Professional Documents
Culture Documents
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari adanya
penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab; beberapa perubahan pada jantung
dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Jika penyebabnya diketahui, maka disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita
hipertensi, penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah kelainan
hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB). Penyebab hipertensi lainnya yang
jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon
epinefrin (adrenalin) atau norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang
tidak aktif (malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu
terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan. Stres cenderung
menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu, jika stres telah berlalu, maka
tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
o Stenosis arteri renalis
o Pielonefritis
o Glomerulonefritis
o Tumor-tumor ginjal
o Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
o Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
o Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
2. Kelainan Hormonal
o Hiperaldosteronisme
o Sindroma Cushing
o Feokromositoma
3. Obat-obatan
o Pil KB
o Kortikosteroid
o Siklosporin
o Eritropoietin
o Kokain
o Penyalahgunaan alkohol
o Kayu manis (dalam jumlah sangat besar)
4. Penyebab Lainnya
o Koartasio aorta
o Preeklamsi pada kehamilan
o Porfiria intermiten akut
o Keracunan timbal akut.
jam atau lebih, tetapi dalam 5-7 hari akan kembali normal karena pada waktu itu arteri renalis
juga meningkat pada keadaan normal sehingga tidak terjadi iskemik ginjal.
Kenaikan kedua pada tekanan arteri disebabkan oleh retensi cairan. Dalam waktu 5-7 hari cairan
akan meningkat cukup tinggi sehingga mengakibatkan kenaikan tekanan arteri menjadi nilai baru
yang dipertahankan. Nilai kuantitatif tekanan yang dipertahankan ini dipengaruhi oleh derajat
kontriksi yang terjadi pada arteri renalis. Jadi, tekanan tekanan aorta harus meningkat cukup
tinggi sehingga tekanan arteri renalis yang di sebelah distal dari bagian yang mengalami
kontriksi akan cukup untuk menyebabkan keluaran urin yang normal.
Yang kedua adalah hipertensi Goldblatt dengan dua ginjal. Mekanisme terjadinya hipertensi ini
adalah sebagai berikut: ginjal yang mengalami konstriksi menahan air dan garam akibat
menurunnya tekanan arteri renalis pada ginjal tersebut. Ginjal yang normal juga menahan air dan
garam akibat renin yang dihasilkan oleh ginjal yang mengalami iskemik. Renin ini menyebabkan
terbentuknya angiotensin yang bersirkulasi ke ginjal yang berlawanan dan menyebabkannya juga
menahan air dan garam. Jadi dengan alasan yang berbeda kedua ginjal menjadi penahan garam
dan air yang mengakibatkan hipertensi.
2. Hipertensi Neurogenik
Merupakan hipertensi yang disebabkan oleh rangsangan yang kuat pada sistem saraf simpatis.
Contohnya apabila seseorang menjadi begitu terangsang karena alasan apapun atau bila saat
sedang gelisah, maka sistem simpatis akan sangat terangsang yang menimbulkan vasokonstriksi
perifer di setiap tempat dalam tubuh dan terjadilah hipertensi akut. Hipertensi neurogenik juga
bisa disebabkan oleh baroreseptor yang dipotong atau bila traktus solitarius yang terdapat pada
setiap sisi medula oblongata dirusak. Hilangnya sinyal saraf normal dari baroreseptor secara
mendadak memiliki pengaruh yang sama pada mekanisme pengaturan tekanan oleh saraf seperti
pengurangan tekanan arteri pada aorta dan arteri karotis secara mendadak. Akibatnya pusat
vasomotor tiba-tiba menjadi sangat aktif dan tekanan arteri rata-rata meningkat, namun dalam
beberapa hari tekanan akan kembali normal. Oleh sebab itu, hipertensi neurogenik termasuk
hipertensi akut.
3. Hipertensi pada Toksemia Gravidarum
Selama masa kehamilan, banyak ibu yang mengalami hipertensi. Hal ini merupakan manifestasi
dari sindrom toksemia gravidarum. Prinsip patoligis yang menyebabkan hipertensi ini diduga
akibat penebalan membran glomerulus (mungkin terjadi karena proses autoimun), yang
mengurangi kecepatan filtrasi aliran dari glomerulus kedalam tubulus ginjal. Dengan alasan yang
jelas, tekanan arteri yang diperlukan untuk menyebabkan pembentukan urin normal akan
ditingkatkan. Selain itu, nilai tekanan arteri jangka panjang juga meningkat. Pasien-pasien ini
cenderung menderita hipertensi karena konsumsi garam berlebih.
4. Hipertensi Akibat Aldosteronisme Primer
Merupakan tipe lain dari hipertensi beban-volume yang disebabkan oleh aldosteron dalam tubuh
berlebih atau kelebihan jenis steroid yang lain. Sebuah tumor kecil yang terdapat pada salah satu
kelenjar adrenal yang terkadang menyekresikan banyak sekali aldosteron disebut sebagai
Aldosteronisme Primer. Aldosteron memiliki efek dapat meningkatkan kecepatan reabsorbsi
garam dan air oleh tubulus ginjal sehingga akan mengurangi hilangnya garam dan air dalam urin
namun menaikkan volume cairan ekstraseluler, akibatnya terjadi hipertensi. Bila keadaan ini
diteruskan, maka kelebihan aldosteron tersebut akan menyebabkan perubahan patologis pada
ginjal sehingga mengakibatkan ginjal menahan garam dan air lebih banyak lagi disamping yang
disebabkan oleh aldosteron tersebut. Oleh karena itu, akhirnya hipertensi sering menjadi parah.
2.3
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dari hipertensi adalah sebagai berikut :
1. Pusing
2. Mudah marah
3. Telinga berdengung
4. Mimisan (jarang)
5. Sukar tidur
6. Sesak nafas
7. Rasa berat di tengkuk
8. Mudah lelah
9. Mata berkunang-kunang
mengakibatkan
kelumpuhan,
gangguan
kesadaran
hingga
koma.
(www.id.novartis.com)
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah
tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari
hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
1. sakit kepala
2. kelelahan
3. mual
4. muntah
5. sesak nafas
6. gelisah
7. pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung
dan ginjal.
Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma karena
terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera. (www.medicastore.com)
9. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
10. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya
hipertensi.
12. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau
disfungsi ptuitari, sindrom Cushings; kadar renin dapat juga meningkat.
13. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu
ginjal dan ureter.
14. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada dan/
EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
15. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.
16. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi.
Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung
hipertensi.
2.5 Penatalaksanaan
a.
Penatalaksanaan
Non
Farmakologis.
1.
Diet
Pembatasan
tekanan
atau
darah
pengurangan
dibarengi
konsumsi
dengan
garam.
penurunan
Penurunan
aktivitas
BB
rennin
dapat
dalam
menurunkan
plasma
dan
2.
Aktivitas.
Klien
disarankan
batasan
untuk
medis
dan
berpartisipasi
sesuai
pada
dengan
kegiatan
kemampuan
dan
disesuaikan
dengan
berjalan,
jogging,
seperti
Penatalaksanaan
Secara
garis
besar
pemberian
atau
1.
2.
terdapat
bebrapa
pemilihan
3.
toksitas
5.
dan
efek
obat
perlu
anti
diperhatikan
hipertensi
yang
penggunaan
murah
yaitu:
tinggi.
ringan
obat
atau
sehingga
minimal.
secara
menimbulakn
relative
dalam
yang
samping
Tidak
Harga
yang
efektivitas
Memungkinkan
4.
hal
obat
Mempunyai
Mempunyai
Farmakologis.
oral.
intoleransi.
terjangkau
oleh
klien.
obat
obatan
diuretic,
yang
golongan
diberikan
pada
betabloker,
klien
dengan
golongan
hipertensi
antagonis
seperti
kalsium,
organ
tubuh
perdarahan
sering
retina
terserang
bahkan
akibat
gangguan
hipertensi
penglihatan
anatara
sampai
lain
mata
kebutaan,
1. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung kroner/katup dan
1. Integritas Ego
Gejala: Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euforia, atau marah kronik (dapat
mengindikasikan kerusakan serebral).
Tanda: Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian, tangisan yang meledak.
Gerak tangan empati, otot muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernafasan
menghela, peningkatan pola bicara.
1. Eliminasi
Gejala:Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi atau riwayat penyakit
ginjal masa yang lalu).
1. Makanan/Cairan
Gejala: Makanan yang disukai, yang dapat mencakup makanan tinggi garam, tinggi lemak, tinggi
kolestrol (seperti makanan yang digoreng, keju, telur); gula-gula yang bewarna hitam;
kandungan
tinggi
kalori.
Mual,
muntah.
Perubahan
berat
badan
akhir-akhir
ini
1. Neurosensori
Gejala:Keluhan pening/pusing. Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan
menghilang secara spontan setelah beberapa jam). Episode kebas dan /atau kelamahan pada satu
sisi tubuh. Gangguan penglihatan ( diplopia, penglihatan kabur). Episode epistaksis.
Tanda: Status mental: perubahan keterjagaan, orientasi, pola/isi bicara, afek, proses pikir, atau
memori (ingatan). Respon motorik: penurunan kekuatan genggaman tangan dan/ atau reflaks
tendon dalam. Perubahan-perubahan retinal optik: dari sklerosis/penyempitan arteri ringan
sampai berat dan perubahan sklerotik dengan edema atau papilaedema, eksudat, dan hemoragi
tergantung pada berat/lamanya hipertensi.
7. Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala: Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung). Nyeri hilang timbul pada
tungkai/klaudikasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri
Tanda: Distres respirasi/penggunaan otot aksesori pernafasan. Bunyi nafas tambahan
(krakles/mengi). Sianosis
1. Keamanan
Gejala: Gangguan koordinasi/cara berjalan. Episode parestesia unilateral transien hipotensi
postural.
1. Pembelajaran/Penyuluhan
3.3 Intervensi
3.3.1 Kelebihan volume cairan b.d meningkatnya beban awal, penurunan curah jantung
sekunder terhadap infark miokard
INTERVENSI
RASIONAL
Pengawasan intake diet dipantau untuk
pengetahuan
tentang
menyokong
terjadinya
retensi urin.
pengetahuan
klien
aktivitas
balutan
ACE
dan
dan
stoking emboli.
Lanjutkan dengan penyuluhan kesehatan
jika diindikasikan.
3.3.2
INTERVENSI
RASIONAL
gambaran
yang
lebih
keterlibatan/bidang
Hipertensi
berat
lengkap
masalah
tentan
vaskular.
diklasifikasikan
pada
130
dan
dipertimbangkan
sebagai
dan
penyakit
iskemia
dengan
mencerminkan
vasokonstriksi
atau
dekompensasi/penurunan
curah jantung.
Membantu untuk menurunkan rangsan
1. Berikan
lingkungan
tenang,
Batasi
jumlah
tindakan-tindakan
yang
leher,
meninggikan
tempat tidur,dll.
kepala
mempengaruhi
tekanan
darah
dan
1. Pantau
respon
obat
untuk
mengontrol tindakan.
3.3.3 Gangguan Pola tidur b.d memerlukan waktu yang berlebihan sekunder
terhadap obat-obatan antihipertensi
INTERVENSI
1. Berikan tempat tidur yang nyaman,
RASIONAL
Meningkatkan
kenyamanan
tidur
serta
dukungan fisiologis/psikologis.
mempunyai
meningkatkan
kualitas
soporfik,
sintesis
serotonin,
atau terapi.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang
abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140 mmHg yang dipengaruhi oleh
banyak faktor risiko.
2. Hipertensi dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu hipertensi primer (essensial) dan
hipertensi sekunder.
3. Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan presentase 90%
dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase 10% karena penyebab dari
langsung (etiologi) dari hipertensi primer tidak diketahui dan penderita yang mengalami
hipertensi primer tidak mengalami gejala (asimtomatik).
4. Terapi hipertensi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu terapi medis dan non-medis.
5. Kontrol pada penderita hipertensi sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih
lanjut.
4.2 Saran
Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang menderita hipertensi hendaknya melakukan
terapi medis maupun non-medis secara kontinyu, melakukan pola gaya hidup sehat seperti
olahraga teratur, diet teratur sesuai dengan kebutuhan dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Jilid 6. Jakarta : EGC
Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : EGC
Guyton, AC. & Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Khatib, Oussama M.N. 2005. Clinical Guidelines for the Management of Hypertension.WHO
Mycek,
MJ
dkk.
1997. Lippincotts
Illustrated
Reviews
Pharmacology,
2008. What
Causes
High
Blood
Pressure? akses
internet
di
http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=2125
Aninomous. 2008. High Blood Pressure, Factors that Contribute to. akses internet di
http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=3053