You are on page 1of 31

Laporan

F.7 Mini Project


UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI
POSYANDU LANSIA TEMENGGUNGAN KELURAHAN PANJANG
AMBARAWA

Pendamping
dr. Dwi Retno S
Disusun Oleh
dr. Fifiana Dewi Permatasari
dr. Jane Chrestella S
dr. Kusni Kurnia Putri
dr. Nugrogo Jati Dwi N
dr. Oktavia Christiani
DINAS KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG
UPTD PUSKESMAS AMBARAWA
KABUPATEN SEMARANG
2015
HALAMAN PENGESAHAN

Nama

: dr. Fifiana Dewi Permatasari

Judul laporan

: UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI POSYANDU


LANSIA TEMENGGUAN KELURAHAN PANJANG
AMBARAWA

Ambarawa,

2015

Peserta

Pendamping

dr. Fifiana Dewi Permatasari

dr. Dwi Retno S


NIP 19740313 200604 2 017

Mengetahui,

Kepala UPTD Puskesmas Ambarawa


Laporan
F.7 Mini Project
drg. Djuwinarti
NIP 19600825 198903 2 002
UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI
UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI

POSYANDU LANSIA TEMENGGUNGAN KELURAHAN PANJANG


AMBARAWA
Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Taala
yang kepada-Nya tempat kita bergantung dan memohon pertolongan untuk hari
kemarin, hari ini dan hari esok. Hanya dengan rahmat-Nya kami dapat mengadakan
kegiatan penyuluhan dengan tema UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI
POSYANDU LANSIA.
Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan pada 14 November 2014, bertempat di
Posyandu Lansia Temenggungan Kecamatan Ambarawa. Kami harapkan acara ini
dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai pentingnya deteksi dini
Hipertensi pada lansia sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan meningkatkan
kualitas hidup lansia.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada peserta dan semua pihak atas
partisipasinya dalam acara kami.

Panitia

BAB I
PENDAHULUAN
I.

Latar Belakang

Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus


meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok,
obesitas,aktivitas yang menurun, dan stress psikososial. Hampir di setiap
negara, hipertensi menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang paling
sering dijumpai (WHO, 2000).
Di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi
mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita.
Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari
972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya
berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia (WHO, 2000).
Penelitian berskala nasional dilakukan oleh perhimpunan hipertensi
Indonesia pada tahun 2002 di Jawa,Sumatra,Kalimantan,Sulawesi dan Bali.
Dari 3080 subjek dewasa umur 40 tahun atau lebih yang berobat pada praktik
dokter, didapatkan prevalensi hipertensi 58,89% dan sebanyak 37,32% pasien
tanpa pengobatan antihipertensi. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 2004 mendapatkan
prevalensi hipertensi di Pulau Jawa mencapai 41,9%.
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, Hipertensi
menjadi urutan ke-4 dari 10 besar penyakit di Semarang pada tahun 2009.

Kasus hipertensi pada tahun 2009 dikota Semarang terjadi sebanyak 2063
kasus (12,85%). Prevalensi hipertensi pada usia muda dikota Semarang terjadi
sebanyak 164 kasus (6,01%). Dari 164 kasus tersebut, sebanyak 6-10% sudah
mengalami komplikasi seperti penyakit jantung, ginjal dan lain-lain.
Meskipun prevalensinya rendah hal ini bisa saja menjadi masalah kesehatan
yang serius karena akan mengakibatkan komplikasi yang berbahaya jika tidak
terkendali dan tidak diupayakan pencegahan dini faktor-faktor risiko yang
mempengaruhi kejadian hipertensi pada remaja.
Penderita Hipertensi di Indonesia, yang diperiksa di Puskesmas secara
teratut sebanyak 22,8% sedangkan yang tidak teratur sebanyak 77,2%.
Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, kasus
tertinggi hipertensi terdapat di kota Semarang yaitu sebanyak 67,101 kasus
(19,56%). Tertinggi kedua adalah Kabupaten Klaten yaitu sebesar 10,49%
Hipertensi atau tekanan darah tinggi seringkali muncul tanpa gejala,
sehingga disebut sebagai silent killer. Secara global, tingkat prevalensi
hipertensi di seluruh dunia masih tinggi. Lebih dari seperempat jumlah
populasi dunia saat ini menderita hipertensi. Namun sebaliknya, tingkat
kontrol tekanan darah secara umum masih rendah (Bakri, 2008). Kalau saja
hipertensi tidak mengundang segudang risiko komplikasi, barangkali
permasalahannya menjadi lebih sederhana. Masalahnya, tekanan darah di atas
normal yang tidak ditangani dengan baik akan merembet kepada komplikasi
yang lebih berat. Hipertensi bisa menyebabkan berbagai macam penyakit,
diantaranya ialah penyakit gagal ginjal (Bakri, 2008).
5

Penyuluhan hipertesi dilakukan didaerah ngamping dikarenakan masih


kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekan darahnya ke
pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 5 pasien
hipertensi, didapatkan sebagian besar dari mereka enggan untuk melakukan
kontrol karena takut untuk memeriksakan penyakitnya ke puskesmas. Hal ini
yang perlu digaris bawahi dari hal tersebut yaitu timbulnya masalah tentang
ketidak teraturan penderita hipertensi dalam melakukan kontrol di pelayanan
kesehatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6

I.

PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90
mmHg.( Smith Tom, 1995 ) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan
peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau
tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).
Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 104
mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg,
dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian
ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik.

II.

PENYEBAB
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar
yaitu :
1.

Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak


diketahui penyebabnya

2.

Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit


lain

Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,


sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data
penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :
a. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki
kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah
umur

( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin (

laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras (

ras

kulit hitam

lebih banyak dari kulit putih )


c. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi
adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan
atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok,
minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

III.

PATOFISIOLOGI
Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan
keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.
Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak
ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf
pasca

ganglion

ke

pembuluh

darah,

dimana

dengan

dilepaskannya

noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor


seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah
terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal


mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor

pembuluh

darah.

Vasokonstriksi

yang

mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang


pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional
pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah
yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,
hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer.
IV.

TANDA DAN GEJALA


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1.

Tidak ada gejala


Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan
tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.
Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan
arteri tidak terukur.

2.

Gejala yang lazim


Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi
nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala
terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis.

V. Faktor-faktor Risiko Hipertensi


V.1 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol
1). Usia
Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya usia
maka risiko hipertensi menjadi lebih tinggi. Insiden hipertensi yang makin meningkat
dengan bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang
mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada usia kurang
dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian
prematur.18
Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi
dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50%
di atas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan
darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia.
2). Jenis kelamin
Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular tertentu
seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan
wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik.
Wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk hormon estrogen yang
melindungi wanita dari hipertensi dan komplikasinya termasuk penebalan dinding
pembuluh darah atau aterosklerosis. Arif Mansjoer mengemukakan bahwa pria dan
wanita menopause memiliki pengaruh sama pada terjadinya hipertensi. 8 Ahli lain
berpendapat bahwa wanita menopause mengalami perubahan hormonal yang
menyebabkan kenaikan berat badan dan tekanan darah menjadi lebih reaktif terhadap
konsumsi garam, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Terapi hormon

10

yang digunakan oleh wanita menopause dapat pula menyebabkan peningkatan


tekanan darah.23
3). Riwayat keluarga
Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar
empat kali lipat. Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah
satu orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan sepanjang
hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang penyakit tersebut. Jika kedua
orang tua memiliki penyakit tidak menular maka kemungkinan mendapatkan penyakit
tersebut sebesar 60%.1
V.2 Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol
1). Konsumsi garam
Garam dapur merupakan faktor yang sangat berperan dalam patogenesis hipertensi.
Garam dapur mengandung 40% natrium dan 60% klorida. Orang-orang peka natrium
akan lebih mudah mengikat natrium sehingga menimbulkan retensi cairan dan
peningkatan tekanan darah.9 Garam memiliki sifat menahan cairan, sehingga
mengkonsumsi garam berlebih atau makan-makanan yang diasinkan dapat
menyebabkan peningkatan tekanan darah.21
Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan
volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. 22,26
Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai selain garam dapur adalah penyedap
masakan atau monosodium glutamat (MSG) yang mempertinggi risiko terjadinya
hipertensi.14
2). Konsumsi Lemak
Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh berkaitan dengan peningkatan berat badan
yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko
aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.
Penggunaan minyak goreng lebih dari satu kali pakai dapat merusak ikatan kimia
pada minyak, dan hal tersebut dapat meningkatkan pembentukan kolesterol yang

11

berlebihan sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal yang memicu


terjadinya hipertensi dan penyakit jantung.8,24
3). Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab
rokok mengandung nikotin. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar
adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh
darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang
lebih tinggi.20
Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan kimia dalam
tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh darah.21,25
Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah.
Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa
memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan
tubuh lainnya.20
Merokok juga diketahui dapat memberikan efek perubahan metabolik berupa
peningkatan asam lemak bebas, gliserol, dan laktat yang menyebabkan penurunan
kolesterol High Density Lipid (HDL), serta peningkatan Low Density Lipid (LDL)
dan trigliserida dalam darah. Hal tersebut akan meningkatkan risiko terjadinya
hipertensi dan penyakit jantung koroner.25
5). Obesitas
Obesitas merupakan suatu keadaan di mana indeks massa tubuh lebih dari atau sama
dengan 30. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa
sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak pula suplai darah yang dibutuhkan
untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan volume
darah yang beredar melalui pembuluh darah akan meningkat sehingga tekanan pada
dinding arteri menjadi lebih besar.21
Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin
dalam darah. Peningkatan kadar insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan
air.17 Kincaid-Smith mengusulkan bahwa obesitas dan sindrom resistensi insulin

12

berperan utama dalam patogenesis gagal ginjal pada pasien hipertensi atau disebut
juga nephrosclerosis hypertension.27
Obesitas dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular melalui
mekanisme pengaktifan sistem renin-angiotensin-aldosteron, peningkatkan aktivitas
simpatis, peningkatan aktivitas procoagulatory, dan disfungsi endotel. Selain
hipertensi, timbunan adiposa abdomen juga berperan dalam patogenesis penyakit
jantung koroner, sleep apnea, dan stroke.27,28
6). Kurangnya aktifitas fisik
Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak
aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang
lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula
tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer
yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah.21
Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur dapat menurunkan
tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi.25
VI. Komplikasi Hipertensi
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan
organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada
organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap
reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain.6
1). Otak
Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh hipertensi.
Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke
dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri di otak mengalami hipertropi
atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah tersebut akan berkurang.

13

Arteri-arteri di otak yang mengalami arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan


kemungkinan terbentuknya aneurisma.20

2). Kardiovaskular
Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau
apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh
darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup.
Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya
iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.12
Beban kerja jantung akan meningkat pada hipertensi. Jantung yang terus-menerus
memompa darah dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan pembesaran ventrikel kiri
sehingga darah yang dipompa oleh jantung akan berkurang yang akhirnya dapat
menimbulkan komplikasi gagal jantung kongestif.29
3). Ginjal
Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada

kapiler-kepiler

ginjal

dan

glomerolus.

Kerusakan

glomerulus

akan

mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron akan


terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Hal tersebut terutama
terjadi pada hipertensi kronik.12
4). Retinopati
Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada
retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut berlangsung,
maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina
yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau
kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena
retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita
hypertensive retinopathy pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang pada
akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.30

14

VII. Penatalaksanaan Hipertensi


Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan
mortalitas kardiovaskular, mencegah kerusakan organ, dan mencapai target tekanan
darah < 130/80 mmHg dan 140/90 mmHg untuk individu berisiko tinggi dengan
diabetes atau gagal ginjal.6
VII.1 Penatalaksanaan Non Farmakologis
Penatalaksanaan non farmakologis dalam penanganan hipertensi adalah dengan
memodifikasi gaya hidup. Pada hipertensi derajat I, pengobatan secara non
farmakologis dapat mengendalikan tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis
tidak diperlukan atau pemberiannya dapat ditunda. Jika obat antihipertensi
diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk
mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik.17 Modifikasi gaya hidup yang
dianjurkan dalam penanganan hipertensi antara lain :
1). Mengurangi berat badan bila terdapat kelebihan (BMI 27)
Penerapan pola makan seimbang dapat mengurangi berat badan dan menurunkan
tekanan darah. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental, pengurangan BB sekitar
10 kg menurunkan tekanan darah 2-3 mmHg per kg berat badan.4,20
2). Olahraga dan aktifitas fisik
Olahraga isotonik seperti berjalan kaki, jogging, berenang dan bersepeda berperan
dalam penurunan tekanan darah. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur membuat
jantung lebih kuat dan dapat memompa darah lebih banyak dengan usaha minimal,
sehingga gaya yang bekerja pada dinding arteri akan berkurang. Hal tersebut berperan
pada penurunan Total Peripher Resistance yang bermanfaat dalam menurunkan
tekanan darah.20
3). Mengurangi asupan garam
Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol per hari atau dengan kata lain konsumsi
garam dapur tidak lebih dari seperempat sampai setengah sendok teh garam per hari.
Penderita hipertensi dianjurkan menggunakan mentega bebas garam dan menghindari
makanan yang sudah diasinkan. Pedoman diet merekomendasikan orang dengan

15

hipertensi harus membatasi asupan garam kurang dari 1.500 miligram sodium
sehari.31,32
4). Diet rendah lemak jenuh
Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang berkaitan
dengan kenaikan tekanan darah, sehingga diet rendah lemak jenuh atau kolesterol
dianjurkan dalam penanganan hipertensi.
5). Diet tinggi serat
Serat banyak terdapat pada makanan karbohidrat seperti kentang, beras, singkong dan
kacang hijau, serta sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat berfungsi mencegah
penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun
asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran.
6). Tidak merokok
Tekanan darah akan turun secara perlahan dengan berhenti merokok. Selain itu
merokok dapat menyebabkan obat yang dikonsumsi tidak bekerja secara optimal.20
9). Istirahat yang cukup
Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam tubuh.
Istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Yang dimaksudkan dengan
istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan
keseimbangan hormon dalam tubuh.
VII.2 Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai
dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan umur,
kebutuhan, dan usia. Dosis tunggal lebih diprioritaskan karena kepatuhan lebih baik
dan lebih murah. Sekarang terdapat obat yang berisi kombinasi dosis rendah dua obat
dari golongan berbeda yang terbukti memberikan efektivitas tambahan dan
mengurangi efek samping. Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis
hipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika (terutama jenis Thiazide atau
Aldosteron Antagonist), beta blocker, calsium channel blocker, angiotensin

16

converting enzyme inhibitor, dan angiotensin II receptor blocker. Diuretika biasanya


menjadi tambahan karena meningkatkan efek obat yang lain. Jika tambahan obat
kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah satu tahun, maka
dicoba untuk menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis.4,6

BAB III
METODE
A Sasaran
Sasaran pada penyuluhan dan penjaringan ini adalah lansia di Kelurahan
Temenggungan
1
2
3

B Pelaksanaan
Tanggal : 14 November 2014
Waktu : 08.00 WIB 13.30 WIB
Tempat : Posyandu Lansia Temenggungan
4 Peserta : Peserta merupakan

kader,

dan

peserta

posyandu
5 Metode : Ceramah dan pemeriksaan
6 Kegiatan : Screening Hipertensi dan Penyuluhan
C Tahap Pelaksanaan Kegiatan
Selasa, 11 November 2014
17

09.00-09.10
09.10-11.00

Pembukaan
Pemeriksaan status gizi, tanda vital, gula darah, dan

mocaina
11.00-11.20
Materi I
Hidup Sehat dan Bahagia di Usia Senja
dr. Jane Chrestella Sudijono
11.20-11.40
Materi II
Hubungan Diabetes Melitus dan Fungsi Kognitif
dr. Oktavia Christiani Surbakti
11.40-12.00
Materi III
Hipertensi dan Penanganannya
dr. Fifiana Dewi Permatasari
12.00-12.10
Pembagian snack dan istirahat
12.10-12.30
Materi IV
Gangguan Kognitif pada Lansia
dr. Kusni Kurnia Putri
12.30-12.50
Materi V
Status Gizi yang Ideal bagi Lansia
dr. Nugroho Jati
12.50-13.00
Penutup
D Hasil dokumentasi dan pelaksanaan

Gambar1. Pemberian penyuluhan mengenai hipertensi

18

Gambar 2. Pengukuran dan pencatatan tekanan darah

19

BAB IV
HASIL
A. Profil Komunitas Umum
Berdasarkan laporan program pembinaan usia lanjut Puskesmas Ambarawa,
jumlah sasaran usia lanjut (usila) di kecamatan Ambarawa wilayah kerja
Puskesmas Ambarawa yaitu lansia 3.160 jiwa dan lansia resiko tinggi 3255
jiwa, lansia terdiri dari 1.458 laki-laki dan 1.702 perempuan, lansia resiko
tinggi terdiri dari 1.319 laki-laki dan 1.936 Perempuan.
B. Data Geografis
Puskesmas Ambarawa

terletak

di

Kecamatan

Ambarawa,

Kabupaten

Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah kerja 28.22 km2. Terdiri dari 8
kelurahan dan 2 desa yaitu Kelurahan Kranggan, Kelurahan Lodoyong,
Kelurahan Kupang, Kelurahan Panjang, Kelurahan Ngampin, Kelurahan Pojok
sari, Kelurahan Tambak boyo, Kelurahan Baran, Desa Bejalen dan Desa
Pasekan.
Tabel. Data Umum Geografis Puskesmas Ambarawa
NO
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

DESA
RW
RT
KRANGGAN
8
22
LODOYONG
6
36
KUPANG
13
64
PANJANG
10
52
NGAMPIN
6
29
POJOK SARI
5
21
BEJALEN
2
10
TAMBAKBOYO
8
30
BARAN
8
31
PASEKAN
9
30
JUMLAH
75
325
Tabel. Data Umum Luas Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa
KODE

NAMA DESA /

DESA
01
02

KELURAHAN
KRANGGAN
LODOYONG

LUAS WILAYAH
( km2 )
0.23
1.13
20

03
04
05
06
07
08
09
10

KUPANG
PANJANG
NGAMPIN
POJOK SARI
BEJALEN
TAMBAK BOYO
BARAN
PASEKAN
JUMLAH

1.89
2.09
3.04
3.02
4.71
1.89
2.63
7.59
28.22

Puskesmas Ambarawa terletak di kecamatan Ambarawa, tepatnya di Desa


Kupang, dengan batas sebagai berikut :
-

Sebelah utara :

Kec.

Bandungan,

Kabupaten

Kec.

Banyubiru,

Semarang
-

Sebelah selatan
Kabupaten Semarang

Sebelah timur :

Kec.

Bawen,

Kabupaten

Kec.

Jambu,

Kabupaten

Semarang
-

Sebelah barat :
Semarang

Visi
-

Gambaran masyarakat Wilayah Kerja UTPD Puskesmas Ambarawa masa


depan yang ingin dicapai oleh segenap komponen masyarakat melalui
pembangunan

kesehatan

UPTD

Puskesmas

Ambarawa

adalah

MENYEHATKAN MASYARAKAT.
Misi
-

Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi


kesehatan perlu dilaksanakan oleh penanggung jawab dan pelaksana program
secara teknis terhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan
di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ambarawa.
Jumlah Karyawan
PNS : 26

21

PTT : 4
PHL : 1
Wiyata Bakti : 3
C. Data Demografik
Terdapat 8 desa dan 2 kelurahan di kecamatan Ambarawa dimana total
penduduk yaitu 58.767 jiwa, jumlah rumah tangga 17.070 jiwa, rata-rata jiwa
per rumah tangga 3,44 dan kepadatan penduduk per km2 2082,46. Jumlah
penduduk kelurahan Kranggan 2.834 jiwa, kelurahan Lodoyong 6.573 jiwa,
kelurahan Kupang 13.959 jiwa, kelurahan Panjang 8.685 jiwa, kelurahan
Ngampin 5.123 jiwa, kelurahan Pojok Sari 2.621 jiwa, desa Bejalen 1.449 jiwa,
kelurahan Tambak Boyo 5.487 jiwa, kelurahan Baran 5.917 jiwa dan desa
Pasekan 6.117 jiwa. Dari data diatas yang paling banyak penduduknya adalah di
kelurahan Kupang, kemudian kelurahan Panjang dan yang ketiga adalah
kelurahan Lodoyong.
D. Sumber Daya Kesehatan
Di Puskesmas Ambarawa sendiri terdapat 2 orang dokter umum, 1 orang dokter
gigi, 12 orang bidan desa yang tersebar di PKD 9 desa di wilayah kerja
puskesmas Ambarawa serta 5 orang perawat dan 1 laboran. Jumlah Karyawan
PNS

: 26

PTT

:4

PHL

:1

Wiyata Bakti

:3

E. Sarana Pelayanan Kesehatan


Di kecamatan Ambarawa tersebar beberapa sarana pelayanan kesehatan
meliputi 1 rumah sakit umum, 1 rumah sakit bersalin, 1 puskesmas non
perawatan, 1 puskesmas keliling, 2 puskesmas pembantu, 2 rumah bersalin, 9
klinik/balai pengobatan, 27 pratik dokter perorangan, 14 praktik pengobatan
tradisional, 79 posyandu, 13 apotek, 1 toko obat dan 3 industri kecil obat
tradisional.
Bb/tb;100
F. Data Kesehatan Masyarakat (primer)
No

Nama

Umur

BB

TB

IMT

Tekanan
Darah

22

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43

Ny. Trimah
NySupiyah
Ny. Kjayatun
Ny.Sri Dayati
Ny. Sri Utami
Ny. Ari
Ny. Titik
Ny. Whani
Ny. Ninik
Ny. Sujiarsih
Tn. Tarmuji
Ny. Idhijah
Ny. Leginem
Ny. Roliyah
Ny, Mahirun
Ny. Muryoto
Ny. Parwati
Ny.Siti Amaroh
Ny. Saltiwi
Ny. Mujanah
Ny. Lilik Kustami
Ny. Saodah
Ny. Hj. Tarwiyah
Ny. Kartimin
Ny. Sri Sumari
Ny. Tari
Ny. Veronica. S
Ny. Tumini
Ny. Sumini Rebo
Ny. Sumini Tasmin
Ny. Partini
Ny. Sri Murtiati
Ny. Muryati
Tn. Rajimin
Tn. Ngadimun
Tn. Masiman
Tn. Wibowo
Ny. Sami
Ny. Pujiati
Ny. Susanti
Ny. Kusmi
Ny. Sri Yamtini
Ny. Riwayati

65
74
70
43
41
53
60
53
52
54
84
54
61
77
61
67
65
49
74
80
79
83
67
48
70
43
54
66
72
67
66
71
67
77
69
75
71
64
57
62
63
61
69

120/80
100/60
130/70
120/70
140/80
140/70
160/100
110/70
130/80
150/100
130/80
100/60
120/80
140/80
100/60
150/100
180/120
110/70
130/70
130/80
160/80
100/60
110/70
170/90
100/60
100/60
110/88
120/90
130/80
140/100
130/80
150/100
100/60
120/70
130/80
110/60
110/60
130/80
160/100
120/70
170/100
200/110
130/70

23

44
Ny. Rodiah
59
100/60
45
Ny. Rohmiyati
80
120/80
46
Ny. Sulastri
75
110/60
47
Tn. Mulyanto
52
90/60
48
Ny. Nurkesih
46
130/80
49
Ny. Emi
84
150/90
50
Tn. Mahirun
67
140/90
51
Ny. Caecila
64
140/60
Tabel. Penjaringan umur, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, tekanan
darah dan status gula darah sewaktu di posyandu lansia Temenggungan tanggal 14
November 2014
Dari tabel diatas didapatkan gambaran secara deskriptif jumlah lansia
yang mengikuti kegiatan posyandu lansia Temenggungan adalah 51 jiwa, dengan total
seluruhnya adalah 7 laki-laki dan 44 perempuan. Dapat juga dilihat bahwa status gizi
hipertensi didapatkan pada 35,29% (18 orang) dari peserta. Dari data yang didapatkan
presentase hipertensi cukup tinggi.

BAB V
PEMBAHASAN
1. Monitoring
Monitoring yang dilakukan dengan menggunakan kartu monitoring.
Dimana setiap orang yang melakukan pemeriksaan, semuanya di catat dalam
kartu monitoring, sehingga para petugas kesehatan bisa mengkontrol dari
kartu monitoring ini.
Monitoring dilakukan dengan pengukuran vital sign, berat badan,
lemak tubuh dan lemak perut. Selain itu, dilakukan pula perhitungan body
mass index (BMI) atau IMT.

24

Pendekatan kepada peserta dilakukan melalui penyuluhan dan diskusi,


terlihat bahwa peserta tampak antusias dan lebih leluasa bertanya kepada
narasumber. Setelah diadakan penyuluhan ini, peserta tampak lebih paham
mengenai hipertensi dan diharapkan kedepannya semakin memperlihatkan
tanda-tanda bahaya yang mungkin timbul sehingga tidak terlambat
mendapatkan penanganan di instalansi kesehatan.
2. Evaluasi
Dari hasil kegiatan penyeluhan terkait hipertensi dapat di evaluasi dengan
menanyakan pertanyaan dibahah ini:
1. Mengapa perlu melakukan pemeriksaan berkala terhadap tekanan darah?
Jawab :
Hipertensi merupakan penyakit yang dapat memberikan gejala maupun
tidak. Pada pasien yang memiliki risiko tinggi hipertnsi sebaiknya rutin
memeriksakan tekanan darah. Hipertensi dapat bermanifestasi serius pada
jantung, ginjal, otak, dan organ tubuh lainnya, bahkan dapat menyebabkan
kematian.

25

BAB V
DISKUSI
1. Pembahasan
Pada lanjut usia terdapat peningkatan insidensi penyakit tidak menular yang
merupakan penyakit degeneratif, penyakit gangguan metabolisme, dan psikososial.
Menurut riskesdas tahun 2007 terdapat tujuh masalah kesehatan yang paling banyak
pada lansia yaitu penyakit 62,9%, hipertensi 63,5%, katarak 41,9%, stroke 31,9%,
jantung 19,2%, gangguan emosional 23,2%, dan diabetes mellitus 3,4%.
Kurangnya

kesadaran

masyarakat

mengenai

pentingnya

melakukan

pemeriksaan kesehatan menjadi salah satu factor tingginya prevalensi penurunan


kualitas kesehatan di masa senja. Pentingnya menjaga kesehatan sejak dini dngan
melakukan control kesehatan berkala dan pola hidup sehat perlu digalakkan oleh
petugas kesehatan.
2. Pemberian Penyuluhan
Tujuan dari pemberian penyuluhan adalah pengetahuan bagi masyarakat.
Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari
pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan
lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.
Ada beberapa langkah/ proses sebelum orang mengadopsi perilaku baru.
Pertama adalah awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari stimulus
tersebut. Kemudian dia mulai tertarik (interest). Selanjutnya, orang tersebut akan
menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut (evaluation). Setelah itu,
dia akan mencoba melakukan apa yang dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap
akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan
sikapnya. Dengan mendapatkan informasi yang benar, diharapkan lansia mendapat
bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat melaksanakan pola hidup sehat sehingga
dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit tidak menular sedangkan bagi yang

26

sudah menderita dapat menurunkan risiko terjadinya progresivitas penyakit dan


terjadinya komplikasi.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hipertensi meningkat seiring peningkatan jumlah usia.
2. Masih kurangnya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk rutin
memeriksakan kesehatan, terutama tekanan darah ke pusat kesehatan
terdekat. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko

27

hipertensi.

Hal ini menyebabkan kesadaran masyarakat untuk

memeriksakan tekanan darah secara rutin ketenaga kesehatan masih


kurang.
3. Penerapan pola hidup sehat pada lansia dapat mencegah dan mengatasi
penyakit hipertensi pada lansia di wilayah kerja puskemas Ambarawa.
B. Saran
1. Tenaga kesehatan dan kader proaktif untuk mengajak masyarakat
berkunjung ke posyandu lansia sehingga secara rutin dapat mendeteksi
secara dini penyakit-penyakit tidak menular pada lansia.
2. Lansia yang menderita hipertensi dirujuk ke puskesmas untuk dilakukan
penanganan lebih lanjut.
3. Tenaga kesehatan dan kader secara kontinyu memberikan penyuluhan
tentang penerapan pola hidup sehat pada lansia.

28

DAFTAR PUSTAKA
1. Sheldon G. Sheps. Mayo Clinic Hipertension (Terjemahan). Jakarta: Intisari
Mediatama; 2005. p: 26, 158.
2. Brashers, Valentina. 2004. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan &
Manajemen, Ed 2 (Terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
3. Anggraini, dkk. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada
Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari
sampai Juni 2008 [internet]. c2009 [cited 2011 Oct 7]. Available from:
http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/
4. Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520.
5. Hendi. Hipertensi dan Rosella [internet]. c2008 Feb 21 [cited 2011 Oct 7].
Available from: http://rohaendi.blogspot.com/2008/02/hipertensi-dan-rosella.html
6. M. Yogiantoro. Hipertensi Esensial. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI; 2006. p: 599-601.
7. Leny Gunawan. Hipertensi : Tekanan darah tinggi. Yogyakarta: Percetakan
Kanisus; 2001.
8. Aris Sugiarto. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi
Kasus di Kabupaten Karanganyar) [internet]. c2007 [cited 2011 Oct 7]. p: 29-50,
90-126. Available from: http://eprints.undip.ac.id/
9. WHO. Regional Office for South-East Asia. Department of Sustainable
Development and Healthy Environments. Non Communicable Disease :
Hypertension [internet]. c2011 [cited 2011 Nov 22]. Available from:
http://www.searo.who.int/
10. Nurlaely Fitriana. Hipertensi pada Lansia [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 18].
Available from: http://nurlaelyn07.alumni.ipb.ac.id/author/
11. Made Ary Puspita Sari, IGAA Wulan Kristiana, dan Ni L. Pt. Mutiara Ayu K.
Gambaran Faktor-faktor Determinan pada Pasien Hipertensi di Desa Sudimara
Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan Mei 2010 [internet]. c2010 [cited 2011
Nov 22]. p: 8. Available from: http:// dc252.4shared.com/doc/
12. E.J. Corwin. Buku Saku Patofisiologi (Terjemahan) [monograph online]. Jakarta:
EGC; 2001 [cited 2011 Nov 24]. p: 694. Available from:
http://books.google.com/books/

29

13. Sutin Saleh. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi
pada Pasien di Ruang Inap di RSUP MM Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo
Tahun 2009 [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 10-40. Available from:
http://dc252.4shared.com/doc/4ce64UhQ/preview.html.
14. I Made Astawan. Cegah Hipertensi dengan pola makan. IPB [internet]. c2011
[cited 2011 Nov 22]. Available from: http://indonesiamedia.com/
15. Adriansyah. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan Pasien
Penderita Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSU H. Adam Malik Medan
[internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 9-16. Available from:
http://repository.usu.ac.id/
16. Chris OCallaghan. At a Glace : Sistem Ginjal (Terjemahan). Jakarta: Penerbit
Erlangga; 2010. p: 78-80.
17. H.H. Gray, K.D.Dawkins, J.M.Morgan, I.A. Simpson, Kardiologi : Lecture Notes
Ed 4 (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.
18. Anggie Hanifa. Prevalensi Hipertensi Sebagai Penyebab Penyakit Ginjal Kronik
Di Unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2009 [internet]. c2010
[cited 2011 Nov 22]. p: 4-13. Available from: http://repository.usu.ac.id/
19. Kaplan M. Norman. Measurenment of Blood Pressure and Primary Hypertension:
Pathogenesis in Clinical Hypertension: Seventh Edition. Baltimore, Maryland
USA: Williams & Wilkins; 1998. p: 28-46.
20. Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga
Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe [internet]. c2011
[cited 2012 Feb 9]. p: 10-13. Available from: http://repository.usu.ac.id/
21. Mayo Clinic Staff. High Blood Pressure (Hypertension) [internet]. c2012 Jan
[cited 2012 Jan 29]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/highblood-pressure/risk-factors/
22. Adhil Basha. Hipertensi : Faktor Resiko dan Penatalaksanaan Hipertensi
[internet]. c2008 [cited 2011 Nov 26]. Available from: http://pjnhk.go.id/
23. Sandhya Pruthi. Menopause and High Blood Pressure [internet].c2010 Nov [cited
2011 Nov 26]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/
24. Ali Khomsan. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada; 2003. p: 88-96.

30

25. Efendi Sianturi. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan


Faktor Risiko di RSU dr. Pirngadi Kota Medan [internet]. c2004 [cited 2011 Nov
26]. p: 10-64, 91. Available from: http://repository.usu.ac.id/
26. Yulia. Faktor-faktor Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Posyandu
Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 [internet].
c2011 [cited 2012 Feb 9]. p: 13-17. Available from: http://repository.usu.ac.id/
27. Krzysztof Narkiewicz. Obesity and Hypertension [internet]. c2005 [cited 2011
Dec 26]. Available from: http://ndt.oxfordjournals.org.
28. Stritzke J, Markus MP, Duderstadt S. Obesity is The Main Risk factor for Left
Atrial Enlargement during Aging. The MONICA/KORA (Monitoring of Trends
and Determinations in Cardiovascular Disease/Cooperative Research in the Region
of Augsburg) Study. J Am Coll Cardiol [internet]. c2009 Nov [cited 2011 Dec 23].
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
29. Ashwini Ambekar. Hypertensive Cardiovascular Disease [internet]. c2008 [cited
2011 Dec 24]. Available from: http://www.articleswave.com/
30. Franklin W. Lusby, David Zieve. Hypertensive Retinopathy [internet]. c2010
[cited 2011 Dec 27]. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/
31. Bramius Mikail dan Asep Candra. Cara Mudah urunkan Tekanan Darah [internet].
c2011 [cited 2012 Feb 19]. Available from: http://health.kompas.com/
32. Suhardjono. Mengapa Wanita Lebih Kebal Terhadap Hipertensi [internet]. c2012
[cited 2012 Feb 29]. Available from: http://www.penyakit.infogue.com/

31

You might also like