Professional Documents
Culture Documents
TOKSISITAS PELARUT
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
Novy Nofyawati
31112034
Nurfitri Budianti
31112035
Putri Pratiwi
31112038
Rizky Puspasari
31112043
Viana Rianty
31112053
KATA PENGANTAR
1
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Assalamu 'alaikum wr. wb
Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas segala
rahmat, hidayah dan petunjuk yang dilimpahkan-Nya. sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah yang berjudul Toksisitas Pelarut.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu syarat diajukan untuk
memenuhi mata kuliah Farmakologi Toksikologi.
dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan baik dalam
kata-kata maupun cara penyajian uraian dan pembahasannya karena keterbatasan
kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki
penulis.
Selama penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan,
petunjuk serta saran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Nur Rahayuningsih, M.Si., Apt selaku dosen mata kuliah Farmakologi
Toksikologi yang telah membantu penulis selama menyusun makalah ini;
2. Rekan-rekan kelompok 1 yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan
penyusunan makalah ini;
3. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebut satu per satu.
Semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda.
Akhir kata penulis panjatkan doa ke hadirat Allah Swt, semoga segala
bantuan yang telah diberikan kepada penulis menjadi amal sholeh dan Allah
membalas kebaikan yang telah diberikan. Penulis mohon maaf apabila ada
kesalahan dalam penyusunan makalah ini semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.
Tasikmalaya,
Mei 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................
1.2 Rumusan Masalah..............................................................
1.3 Tujuan Makalah.................................................................
1.4 Kegunaan Makalah............................................................
BAB II
BAB III
Hal
i
iii
1
1
2
3
3
PEMBAHASAN......................................................................
4
4
7
10
16
20
3.1 Simpulan............................................................................
20
3.2 Saran...................................................................................
20
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
merusaknya
suatu
zat
jika
dipaparkan
seperti
sel
(sitotoksisitas)
atau
organ
tubuh
seperti
hati
beracun
pada
kelompok
yang
lebih
besar
atau
rumit,
Zat beracun biologis meliputi bakteri dan virus yang dapat menciptakan
penyakit di dalam organisme hidup. Toksisitas biologis sulit diukur karena
batas dosisnya bisa berupa satu organisme tunggal.
Secara teori, satu virus, bakteri, atau cacing dapat bereproduksi dan
mengakibatkan infeksi parah. Akan tetapi, di dalam inang yang memiliki sistem
kekebalan tetap, toksisitas yang tertanam di dalam organisme diseimbangkan oleh
kemampuan inang untuk melawan balik toksisitas yang efektif adalah gabungan
dari kedua belah hubungan tersebut. Keadaan sejenis juga dapat terjadi pada
beberapa jenis agen beracun lainnya.
Zat beracun fisik adalah zat-zat yang karena sifat alamiahnya mampu
mengganggu proses biologis. Misalnya debu, batu bara dan serat asbestos
yang dapat mematikan jika dihirup
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau
gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan dalam
kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan adalah
bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut organik.
Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap,
meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Untuk membedakan antara
pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat dalam jumlah yang
lebih besar.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di jelaskan sebelumnya, maka
rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari pelarut ?
2. Apa saja pelarut yang menyebabkan toksisitas ?
3. Bagaimana dampak buruk pelarut ?
4. Bagaimana cara penanganan keracunan pelarut ?
5. Bagaimana manajemen pengendalian pelarut ?
1.3 Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah di atas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan :
1. Mengetahui pengertian dari pelarut
2. Mengetahui pelarut yang menyebabkan toksisitas
3. Mengetahui dampak buruk pelarut
4. Mengetahui penanganan keracunan pelarut
5. Mengetahui manajemen pengendalian pelarut
1.4 Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagai
pengetahuan tentang toksisitas pelarut. Secara praktis makalah ini diharapkan
bermanfaat bagi:
1. Penulis, sebagai wahana penambah pengetahuan tentang toksisitas pelarut;
2. Pembaca/ dosen, sebagai media informasi tentang toksisitas pelarut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Pelarut
Pelarut adalah benda cair atau gas yang dapat melarutkan benda padat,
cair, atau gas, yang menghasilkan sebuah larutan. Pelarut paling umum digunakan
dalam kehidupan sehari-hari adalah air. Pelarut lain yang juga umum digunakan
adalah bahan kimia organik (mengandung karbon) yang juga disebut pelarut
organik.
Pelarut biasanya memiliki titik didih rendah dan lebih mudah menguap,
meninggalkan substansi terlarut yang didapatkan. Untuk membedakan antara
pelarut dengan zat yang dilarutkan, pelarut biasanya terdapat dalam jumlah yang
lebih besar.
2.2 Pelarut Yang Menyebabkan Toksisitas
Pelarut biasanya dibagi berdasarkan struktur kimia atau karakteristik
fisikanya. Penggolongan pelarut berdasarkan struktur kimia adalah sebagai
berikut :
1. Hidrokarbon
Sesuai namanya maka pada golongan ini terdiri dari pelarut-pelarut dimana
unsur hidrogen (H) dan carbon (C) menjadi struktur dasarnya. Golongan ini
terbagi lagi menjadi tiga sub golongan, yaitu: aliphatis, aromatis dan halogenated
hidrokarbon. Sedang sub golongan aliphatis dibagi lagi menjadi aliphatis jenuh
(saturated) dan tidak jenuh (unsaturated).
Pelarut-pelarut golongan hidrokarbon hampir seluruhnya berasal dari hasil
distilasi minyak bumi yang merupakan campuran dari beberapa sub-sub golongan
(bukan senyawa murni), sehingga titik didihnya berupa range dari minimum
sampai maksimum, bukan merupakan titik didih tunggal.
2. Oksigenated Solvent
Oksigenated sovent atau pelarut dengan atom oksigen adalah pelarut-pelarut
yang struktur kimianya mengandung atom oksigen. Termasuk dalam kategori ini
adalah golongan ester, ether, ketone dan alkohol.
Secara umum, pelarut dapat diklasifikasikan ke dalam dua kategori, yaitu:
polar dan non-polar. Umumnya, konstanta dielektrik pelarut menyediakan ukuran
kasar polaritas pelarut. Polaritas yang kuat air ditandai, pada 20 C, dengan
Heksana
Rumus kimia
Titik
Konstanta
didih
Pelarut Non-Polar
CH3-CH269 C
Dielektrik
Massa jenis
2.0
0.655 g/ml
CH2-CH2Benzena
Toluena
Dietil eter
CH2-CH3
C6H6
C6H5-CH3
CH3CH2-O-
80 C
111 C
35 C
2.3
2.4
4.3
0.879 g/ml
0.867 g/ml
0.713 g/ml
Kloroform
Etil asetat
CH2-CH3
CHCl3
CH3-C(=O)-
61 C
77 C
4.8
6.0
1.498 g/ml
0.894 g/ml
O-CH2-CH3
Pelarut Polar Aprotic
/-CH2-CH2101 C
2.3
1.033 g/ml
1,4-Dioksana
O-CH2-CH2Tetrahidrofuran(THF)
O-\
/-CH2-CH2-
66 C
7.5
0.886 g/ml
Diklorometana(DCM)
O-CH2-CH2-\
CH2Cl2
40 C
9.1
1.326 g/ml
Asetona
CH3-C(=O)-
56 C
21
0.786 g/ml
Asetonitril (MeCN)
Dimetilformamida(DMF)
CH3
CH3-CN
H-
82 C
153C
37
38
0.786 g/ml
0.944 g/ml
189 C
47
1.092 g/ml
CH3
Pelarut Polar Protic
CH3118 C
6.2
1.049 g/ml
n-Butanol
C(=O)OH
CH3-CH2-
118 C
18
0.810 g/ml
Isopropanol (IPA)
CH2-CH2-OH
CH3-CH(-
82 C
18
0.785 g/ml
n-Propanol
OH)-CH3
CH3-CH2-
97 C
20
0.803 g/ml
Etanol
Metanol
Asam format
Air
CH2-OH
CH3-CH2-OH
CH3-OH
H-C(=O)OH
H-O-H
79 C
65 C
100 C
100 C
30
33
58
80
0.789 g/ml
0.791 g/ml
1.21 g/ml
1.000 g/ml
C(=O)N(CH3
Dimetil
sulfoksida(DMSO)
Asam asetat
)2
CH3-S(=O)-
10
11
12
solven ini mudah menguap, oleh karena itu, mereka dengan sengaja dilepaskan ke
atmosfer setelah penggunaan.
Kebanyakan solven adalah depresan Susunan Syaraf Pusat. Mereka
terakumulasi di dalam material lemak pada dinding syaraf dan menghambat
transmisi impuls. Pada permulaan seseorang terpapar, maka pikiran dan tubuhnya
akan melemah. Pada konsentrasi yang sudah cukup tinggi, akan menyebabkan
orang tidak sadarkan diri. Senyawa-senyawa yang kurang polar dan senyawasenyawa yang mengandung klorin, alkohol, dan ikatan rangkap memiliki sifat
depresan yang lebih besar. Solven adalah iritan.
Di dalam paru-paru, irritasi menyebabkan cairan terkumpul. lritasi kulit
digambarkan sebagai hasil primer dari larutnya lemak kulit dari kulit. Sel-sel
keratin dari epidermis terlepas. Diikuti hilangnya air dari lapisan lebih bawah.
Kerusakan dinding sel juga merupakan suatu faktor. Memerahnya kulit dan timbul
tanda-tanda lain seperti inflammasi. Kulit pada akhirnya sangat mudah terinfeksi
oleh bakteri, menghasilkan roam dan bisul bernanah. Pemaparan kronik
menyebabkan retak-retak dan mengelupasnya kulit dan juga dapat menyebabkan
terbentuknya calluses dan kanker. Solven-solven bervariasi tingkatannya untuk
dapat menyebabkan iritasi. Semakin nonpolar suatu solven maka semakin efektif
ia melarutkan lemak kulit.
Tingkat keparahan (severity) dati penggunaan pelarut organik tergantung
dari berbagai faktor sebagai berikut:
a. Bagaimana cara solven tersebut digunakan
b. Jenis pekerjaan dan bagaimana pekerja terpapar
c. Pola kerja
d. Lama pemaparan
e. Suhu lingkungan kerja
f. Tingkat ventilasi
g. Tingkat penguapan dati solven
h. Pola aliran udara
13
14
a. Koma
Penderita hilang kesadarannya. Periksalah apakah penderita masih bernafas
teratur sekitar 20 kali per menit. Bila tidak bernafas maka perlu dilakukan
pernafasan buatan. Dalam keadaan koma penderita harus segera dibawa ke rumah
sakit yang besar yang biasa merawat kasus keracunan. Jangan diberi minum apaapa dan hanya boleh dirangsang secara fisik untuk membangunkan seperti
mencubit ringan atau menggosok kepalan tangan di atas tulang dada (sternum).
Obat perangsang seperti kafein tidak boleh diberikan persuntikan. Bila muntah,
tidurkanlah telungkup supaya muntahan tidak terhirup dalam paru-paru.
b. Kejang
Bila terdapat kejang maka penderita perlu diletakkan dalam sikap yang enak
dan semua pakaian dilepas.Menahan otot lengan dan tungkai tidak boleh terlalu
keras, dan di antara gigi perlu diletakkan benda yang tidak keras supaya lidah
tidak tergigit.Penderita keracunan dengan kejang harus diberi diazepam intravena
dengan
segera,
namun
perlu
dititrasi,
karena
bila
berlebihan
dapat
15
kelompoknya
sudah
cukup
untuk
dapat
melakukan
upaya
pengobatannya. Bila diinginkan identifikasi zat yang lebih pasti maka diperlukan
bantuan laboratorium toksikologi. Namun perlu disadari bahwa tanpa pedoman
diagnosis kelompok penyebab, laboratorium sulit sekali melakukan testing. Selain
itu perlu juga diwaspadai bahwa setiap keracunan dapat mirip dengan gejala
penyakit.
Tindakan pada kasus keracunan bila tidak ada tenaga dokter di tempat
adalah sebagai berikut:
1. Tentukan secara global apakah kasus merupakan keracunan.
2. Bawa penderita segera ke rumah sakit, terutama bila tidak sadar.
Sebelum penderita dibawa kerumah sakit, mungkin ada beberapa hal yang
perlu dilakukan bila terjadi keadaan sebagai berikut:
1. Bila zat kimia terkena kulit, cucilah segera (sebelum dibawa kerumah sakit)
dengan sabun dan air yang banyak. Begitu pula bila kena mata (air saja).
Jangan menggunakan zat pembersih lain selain air.
2. Bila penderita tidak benafas dan badan masih hangat, lakukan pernafasan
buatan sampai dapat bernafas sendiri, sambil dibawa ke rumah sakit terdekat.
Bila tanda-tanda bahwa insektisida merupakan penyebab, tidak dibenarkan
meniup ke dalam mulut penderita.
3. Bila racun tertelan dalam batas 4 jam, cobalah memuntahkan penderita bila
sadar. Memuntahkan dapat dengan merogoh tenggorokan (jangan sampai
melukai).
16
4. Bila sadar, penderita dapat diberi norit yang digerus sebanyak 40 tablet,
diaduk dengan air secukupnya.
5. Semua keracunan harus dianggap berbahaya sampai terbukti bahwa kasusnya
tidak berbahaya.
6. Simpanlah muntahan dan urin (bila dapat ditampung) untuk diserahkan
kepada rumah sakit yang merawatnya.
7. Bila kejang, diperlakukan seperti dibahas di atas.
c. Bila tertelan
Segera hubungi dokter terdekat dan jangan dirangsang untuk muntah, jika
tidak sadar jangan diberi minuman, jika pasien muntah letakkan posisi kepala
lebih rendah dari pinggul untuk mencegah muntahan tidak masuk ke saluran
pernapasan, jika korban tidak sadar miringkan kepala korban kesatu sisi, sebelah
kiri atau kanan dan segera bawa ke dokter.
d. Bila terhirup
Pindahkan korban di tempat udara segar, diistirahatkan jika perlu pasang
masker berkatup atau peralatan sejenis untuk melakukan pernapasan buatan dan
segera hubungi dokter terdekat.
e. Bila terkena mata
Cuci mata dengan air mengalir yang banyak sambil mata dikedip-kedipkan
sampai dipastikan terbebas dari metanol (zat pelarut) dan segera periksakan
kedokter.
f. Bila terkena kulit
Segera lepaskan pakaian, perhiasan dan sepatu korban kemudian cuci kulit
dengan sabun dan air mengalir yang banyak selama lebih kurang 15 20 menit
sampai bersih dari metanol (zat pelarut), bila perlu periksakan ke dokter.
17
18
menghabiskan
solusi
digunakan,
diidentifikasi
melalui
pengambilan sampel dan analisis air limbah dari proses diatur operasi
(konstituen organik merek dagang produk harus diperoleh dari pemasok
2.
3.
diinventarisasi
senyawa
seperti
reklamasi,
kontrak
4.
5.
6.
7.
8.
19
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
Pelarut adalah benda cair atau gas yang melarutkan benda padat, cair atau gas,
yang menghasilkan sebuah larutan, Pelarut (Solvent) yang dibahas dalam makalah
ini adalah kelompok senyawa hydrokarbon.
3.2 Saran
Megunakan alat pelindung diri ketika berinteraksi dengan bahan-bahan kimia
khususnya pelarut. Penggunaan bahan pengganti pelarut yang lebih aman untuk
meminimalisir dampak bagi kesehatan dan lingkungan.
20
DAFTAR PUSTAKA
Kusnoputranto,H. 1996. Toksikologi Lingkungan. Jakarta : Universitas Indonesia
Lu, Frank C, 2006. Toksikologi Dasar. UI-Press: Jakarta.
Sartono, 2001. Racun dan Keracunan. Jakarta : Media Medika.
Slamet, J.S. 1994. Kesehatan Lingkungan. Bandung : UGM-Press
Sumamur P.K.,M.Sc. 1967. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
PT Toko Gunung Agung.
Philip, L. eat al, 1985. Industrial Toxicologi Safety and Health Application in the
Work Place. Van Nonstrand Reinhorld Company : New York