Professional Documents
Culture Documents
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang Maha
Esa, karena beliau kami dapat menyelesaikan tugas tentang Pandangan Agama Hindu Tentang
Aborsi kini dapat kami selesaikan.
Kami menyadari bahwa penyajian dan penyusunan tugas kami ini terdapat kekurangan.
Oleh sebab itu, kami mohon maaf dan mengharapkan kritik dan saran berbagai pihak, demi
penyempurnaan tugas ini.
Dengan selesainya karya ilmiah ini, kami harap berguna bermakna dan bermanfaat bagi
pihak yang membaca makalah ini.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PERMASALAHAN
b.
c.
2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah pembaca dapat mengetahui pengertian
aborsi secara umum, dan dapat mengetahui pandangan Hindu tentang tindak aborsi serta dapat
mengetahui dampak buruk atau bahaya dari tindak aborsi.
BAB III
PEMBAHASAN
Namun, aturan KUHP yang keras tersebut telah dilunakkan dengan memberikan peluang
dilakukannya aborsi.Sebagaimana ditentukan dalam pasal 15 ayat 1 UU Kesehatan tersebut di
atas.
Namun pasal 15 UU Kesehatan juga tidak menjelaskan apa yang dimaksud tindakan medis
tertentu dan kondisi bagaimana yang dikategorikan sebagai keadaan darurat.
Dalam penjelasannya bahkan dikatakan bahwa tindakan medis dalam bentuk
pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma
hukum, norma agama, norma kesusilaan, dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat
sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin yang dikandungnya dapat diambil
tindakan medis tertentu.Lalu apakah tindakan medis tertentu bisa selalu diartikan sebagai aborsi
yang artinya menggugurkan janin, sementara dalam pasal tersebut aborsi digunakan sebagai
upaya menyelamatkan jiwa ibu dan atau janin.Jelas disini bahwa UU Kesehatan telah
memberikan pengertian yang membingungkan tentang aborsi.
Kanda-Pat bertugas memelihara dan membesarkan jabang bayi secara phisik, maka Nyama
Bajang yang jumlahnya 108 bertugas mendudukkan serta menguatkan atma atau roh dalam tubuh
bayi.
Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa. Kitabkitab suci Hindu antara lain Rgveda 1.114.7 menyatakan: Ma no mahantam uta ma no
arbhakam artinya: Janganlah mengganggu dan mencelakakan bayi. Atharvaveda X.1.29:
Anagohatya vai bhima artinya: Jangan membunuh bayi yang tiada berdosa. Dan Atharvaveda
X.1.29: Ma no gam asvam purusam vadhih artinya: Jangan membunuh manusia dan binatang.
Dalam ephos Bharatayuda Sri Krisna telah mengutuk Asvatama hidup 3000 tahun dalam
penderitaan, karena Asvatama telah membunuh semua bayi yang ada dalam kandungan istri-istri
keturunan Pandawa, serta membuat istri-istri itu mandul selamanya.
Pembuahan sel telur dari hasil hubungan sex lebih jauh ditinjau dalam falsafah Hindu
sebagai sesuatu yang harusnya disakralkan dan direncanakan. Baik dalam Manava Dharmasastra
maupun dalam Kamasutra selalu dinyatakan bahwa perkawinan menurut Hindu adalah
Dharmasampati artinya perkawinan adalah sakral dan suci karena bertujuan memperoleh putra
yang tiada lain adalah re-inkarnasi dari roh-roh para leluhur yang harus lahir kembali menjalani
kehidupan sebagai manusia karena belum cukup suci untuk bersatu dengan Tuhan atau dalam
istilah Theology Hindu disebut sebagai Amoring Acintya. Oleh karena itu maka suatu
rangkaian logika dalam keyakinan Veda dapat digambarkan sebagai berikut : Perkawinan
(pawiwahan) adalah untuk syahnya suatu hubungan sex yang bertujuan memperoleh anak.
Gambaran ini dapat ditelusuri lebih jauh sebagai tidak adanya keinginan melakukan hubungan
sex hanya untuk kesenangan belaka.Prilaku manusia menurut Veda adalah yang penuh dengan
pengendalian diri, termasuk pula pengendalian diri dalam bentuk pengekangan hawa
nafsu.Pasangan suami-istri yang mempunyai banyak anak dapat dinilai sebagai kurang
berhasilnya melakukan pengendalian nafsu sex, apalagi bila kemudian ternyata bahwa kelahiran
anak-anak tidak dalam batas perencanaan yang baik.Sakralnya hubungan sex dalam Hindu
banyak dijumpai dalam Kamasutra. Antara lain disebutkan bahwa hubungan sex hendaknya
direncanakan dan dipersiapkan dengan baik, misalnya terlebih dahulu bersembahyang memuja
dua Deva yang berpasangan yaitu Deva Smara dan Devi Ratih, setelah mensucikan diri dengan
mandi dan memercikkan tirta pensucian. Hubungan sex juga harus dilakukan dalam suasana
yang tentram, damai dan penuh kasih sayang. Hubungan sex yang dilakukan dalam keadaan
sedang marah, sedih, mabuk atau tidak sadar, akan mempengaruhi prilaku anak yang lahir
kemudian.
Oleh karena hubungan sex terjadi melalui upacara pawiwahan dan dilakukan sematamata untuk memperoleh anak, jelaslah sudah bahwa aborsi dalam Agama Hindu tidak dikenal
dan tidak dibenarkan.
2.4
Resiko Aborsi
Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun
keselamatan hidup seorang wanita. Tidak benar jika dikatakan bahwa seseorang yang melakukan
aborsi ia tidak merasakan apa-apa dan langsung boleh pulang .
Resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi berisiko kesehatan dan keselamatan
secara fisik dan gangguan psikologis. Risiko kesehatan dan keselamatan fisik yang akan dihadapi
seorang wanita pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi adalah ;
Kerusakan leher rahim (Cervical Lacerations) yang akan menyebabkan cacat pada anak
berikutnya.
Kelainan pada ari-ari (Placenta Previa) yang akan menyebabkan cacat pada anak
keselamatan seorang wanita secara fisik, tetapi juga memiliki dampak yang sangat hebat
terhadap keadaan mental seorang wanita. Gejala ini dikenal dalam dunia psikologi sebagai PostAbortion Syndrome (Sindrom Paska-Aborsi) atau PAS. Gejala-gejala ini dicatat dalam
Psychological Reactions Reported After Abortion di dalam penerbitan The Post-Abortion
Review.
Oleh sebab itu yang sangat penting untuk diperhatikan dalam hal ini adanya perhatian
khusus dari orang tua remaja tersebut untuk dapat memberikan pendidikan seks yang baik dan
benar.
BAB IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Aborsi menurut istilah kesehatan adalah penghentian kehamilan setelah tertanamnya telur
(ovum) yang telah dibuahi dalam rahim (uterus), sebelum usia janin (fetus) mencapai 20 minggu.
Aborsi dalam Theology Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut Himsa
karma yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan
menyiksa. Membunuh dalam pengertian yang lebih dalam sebagai menghilangkan nyawa
mendasari falsafah atma atau roh yang sudah berada dan melekat pada jabang bayi sekalipun
masih berbentuk gumpalan yang belum sempurna seperti tubuh manusia. Dalam undang-undang
pun pidana yang mengikatnya sangat rancu dan lebih mengarah untuk tidak melakukan
pengguguran (aborsi) terkecuali dalam keadaan darurat yang menghawatirkan keselamatan
salahsatu nya, yaitu ibu dan bayi dilakukan tindakan medis.Namun, pernyataan itu juga tidak
mengatakan untuk melakukan tindakan aborsi.
Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwasanya tindakan aborsi
sangat dilarang dalam agama Hindu. Tidak ada satu kitab pun yang membenarkan tindakan
aborsi dalam keadaan apapun.
4.2
Saran
Tindakan aborsi tidak dibenarkan oleh agama Hindu. Oleh karena itu hendaknya seorang
wanita berhati-hati pada hal-hal yang mengarah pada tindak aborsi. Dan sebagai seorang dokter
yang berkecimpung pada pertolongan persalinan hendaknya tidak menolong pasien yang
meminta persalinan sebelum waktunya (aborsi).
DAFTAR PUSTAKA