You are on page 1of 28

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah


Salah satu indikator dari kemajuan suatu bangsa dalam bidang sosial
ekonomi adalah menurunnya angka kematian bayi. Hal ini masih merupakan
masalah di negara kita, karena masih belum meratanya pelayanan kesehatan, dan
banyaknya masyarakat yang belum memahami sepenuhnya resiko-resiko yang
terjadi pada ibu dan anak selama, pada saat, dan sesudah melahirkan. Salah satu
penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum.
Asfiksia neonatorum diketahui dari nilai apgar score yang dievaluasi pada
satu dan lima menit setelah bayi dilahirkan. Dari penelitian yang dilakukan oleh
departemen obstetric-ginaecology bekerja sama dengan departemen pediatric dari
University of Texas Southwestern Medical School, didapatkan angka kematian
315 per 1000 pada neonatus kurang bulan dengan apgar score 0-3, dan 244 per
1000 pada neonatus cukup bulan dengan apgar score 0-3 (asfiksia berat). Sedang
untuk asfiksia sedang (mild moderate asphyxia) atau dengan apgar score 4-6,
angka kematiannya 72 per 1000 pada neonatus kurang bulan, dan 18 per 1000
pada neonatus cukup bulan. Untuk yang tidak menderita asfiksia atau dengan
apgar score 7-10 angka kematiannya 5 per 1000 pada neonatus kurang bulan dan
0,2 per 1000 pada neonatus cukup bulan.

Reaksi fisiologis dan patologis neonatus banyak berbeda dibandingkan


pada bayi yang lebih besar. Neonatus harus mampu menyesuaikan diri dari
kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin. Hipoksia yang terdapat pada
penderita asfiksia ini merupakan faktor terpenting yang dapat menghambat
adaptasi bayi baru lahir terhadap kehidupan ekstrauterin, Dan terbukti secara
klinis bahwa asfiksia ini adalah salah satu penyebab utama mortalitas dan
morbiditas pada bayi yang baru lahir.
Penyebab asfiksia atau kegagalan pernafasan pada bayi bermacam-macam.
Gangguan dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan, atau segera setelah
lahir. Gangguan yang timbul pada masa akhir kehamilan atau persalinan hampir
selalu disertai anoksia atau hipoksia janin dan berakhir dengan asfiksia
neonatus.Pernafasan spontan pada bayi baru lahir bergantung pada kondisi janin
pada masa kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkan
asfiksia ringan yang bersifat sementara pada bayi.
Proses persalinan ini sendiri dipengaruhi oleh banyak faktor. Dalam sistem
skor yang diperkenalkan oleh dr.Poedji Rochyati yang telah dipakai secara luas
terutama di Jawa Timur, salah satu faktor resikonya adalah usia ibu itu sendiri.
Baik yang terlalu tua maupun yang masih terlalu muda ketika hamil maupun
melahirkan.
Dewasa ini dengan makin banyaknya wanita yang berpendidikan tinggi
dan berkarier, menyebabkan banyak wanita yang menunda pernikahannya,
sehingga usia ibu saat hamil atau melahirkan anaknya pun semakin lanjut. Tetapi
di lain pihak, masih banyak pula terjadi di masyarakat, wanita-wanita muda yang

masih belum matang sudah menikah, hamil dan melahirkan anak. Hal inilah yang
mendasari disusunnya penelitian ini.Di samping karena hal ini mudah ditemui
pada pemeriksaan kehamilan rutin sederhana. Dengan ini diharapkan memberikan
sedikit data yang dapat dipergunakan untuk mengurangi angka terjadinya asfiksia
pada neonatus.

I.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut diatas,dapat dirumuskan
pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Apakah ada hubungan antara terjadinya asfiksia pada neonatus dengan usia ibu
yang melahirkan neonatus tersebut ?

1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara terjadinya asfiksia pada
neonatus dengan usia ibu yang melahirkan neonatus tersebut.
I.3.2 Tujuan Khusus :

Mengetahui distribusi umur ibu yang melahirkan

Mengetahui angka kejadian asfiksia pada neonatus

Mengetahui hubungan antara terjadinya asfiksia pada neonatus dengan


usia ibu saat melahirkan dengan persalinan normal.

I.4.Manfaat Penelitian
I.4.1.Manfaat untuk Program :

Menurunkan angka kematian bayi akibat asfiksia neonatorum

I.4.2.Manfaat untuk Keilmuan :

Selain itu dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan


rangsangan dan peluang untuk penelitian-penelitian berikutnya yang
sejenis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1.Asfiksia Neonatorum
Setiap bayi yang baru dilahirkan dapat jatuh dalam keadaan gawat darurat
yang memerlukan penanganan yang cepat dan tepat agar dapat diselamatkan
jiwanya serta mendapatkan bayi dengan keselamatan utuh yakni bayi yang bebas
cacat mental dan fisik(1,2,5) . Pada waktu bayi baru lahir, dia dipisahkan secara
mendadak dari placenta dan ibunya sehingga bayi tersebut harus segera dapat
menguasai

kebutuhan-kebutuhan

untuk

mempertahankan

hidupnya (1,2,5)

Pengembangan paru-paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama


kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan teratur(2,3,4,10) . Bila terdapat
gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan
terjadi asfiksia pada janin atau neonatus (3,45,10) .
Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (2,3,4,10) . Asfiksia pada janin
atau bayi terjadi bila oleh karena sesuatu sebab janin atau bayi yang baru lahir tadi
tidak menerima cukup O2 dan pengeluaran CO2 terhambat (2,5) . Hal ini merupakan
gejala yang sangat penting dan menandakan gejala gawat darurat yang
memerlukan penanganan yang cepat dan cermat. Diagnosa dini dan penanganan
yang tepat merupakan kunci utama untuk menyelamatkan bayi baru lahir agar
diperoleh keselamatan utuh (9) .

Asfiksia atau anoksia pada janin atau bayi menurut data adalah 57,9%
penyebab kematian perinatal di pedesaan Indonesia (WHO,1984) (5) . Pada asfiksia
akan terjadi beberapa hal yang penting yaitu hipoksia-anoksia, hiperkapnea, dan
asidosis. Janin dapat meninggal atau mengalami cacat yang menetap

(3,4,5,8,10)

. Di

negara berkembang masih didapatkan sekitar10% kejadian asfiksia pada bayi


yang dianggap persalinan normal

(5)

. Towel (1966) mengajukan penyebab

kegagalan pernafasan pada bayi ini karena faktor ibu (hipoksia ibu,gangguan
aliran darah uterus), faktor placenta (solutio placenta, perdarahan placenta), faktor
fetus (tali pusat menumbung, tali pusat melilit, kompresi tali pusat), dan faktor
neonatus (pemakaian anestesi dan analgetik, trauma persalinan, kelainan
kongenital) (11) .
Penilaian derajat asfiksia ini didasarkan atas gejala klinik. Dr.Virginia
Apgar (1953) menciptakan sistem scoring yang terkenal dengan Apgar Score dan
sampai sekarang dipakai di seluruh dunia (1,2,3,5,8,10) .
Gejala klinik
Frekuensi jantung
Pernafasan

1
< 100 x/m
Tangis lemah nafas

2
>100 x/m
Tangis yang kuat, nafas

tidak teratur dan

teratur

dangkal
Sedikit fleksi pd

Fleksi yang baik pd

ekstremitas dan

ekstremitas, pergerakan

Refleks waktu pem Tidak ada

tonus lemah
Menyeringai

aktif dan tonus kuat


Batuk, bersin, menangis

bersihan jalan nafas


Warna

sekedarnya
Tubuh merah,

Seluruh tubuh merah

Tonus otot

0
Tdk terdengar
Tidak ada

Lemas,lunglai

Biru/pucat

ekstremitas biru
Lazimnya ditentukan Apgar Score pada menit 1 dan 5 setelah seluruh badan bayi
lahir, bila score belum mencapai 7, score pada menit ke-10, 15, 20 dan seterusnya

ditentukan sampai mencapai 7. Apgar score 1 menit memberikan pedoman pada


kita untuk melakukan tindakan resusitasi. Apgar score 5 menit menunjukkan
prognosa bayi

(2,5)

. Atas dasar pengalaman klinis di atas, asfiksia neonatorum

dapat dibagi dalam (1,2,3,5,10) :


1. Vigorous baby (skor apgar 7-10). Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan istimewa, pH > 7,20
2. Mild Moderate Asphysia (Apgarscore 4-6), pH : 7,10-7,20
3. Severe Asphysia (Apgar Score 0-3), pH < 7,10
Tujuan

utama

mengatasi

asfiksia

ialah

untuk

mempertahankan

kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa yang mungkin timbul di
kemudian hari. Tindakan yang dikerjakan pada bayi lazim disebut resusitasi bayi
baru lahir

(3,4,10)

. Dasar resusitasi adalah memberikan O2 dan mengeluarkan CO2

dengan usaha atau tenaga penolong, memperbaiki tekanan darah dan sirkulasi
darah, memperbaiki keseimbangan asam basa, dan memberantas hipoglikemia

(5)

Resusitasi bergantung pada Apgar score 1 menit :


1. Apgar Score 7-10 : observasi,pengawasan suhu dan hisap lendir bila perlu
2. Apgar Score 4-6 : rangsang taktil, O2 dengan sungkup secukupnya saja
3. Apgar Score 0-3 : Bila mungkin langsung laringoscopi dan endotracheal tube.
IPPV (Intermittent Positive Pressure Ventilation) dapat dilakukan dengan cara
mouth to tube dan pulmonator to tube.

Pada cardiac arrest dilakukan external cardiac message (3x cardiac message
diselingi 1x tiupan).Perhatikan tekanan darah (>40mmHg) atau denyut nadi.(3,4,10)

Pada Asidosis diusahakan agar pH>7,2 dengan memberikan NaBic dengan dosis
2-4 Meq/kg BB. Untuk mencegah hipoglikemia beri infus glukosa 10%-15%
sebanyak 60-80 ml/kg/24 jam (3,4,8) .
Bayi yang telah berhasil ditolong setelah menderita asfiksia berat
memerlukan pengawasan yang ketat dan cermat. Bayi-bayi ini sering mengalami
edema cerebri dan perdarahan intrakranial, sehingga terjadi koma kemudian
timbul kejang-kejang (fase iritasi) dan kerusakan pada organ-organ lain. Jadi
pengelolaan asfiksia terutama yang berat, belumlah selesai setelah bayi dapat
bernafas spontan, sebab penyulit-penyulit masih mungkin terjadi. (3,4)

II.2. Usia Ibu Yang Tidak Ideal Saat Melahirkan


Dalam setengah abad terakhir diadakan pengawasan wanita hamil secara
teratur dan tertentu. Dengan usaha ini ternyata angka mortalitas serta morbiditas
ibu dan bayi jelas menurun. Tujuan pengawasan wanita hamil ialah menyiapkan
ibu sebaik-baiknya secara fisik dan mental, serta menyelamatkan ibu dan anak
dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas, sehingga keadaan ibu post partum
sehat dan normal, tidak hanya fisik akan tetapi juga mental (6) .
Kehamilan dengan persalinannya merupakan paparan atau beban bagi
wanita yang dapat memberikan resiko, bahaya, atau kegawatan akan terjadinya
kematian atau kesakitan bagi ibu dan atau bayi. Angka kematian ibu (AKI) di
Indonesia masih tinggi sekitar 421/100.000 kelahiran hidup

(7)

. Setiap ibu hamil

mempunyai faktor resiko, yaitu suatu keadaan atau ciri tertentu pada seseorang
ibu hamil yang dapat menyebabkan peluang atau kemungkinan terjadinya

kesakitan atau kematian ibu dan atau janinnya. Faktor resiko pada ibu hamil
dikelompokkan dalam tiga kelompok berdasarkan kartu skor Poedji Rochyati.
Kelompok Faktor Resiko I ( Ada potensi resiko)
1. Primi muda . Terlalu muda hamil terutama umur 16 tahun atau kurang
2. Primi tua

Terlalu tua, hamil pertama umur 35 tahun ke atas

Terlalu lambat hamil pertama setelah kawin 4 tahun lebih

3. Primi tua sekunder. Terlalu lama punya anak lagi, terkecil 10 tahun atau lebih
4. Anak terkecil berumur kurang dari 2 tahun
5. Grande Multi. Terlalu banyak punya anak, 4 atau lebih
6. Hamil umur 35 tahun atau lebih
7. Tinggi badan 145 cm atau kurang
8. Riwayat obstetrik jelek (pernah gagal kehamilan : hamil kedua yang pertama
gagal; hamil ketiga atau lebih ada riwayat gagal 2 kali; anak terakhir lahir
mati)
9. Persalinan yang lalu dengan tindakan bukan operasi Caesar (pernah
melahirkan dengan tarikan tang atau vakum)
10. Pernah melahirkan bayi dengan operasi Caesar sebelum ini.
Kelompok Faktor Resiko II (ada resiko). Ibu hamil dengan keluhan-keluhan :
11. Ibu-ibu dengan

Anemia (pucat, lemas badan, lekas lelah, lesu)

Malaria ( panas tinggi, menggigil keluar keringat, sakit kepala, muntahmuntah)

10

Tuberkulosis Paru ( batuk lama tidak sembuh-sembuh, batuk darah, badan


lemah, kurus)

Payah jantung (sesak nafas, jantung berdebar, dada terasa berat kadang
nyeri, nadi cepat, kaki bengkak)

12. Keracunan kehamilan (pre eklamsia ringan/berat)


13. Kelainan letak (letak sungsang,letak lintang)
14. Hamil kembar
15. Hidramnion (kembar air)
16. Janin mati dalam kandungan
17. Hamil lebih bulan (post datism, serotinus)
Kelompok Faktor Resiko III (Gawat Darurat Obstetrik)
18. Perdarahan (mengeluarkan darah pada waktu hamil ini)
19. Eklamsia (terjadi kejang-kejang pada hamil 7 bulan)
Bila melihat sistem skor di atas jelas bahwa usia ibu adalah faktor resiko
bagi ibu dan janinnya bila tergolong kelompok Faktor Resiko I (nomor 1,2,dan 6)
(7)

. Kelompok ini biasanya tidak memberikan keluhan, mudah ditemukan pada

kontak pertama pada kehamilan muda tapi mungkin menyebabkan terjadinya


kegawatan pada saat persalinan, melalui pemeriksaan sederhana dengan
wawancara dan periksa pandang (7) . Umur yang terlalu muda adalah faktor resiko
karena pada usia tersebut wanita belum matang baik secara fisik maupun mental
untuk menjadi seorang ibu. Sehingga mempengaruhi kondisi janinnya juga selama
kehamilan dan persalinannya. Umur di atas 35 tahun termasuk faktor resiko
karena sudah melewati usia yang ideal bagi seorang ibu untuk melahirkan yang

11

tentunya berpengaruh pada kekuatan dan kemampuan seorang ibu dalam


melahirkan.

II.3. Keterkaitan Antara Terjadinya Asfiksia pada Neonatus dengan Usia Ibu
yang Melahirkan Neonatus tersebut.
Dewasa ini seiring dengan perkembangan pendidikan dan emansipasi,
semakin banyak wanita yang meniti kariernya. Hal ini menyebabkan usia
perkawinan semakin bertambah terutama yang dialami oleh banyak wanita karier
di perkotaan, hal ini berimbas pula pada tuanya usia ibu ketika mengandung dan
melahirkan anaknya. Namun di sisi lain masih banyak pula wanita muda yang
sudah menikah pada usia muda dan melahirkan anaknya. Kesemuanya ini
meningkatkan faktor resiko. Faktor resiko sendiri adalah suatu keadaan atau ciri
tertentu pada seseorang atau suatu kelompok ibu hamil yang dapat menyebabkan
peluang atau kemungkinan terjadinya kesakitan atau kelainan pada ibu atau
janinnya

(7)

. Dalam hal ini hubungan yang dimaksud adalah hubungan kausa atau

penyebab, jadi dugaan asfiksia pada neonatus disebabkan karena faktor ibu yang
tidak ideal saat melahirkan (7) .
Seperti diterangkan sebelumnya seorang ibu yang berusia terlalu muda
atau tua dimasukkan dalam Faktor Resiko I dalam sistem scoring oleh dr.Poedji
Rochyati karena kemungkinan terdapatnya penyulit menjadi lebih besar. Asfiksia
ataupun anoksia pada bayi baru lahir merupakan salah satu penyulit yang paling
sering terjadi

(8)

. Dengan segala akibat seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya

maka, walaupun saat ini perkembangan dunia kedokteran semakin maju, namun

12

karena manusia mempunyai kodrat alami, maka semuanya tetap memiliki


keterbatasan.

BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL dan

13

HIPOTESIS PENELITIAN

III.1. Kerangka konseptuil

Faktor Ibu
Kel. Faktor Resiko I :
Primi muda, primi
tua, umur ibu 35
th/lebih
Faktor placenta
(solutio, perdarahan)

Asfiksia pd neonatus:
-Sedang:AS 4-6
-Berat: 0-3

Faktor fetus
(tali pusat
menumbung.melilit,
kompresi tali pusat)

Faktor neonatus:
(pemakaian anestesi/
analgetika,trauma
persalinan, kelainan
kongenital)
: Faktor-faktor lain yang mempengaruhi terjadinya asfiksia
: Faktor yang diteliti

III.2.Hipotesa Penelitian
Adanya hubungan antara terjadinya asfiksia pada neonatus dengan umur
ibu saat melahirkan neonatus tersebut.

14

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

15

IV.1. Desain Penelitian

Bentuk : Observasi Analitik

Jenis

: Cross Sectional Study

IV.2.Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Ruang Neonatus RSUD Dr.Soetomo Surabaya


pada bulan Januari Juli 2005.

IV.3.Populasi dan Sampel

Populasi sampel
Neonatus di Ruang Neonatus RSUD Dr.Soetomo Surabaya

Unit sampel
Neonatus di Ruang Neonatus RSUD Dr.Soetomo Surabaya pada bulan
Januari Juli 2005

Cara pengambilan sampel


Simple random sampling dengan menggunakan lembar status neonatus

Besar sampel
Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan rumus :
Z 1-/2 + Z 1-
n=

+3
0,5 {ln (1+r1/1-r1) ln (1+r2/1-r2)}
r = perkiraan koefisien korelasi

16

= tingkat kemaknaan
Z = power

IV.4. Variabel Penelitian

Variabel terikat (dependent variable)


Kejadian asfiksia pada neonatus

Variabel bebas (variable independent)


Usia ibu yang tidak ideal ketika melahirkan neonatus tersebut, yaitu
ibu yang hamil pada usia 16 th (melahirkan pada saat usia 16 atau 17
tahun) dan ibu yang hamil dan melahirkan diatas usia 35 tahun.

Variabel pengganggu (confounding variable)


Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan asfiksia pada neonatus
Faktor placenta
Gangguan mendadak pada placenta, misalnya solution placenta,
perdarahan placenta, dan lain-lain
Faktor fetus
Kompresi umbilikus yang mengakibatkan terganggunya aliran
darah di pembuluh darah umbilikus,misalnya pada tali pusat
menumbung, tali pusat melilit leher, kompresi tali pusat antara
janin dan jalan lahir.
Faktor neonatus

17

Depresi pusat pernafasan pada bayi karena pemakaian obat


anestesi/ analgetika yang berlebihan pada ibu,trauma yang terjadi
pada persalinan, kelainan kongenital pada bayi.
IV.5.Definisi Operasional
IV.5.1. Asfiksia neonatorum
Adalah suatu keadaan bayi baru lahir yang gagal bernafas secara spontan
dan teratur segera setelah lahir. Kriteria klinisnya ditentukan dengan Apgar
Score (nilai 1-10)

Apgar Score 7 -10 bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa

Apgar Score kurang dari 7 artinya terjadi asfiksia, dibagi menjadi


Asfiksia sedang (skor apgar 4-6)
Asfiksia berat (skor apgar 0-3).

IV.5.2.Usia Ibu yang Melahirkan Neonatus


Yang kami bagi menjadi usia ideal untuk melahirkan (17-34 tahun) dan
usia yang tidak ideal untuk melahirkan, kami bagi menjadi

Kurang dari 17 tahun

Lebih dari 35 tahun

IV.5.3.Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan asfiksia pada neonatus

Faktor placenta

Faktor fetus

Faktor neonatus

18

IV.6.Cara Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dari survei status di Ruang Neonatus RSUD


Dr.Soetomo Surabaya

Alat : lembar survei, alat tulis menulis.

IV.7.Cara Pengolahan Data


Data yang diperoleh dimasukkan ke dalam master tabel. Dari master tabel di
dapatkan gambaran deskriptif dari sampel penelitian. Kemudian dilakukan
analisa data dengan memilih uji statistik yang sesuai. Adapun distribusi
yang diharapkan :
a. Karateristik Umum Sampel

Distribusi sampel menurut bulan kelahirannya

Distribusi sampel menurut urutan kelahirannya

b. Karakteristik Ibu dan Persalinannya

Distribusi usia ibu yang melahirkan

Distribusi jenis persalinan yang dilakukan

Distribusi kelainan penyerta pada ibu

c. Karakteristik Neonatus

Distribusi sampel menurut jenis kelaminnya

Distribusi sampel menurut berat badan lahirnya

Prevalensi terjadinya asfiksia pada neonatus yang dilahirkan.

19

d. Keterkaitan antara Asfiksia pada Neonatus dengan Usia Ibu Saat


Melahirkan

Hubungan antara terjadinya asfiksia pada neonatus dengan usia ibu


saat melahirkan dengan persalinan normal (spontan kepala)

IV.8.Cara Analisa Data


Untuk mengetahui adanya hubungan antara variabel-variabel dilakukan uji
statistik terhadap data-data tersebut. Uji yang dilakukan adalah uji korelasi
Rank Sperman dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis nol yang akan diuji adalah : tidak adanya hubungan antara
terjadinya asfiksia pada neonatus dengan usia ibu saat melahirkan.
b. Menetapkan batas kemaknaan
Batas kemaknaan yang digunakan
c. Menghitung uji Sperman
Harga masing-masing variabel diganti dengan ranking (terbesar
sampai terkecil)

Bila ada harga/nilai data yang sama (ties) / rankingnya. Rankingnya


diambil secara rata-rata.

Dihitung selisih rank antara setiap pasangan x dan y (di) , kemudian


dihitung di2

Dimasukkan ke dalam rumus :


Bila ada data yang sama

20

rs = 1 6 di2 / n(n2 1)

Bila tidak ada data yang sama


rs = x2 + y2 di2 / 2 ( x2) ( y2)
Penyebut rumus tersebut dikoreksi sesuai dengan ties masing-masing
variabel :
x2 = (n3 n) / 12 Tx
y2 = (n3 n) / 12 Ty
* [ T = ( t3 t) / 12 ]
Nilai koefisien korelasi rank sperman -1 s/d +1
Uji Significan
t = rs [( n-2 ) / ( 1 rs2 )]
d. Menarik kesimpulan
Ho ditolak bila nilai t hitung lebih besar dari t table maka Ho ditolak

IV.9. Jadwal Penelitian dan Kegiatan Penelitian

Persiapan

1 September 2004 30 September 2004

Penggalian ide
Pembuatan proporsal penelitian

Pelaksanaan

2 Januari 2005 01 Juli 2005

Pengumpulan data
Tabulasi dan pengolahan data

21

Analisis data
Pembuatan hasil sementara

Penyelesaian :

01 Juli 2005 30 Juli 2005

Pembuatan laporan lengkap

IV.10.Peneliti

Virany Diana

Hetty Listyandarini

Pramira Fitri

Deddy Iskandar

IV.11.Rencana Anggaran

Instrumen dan kuesioner

Rp. 100.000,00

Akomodasi

Rp. 200.000,00

Pembuatan laporan

Rp.100.000,00

Jumlah

Rp. 400.000,00

22

Daftar Pustaka :
1. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB. Nelson Textbook of Pediatrics 16 th
Ed Philadelphia: WB Saunders Company, 2000. pp. 566-568
2. Gomella TL. Perinatal Asphyxia. Neonatology : Management, Procedurs, On
Call Problems, Diseases and Drugs 3 rd Ed Philadelphia: Appleton & Lange,
1994; pp. 399-407
3. Fleisher RG, Ludwig S. Synopsis of Pediatric Emergency Medicine :
Neonatal Resuscitation. Philadelphia : JB Lippincott,2002; pp.18-24
4. Goldsmith JP, Karotkin EH. Assisted Ventilation of Neonate : Resuscitation.
Philadelphia : JB Lippincott,1994; pp. 70-89
5. Damanik SM, Indarso F, Karijadi EK, Sarwono EK. Simposium Gawat
Darurat Pada Anak :Gawat Darurat Pada Bayi Baru Lahir. Surabaya : Seksi
Neonatologi-Perinatologi Laboratorium/UPF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga, 1987; hal. 26-45
6. Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan Edisi ketiga, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo, 1991, hal.154-163
7. Rochjati P. Kuliah Konsep Kehamilan Risiko Tinggi dan Strategi Pendekatan
Risiko Untuk Ibu Hamil, Surabaya, 1998.

23

8. Sarwono E. Buku Petunjuk Neonatologi. Surabaya : Seksi NeonatologiPerinatologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, 1992; hal. 1-4
9. Sarwono E. Simposium Sesak Pada Bayi dan Anak : Sesak Nafas Pada Bayi
Baru Lahir. Divisi Haematologi-Perinatologi Laboratorium/UPF Ilmu
Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya, 1990;
hal. 79-96
10. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Ilmu Kesehatan Anak 3 Cetakan keenam. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Jakarta, 1991; hal. 10371040 dan 1072-1081
11. Chandra B. Pengantar Statistik Kesehatan Cetakan I, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC, 1995; hal.97-100
12. Chandra B. Pengantar Prinsip dan Metode Epidemiologi Cetakan I, Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1996; hal 53-56
13. Casey BM, McIntire DD, Leveno KJ. The Continuing Value of the Apgar
Score for the Assessment of Newborn Infants. The New England Journal of
Medicine, 2001; 344: 467-471

24

Lampiran 1

Kuesioner Penelitian

A. Data Umum
1. Nama Ibu/Neonatus

..

2. Anak ke

..

3. Umur Ibu

4. Tanggal kelahiran

5. Umur Kehamilan

. bulan

B. Data Khusus
1. Persalinan : (pilih)
a. Spontan Kepala

d. Forcep Ekstraksi

b. Spontan Brach

e. Sectio Caesar

c. Vacuum Ekstraksi
2. Penyakit Ibu : (pilih)
a. Tidak ada
b. Solutio Placenta / placenta praevia
c. Hipertensi / preeklamsia / eklamsia
d. Kelainan uterus
e. Lain-lain
3. Data neonatus :

25

a. Apgar Score

./.

b. Jenis kelamin

Laki-laki / perempuan

c. Cacat bayi

Ya (.)

. Tidak

Lampiran 2

Master Tabel

No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32

Nama
By.ny.

Anak
ke

L/P

Bln

Umur
Ibu

Persalinan

penyulit

AS
1 mnt

BB
(gr)

26

33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48

27

Tambahan dan ralat dari halaman 16


IV.3.Populasi dan Sampel

Populasi sampel (sama)

Unit sampel (sama)

Cara pengambilan sample (sama)

Besar sample
Besarnya sampel ditentukan dengan menggunakan rumus :
Z 1-/2 + Z 1-
n=

+3
0,5 ln (1+r/1-r)

Kriteria Inklusi :
Neonatus cukup bulan yang diketahui data Apgar Scorenya
Diketahui umur ibu yang melahirkan
Dilahirkan dengan persalinan normal spontan kepala

Kriteria Eksklusi
Neonatus kurang bulan
Dilahirkan dengan persalinan spontan brach, vacuum ekstraksi,
forcep ekstraksi, dan sectio caesar

28

Dilahirkan dengan penyulit faktor placenta, faktor fetus, dan faktor


neonatus
Dilahirkan dengan penyulit faktor ibu (faktor resiko I selain 1,2,6;
faktor resiko II, faktor resiko III)
Ada cacat bayi

You might also like