Professional Documents
Culture Documents
telah ada kelompok lain yang tinggal di sana, antara lain Yahudi.
Di Madinah lah Muhammad s.a.w. melakukan pembinaan masyarakat Islam.
Pembinaan masyarakat ini tidak hanya di bidang aqidah, tetapi juga menyangkut
masalah politik, ekonomi, dan sosial budaya. Di Madinah, perkembangan ajaran
Islam maju dengan pesat. Pada fase ini ajaran lebih ditekankan pada hukum
kemasyarakatan atau lebih kepada muamallah.
Dengan semakin besarnya kaum muslimin, dianggap merupakan ancaman bagi
kelompok lain, maka semakin benci pula orang-orang Quraisy kepada Muhammad
s.a.w. dan para pendukungnya. Konstelasi kebencian makin meningkat sehingga
mengakibatkan timbulnya peperangan, antara lain Badr, Uhud, Ahzab, Khandaq, dan
beberapa perang lainnya. Pada prinsipnya bagi kaum muslimin peperangan ini adalah
upaya defensif dan dalam rangka menegakkan kalimah tauhid.
Muhammad s.a.w. mangkat dan dimakamkan di Madinah di usia 63 tahun, pada
tanggal 12 Rabiul Awal 11 H, bertepatan dengan tanggal 8 Juni 632.
C. LATAR BELAKANG BERDIRINYA HMI
1. Kondisi Islam di Dunia
Kondisi umat Islam dunia pada saat menjelang kelahiran HMI dapat dikatakan
ketinggalan dibandingkan masyarakat Eropa dengan Reinasance-nya. Ini dapat dilihat
dari penguasaan teknologi maupun pengetahuan, bahkan sebagain besar umat Islam
berada di bawah ketiak penindasan nekolim barat yang notabene dimotori oleh
kelompok Kristen. Umat Islam hanya terpaku, terlena oleh kejayaan masa lampau
atau pada zaman keemasan Islam.
Umat Islam pada umumnya tidak memahami ajaran Islam secara komprehensif,
sehingga mereka hanya berkutat seputar ubudiyah atau ritual semata tanpa memahami
bahwa ajaran Islam adalah ajaran paripurna yang tidak hanya mengajarkan hubungan
manusia dengan Tuhan, namun lebih jauh daripada itu menderivasikan hubungan
transenden ke dalam seluruh aspek kehidupan.
Berangkat dari pemahaman ajaran Islam yang kurang, umat berada dalam
keterbelakangan dan fenomena ini terjadi dapat dikatakan di seluruh dunia. Hal
tersebut mengakibatkan terpuruknya umat Islam yang dijanjikan Allah untuk
dipusakai alam semesta. Lebih ironis lagi ketika umat terbagi menjadi berbagai
golongan yang hanya berangkat dari masalah khilafiyah, yang bedampak pada
melemahnya kekuatan Islam.
Sosial Politik, dan Lafran Pane menjadi sarjana pertama dalam ilmu politik dari
fakultas tersebut pada tanggal 26 Januari 1953.
2. Gagasan Pembaharuan Pemikiran Keislaman
Untuk melakukan pembaharuan dalam Islam, maka pengetahuan, pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan umat Islam akan agamanya harus ditingkatkan,
sehingga dapat mengetahui dan memahami ajaran Islam secara benar dan utuh.
Kebenaran Islam memiliki jaminan kesempurnaannya sebagai peraturan untuk
kehidupan yang dapat menghantarkan manusia kepada kebahagian dunia dan akhirat.
Tugas suci umat Islam adalah mengajak umat manusia kepada kebenaran Illahi dan
kewajiban umat Islam adalah menciptakan masyarakat adil makmur material dan
spiritual. Dengan adanya gagasan pembaharuan pemikiran keislaman, diharapkan
kesenjangan dan kejumudan pengetahuan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan
ajaran Islam dapat diminimalisir, bahkan kalau bisa dihilangkan, hal ini dilakukan
dan dilaksanakan sesuai dengan ajaran Islam. Kebekuan pemikiran umat Islam telah
membawa pada arti agama yang kaku dan sempit, tidak lebih dari agama yang hanya
melakukan peribadatan. Al-Quran hanya dijadikan sebatas bahan bacaan, Islam tidak
ditempatkan sebagai agama universal. Gagasan pembaharuan pemikiran Islam ini pun
hendaknya dapat menyadarkan umat Islam yang terlena dengan kebesaran dan
kejayaan masa lalu.
3. Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial Budaya
Ciri utama masyarakat Indonesia adalah kemajemukan sosial budaya, kemajemukan
tersebut merupakan sumber kekayaan bangsa yang tidak ternilai, tetapi keberagaman
yang tidak terorganisir akan mengakibatkan perpecahan dalam Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Tujuan awal saat HMI berdiri juga tidak terlepas pada gagasan dan visi perjuangan
sosial budaya, yaitu :
1) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat
Indonesia
2) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam
Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa HMI ingin agar kehidupan sosial budaya yang
ada menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia guna mempertahankan
kemerdekaan yang baru diraih. Untuk menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam
pun harus dipelajari kondisi sosial budaya gara tidak terjadi benturan kultur.
Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran Islam sebatas ritual
harus diubah pemahamannya dan keadaan sosial budaya yang telah mengakar ini
tidak dapat diubah serta merta, tetapi melalui proses panjang dan bertahap.
4. Komitmen Keislaman dan Kebangsaan sebagai Dasar Perjuangan HMI
Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan kebangsaan yang
bersatu secara integral sebagai dasar perjuangan HMI yang dirumuskan dalam tujuan
HMI yaitu :
1) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat
Indonesia yang didalamnya terkandung wawasan atau pemikiran kebangsaan atau keIndonesiaan
2) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam yang didalamnya terkandung
pemikiran ke-Islaman
Komitmen tersebut menjadi dasar perjuangan HMI di dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Sebagai organisasi kader, wujud nyata perjuangan HMI dalam
komitmen keumatan dan kebangsaan adalah melakukan proses perkaderan yang ingin
menciptakan kader berkualitas insan cita yang mampu menjadi pemimpin yang
amanah untuk membawa bangsa Indonesia mencapai asanya.
Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan masih melekat dalam
gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara jelas tersurat dalam rumusan tujuan HMI
(hasil Kongres IX HMI di Malang tahun 1969) sampai sekarang, Terbinanya insan
akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Namun kedua
komitmen itu tidak dilakukan secara institusional, melainkan dampak dari proses
pembentukan kader yang dilakukan oleh HMI.
E. DINAMIKA SEJARAH PERJUANGAN HMI DALAM SEJARAH
PERJUANGAN BANGSA
1. HMI dalam Fase Perjuangan Fisik
HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik ketika terjadi pemberontakan PKI di
Madiun pada tahun 1948. Pemberontakan tersebut bertujuan mengambil alih
kekuasaan pemerintahan yang sah dan ingin mendirikan Soviet Republik Indonesia.
Menghadapi hal tersebut, HMI menggalang seluruh kekuatan mahasiswa dengan
membentuk Corps Mahasiswa. Selama waktu krisis tersebut anggota HMI terpaksa
meninggalkan bangku kuliah untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dari pengkhianatan PKI, selain itu HMI pun terlibat dalam perjuangan fisik
beberapa pertanyaan yang diajukan kepada HMI saat itu menyangkut sikap yang
diambil HMI, yaitu: (1) Apakah HMI mendukung Manipol/Usdek atau tidak? (2)
HMI setuju Pancasila atau tidak? Dan (3) HMI setuju sosialisme Indonesia atau
tidak?
Munas memberikan jawaban sebagai berikut :
1) Ya, HMI mendukung Manipol/Usdek sebagai haluan negara yang ditetapkan oleh
MPRS
2) Ya, HMI setuju Pancasila yang merupakan rancangan kesatuan dengan Piagam
Jakarta
3) Ya, HMI setuju sosialisme Indonesia, yaitu masyarakat adil makmur yang diridhoi
Tuhan Yang Maha Esa
Dengan melakukan pendekatan-pendekatan itu maka HMI dapat terselamatkan, isu
dan tuduhan yang dilancarkan terhadap HMI tidak berhasil untuk mengubur HMI
dalam percaturan sejarah.
3. HMI dalam Transisi Orde Lama dan Orde Baru
Tahun 1965, HMI mengalami tantangan yang berat, HMI terancam dibubarkan, dan
lagi-lagi HMI lulus dalam ujian sejarah sehingga HMI dapat mempertahankan
eksistensinya hingga saat ini (entah esok hari, entah lusa nanti, entah). HMI
adalah salah satu komponen bangsa yang menentang faham dan ajaran komunis,
sedangkan PKI saat itu merupakan kekuatan sosial politik yang besar di negara
Republik Indonesia.
PKI berkeinginan untuk membubarkan HMI karena merupakan salah satu musuh
utamanya, usaha untuk membubarkan HMI dilakukan PKI dengan gencar (Kalau
tidak mampu membubarkan HMI, lebih baik pakai sarung saja), apalagi menjelang
Gestapu atau Gestok (istilah Pemimpin Besar Revolusi Soekarno).
Masalah pembubaran HMI bukan hanya menjadi masalah internal, tapi lebih jauh
daripada itu, hal tersebut merupakan masalah umat Islam dan bangsa Indonesia pada
umumnya.
Puncak dari usaha PKI untuk merebut kekuasaan dan kedaulatan Negara Republik
Indonesia adalah dengan melakukan pemberontakan Gerakan 30 Sepetember/PKI
tahun 1965. Pemberontakan tersebut dimulai melalui cara penculikan terhadap para
perwira tinggi TNI-AD (kecuali Pangkostrad yang merupakan jabatan strategis,
why ?), dan menghabisi para perwira itu.
Menyikapi hal ini, HMI mengutuk Gestapu dan menyatakan bahwa gerakan tersebut
dilakukan oleh PKI (pernyataan bahwa G30S/PKI diotaki oleh PKI pertama kali
dilontarkan oleh HMI sumber Agussalim Sitompul), HMI ikut membantu
pemerintah dalam menumpas G30S/PKI dan kerelaan HMI untuk membantu
sepenuhnya ABRI.
Setelah turunnya Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai Presiden Republik
Indonesia, HMI bersikap mendukung pemerintahan baru yang ingin menjalankan
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen (katanya sih gitu waktu naik)
dan HMI ikut dalam usaha-usaha untuk menumpas sisa-sisa PKI serta organisasi
underbouw PKI.
4. HMI dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa
Berdasarkan tujuan HMI, maka kader HMI harus memiliki kualitas insan cita, yang
karenanya akan tercipta kader yang memiliki intelektual tinggi yang dilandasi oleh
iman serta diabdikan kepada umat dan bangsa. Pengabdian para kader ini akan dapat
dijadikan penopang dalam pembangunan bangsa dan negara Republik Indonesia.
Peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagai berikut :
1) Partisipasi dalam pembentukan situasi dan iklim
2) Partisipasi dalam pemberian konsep
3) Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan
Dalam menjalani peran tersebut, banyak halangan dan rintangan yang justru
sebenarnya lebih dominan faktor internal, misalnya pergeseran nilai yang berdampak
pada hilangnya ruh perjuangan HMI. Selain itu faktor eksternal memaksa HMI untuk
terbawa pusaran kekuasaan, misal masalah asas tunggal yang mengakibatkan
perpecahan HMI menjadi dua yaitu HMI yang bermarkas di Diponegoro dan HMI
yang menamakan dirinya Majelis Penyelamat Organisasi.
5. HMI dan Fase Pasca Orde Baru
Setelah runtuhnya Orde Baru, dimulailah babak baru perjalanan bangsa yang dikenal
dengan sebutan Reformasi. Namun ternyata sampai saat ini reformasi masih berupa
angan yang belum dapat terealisir, ironisnya kehilangan arah, karena banyak
komponen bangsa yang ingin merasakan sesuatu yang instan, tetapi dengan harapan
berumur panjang.
Peran HMI dalam reformasi banyak dipertanyakan orang, analisa sementara ini
diakibatkan penempatan peran HMI yang salah pada fase pembangunan. Bahkan
gerakan mahasiswa di luar HMI seringkali menempatkan HMI sebagai common
enemy.
Dinamika organisasi di manapun akan selalu mengalami fluktuasi, akankah HMI
tetap bertahan ? [***]
Referensi:
1. Drs. Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI (1974-1975), Bina Ilmu
2. DR. Victor I. Tanja, HMI, Sejarah dan Kedudukannya Ditengah Gerakan Muslim
Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan, 1982.
3. Prof. DR. Deliar Noer, Partai Islam Di Pentas Nasional, Graffiti Pers, 1984
4. Sulastomo, Hari-hari Yang Panjang, PT. Gunung Agung, 1988
5. Agus-Salim Sitompul, Historiografi HMI, Tintamas, 1995
6. Ramli Yusuf (ed), 50 tahun HMI Mengabdi, LASPI, 1997.
7. Ridwan Saidi, Biografi A. Dahlan Ranuwiharjo, LSPI, 1994.
8. M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik di Indonesia, Mizan, 1997
9. Muhammad Kamal Hasan, Modernisasi Indonesia, Respon Cendikiawan Muslim
Masa Orde Baru, LSI 1987.
10. Muhammad Hussein Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, LiteraAntarNusa
11. Dr. Badri Yatim, MA, Sejarah Peradaban Islam, I, II, III, Rajawali Pers
12. Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam
13. Moksen ldris Sirfefa et. Al (ed), Mencipta dan Mengabdi, PB HMI, 1997
14. Hasil-hasil Kongres HMI
15. Sejarah Kohati
16. Sharsono, HMI Daiam Lingkaran Politik Ummat Islam, Cl IS, 1997.
17. Prof. DR. Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Indonesia (1902-1942), LP3ES,
1980.
18. Literatur lain yang relevan
Tulisan ini berasal dari Buku Panduan Pelaksanaan Basic Training Himpunan
Mahasiswa Islam yang diterbitkan oleh Badan Koordinasi Nasional Lembaga
Pengelola Latihan Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam Periode 2003 2005