (grup 1) dan tanpa
kontaminan internal (grup 2). Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui
efektivitas penggunaan nanopartikel silver dalam mengatasi kontaminasi
internal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan dengan nanopartikel

perak mampu mengurangi kontaminasi eksplan (dibandingkan dengan kontrol).


Keberhasilan tersebut terutama untuk mengurangi kontaminasi internal. Akan
tetapi, penggunaan nanopartikel perak tanpa sterilisasi permukaan eksplan
tidak berpengaruh terhadap kontaminasi. Penggunaan nanopartikel hanya
efektif bila dikombinasikan dengan sterilisasi permukaan eksplan, dan yang
paling efektif apabila perlakuan diberikan setelah sterilisasi permukaan
eksplan. Semakin lama waktu perendaman dan semakin tinggi konsentrasi
nanopartikel perak yang diberikan (<180 menit dan <100 mg/L), maka akan
semakin efektif dalam mengurangi terjadinya kontaminasi.
Pada penelitian berikutnya, Soltanloo et al. (2010) menggunakan
Nanocid (Nanosilver colloid L-2000) untuk mengurangi kontaminasi oleh
bakteri Escherichia coli dan Fusarium graminearum dalam menguji
perkecambahan biji Arabidopsis thaliana dan induksi kalus tanaman Brassica
napus. Pada penelitian ini, nanocid dicampur dengan medium MS padat yang
digunakan sebagai medium kultur. Hasil percobaan menunjukkan bahwa
nanocid dapat menghambat pertumbuhan E. coli dan F. graminearum mulai
dari 20 100 ppm. Berdasarkan uji perkecambahan A. thaliana penambahan
nanocid tidak mengganggu perkecambahan biji pada konsentrasi <100 ppm.
Konsentrasi nanocid di atas >100 ppm menyebabkan biji tidak berkecambah.
Sedangkan pada uji induksi kalus B. napus, seperti pada uji perkecambahan.
kalus tetap berhasil diinduksi pada konsentrasi nanocid <100 ppm. Semakin
tinggi konsentrasi nanocid yang diberikan akan menurunkan persentase
pembentukan kalus, tetapi meningkatkan berat basahnya. Penggunaan nanocid
efektif pada konsentrasi 20 ppm, dan lebih efektif dalam mereduksi
kontaminasi bakteri dibandingkan kontaminasi jamur.
Mahna et al. (2013) menggunakan Nanocid L-2000 untuk sterilisasi
eksplan biji Arabidopsis thaliana, kotiledon Lycopersicon esculentum dan daun
Solanum tuberosum. Dari hasil perkecambahan in vitro biji A. thaliana, dan
kultur kotiledon L. esculentum serta daun S. tuberosum, menunjukkan bahwa
penambahan nanocid mampu mereduksi kontaminasi tanpa mengurangi
pertumbuhan eksplan. Hal tersebut tergantung dari konsentrasi dan lama waktu
yang diberikan pada saat sterilisasi.

Diketahui bahwa terdapat dua cara penggunaan nanopartikel perak,


yakni perendaman dan penambahan pada medium kultur. Berdasarkan
penelitian Shokri et al. (2014) diketahui bahwa perlakuan penambahan
nanopartikel perak pada medium lebih efektif, dari pada perlakuan perendaman
eksplan. Hal tersebut karena nanopartikel perak tidak hanya berperan pada
awal kultur saja, tetapi selama masa kultur.
Semakin tinggi konsentrasi dan lama perendaman, nanopartikel perak
akan semakin efektif dalam mengurangi kontaminan, tetapi akan lebih
menghambat pertumbuhan eksplan jika melebihi batas toleransi (Abdi et al.,
2008; Mahna et al., 2013; Shokri et al., 2014). Hal tersebut berbeda-beda
tergantung pada kombinasi konsentrasi dan lama waktu perendaman, serta jenis
eksplan yang digunakan. Penelitian Abdi et al. (2008) pada kultur Valeriana
officinalis, menunjukkan bahwa efektivitas nanopartikel perak hingga
konsentrasi 100 ppm dengan lama waktu 180 menit. Mahna et al. (2013)
mengatakan bahwa, selain perbedaan jenis eksplan, perbedaan bagian eksplan
yang digunakan juga mempengaruhi konsentrasi dan lama waktu yang
diberikan. Untuk perkecambahan biji A. thaliana penggunaan nanocid efektif
pada konsentrasi 100 2000 ppm dengan waktu perendaman 5 10 menit.
Untuk kultur daun S. tuberosum efektif disterilisasi dengan nanocid pada
konsentrasi 10 250 ppm dengan waktu perendaman 5 20 menit (tidak untuk
250 ppm 20 menit). Untuk kotiledon L. esculentum konsentrasi dan lama
perendaman lebih rendah dari pada perlakuan lainnya. Efektifitas perlakuan
yakni 25 100 ppm selama 1 menit dan 25 100 ppm selama 2,5 menit.
Nanopartikel perak dapat mengurangi mikroogranisme karena ion perak
berperan dalam proses respirasi, pembelahan sel, perusakan selubung bakteri,
dan mengganggu penyerapan nutrien jamur dengan merusak dinding selnya.
Pengaruh ion perak terhadap mikroorganisme tidak hanya melalui satu
mekanisme tetapi melalui mekanisme yang multi, mulai dari penghambatan
hingga menyebabkan sel mengalami kematian. Selian itu muatan ion perak
mempengaruhi ion lokal pada sel mikroorganisme, yang akan mempengaruhi
struktur dan bentuk molekul. Dampaknya, sel akan mengurangi potensial

membran dan jumlah ATP intraseluler (Abdi et al., 2008; Soltanloo et al. 2010;
Mahna et al., 2013; Shokri et al., 2014 ).

b. Nanopartikel titanium sebagai agen antikontaminan dalam kultur jaringan


Selain nanopartikel perak, nanopartikel lain yang dapat dimanfaatkan
sebagai antikontaminan adalah nano dioxide titanium (TiO2). Berdasarkan
penelitian Safavi et al. (2011) menunjukkan bahwa penambahan nano dioxide
titanium

(TiO2) dalam medium MS memberikan hasil yang baik dalam

mencegah kontaminasi. Penelitian tersebut merupakan penelitian pertama yang


menggunakan nanopartikel titanium sebagai anti kontaminan dalam bidang
kultur jaringan. Menurut Safavi (2012) penggunaan TiO2 dapat mencegah
kontaminasi dari bakteri dan jamur, bahkan beberapa jenis virus. Mandeh et al.
(2012) mengatakan bahwa, selain dapat mengurangi kontaminasi oleh bakteri,
TiO2 dapat meningkatkan tingkat callogenesis, ukuran, dan kualitas kalus
Hordeum vulgare. Safavi (2014) menambahkan, menggunakan TiO2 sebagai
antibakteri efektif pada kultur Solanum tuberosum tanpa mengganggu
pertumbuhannya.
Nanopartikel titanium mampu mengurangi kontaminan karena sifat
fotokatalitiknya. Fotokalitik akan aktif ketika terpapar oleh sinar UV. Hal itu
akan mengganggu stabilitas dinding sel dan membran sel yang selanjutnya
menyebabkan kematian sel (Safavi et al., 2011; Mandeh et al. 2012)

Simpulan
Nanopartikel merupakan suatu solusi yang dapat digunakan untuk
antikontaminan (antimikrobia), sebagai pengganti antibakteri atau fungisida.
Penggunaan nanopartikel perak dan titanium terbukti mampu mengurangi
kontaminasi dalam kultur jaringan, tergantung dari ukuran partikel, konsentrasi,
lama waktu yang digunakan, dan jenis eksplan yang digunakan. Nanopartikel
dapat diaplikasikan untuk sterilisasi pra kultur dan atau ditambahkan pada
medium kultur. Penggunaan nanopartikel perak dan titanium untuk mengurangi
kontaminasi, tidak memperngaruhi kualitas dan pertumbuhan eksplan.

Daftar Pustaka
Abdi, G., H. Salehi, & M. Khosh-Khui. 2008. Nano silver: a novel nanomaterial
for removal of bacterial contaminants in valerian (Valeriana officinalis L.)
tissue culture. Acta Physiol Plant 30: 709714.
Dwandaru, W. S. B. 2012. Aplikasi nanosains dalam berbagai bidang kehidupan
sehari-hari. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Wipsar%20Sunu%20Brams%20Dwandaru,%20S.Si.,M.Sc.,%20Ph.D/APLIK
ASI%20NANOSAINS%20DALAM%20KEHIDUPAN%20SEHARI.pdf.
Diakses pada 11 Maret 2015.
Haryono, A., N. T. Rochman, A. F. Syukri, S. Purwanto, & A. S. Herman. 2008.
Kondisi terkini penerapan nanoteknologi pada industri di Indonesia.
Prosiding Pertemuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Bahan. Pp. 20
28.
Indrianto, A. 2003. Bahan ajar kultur jaringan tumbuhan. Fakultas Biologi
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Pp. 1 6.
Mahna, N., S. Z. Vahed, & S. Khani. 2013. Plant in vitro culture goes nano
nanosilver-mediated decontamination of ex vitro explants. J. Nanomed
Nanotechol 4(2): 1 - 4.
Mandeh, M., M.Omidi, & M. Rahaie. 2012. In vitro influences of tio2
nanoparticles on barley (Hordeum vulgare L.) Tissue Culture. Biological
Trace Element Research 150 (1-3): 376-380.
Safavi, K. 2012. Evaluation of using nanomaterial in tissue culture media and
biological activity. Proceeding International Conference on Ecological,
Environmental and Biological Sciences 2nd in Bali (Indonesia): 5 8.
________. 2014. Effect of titanium dioxide nanoparticles in plant tissue culture
media for enhance resistance to bacterial activity. Bull. Env. Pharmacol.
Life Sci. 3(5): 163-166.
________, F. Mortazaeinezahad, M. Esfahanizadeh, & M. J. Asgari. 2011. In vitro
antibacterial activity of nanomaterial for using in tobacco plants tissue
culture. World Academy of Science, Engineering and Technology 55: 372
373.
Shokri, S., A. R. Babaei, M. Ahmadian, S. Hessami & M. M. Arab. 2014. The
effects of different concentrations of Nano-Silver on elimination of
Bacterial contaminations and phenolic exudation of Rose (Rosa hybrida
L.) in vitro culture. Intl J Farm & Alli Sci. 3(1): 50 54.
Soltanloo, H., M. Alimohammadi, S. S. Ramezanpour, M. Bagher, & B. Najar.
2010. Nanosilver colloid: a novel antimicrobial candidate applicable in
plant tissue culture medium. Australian Journal of Basic and Applied
Sciences 4(10): 5338 - 5345.

You might also like