Professional Documents
Culture Documents
Angka prevalensi gangguan autis pada anak yang terus meningkat pada angka
kejadian 1 dari 68 anak di Amerika Serikat. Kasus ini mendorong sekelompok peneliti untuk
menganalisa biomarker yang muncul pada saliva anak dengan gangguan autis. Biomarker
yang dimaksud adalah meningkatnya beberapa protein pada saliva anak dengan gangguan
autis. Semakin cepat penyakit autisme di deteksi, maka akan semakin baik juga dampak
fungsional yang positif bagi pasien.
Peneliti percaya bahwa terdapat protein yang jumlahnya meningkat pada saliva ketika
seorang anak menderita gangguan autis dari respon imun dan pencernaan yang terganggu.
Protein dibentuk oleh setiap sel makhluk hidup. Dengan terjadinya gangguan pada suatu
tingkat kehidupan yang tinggi, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi perubahan
pada sintesis protein yang kemudian dapat dijadikan sebagai biomarker untuk suatu penyakit,
kelainan, bahkan gangguan mental bawaan.
Penelitian proteomika yang dilakukan oleh Armand G. Ngounou Wetie dkk selesai
dilakukan pada tahun 2015. Penelitian tentang biomarker dipicu oleh banyaknya penggunaan
biomarker untuk mendeteksi berbagai macam penyakit. Pada penyakit lain yang telah
ditemukan biomarkernya adalah penyakit Alzheimer. Penelitian ini diawali dari penelitian
genetika yang kemudian dikembangkan untuk mendeteksi biomarker yang muncul ketika
penyakit tersebut muncul.
diagnosis DSM-IV-TR. Sampel yang didapat untuk dilakukan penelitian didapatkan dari 6
donor.
Pada penelitian ini didapatkan hasil yang signifikan antara kelompok kontrol dan
kelompok yang diteliti. Pada penelitian awal, pengujian biomarker kanker dilakukan sebagai
percobaan yang umum untuk skrining awal. Fungsi pengujian biomarker kanker digunakan
untuk memperkuat kemungkinan ditemukannya marker dalam saliva. Pada penelitian ini
ditemukan peningkatan yang signifikan pada protein PIP, LFT, Annexin A1, NeutrophilDefensin 1, dan Lactoperoksidase. Penurunan protein yang signifikan adalah Salivary acidic
proline-rich phospoprotein , antileukoproteinase, dan statherin. Uji Fischer digunakan untuk
mengukur signifikansi perubahan yang terjadi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Matthew Siegel, MD merupakan seorang direktur dari program penelitian tentang
gangguan perkembangan di Harbor Hospital Westbrook. Beliau mengapresiasi penelitian ini
dan menyarankan untuk melakukan penelitian dengan jumlah sampel yang lebih besar,
sehingga dapat digunakan sebagai standard yang baru untuk mendiagnosis gangguan autisme
dengan lebih cepat.