Professional Documents
Culture Documents
psikologis
Uterus
Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil disebut
involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat
kontraksi otot-otot polos uterus. Oksitosin yang dibebaskan dari kelenjar
Resistensi
vascular
uterus
meningkat
segera
setelah
dinding-dinding
uterus
menghasilkan
rongga
berbentuk huruf T
c. Mekanisne pembekuan (Coad, et al. 2006).
Segera setelah melahirkan ukuran dan konsistensi uterus kira-kira
seperti buah melon kecil dan fundusnya terletak tepat di bawah
umbilikus. Setelah itu tinggi fundus berkurang 1 sampai 2 cm setiap hari
sampai akhir minggu pertama, saat tinggi fundus sejajar dengan tulang
pubis. Sampai minggu ke-enam normalnya uterus kembali kebentuknya
ketika tidak hamil, yaitu organ kecil berbentuk buah pir yang terdapat
dalam pelvik. Tonus otot uterus dipelihara oleh kontrol persarafan dan
dapat dirangsang dengan masase atau rangsangan puting (Hamilton,
1995).
Tabel I. tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi.
Involusi
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Berat uterus
1000 gram
750 gram
500 gram
350 gram
50 gram
30 gram
(Mochtar, 1999).
Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab
pengobatan,
namun
kelainan
ini
sering
Luka
ini
biasanya
dijahit
untuk
membantu
penyembuhan
4) Derajat tiga otot sfingter anus terkena. Harus dilakukan
perbaikan obstetric sehingga penyulit inkontinensia feses dapat
dihindari.
5) Derajat empat apabila robekanny sangat luas, sfingter anus
dapat terputus dan robekan mencapai mukosa rectum.
Diperlukan perbaikan bedah spesialis agar fungsi anus kembali
normal.
6) Episiotomi ini adalah insisi bedah untuk memperbesar
introitus vagina agar bayi mudah keluar. Episiotomy termasuk
dalam kategori robekan derajat dua.
Perbaikan perineum dilakukan bertujuan untuk mencapai hal
berikut:
1) Homeostasis hal ini untuk memastikan bahwa setiap titik
perdarahan aktif diikat untuk mengurangi pengeluaran darah
dan penyulit hematom pascanatal yang dapat menimbulkan
nyeri hebat.
2) Alignment hal ini untuk menyatukan jaringan seehingga
proses penyembuhan optimal dan luka dapat mendekati
keadaan sebelum robekan. Apabila luka dibiarkan menganga,
tidak terjadi penyatuan dan karena penyembuhan melalui
pembentukan jaringan granulasi, akan terbentuk jaringan ikat.
Hal ini akan menyebabkan perineum menjadi kaku dan berubah
bentuk sehingga dapat terjadi dispareunia.
3.
Afterpains
Afterpain adalah rasa sakit saat kontraksi yang dialami oleh ibu
multipara selama 3 sampai 4 hari pertama postpartum. Nyeri ini tidak
biasa terjadi pada kehamilan pertama, tetapi dengan kehamilan
berikutnya rasa sakit tersebut menjadi lebih berat. Karena menyusui
merangsang kontraksi uterus, maka afterpain umum terjadi saat ibu
al. 2007).
Lochea
Lokea adalah keluaran dari uterus setelah melahirkan. Terdiri dari
darah, sel-sel tua, dan bakteri. Lokea pertama kemerahan dan mungkin
mengandung bekuan. Jumlah dan karakternya berubah dari hari ke hari.
Pada awalnya jumlah lokea sangat banyak, kemudian sedang, dan
biasanya berhenti dalam 2 minggu. Warna digambarkan dengan bahasa
Latin rubra untuk merah segar, serosa untuk serum kecoklatan dan alba
untuk kuning keputihan.Keluaran keseluruhan setelah melahirkan
adalah 400 sampai 1200ml. Normalnya lokea memiliki bau apak. Bau
yang amis atau busuk menandakan terjadinya infeksi (Hamilton, 1995).
Lokea yaitu rabas normal uterus yang keluar dari vagina setelah
bayi lahir. Aliran keluar darah pada saat persalinan dan lochea
merupakan hal penting untuk menyingkirkan kemungkinan sumber
infeksi asenden dan untuk melindungi bekas perlekatan plasenta. Sifat
lochea yang basa juga penting untuk melindungi tempat yang rentan
(Coad, et al. 2006).
Macam macam Lochea:
a. Lokhea rubra (cruenta): 1 2 hari berwarna merah dan hitam, terdi
dari sel sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, dan sisa
b.
c.
d.
e.
f.
seperti:
a. Perdarahan berkepanjangan.
b. Pengeluaran lochea bertahan (lochea statika).
c. Rasa nyeri berlebihan.
d. Terdapat infeksi intrauterine.
e. Terdapat sisa plasenta yang merupakan sumber perdarahan. (Bobak,
et al. 2007).
5. Serviks
Delapan belas (18) jam pascapartum, serviks memendek dan
konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula.
Serviks setinggi segmen bawah uterus tetap edemtosa, tipis, dan rapuh
selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks (bagian
serviks yang menonjol ke vagina) terlihat memar dan ada sedikit laserasi
kecil kondisi yang optimal untuk perkembangan infeksi. Muara serviks
yang berdiameter 10cm sewaktu melahirkan, menutup secara bertahap.
Dua jari mungkin masih dapat dimasukkan kedalam muara serviks pada
hari ke-4 sampai hari ke-6 pascapartum, tetapi hanya tangkai kuret
terkecil yang dapat dimasukkan pada akhir minggu ke-2. Muara serviks
eksterna tidak akan berbentuk lingkaran seperti sebelum melahirkan,
tetapi terlihat memanjang seperti suatu celah (Bobak, 2007).
Servik mencapai ukuran semula dalam seminggu
setelah
(Bobak, 2007).
Sistem Endokrin
Waktu dimulainya ovulasi dan menstruasi pada wanita menyusui
dan tidak menyusui berbeda. Kadar prolaktin serum yang tinggi pada
wanita yang menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi.
Karena kadar follicle-stimulating hormon (FSH) terbukti sama pada
wanita menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan bahwa ovarium tidak
berespon terhadam stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat
(Bowes, 1991).
Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa hamil.
Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu
ke enam setelah melahirkan (Bowes, 1991). Kadar prolaktin serum
dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusu, dan
banyak makanan tambahan yang diberikan. Perbadaan individual dalam
kekuatan mengisap kemungkinan juga mempengaruhi kadar prolaktin.
Hal ini memperjelas bukti bahwa menyusui bukanlah bentuk KB yang
baik. Setelah melahirkan, wanita yang tidak menyusui mengalami
penurunan kadar prlaktin dan mencapai rentang sebelum hamil dalam
dua minggu.
Pada wanita tidak menyusui, ovulasi terjadi dini, yakni dalam 27
hari setelah melahirkan, dengan waktu rata rata 70 sampai 75 hari.
Pada wanita menyusui, waktu rata rata terjadinya ovulasi sekitar 190
hari (Bowes, 1991).
8.
Sistem Urinarius
Kebanyakan pasien dapat berkemih secara spontan dalam 8 jam
setelah melahirkan. Selama kehamilan terjadi peningkatan cairan
ekstraselular 50%. Setelah melahirkan cairan ini dieliminasi sebagai
urin. Mungkin terdapat aseton dalam urin pada pasien yang mengalami
persalinan lama atau mereka yang mengalami dehidrasi. Ketika laktasi
dimulai, mungkin terdapat laktose dalam urin (Hamilton, 1995).
Uretra dan kandung kemih
Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas
kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anestesi
menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri
segera
setelah
wanita
melahirkan
dapat
menyebabkan
persalinan,
enema sebelum
persalinan, kurang makan, atau dehidrasi. Nyeri pada saat defekasi juga
seringkali dirasakan akibat adanya luka bekas episiotomy, laserasi, atau
hemoroid (Bobak, 2007).
Buang air besar (BAB) biasanya tertunda selama 2 sampai 3 hari
setelah melahirkan karena enema prepersalinan, diit cairan, obat-obatan
analgesik selama persalinan, dan perineum yang sangat sakit.
Melakukan kembali kegiatan makan dan ambulasi secara teratur
biasanya cukup membantu untuk mencapai regulasi BAB. Asupan
cairan yang adekuat dan diet tinggi serat sanagt dianjurkan. Bagi ibu
menyusui, pelunak feses seperti dokusat atau laktasif bulk yang beraksi
rentang
normal
sebelum
melahirkan.
d. Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah atau menetap. Hipotensi ortostatik
yang diindikasikan oleh rasa pusing atau ingin pingsan segera
setelah berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama. Hal ini
merupakan akibat pembengkakan limpa yang terjadi setelah wanita
melahirkan (Bobak, 2007).
1.1.5 Adaptasi Psikologi Masa Nifas
Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang dialami
ibu, masa nifas juga merupakan salah satu fase yang memerlukan adaptasi
psikologis. Ikatan antara ibu dan bayi yang sudah lama terbentuk sebelum
kelahiran akan semakin mendorong wanita untuk menjadi ibu yang
sebenarnya. Inilah pentingnya rawat gabung atau rooming in pada ibu nifas
agar ibu dapat leluasa menumbuhkan rasa kasih sayang kepada bayinya
tidak hanya dari segi fisik seperti menyusui, mengganti popok saja tapi juga
dari segi psikologis seperti menatap, mencium, menimang sehingga kasih
sayang ibu dapat terus terjaga.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami
fase-fase sebagai berikut :(1). Fase taking in yaitu periode ketergantungan.
Periode ini berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada dirinya
sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses persalinan yang
dialaminya dari awal sampai akhir. (2). Fase taking hold yaitu periode yang
berlangsung antara3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul
rasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnyadalam
merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif sehingga mudah
postpartum
adalah
perdarahan
pervaginam
yang
yaitu :(1).Perdarahan dini, yaitu perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir
dan dalam 24 jam pertama persalinan. Disebabkan oleh : atonia uteri,
traumdan
laserasi,
hematoma.(2).
Perdarahan
lambat/lanjut,
yaitu