Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Munsip ( 07 )
FAKULTAS TEKNIK
PRODI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MUHADI SETIABUDI
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT Dzat penguasa alam semesta yang telah memberikan
taufiq, rahmat, hidayah serta inayahnya sehingga saya dapat beraktivitas untuk menyusun dan
menyelesaikan makalah yang berjudul Konstruksi Jembatan Baja ini. Walaupun banyak isi
dari rangkuman karya ilmiah ini saya kutip langsung dari sumber. Tapi saya berharap karya
ilmiah ini dapat membantu dan menambah wawasan saudara-saudari yang ingin lebih memahami
atau mengetahui sekilas tentang Konstruksi Jembatan Baja .
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas Teknologo Bahan Konstruksi
yang diberikan oleh Bapak Rizki Noor Prastyono selaku Dosen Teknologi Bahan Konstruksi.
Makalah ini berisi informasi tentang Konstruksi Jembatan Baja . Yang kami harapkan
pembaca dapat mengertahui berbagai aspek yang berhubungan dengan rotasi benda tegar yang
akan kami bahas ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini di masa yang akan datang.
Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa
senantiasa meridhoi segala usaha kita.Amin.
Dan akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pembaca.
Terimakasih,
Brebes, 13 September 2014
Penulis
MUSIP
DAFTAR ISI
Halaman Judul
.. I
Kata Pengantar
...... II
Daftar Isi
...... III
BAB I
PENDAHULUAN
A.
B.
C.
BAB II
BAB III
...... 1
PEMBAHASAN
.......................... 2
A.
B.
C.
PENUTUP
A.
B.
..................... 7
Kesimpulan ....... 7
Saran ..................... 7
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan digunakan sebagai pedoman dalam penelitian adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimanakah konsep perencanaan konstruksi jembatan baja?
2. Bagaimanakah langkah-langkah metode pelaksanaan konstruksi jembatan
baja?
C. Tujuan Penelitian
Mulai
Survey
Data
Peta Lokasi
- Topograf
Data Teknis
Perencanaan
-Data Gambar
Data Sondir
- Kedalaman
Tanah
Perhitungan Pembebanan
Perhitungan plat lantai
kendaraan, trotoar,
sandaran
Perencanaan dimensi
gelagar memanjang,
melintang, induk
Perencanaan ikatan angin
Perhitungan sambungan,
Landasan
Tida
k
Kontrol
Lendutan
Ya
Perencanaan
Abutment
Perhitungan
Abutment
Perhitungan Pondasi
Tida
k
Kontrol
Stabilitas
Ya
Gambar
Rencana
Selesai
BAB II
PEMBAHASAN
A.
antara lain :
c1). Jembatan kayu (log bridge),
c2). Jembatan beton (concrete bridge),
c3). Jembatan beton prategang (prestressed concrete bridge),
c4). Jembatan baja (steel bridge),
c5). Jembatan komposit (compossite bridge), gabungan dua jenis material, yaitu baja
dan beton secara bersama-sama memikul lentur dan geser.
d) Berdasarkan tipe struktur, khusus jembatan baja dapat dibedakan menjadi beberapa
Gambar 3 : Jembatan baja multi girder, dengan cross bracing dan stiffener, komposit.
Sumber : Bridge Inspector's Reference Manual, Federal Highway Administration, U.S. Department of
Transportation, 2006
d2). Jembatan gelagar pelat (plate girder bridge), atau sering juga disebut jembatan
dinding penuh, tersusun dari 2 (dua) atau lebih gelagar, yang terbuat dari pelat
pelat baja dan baja siku yang diikat dengan paku keling atau di las. Panjang bentang
berkisar 30 meter sampai dengan 90 meter.
Gambar 5 : Jembatan gelagar pelat multi span, dengan cross bracing dan stiffener, komposit.
Sumber : Bridge Inspector's Reference Manual, Federal Highway Administration, U.S. Department of Transportation, 2006..
Gambar 7 : Bentuk anatomi jembatan gelagar I atau gelagar pelat, dengan istilah-istilah.
Gambar 8 : Jembatan kereta api gelagar pelat (plate girder), dengan dek dibawah.
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Girder_bridge
Gambar 9 : Jembatan kereta api gelagar pelat (plate girder), dengan dek diatas, multi span.
Sumber : http://en.wikipedia.org/wiki/Girder_bridge
d3). Jembatan gelagar kotak (box girder bridge), terbuat dari pelat-pelat berbentuk
kotak empat persegi atau berbentuk trapesium, umumnya digunakan dengan panjang
bentang 30 meter sampai dengan 60 meter.
Jembatan dapat terdiri dari gelagar kotak tunggal maupun tersusun dari beberapa
gelagar, seperti terlihat dalam gambra berikut.
d4). Jembatan rangka (truss bridge), tersusun dari batang-batang yang dihubungkan
satu sama lain dengan pelat buhul, dengan pengikat paku keling, baut atau las.
Batang batang rangka ini hanya memikul gaya dalam aksial (normal) tekan atau
tarik, tidak seperti pada jembatan gelagar yang memikul gaya-gaya dalam momen
lentur dan gaya lintang.
Jembatan rangka telah menjadi kekuatan yang efektif dan efisien untuk jembatan
bentang panjang lebih dari 150 tahun. Sebagai jembatan rangka dengan,
- Gelagar pelat telah digunakan dengan bentang sekitar 550 ft (167,6 m)
- Gelagar kotak untuk bentang hingga 750 ft (228,6 m).
-Gelagar segmental kotak beton untuk bentang sampai sekitar 800 ft (243,8 m).
- Jembatan struktur kabel untuk bentang sekitar 500 ft (152,4 m) sampai 2000 ft
(609,6 m), (John M. Kulicki, Bridge Engineering Hand Book, 2000).
Jembatan Sungai Ular pada gambar 22 diatas merupakan jembatan untuk lalu
lintas kereta api yang terletak pada kabupaten Serdang-Bedagai, propinsi Sumatera
Utara. Tipe struktur adalah pelengkung tiga sendi, dimana sendi ketiga terletak pada
puncak atas. Keistimewaan dari struktur pelengkung tiga sendi ini adalah momen
yang terjadi lebih kecil karena tereduksi oleh adanya gaya horisontal pada perletakan
yang menghasilkan momen negatip.
Pada jembatan struktur kabel (cable-stayed bridge) sepenuhnya gaya-gaya vertical dipikul
oleh tiang (pylon) yang disalurkan melalui kabel-kabel penggantung. Jembatan struktur
kabel terpanjang yang pernah dibangun adalah jembatan Sutong yang melintasi sungai
Yangtze, RRC., dengan bentang 1088 meter, selesai dibangun tahun 1998, dengan memiliki
2 (dua) pylon.
5. Struktur Jembatan.
Secara umum struktur jembatan terbagi menjadi 3 (tiga) bagian utama yaitu struktur
atas (superstructures) dan struktur bawah (Substructures) dan Pondasi.
5.1). Struktur Atas.
Struktur atas jembatan merupakan bagian yang menerima beban langsung yang
meliputi berat sendiri, beban mati, beban mati tambahan, beban lalu-lintas kendaraan,
gaya rem, beban pejalan kaki, dll.
Struktur atas jembatan umumnya meliputi :
a) Trotoar :
Sandaran dan tiang sandaran,
Peninggian trotoar (Kerb),
Slab lantai trotoar.
b) Slab lantai kendaraan,
c) Gelagar (Girder),
d) Balok diafragma,
e) Ikatan pengaku (ikatan angin, ikatan melintang),
f) Tumpuan (Bearing).
5.2). Struktur Bawah.
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan beban
lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan, gesekan
pada
tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya beban-beban tersebut
disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar.
Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi :
a). Pangkal jembatan (Abutment),
Dinding belakang (Back wall),
Dinding penahan (Breast wall),
Dinding sayap (Wing wall),
Oprit, plat injak (Approach slab)
Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
Tumpuan (Bearing).
5.2). Struktur Bawah.
Struktur bawah jembatan berfungsi memikul seluruh beban struktur atas dan
beban lain yang ditumbulkan oleh tekanan tanah, aliran air dan hanyutan, tumbukan,
gesekan pada tumpuan dsb. untuk kemudian disalurkan ke fondasi. Selanjutnya bebanbeban tersebut disalurkan oleh fondasi ke tanah dasar.
Struktur bawah jembatan umumnya meliuputi :
a). Pangkal jembatan (Abutment),
Dinding belakang (Back wall),
Dinding penahan (Breast wall),
Dinding sayap (Wing wall),
Oprit, plat injak (Approach slab)
Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
Tumpuan (Bearing).
b). Pilar jembatan (Pier),
Kepala pilar (Pier Head),
Pilar (Pier), yg berupa dinding, kolom, atau portal,
Konsol pendek untuk jacking (Corbel),
Tumpuan (Bearing).
c). Pondasi
Pondasi jembatan berfungsi meneruskan seluruh beban jembatan ke tanah dasar.
Berdasarkan sistimnya, pondasi abutment atau pier jembatan dapat dibedakan
menjadi
beberapa macam jenis, antara lain :
c.1). Pondasi telapak (spread footing)
c.2). Pondasi sumuran (caisson)
c.3). Pondasi tiang (pile foundation)
Tiang pancang kayu (Log Pile),
Tiang pancang baja (Steel Pile),
Tiang pancang beton (Reinforced Concrete Pile),
Tiang pancang beton prategang pracetak (Precast Prestressed Concrete
Pile), spun pile,
Tiang beton cetak di tempat (Concrete Cast in Place), borepile, franky pile,
Tiang pancang komposit (Compossite Pile).
Menggunakan Perancah.
Metode menggunakan perancah dipilih bila keadaan sungai sebagai berikut :
Dangkal, atau tidak terlalu dalam, sehingga tidak memerlukan tiang perancah
yang terlalu tinggi.
Kecepatan arus rendah, yang akan mengurangi gaya gaya mendatar terhadap tiang
perancah.
Bebas dari barang hanyutan, yang bisa merusak atau merobohkan tiang perancah.
Terdapat bangunan lama, yang dapat dipakai sebagai penyangga sementara bagi
bangunan/jembatan baru yang akan dibangun.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari data diatas kita dapat menyimpulkan bahwa :
Jembatan rangka baja adalah struktur jembatan yang terdiri dari rangkaian batang batang baja
yang dihubungkan satu dengan yang lain.
Beban atau muatan yang dipikul oleh struktur ini akan diuraikan dan disalurkan kepada
batang batang baja struktur tersebut, sebagai gaya gaya tekan dan tarik, melalui titik titik
pertemuan batang (Titik Buhul). Gaya gaya eksentrisitas yang dapat menimbulkan momen
sekunder selalu dihindari. Oleh karena itu garis netral tiap tiap batang yang bertemu pada titik
buhul harus saling berpotongan pada satu titik saja, untuk menghindari timbulnya momen
sekunder.
Dengan demikian ada hal hal penting yang perlu diperhatikan pada konstruksi rangka
baja yaitu :
Mutu dan dimensi tiap tiap batang harus kuat menahan gaya yang timbul. Batang
batang dalam keadaan tidak rusak/bengkok dan sebagainya. Oleh karena itu batang
batang rangka jembatan harus dijaga selama pengangkutan, penyimpanan, dan
pemasangan.
Kekuatan pelat penyambung harus lebih besar daripada batang yang disambung
sekunder, maka garis netral tiap batang yang bertemu harus berpotongan melalui satu titik
(harus merencanakan bentuk pelat buhul yang tepat).
Pelat buhul yang paling ujung, baik pelat buhul bawah maupun atas, Biasanya panjangnya
dilebihi, untuk keperluan penyambungan dengan linking steel bila diperlukan.
B. Saran
Penulis makalah ini tentulah banyak sekali kekuranganya,sehingga diharapkan adanya saran dan
kritik yang bersifat membangun baik dari dosen mata kuliah Study Teknologi Bahan Bangunan
maupun dari rekan-rekan mahasiswa.