Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Kehamilan dan kelahiran dianggap sebagai suatu kejadian fisiologis yang pada
sebagian besar wanita berakhir dengan normal dan tanpa komplikasi. Pada akhir masa
puerperium, pemulihan persalinan secara umum dianggap telah lengkap. Pandangan ini
mungkin terlalu optimis. Bagi banyak wanita, pemulihan adalah sesuatu yang pasti
terjadi dan menjadi seorang ibu adalah proses fisiologis yang normal. Namun, beberapa
studi terbaru mengungkapkan bahwa masalah-masalah kesehatan jangka panjang yang
terjadi setelah melahirkan adalah masalah yang banyak ditemui dan dapat berlangsung
dalam waktu lama.
Pengetahuan menyeluruh tentang perubahan fisiologis dan psikologis pada masa
puerperium adalah sangat penting jika bidan menilai status kesehatan ibu secara akurat
dan memastikan bahwa pemulihan sesuai dengan standar yang diharapkan. Hal yang
sama pentingnya adalah menyadari potensi morbiditas pascapartum dalam jangka
panjang dan faktor-faktor yang berhubungan dengannnya seperti obstetrik, anestesi dan
faktor sosial.
BAB II
KONSEP DASAR NIFAS
1. Definisi Masa Nifas
Puerperium ialah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu.1
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai
sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8
minggu.2
Masa Nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai
dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu3.
Masa Nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan
akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi
tidak hamil.4
Jadi dapat disimpulkan masa nifas adalah masa yang dibutuhkan untuk kembali
normalnya alat-alat kandungan, dimulai sejak 1-2 jam setelah plasenta lahir sampai 6
minggu(40 hari).
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan
keluarganya secara fisiologis, emosional, dan sosial. Baik di negara maju maupun negara
berkembang, perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa
kehamilan dan persalinan, sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan
kebalikannya, oleh karena resiko kesakitan dan kematian ibu dan bayi lebih sering terjadi
pada masa pascapersalinan. Keadaan ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi,
disamping ketidaktersediann pelayanan atau rendahnya peranan fasilitas kesehatan dalam
menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup berkualitas. Rendahnya kualitas
pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan promosi kesehatan dan
deteksi dini serta penatalaksaan yang adekuat terhadap masalah dan penyakit yang
timbul pada masa persalinan.3
2. Pembagian Masa Nifas
Nifas dibagi dalam 3 periode: 2u
1. Puerperium dini, yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalanjalan..
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genitalis yang lamanya
6 8 minggu.
2
3. Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama
bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh brhubungan suami-istri setelah
40 hari. secara medis, sebelum 40 hari alat kandungan belum pulih sempurna. Sehingga
yang paling ditakutkan akibat berhubungan badan dapat terjadi robekan terutama pada
fornix posterior.
BAB III
PEMBAHASAN
PERUBAHAN FISIOLOGI IBU NIFAS
1. Sistem Reproduksi
Perubahan alat-alat genital baik interna maupun eksterna kembali seperti semula
seperti sebelum hamil disebut involusi.5 Adapun perubahan-perubahan yang terjadi pada
sistem reproduksi ibu nifas adalah sebagai berikut:
a. Uterus
1) Involusi Uterus
Meskipun istilah involusi telah digunakan untuk menunjukkan perubahan
yang retrogresif yang terjadi di semua organ dan struktur saluran reproduksi,
istilah ini lebih spesifik menunjukkan adanya perubahan retrogresif pada uterus
yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus. Involusi uterus dapat diartikan
juga sebagai pengerutan uterus yang merupakan suatu proses dimana uterus
kembali ke kondisi sebelum hamil.5
Segera setelah bayi lahir, fundus uteri akan setinggi pusat dengan berat
1000 gram. Setelah plasenta lahir fundus uteri 2 jari dibawah pusat dengan
berat 750 gram. Selama 1 minggu fundus uteri berada pada pertengahan pusat
simfisis, dengan berat 500 gram. Setelah 2 minggu fundus uteri tidak teraba diatas
simfisis, dan beratnya 350 gram. Setelah 6 minggu uterus bertambah kecil,
dengan berat 50gram. Dan pada minggu ke-8 akan sebesar normal, dengan berat
30 gram.2
Namum proses ini tidak berlaku pada ibu yang melahirkan dengan sectio
caesar. Dimana involusi uterus terjadi lebih lambat pada awalnya, namun setelah
6 minggu tidak ada perbedaan dengan uterus kelahiran normal. Biasanya segera
setelah lahikr fundus uteri setinggi pusat dan bertahan sampai 1 minggu
postpartum. Hal ini bukan merupakan keadaan patologik.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:5
a)
Iskemia Miometrium Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang
terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat
uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
b)
c)
d)
Segera setelah bayi dilahirkan, tangan pemeriksa masih dapat masuk rongga
rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 23 jari dan setelah 7 hari hanya dapat
dilalui 1 jari.2
Oleh karena hiperplasi dan retraksi serviks, robekan serviks dapat sembuh.
Namun demikian, selesai involusi, ostium eksternum tidak sama waktu sebelum
hamil. Pada umumnya ostium eksternum lebih besar, tetap ada retak-retak dan
robekan-robekan pada pinggirnya, terutama pada pinggir sampingnya. Oleh
karena robekan ini terbentuk bibir depan dan bibir belakang dari serviks.1
Vagina yang sangat diregang waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuranukurannya yang normal. Pada minggu ke-3 post partum rugae mulai tampak
kembali.1
4) Lokia
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6
minggu. Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua
basalis. Pertumbuhan kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada
tempat implantasi plasenta hingga terkelupas dan tak dipakai lagi pada
pembuangan lokia.
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi situs plasenta
akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa
cairan. Percampuran antara darah dan desidua inilah yang dinamakan lokia.
Lokia adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai
reaksi basa/alkalis yang membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada
kondisi asam yang ada pada vagina normal. Bila terjadi infeksi, tanda yang paling
penting yang dapat ditemui adalah lokia berbau busuk yang khas.
Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak terlalu menyengat
dan volumenya berbeda-beda pada setiap wanita. Lokia mengalami perubahan
karena proses involusi. Pengeluaran lokia dapat dibagi menjadi lokia rubra,
sanguilenta, serosa dan alba. Perbedaan masing-masing lokia dapat dilihat
sebagai berikut:
6
Lokia
Rubra
Waktu
2 hari
Warna
Merah kehitaman
Ciri-ciri
Terdiri dari sel desidua,
verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekoneum dan
Sanguinolent
3-7 hari
Putih bercampur
a
Serosa
merah
7-14 hari Kekuningan/
kecoklatan
sisa darah
Sisa darah bercampur lender
Lebih sedikit darah dan lebih
banyak serum, juga terdiri dari
leukosit dan robekan laserasi
Alba
>14 hari
Putih
plasenta
Mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut
jaringan yang mati.
2. Sistem Perkemihan
Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen akan menurun, hilangnya
peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah
akibat kehamilan, hal ini merupakan mekanisme tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan.
Keadaan ini disebut dengan diuresis pasca partum. Ureter yang berdilatasi akan kembali
normal dalam waktu 2minggu.1
Ibu post partum dianjurkan segera buang air kecil, agar tidak mengganggu proses
involusi uteri dan ibu merasa nyaman. Namun demikian, pasca melahirkan ibu merasa
sulit buang air kecil.
Hal yang menyebabkan kesulitan buang air kecil pada ibu post partum, antara
lain:
a.
Adanya udema trigonium yang menimbulkan obstruksi sehingga terjadi retensi urin.
b.
Diaforesis yaitu mekanisme tubuh untuk mengurangi cairan yang teretensi dalam
tubuh, terjadi selama 2 hari setelah melahirkan.
c.
Depresi dari sfingter uretra oleh karena penekanan kepala janin dan spasme oleh
iritasi muskulus sfingter ani selama persalinan, sehingga menyebabkan miksi.
Bila wanita pasca persalinan tidak dapat berkemih dalam waktu 4 jam pasca
persalinan mungkin ada masalah dan sebaiknya segera dipasang dower kateter selama 24
jam. Bila kemudian keluhan tak dapat berkemih dalam waktu 4 jam, lakukan kateterisasi
dan bila jumlah residu > 200 ml maka kemungkinan ada gangguan proses urinasinya.
Maka kateter tetap terpasang dan dibuka 4 jam kemudian , bila volume urine < 200 ml,
kateter dibuka dan pasien diharapkan dapat berkemih seperti biasa.
Untuk mempercepat penyembuhan keadaan ini dapat dilakukan latihan pada otot
dasar panggul. Latihan-latihan tersebut antara lain berenang, senam, mempertahankan
kesehatan, aerobik dan sebagainya.
3. Sistem Pencernaan
Konstipasi mungkin menjadi masalah pada puerperium awal karena kurangnya
makanan padat selama persalinan dan karena wanita menahan defekasi. Wanita mungkin
menahan defekasi karena perineumnya mengalami perlukaan atau karena ia kurang
pengetahuan dan takut akan merobek atau merusak jahitan jika ia melakukan defekasi.
Jika penderita hari ketiga belum juga buang air besar, maka diberi obat pencahar, baik
peroral ataupun supositoria.
Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali teratur, antara lain:
1) Pemberian diet / makanan yang mengandung serat.
2) Pemberian cairan yang cukup.
3) Pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan.
4) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir.
5) Bila usaha di atas tidak berhasil dapat pemberian obat yang lain.
5. Vulva-vagina higien: sangat perlu diperhatikan, karena mudah untuk terjadi infeksi
akibat daya tahan tubuh yang menurun pasca melahirkan.
6. Laktasi dan perawatan payudara; perawatan mamae telah dimulai sejak wanita hamil
supaya puting susu lemas, tidak keras, dan kering sebagai persiapan untuk menyusui
bayi. Bila bayi meninggal, laktasi harus dihentikan, dengan cara pembalutan mammae
sampai tertekan, dan pemberian obat estrogen untuk supresi LH seperti tablet lynoral
dan parlodel. 2
Untuk menghadapi masa laktasi sejak dari kehamilan telah terjadi perubahanperubahan pada kelenjar mammae, yaitu: 2
Keluar cairan susu jolong dari duktus laktiferus disebut colostrum, berwarna
kuning-putih susu.
Ibu dianjurkan untuk segera IMD. Segera setelah bayi lahir, langsung diletakkan
diatas dada ibu. Bayi dibiarkan sampai dapat mengenali puting ibu dan berhasil
menyusu biasanya selama 30-60menit., namun perlu diperhatikan bayi harus tetap
hangat untuk mencegah hipotermia. Hal ini juga berlaku pada ibu post sectio caesar.
PEMERIKSAAN POSTNATAL
Pemeriksaan postnatal antara lain meliputi:2
a) Pemeriksaan umum
Tanda vital: Tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu. Terutama untuk melihat
adanya infeksi postnatal.
b) Keadaan umum
10
11
BAB V
PENUTUP
KESIMPULAN
Masa nifas adalah masa setelah lahirnya hasil konsepsi sampai pulihnya organ
reproduksi seperti sebelum hamil. Pada masa ini banyak terjadi perubahan yang dialami oleh
wanita post partum. Pada sistem reproduksi terjadi Involusi uterus, involusi tempat plasenta,
perubahan ligamen, perubahan pada serviks, keluarnya lokia, perubahan pada vulva, vagina
dan perineum. Terjadi juga perubahan pada sistem perkemihan seperti kesulitan buang air
kecil dan inkontinensia urin. Pada sistem pencernaan terjadi perubahan nafsu makan,
motilitas organ-organ pencernaan, pengosongan usus, dan konstipasi. Sistem muskuloskeletal
pun mengalami perubahan seperti pada dinding perut dan peritoneum, kulit abdomen,
timbulnya striae, perubahan ligamen dan simpisis pubis
Perubahan-perubahan tersebut ada yang bersifat fisiologis dan patologis. Oleh karena
itu, tenaga kesehatan terutama bidan harus memahami perubahan-perubahan tersebut agar
dapat memberikan penjelasan dan intervensi yang tepat kepada pasien.
12
DAFTAR PUSTAKA
13