Professional Documents
Culture Documents
ILUSTRASI KASUS
Nama Peserta
Nama Wahana
Topik
: Sirosis Hepatis
Tanggal Kasus
: 11 Juni 2015
Tanggal Presentasi
Pembimbing
Pendamping
Tempat Presentasi
Deskripsi
agustus 2015
Seorang wanita 36 tahun datang ke RSUD dr. Kanujoso Djatiwibowo dengan keluhan
perut membesar, pasien mengeluhkan perut semakin membesar 3 bulan sebelum ke
Rumah Sakit hal ini juga di sertai dengan rasa sakit dan penuh di perut pasien, pasien
juga mengeluhkan beberapa hari ini terasa sesak.
sebelumnya pasien pernah 2 kali berobat dengan keluhan yang sama dan dikatakan
sakit liver.
Perut yang membesar menyebabkan pasien sulit beraktivitas karena lemas sehingga
pasien hanya dapat tidur-tiduran dan beristirahat. Perut bertambah makin membesar
secara cepat dalam waktu 3 bulan
Gejala penyerta: Mata kuning (+),Rasa Penuh/kembung (+), mual (+), muntah (-),
muntah darah (-), nafsu makan menurun (+), penurunan berat badan (+), badan
terasa lemas (+), demam (-), BAB hitam.
Tujuan
Bahan Bahasan
:
Tinjauan Pustaka
Cara Membahas
Diskusi
Riset
Kasus
Audit
:
Presentasi dan Diskusi
Pos
Data Pasien
Nama
No RM
Usia
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
: Ny. VS
: 00.54.45.66
: 36 tahun 4 bulan
: Perempuan
: Kristen
: Jln. Soekarno Hatta KM 33 RT 11 Kec Samboja, Kutai Kartanegara
Pendidikan
Pekerjaan
: SLTP
:
badan (+), badan terasa lemas (+), demam (-), BAB / BAK (+) Normal.
Pemeriksaan Fisik
Status present
a
Keadaan umum
seperti hamil
b
Kesadaran
Tanda Vital:
-
Tekanan darah
: 100/70 mmHg
Laju nafas
: 20 kali/menit
Nadi
Suhu tubuh
: 36.9 oC (axiler)
Status Internus
-
Kepala
: mesosefal
Kulit
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Tenggorok
Leher
Dada
Pulmo
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
: suara nafas
vesikuler
suara tambahan:
ronkhi basah halus -/wheezing
-
Jantung
-/-
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Batas kiri
Batas atas
Batas kanan
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
:
: cembung, umbilikus menonjol, venektasi (+),kulit
mengkilat (+)
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Ekstremitas
superior
inferior
Sianosis
-/-
-/-
Udem
-/-
Akral dingin
-/-
-/-
Eritema palmaris
-/-
-/-
-/-
White nail
-/-
-/-
SATUAN
gr%
%
jt/mmk
Pg
Fl
g/dL
ribu / mmk
ribu / mmk
%
10,4
30,0
3,6
29,2
84,3
34,7
2.010
16.000
15,7
NILAI NORMAL
12-15
35-47
3,9-5,6
27-32
76-96
29-36
4-11
150-400
11,60-14,80
Kimia Klinik
HASIL
Albumin
SGOT
SGPT
Ureum
Creatinin
Natrium
Kalium
Calcium
3,71
25,8
13,8
17,0
0,67
144
4,0
1,14
Pemeriksaan Imunologi
SATUAN
gr/dL
U/l
U/l
mg/dl
mg/dl
mmol/L
mmol/L
mmol/L
NILAI NORMAL
3,4 -5,0
15 37
30 65
15 39
0,6 1,30
136 145
3,5 5,1
2,12 2,52
02 Januari 2015
HBs Ag (elisa)
HASIL
reactive
SATUAN
COI
NILAI NORMAL
Non reactive /
< 2,00
Non reactive
Pemeriksaan Imunologi
Anti HIV
16 Maret 2015
HASIL
Non reactive
SATUAN
(kualitatif)
Pemerikasaan Radiologi
08 Januari 2015
NILAI NORMAL
Non reactive
Pemeriksaan thorax AP
Kesan Cardio dan Pulmonal dalam batas normal
Pemeriksaan USG
16 Maret 2015
USG abdomen
kesan : splenomegali dan asites sesuai dengan sirosis hepatica, tidak tampak
appendicitis ( adanya appendicitis retrocaecal belum dapat disingkirkan )
Assessment / pengkajian
Sirosis Hepatis adalah Suatu penyakit hati menahun berupa kerusakan
parenkim difus yang ditandai oleh perubahan sirkulasi mikro, anatomi
pembuluh darah besar, dan seluruh sistem arsitektur hati yang disebabkan oleh
fibrosis difus, penumpukan jaringan ikat kolagen, serta regenerasi noduler
hepatosit
Sebagian besar jenis sirosis dapat diklasifikasikan secara etiologis dan
morfologis menjadi: 1) alkoholik, 2) kriptogenik dan post hepatitis (pasca
nekrosis), 3) biliaris, 4) kardiak dan 5) metabolik, keturunan dan terkait obat.
Adapun penyebab dari sirosis hepatik antara lain:
Keluhan pasien sirosis Hepatis tergantung pada fase penyakitnya. Gejala
kegagalan hati disebabkan karena proses hepatitis kronik yang masih aktif yang
berjalan bersamaan dengan sirosis hepatik yang sedang terjadi. Dalam proses
penyakit hati yang berlanjut sulit dibedakan hepatitis kronik aktif yang berat
dengan permulaan sirosis yang terjadi (sirosis dini).
1. Fase kompensasi sempurna:
Pada fase ini pasien tidak mengeluh sama sekali atau samar-samar dan tidak
khas seperti pasien merasa tidak bugar, kelelahan, selera makan menurun,
perut kembung, mual, mencret, konstipasi, berat badan menurun, nyeri
tumpul atau perasaan berat pada kuadran kanan atas dan lain-lain. Keluhan
tersebut tidak banyak berbeda dengan pasien hepatitis kronik aktif tanpa
sirosis hepatik dan tergantung pada luasnya kerusakan hati. Pada beberapa
kasus bahkan tidak terdiagnosa selama hidupnya dan baru diketahui
sewaktu dilakukan autopsi.
2. Fase dekompensasi:
Pada fase ini sirosis hepatik sudah dapat ditegakkan diagnosanya dengan
bantuan pemeriksaan klinis, laboratorium, dan pemeriksaan penunjang
lainnya. Terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi
portal dengan manifestasi seperti eritema palmaris, spider nevi, vena
kolateral pada dinding perut, ikterus, edema pretibial dan ascites. Ikterus
dengan air kencing berwarna seperti air teh pekat mungkin akibat penyakit
yang berlanjut atau kearah keganasan. Bisa juga pasien datang dengan
keluhan gangguan pembekuan darah seperti pendarahan gusi, epistaksis,
gangguan siklus haid dan kadang pasien sering mendapat flu akibat infeksi
sekunder. Sebagian pasien datang dengan gejala hematemesis, hematemesis
dan melena, atau melena saja akibat pendarahan varises esofagus. Bisa juga
pasien datang dengan gangguan kesadaran berupa ensefalopati hepatika
sampai koma hepatik.
Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis dari sirosis hepatis merupakan akibat dari dua tipe gangguan
fisiologis, yaitu gagal sel hati dan hipertensi portal.
1. Manifestasi gagal hepatoseluler
1,2,5
Spider nevi, terlihat pada kulit khususnya sekitar leher , bahu dan
dada.
tangan
daerah
tenar
dan
hipotenar.
Merupakan
tanda
amenore.
Hal
ini
terjadi
akibat
meningkatnya
konversi
2,5
Fetor hepatikum, bau nafas yang khas pada pasien sirosis disebabkan
oleh peningkatan konsentrasi dimetil sulfid akibat pintasan porto sistemik
yang berat dan kegagalan fungsi hati. 2,5
Ensefalopati
hepatikum
hingga
koma
hepatikum.
Merupakan
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a. Sel - sel darah
Pemeriksaan darah tepi memperlihatkan Hb yang mungkin agak rendah
dengan gambaran normokromik normositik, hipokromik mikrositik atau
makrositik.
b.
Biokimia Darah
Pemeriksaan biokimia yang penting untuk sirosis hati meliputi
pemeriksaan serum glutamil oksalo asetat transaminase (SGOT) atau
aspartat aminotrasferase (AST) akan meninggi. Demikian pula serum
glutamil piruvat transaminase (SGPT) atau alanin aminotrasferase (ALT)
juga meninggi. Kenaikan kadar enzim transaminase tidak merupakan
petunjuk tentang berat dan luasnya kerusakan parenkim hati. Kenaikan
kadarnya dalam serum timbul akibat kebocoran dari sel yang mengalami
kerusakan. 1
Alakali fosfatase, meningkat kurang dari 2 sampai 3 kali batas normal
atas. Konsentrasi yang tinggi bisa ditemukan pada pasien kolangitis
sklerosis primer dan sirosis bilier primer.
Gamma-glutamiltranspeptidase (GGT), konsentrasinya seperti halnya
alkali fosfatase pada penyakit hati. Konsentrasinya tinggi pada penyakit
hati alkoholik kronik, karena alkohol selain menginduksi GGT
3. Pemeriksaan Hemostasis
4. Pemeriksaan Penunjang Lainnya.
a. Biopsi hati
b. USG Abdomen
c. Esofagoskopi
d. Sidikan Hati
e. Pemeriksaan Cairan Asites
Plan
a) Diagnosis : sirosis hepatis + asites + trombositopenia
b) Tatalaksana
- Venplon terpasang
- Inj. Furosemide 3 x 1 amp
- Inj. Pantoprazole 1 x 1amp
- Amlodipine tab 5 mg 1 x 1
- Cefotaxim 3 x 1
- Sucralfat syp 3 x1C
c) Pendidikan
Memberikan edukasi kepada pasien tentang penyakit, definisi secara umum
gejala yang timbul dari penyakit pasien serta tatalaksana akan yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pendahuluan
Hati merupakan pusat dari metabolisme seluruh tubuh, merupakan sumber energi
tubuh sebanyak 20% serta menggunakan 20 25% oksigen darah. Ada beberapa
fungsi hati yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Fungsi hemodinamik
Hati menerima 25% dari cardiac output, aliran darah hati yang normal 1500
cc/ menit atau 1000 1800 cc/ menit. Darah yang mengalir di dalam a.hepatica
25% dan di dalam v.porta 75% dari seluruh aliran darah ke hati. Aliran darah ke
hepar dipengaruhi oleh faktor mekanis, pengaruh persarafan dan hormonal, aliran
ini berubah cepat pada waktu exercise, terik matahari, shock.Hepar merupakan
organ penting untuk mempertahankan aliran darah.
Sirosis hepatis merupakan penyakit hati menahun yang difus ditandai
(2004). Di Medan dalam kurun waktu 4 tahun dijumpai pasien sirosis hati sebanyak
819 (4%) pasien dari seluruh pasien di Bagian Penyakit Dalam.2Umumnya angkaangka yang berasal dari rumah sakit - rumah sakit dikota-kota besar di
Indonesia memperlihatkan bahwa penderita laki-laki lebih banyak daripada
wanita dengan perbandingan antara 1,5 sampai 2 : 1. Usia yang terbanyak
adalah antara 31 sampai 50 tahun. Pernah juga ditemukan kasus yang bcrumur
antara 10-20 tahun. 1,3,4
Sirosis hati berkaitan dengan berbagai spektrum manifestasi klinis. Gambaran
klinis sirosis hati akibat dari perubahan morfologi dan sering mencerminkan
keparahan kerusakan hati daripada etiologi penyakit hati yang mendasarinya.
Kehilangan massa hepatoseluler fungsional dapat menimbulkan ikterus, edema,
koagulopati, dan variasi abnormalitas metabolik. Fibrosis dan gangguan vaskularisasi
akan menimbulkan hipertensi portal dan sekuelnya, termasuk varises gastroesofageal
dan splenomegali. Asites dan ensefalopati hepatik diakibatkan oleh insufisiensi
hepatoseluler dan hipertensi portal.
1,2,5
dari sirosis dan berkaitan dengan kualitas kehidupan yang memburuk, peningkatan
risiko infeksi dan gagal ginjal, dan akibat jangka panjangnya yang buruk. 1,3
Pengobatan pada sirosis biasanya hanya berupa simptomatik dan pengobatan
untuk penyulit serta menghambat progresifitas dari penyakit. Penanganan sirosis
memerlukan kerjasama tim medis, pasien, serta keluarga dan lingkungan dalam
pengelolaan penyakit ini. Edukasi terhadap pasien dan keluarganya tentang penyakit
dan komplikasi yang mungkin terjadi akan sangat membantu memperbaiki hasil
pengobatan, serta diharapkan dapat membantu memperbaiki kualitas hidup penderita.
2.1 Definisi
Suatu penyakit hati menahun berupa kerusakan parenkim difus yang ditandai
oleh perubahan sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar, dan seluruh
sistem arsitektur hati yang disebabkan oleh fibrosis difus, penumpukan
jaringan ikat kolagen, serta regenerasi noduler hepatosit. 6 Istilah Sirosis hati
diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros yang berarti kuning
orange (orange yellow), karena adanya perubahan warna pada nodul-nodul yang
terbentuk. Gambaran ini terjadi akibat adanya nekrosis dari hepatosit kolapsnya
jaringan penyangga, sumbatan pembuluh darah dan regenerasi dari parenkim hati
yang tersisa.2
2.2 Klasifikasi dan Etologi
1,2
penelitian
di
Indonesia
menyebutkan
virus
hepatitis
3. Metabolik
Hemokromatosis idiopatik, penyakit Wilson, defisiensi alpha 1
antitripsin, galaktosemia, tirosinemia kongenital, DM dan penyakit
penimbunan Glikogen.
4. Kolestasis kronik atau sirosis biliar sekunder intra dan ekstrahepatik
5. Bendungan aliran vena hepatika, dapat terjadi pada penyakit vena
oklusif, penyakit perikarditis konstriktif dan syndrome Budd-chiari.
6. Gangguan imunitas seperti pada hepatitis lupoid
7. Toksin dan obat seperti MTX, INH, Metildopa
8. Operasi pintas usus halus pada obesitas. Dalam hal ini dikaitkan dengan
masa transit yang pendek sehingga metabolit-metabolit antara lain
garam empedu dalam komposisi yang berbeda mencapai usus besar dan
mengalami penyerapan kembali sehingga menimbulkan reaksi radang
menahun di dalam hati.
9. Malnutrisi, infeksi seperti malaria, sistosomiasis
Mengenai malaria sebagai penyebab sirosis belum ada kepastian, sebab
parasit malaria tidak menyebabkan sumbatan yang kronis pada
pembuluh darah lobus didalam daerah porta atau dalam sinusoid
seperti halnya pada infeksi sistosomiasis. Mungkin dihubungkan
dengan kemudahan timbulnya keadaan malnutrisi atau keracunan
kronis yang dapat menyebabkan peradangan kronis dalam hati.
10. Tidak
diketahui
penyebabnya
dinamakan
sirosis
heterogenous.
Sebab-sebab Sirosis dan/atau Penyakit hati kronik
Penyakit Infeksi
kriptogenik/
Bruselosis. Toksoplasmosis
Ekinokokus, Skistosomiasis
Hepatitis Virus (Hep B, Hep C, Hep D, Sitomegalovirus)
Defisiensi
Sindrom Fanconi
Penyakit Gaucher
Penyakit simpanan glikogen
Hemokromatosis
Intoleransi fruktosa herediter
Penyakit Wilson
-antitripsin
Alkohol
Amiodaron
Arsenik
Obstruksi bilier
Penyakit perlemakan hati non alkoholik
Sirosis bilier primer
Kolangitis sclerosis primer
nodul
regenerative.Sehingga
kadang-kadang
disebut
sirosis
Hepatitis alkoholik
Fibrosis perivenular berlanjut menjadi sirosis panlobular akibat masukan
alcohol dan destruksi hepatosit yang berkepanjangan.Fibrosis yang terjadi dapat
berkontraksi di tempat cedera dan merangsang pembentukan kolagen.Di daerah
periportal dan perisentral timbul septa jaringan ikat seperti jaring yang akhirnya
menghubungkan triad portal dengan vena sentralis. Jalinan jaringan ikat halus ini
mengelilingi massa kecil sel hati yang masih ada yang kemudian mengalami
regenerasi dan membentuk nodulus. Namun demikian kerusakan sel hati yang terjadi
melebihi perbaikannya.Penimbunan kolagen terus berlanjut, ukuran hati mengecil,
berbenjol-benjol (nodular) menjadi keras, terbentuk sirosis alkoholik.
Mekanisme cedera hati alkoholik masih belum pasti. Diperkirakan
mekanismenya sebagai berikut: 1). Hipoksia sentrilobular, metabolism asetaldehid
etanol meningkatkan konsumsi oksigen lobular, terjadi hipoksemia relative dan
cedera sel di daerah yang jauh dari aliran darah yang teroksigenasi (missal daerah
perisentral); 2). Infiltrasi/aktivitas neutrofil ; 3). Formasi acetal-dehyde-protein
adducts ; 4). Pembentukan radikal bebas oleh jalur alternatif dari metabolisme etanol.
Sirosis Hati Pasca Nekrosis
Gambaran patologi hati biasanya mengkerut, berbentuk tidak teratur, dan
terdiri dari nodulus sel hati yang dipisahkan oleh pita fibrosis yang padat dan
lebar.Patogenesis sirosis hati menurut penelitian terakhir, memperlihatkan adanya
peranan sel stelata (stellate cell). Dalam keadaan normal sel stelata mempunyai peran
dalam keseimbangan pembentukan matriks ekstraseluler dan proses degradasi.
Pembentukan fibrosis menunjukan perubahan proses keseimbangan. Jika terpapapar
faktor tertentu yang berlangsung secara terus menerus ( misal: hepatitis virus, bahanbahan hepatotoksik). maka sel stelata akan menjadi sel yang membentuk kolagen,
jika proses berjalan terus di dalam sel stelata, dan jaringan hati yang normal akan
diganti oleh jaringan ikat.
Akibat dari sirosis hati, maka akan terjadi 2 kelainan yang fundamental yaitu
kegagalan parenkim hati dan hipertensi porta. Tekanan sistem portal lebih dari 10
mmHg (Normal 5-10 mmHg).Manifestasi dari gejala dan tanda tanda klinis ini pada
penderita sirosis hati ditentukan oleh seberapa berat kelainan fundamental tersebut.
penyakit hati yang berlanjut sulit dibedakan hepatitis kronik aktif yang berat
dengan permulaan sirosis yang terjadi (sirosis dini).
1. Fase kompensasi sempurna:
Pada fase ini pasien tidak mengeluh sama sekali atau samar-samar dan tidak
khas seperti pasien merasa tidak bugar, kelelahan, selera makan menurun,
perut kembung, mual, mencret, konstipasi, berat badan menurun, nyeri
tumpul atau perasaan berat pada kuadran kanan atas dan lain-lain. Keluhan
tersebut tidak banyak berbeda dengan pasien hepatitis kronik aktif tanpa
sirosis hepatik dan tergantung pada luasnya kerusakan hati. Pada beberapa
kasus bahkan tidak terdiagnosa selama hidupnya dan baru diketahui
sewaktu dilakukan autopsi.
2. Fase dekompensasi:
Pada fase ini sirosis hepatik sudah dapat ditegakkan diagnosanya dengan
bantuan pemeriksaan klinis, laboratorium, dan pemeriksaan penunjang
lainnya. Terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi
portal dengan manifestasi seperti eritema palmaris, spider nevi, vena
kolateral pada dinding perut, ikterus, edema pretibial dan ascites. Ikterus
dengan air kencing berwarna seperti air teh pekat mungkin akibat penyakit
yang berlanjut atau kearah keganasan. Bisa juga pasien datang dengan
keluhan gangguan pembekuan darah seperti pendarahan gusi, epistaksis,
gangguan siklus haid dan kadang pasien sering mendapat flu akibat infeksi
sekunder. Sebagian pasien datang dengan gejala hematemesis, hematemesis
dan melena, atau melena saja akibat pendarahan varises esofagus. Bisa juga
pasien datang dengan gangguan kesadaran berupa ensefalopati hepatika
sampai koma hepatik.
Pemeriksaan Fisik
Manifestasi klinis dari sirosis hepatis merupakan akibat dari dua tipe gangguan
fisiologis, yaitu gagal sel hati dan hipertensi portal.
1. Manifestasi gagal hepatoseluler
1,2,5
Spider nevi, terlihat pada kulit khususnya sekitar leher , bahu dan
dada. Merupakan pelebaran arteriol-arteriol bawah kulit yang berbentuk
titik merah yang agak menonjol dari permukaan kulit dengan beberapa
garis radier yang merupakan kaki-kakinya sepanjang 2-3 mm dengan
bentuk seperti laba-laba. Bila pusatya ditekan, maka kaki-kakinya akan
ikut
menghilang.
Spider
nevi
merupakan
salah
satu
tanda
tangan
daerah
tenar
dan
hipotenar.
Merupakan
tanda
amenore.
Hal
ini
terjadi
akibat
meningkatnya
konversi
2,5
Fetor hepatikum, bau nafas yang khas pada pasien sirosis disebabkan
oleh peningkatan konsentrasi dimetil sulfid akibat pintasan porto sistemik
yang berat dan kegagalan fungsi hati. 2,5
Ensefalopati
hepatikum
hingga
koma
hepatikum.
Merupakan
Sirosis Hati
Hipertensi Porta
Terbentuk Asites
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
a.
b.
Biokimia Darah
Pemeriksaan
biokimia
yang
penting
untuk
sirosis
hati
meliputi
Pada sirosis hati yang lanjut sering terjadi peninggian kadar gula
darah. Hal ini dikaitkan dengan berkurangnya kemampuan sel hati untuk
membentuk glikogen. Keadaan gula darah yang sukar dikendalikan pada
sirosis hati mempunyai prognosis yang kurang baik. 4
2. Pemeriksaan Serologi
a.
b.
masa
protrombin
(PTT)
merupakan
petunjuk
adanya
Biopsi hati .
Diagnosis pasti sirosis hati dapat ditegakkan secara mikroskopis dengan
melakukan biopsi hati. Dapat dilakukan dengan cara biopsi hati
perkutaneus atau biopsi terarah sambil melakukan peritoneoskopi. Biopsi
sulit dikerjakan dalam keadaan asites yang banyak dan hati yang
mengecil. 1
b.
USG Abdomen
Pada saat ini pemeriksaan USG sudah mulai dilakukan sebagai alat
pemeriksaan rutin penyakit hati karena pemeriksaannya non invasif dan
mudah digunakan, namun sensitifitasnya kurang. Yang dilihat pada USG
antara lain tepi hati, permukaan, pembesaran, homogenitas, asites,
splenomegali, gambaran vena hepatika, vena porta, pelebaran saluran
empedu, daerah hipo atau hiperekoik atau adanya SOL ( Space Occupying
Lesion). Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan nodular, permukaan iregular
dan
ada
peningkatan
ekogenitas
parenkim
hati. 2 Sonografi
dapat
Esofagoskopi
Dengan Esofagoskopi dapat dilihat varises esofagus sebagai komplikasi
sirosis hati / hipertensi portal. Kelebihan endoskopi ialah dapat melihat
langsung sumber perdarahan varises esofagus, tanda-tanda yang mengarah
akan kemungkinan terjadinya perdarahan (red color sign) berupa cherry
red spot, red whale marking, kemungkinan perdarahan yang lebih besar
akan terjadi bila dijumpai tanda diffus redness. Selain tanda tersebut dapat
dievaluasi besar dan panjang varises serta kemungkinan perdarahan yang
lebih besar.1
d.
Sidikan Hati
Radionukleid yang disuntikkan secara intravena akan diambil parenkim
hati, sel retikuloendotel dan limpa. Bisa dilihat besar dan bentuk hati,
limpa, kelainan tumor hati, kista, filling defek. Pada sirosis hati dan
kelainan difus parenkim terlihat pengambilan radio nukleid hati secara
bertumpuk-tumpuk (patchy) dan difus.
Dilakukan dengan pungsi asites. Melalui pungsi asites dapat dijumpai tandatanda infeksi ( peritonitis bakterial spontan), sel tumor, perdarahan dan
eksudat. Pemeriksaan yang dilakukan terhadap cairan pungsi antara lain
pemeriksaan mikroskopis, kultur cairan, dan pemeriksaan kadar protein,
amilase dan lipase.
2.5 Penatalaksanaan
Terapi sirosis hati tergantung pada derajat komplikasi kegagalan hati dan
hipertensi portal serta etiologi dari sirosis itu sendiri. Terapi ditujukan untuk
mengurangi
progresi
menambah
kerusakan
penyakit,
hati,
menghindarkan
pencegahan
dan
bahan-bahan
yang
bisa
penanganan
komplikasi.
2.
Untuk asites; tirah baring dan diawali diet rendah garam, konsumsi
garam sebanyak 5,2 gram atau 90 mmol/ hari. Diet rendah garam
dikombinasi dengan obat-obatan diuretik. Awalnya dengan pemberian
spironolakton dengan dosis 100-200 mg sekali sehari. Respon diuretik bisa
dimonitor dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari, tana adanya edema
kaki atau 1 kg/hari dengan adanya edema kaki. Bilamana pemberian
spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasi dengan furosemid dengan
dosis 20-40 mg/hari. Pemberian furosemid bisa ditambah dosisnya bila
tidak ada respon, maksimal dosisnya 160 mg/hari. Parasentesis dilakukan
bila asites sangat besar. Pengeluaran asites bisa hingga 4-6 liter dan
dilindungi dengan pemberian albumin.
3.
atau melena saja). Pasien dirawat di rumah sakit sebagai kasus perdarahan
saluran cerna atas.
-
Pertama
mengetahui
dilakukan pemasangan
NGT
tube
untuk
IVFD
dekstrosa
atau
salin
dan
tranfusi
darah
secukupnya.
-
4.
5.
6.
gangguan metabolism energi pada otak dan peningkatan permeabelitas sawar darah
otak. Peningkatan permeabilitas sawar darah otak ini akan memudahkan masuknya
neurotoxin ke dalam otak. Neurotoxin tersebut diantaranya, asam lemak rantai
pendek,
mercaptans,
neurotransmitter
palsu
(tyramine,
octopamine,
dan
yang
belum
diketahui,
pasien-pasien
yang
diopname
karena
2.7 Prognosis
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor, meliputi
etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi dan penyakit lain yang menyertai.
Klasifikasi Child-Pugh (Tabel 1) digunakan untuk menilai prognosis pasien
sirosis yang akan menjalani operasi. Variabelnya meliputi konsentrasi bilirubin,
albumin, ada tidaknya asites, ensefalopati, dan INR. Klasifikasi ini terdiri dari A, B,
C, klasifikasi ini berkaitan dengan kelangsungan hidup. Angka kelangsungan hidup
selama 1 tahun untuk penderita dengan Child-Pugh A, B, dan C berturut-turut ialah
100%, 80%, dan 45%. Klasifikasi ini juga dapat digunakan untuk menilai prognosis
penderita sirosis hepatis. 2,5
Tabel 1. Klasifikasi Child-Pugh untuk Menentukan Prognosis5
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
Noer
Syaifoellah
Wibawa DN, Astera WM. Sirosis Hepatis. Pedoman Diagnosis dan Terapi
Penyakit Dalam RSUP Sanglah. Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,
Denpasar 2004.
5.
Ogilvie
A.
Cirrhosis
of
The
Liver.
Available
at:
Boedi
S.
Liver
Cirrhosis.
2004.
Available
at:
Anugerah
P. Sirosis
Hati
Dalam
Patofisiologi
Proses-Proses