Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Cabai merupakan tanaman hortikultura semusim yang mempunyai nilai
ekonomi (Barany et al. 2001). Belakangan ini produksi cabai terus meningkat
terutama di negara-negara berkembang dan yang sedang berkembang baik di
benua Afrika maupun Asia (Deptan go.id, 2006).
Di Indonesia cabai termasuk komoditas hortikultura bernilai ekonomi yang
dapat dikonsumsi baik sebagai rempah maupun untuk sayuran. Permintaan cabai
di Indonesia diproyeksikan meningkat setiap tahunnya sehingga impor harus
dilakukan kalau produksi dalam negeri tidak dapat terpenuhi (BPS, 2000).
Salah satu varietas cabai yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah
cabai merah keriting. Perbaikan varietas cabai merah keriting seperti ketahanan
terhadap penyakit dapat dilakukan melalui aplikasi teknologi mutasi dan teknik
kultur jaringan sehingga akan memberikan nilai tambah untuk program
pemuliaan, terutama dalam usaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi
cabai secara optimal (Morrison dan Evans, 1988).
Salah satu metoda dalam kultur jaringan yang banyak digunakan untuk
menunjang kegiatan pemuliaan tanaman adalah kultur antera. Tanaman haploid
ganda yang dihasilkan dari kultur antera dapat mencapai homozigot pada generasi
kedua. Hal ini akan mempersingkat waktu seleksi jika dibandingkan dengan
pemuliaan secara konvesional disamping evaluasi karakter kuantitatif yang dapat
dipercepat
sehingga
lebih
menghemat
waktu
dan
tempat
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk memaparkan dan
menjelaskan tentang mutasi fisik pada tanaman cabai (Capsicum annum L.)
Kegunaan Penulisan
Adapun kegunaan dari penulisan ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk memenuhi komponen penilaian di Laboratorium Dasar Pemuliaan Tanaman
Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara,
Medan
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Cabai merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae; Divisio :
Spermatophyta; Sub divisi: Angiospermae; Kelas: Dicotyledonae; Ordo:
Tubiflorae (Solanales); Famili: Solanaceae; Genus : Capsicum; Spesies :
Capsicum annum L. (Novary, 1997),
Perakaran tanaman cabai merah merupakan akar tunggang yang terdiri atas
akar utama (primer) dan akar lateral (sekumder). Dari akar lateral keluar
serabutserabut akar yang disebut dengan akar tersier. Panjang akar primer berkisar
35- 50 cm, akar lateral menyebar sekitar 35 45 cm (Prajnanta, 1999). Batang
utama cabai merah tegak lurus dan kokoh,tinggi sekitar 30 38 cm dan diameter
batang sekitar 1,5 3 cm. Batang utama berkayu dan berwarna cokelat kehijauan.
Pembentukan kayu pada batang utama mulai terjadi umur 30 hari setelah tanam
(hst). Pada setiap ketiak daun akan tumbuh tunas baru yang dimulai umur 10 hari
setelah tanam. Namun tunas- tunas ini harus di hilangkan sampai batang utama
menghasilkan bunga pertama tepat di antara cabang primer. Cabang primer inilah
yang terus dipelihara dan tidak dirempel sehingga bentuk percabangan dari batang
utama ke cabang primer terbentuk huruf Y (Prajnanta, 1999).
Daun berbentuk sederhana, besarnya bervariasi, berbentuk bulat telur
memanjang ujungnya meruncing, panjang 5 12 cm dan lebar 1 1,5 cm, tangkai
daun 1 -2,5 (Pracaya,1994).
Bunga tumbuh tunggal atau kadang- kadang berkelompok pada setiap
ruas. Pada saat anhesis, tangkai bunga umunya merunduk. Setiap bunga
mempunyai helai daun bunga dan 5 -6 helai mahkota bunga yang berwarna putih
susu atau kadang- kadang ungu. Bunga cabai mempunyai satu kepala putik
(stigma), berbentuk bulat dengan benang sari yang berjumlah 6 buah
(Prajnanta, 1999).
Buah cabai merupakan buah sejati tunggal, terdiri dari satu bunga dan satu
bakal buah. Buah ini terdiri atas bagian tangkai buah, kelopak daun dan buah.
Bagian buah terdiri atas kulit buah berwarna hijau apabila masih dalam keadaan
muda dan berwarna merah apabila sudah tua/masak, daging buah, dan biji.
Permukaan buah rata dan licin, dan yang telah masak berwarna merah kilat.
Panjang buah berkisar antara 9 -15 cm, diameter 1 1, 75 cm, dan berat bervariasi
dari 7,5 15 g/buah. Panjang tangkai buah 3,5 4,5 cm berwarna hijau tua. Buah
menggantung terletak di percabangan/sekitar ketiak daun (Nawangsih dkk, 2001)
Syarat Tumbuh
Iklim
Faktor iklim termasuk memegang peranan penting dalam budidaya cabai
hibrida yaitu angin, curah hujan, cahaya matahari, kelembaban, suhu. Angin
berperan penting sebagai perantara penyerbukan (Prajnanta, 1999).
Curah hujan pada waktu pertumbuhan tanaman sampai akhir pertumbuhan
yang baik sekitar 600 -1250 mm/tahun. Bila curah hujan berlebihan dapat
menimbulkan penyakit, kekurangan hujan dan tidak ada pengairan juga dapat
membuat tanaman cabai menjadi kerdil. Kelembaban yang rendah dan temperatur
yang tinggi menyebabkan penguapan tinggi sehingga tanaman akan kekurangan
air, akibatnya kuncup bunga dan buah yang masih kecil akan banyak yang rontok
(Pracaya, 1994).
berada pada selang yang masih cukup lebar, yaitu antara 25-120 gray. Jika
iradiasi dilakukan pada benih, pada umumnya kisaran dosis yang efektif lebih
tinggi dibandingkan jika dilakukan pada bagian tanaman lainnya. Semakin banyak
kadar oksigen dan molekul air (H2O) dalam materi yang diiradiasi, maka akan
semakin banyak pula radikal bebas yang terbentuk sehingga tanaman menjadi
lebih sensitif. Untuk itu maka perlu dicari dosis optimum yang dapat efektif
menghasilkan tanaman mutan yang pada umumnya terjadi pada atau sedikit
dibawah
nilai LD50
menyebabkan
50%
(Lethal
Dose
kematian
50).
dari
LD50
populasi
adalah
yang
dosis
yang
diradiasi
PEMBAHASAN
Mutasi
Mutasi adalah perubahan materi genetik, yang merupakan sumber pokok
dari semua keragaman genetik dan merupakan bagian dari fenomena alam
(Aisyah, 2006). Mutasi dapat terjadi secara spontan di alam, namun peluang
kejadiannya sangat kecil, yaitu sekitar 10-6 (Aisyah, 2009). Induksi mutasi dapat
dilakukan dengan menggunakan mutagen kimia seperti EMS (ethylene methane
sulfonate), NMU (nitrosomethyl urea), NTG (nitrosoguanidine), dan lain-lain)
atau mutagen fisik (seperti sinar gamma, sinar X, sinar neutron dan lain-lain).
Akan
tetapi
mutasi
memperlihatkan hasil
dengan
yang
iradiasi
lebih
baik
pada
bagian
dibandingkan
vegetatif
perlakuan
tanaman
dengan
10
11
12
13
Dari eksperimen yang telah banyak dilakukan, diperoleh data bahwa mutasi pada
sel-sel generatif kebanyakan bersifat letal, yaitu membawa kernatian pada
keturunannya sebelum atau beberapa waktu setelah kelahiran. Karena itu,
pembuatan mutan dengan cara ini, misalnya biji-biji yang akan diunggulkan perlu
dilakukan pada jumlah yang amat besar dan intensitas radiasi yang optimal.
Masalahnya adalah bagaimana cara pengaturan intensitas ini. Hal ini memerlukan
riset berulang kali dan berjangka panjang untuk menemukan mutan yang
dikehendaki (Safitri dan Lenni, 2010)
14
KESIMPULAN
1. Mutasi adalah peristiwa perubahan sifat gen (susunan kimia gen) atau
kromosom yang menyebabkan perubahan sifat yang baka (diturunkan)
tetapi bukan sebagai akibat persilangan atau perkawinan.
2. Sinar gamma adalah sebuah bentuk berenergi dari radiasi elektromagnetik
yang diproduksi oleh radioaktivitas atau proses nuklir atau subatomik
lainnya seperti penghancuran elektron-positron
3. Aplikasi radiasi Sinar Gamma dilakukan untuk memperoleh bibit tanaman
yang diharapkan menjadi tanaman yang poliploid artinya berkromosom
banyak
4. Semakin tinggi radiasi Sinar Gamma akan menurunkan daya tumbuh
tanaman cabai.
DAFTAR FUSTAKA
15
Aisyah, S. I. 2006. Mutasi induksi, hal. 159 178. Dalam S. Sastrosumarjo (Ed.)
Sitogenetika Tanaman. IPB Press. Bogor.
____________., H. Aswidinoor, A. Saefuddin, B. MArwoto, dan S.
Sastrosumarjo. 2009. Induksi mutasi pada stek pucuk anyelir (Dianthus
caryophyllus Linn.) nelalui iradiasi sinar gamma. J. Agron. Indonesia. 37
(1) : 62 70.
Azri Kusuma Dewi 1) dan Ita Dwimahyani 2) (PDF File didownload dari
Google.com - MEMPELAJARI-KULTUR.pdf)
Barany. 2001. Radiosensitivity studies in Basmati rice. Pak. J. Bot. 35 (2) : 197
207.
Biro Pusat Statistik. 185-199.
BPS. 2002. Survei pertanian produksi tanaman pangan dan sayuran di Indonesia.
DEPTAN.2006.Radiasi.http://www.batan.go.id/organisasi/kerjasama.php.
19Desember 2006.
Hadioetomo,dkk (2006), Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press
Herison, C., Rustikawati, Sujono H. S., Syarifah I. A. 2008. Induksi mutasi
melalui sinar gamma terhadap benih untuk meningkatkan keragaman
populasi dasar jagung (Zea mays L.). Akta Agrosia 11(1):57-62.
Ishak, Dwimahyuni I. Mutagenesis. Hal 322 356. Dalam Soetarso (Ed).
Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Jogjakarta.
Kesha and Maluszynski. 2003. Effect of gamma rays and EMS on two varieties of
soybean. Asian Journal of Plant Sciences. 5 (4) : 721 724.
Morrison and Evans. 1988. Sorghum breeding for improved drought tolerance
using induced mutation wiyh gamma irradiation. J. Agron. Indonesia. 38
(2) : 95 99
Poespodarsono, S. 1988. Dasar-Dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. PAU IPB dan
LSI-IPB. Bogor. 168 hal.
Qu, J. M., and Chen. 1983. Breeding Field Crops. Iowa State University Press.
Ames. 432 p.
Safitri, R., F. Lenni. 2010. STUDY OF GAMMA RAY IRRADIATION ON
FOOD,PRESERVETION (Case Study on Chili Powder). Jurusan Biologi.
FMIPA Universitas Syiah Kuala
Sanjaya, L., G. A. Wattimena, E. Guharja, M. Yusuf, H. Aswidinnoor, dan P. Stam.
2002. Keragaman ketahanan aksesi Capsicum terhadap antraknose
16