You are on page 1of 4

ASAL USUL KITAB BERZANJI

11 Februari 2012 pukul 10:18


A. SEJARAH KITAB BERZANJI
Kitab Barzanji adalah buah karya Syekh Jafar Al Barzanji bin Husin bin Abdul Karim (16901766 M), seorang qadli (hakim) dari Mazhab Maliki yang bermukim di Madinah. Judul asli
kitab tersebut, Iqd al-Jawahir (untaian permata). Namun, nama Barzanji (sang penulisRed)
lebih dikenal masyarakat Muslim ketimbang nama judul kitabnya. Dan pengucapan kata
barzanji secara fasih agaknya cukup menyulitkan lidah lokal Indonesia, sehingga kata
tersebut teradaptasi menjadi berjanji.Karya sastra al-Barzanji ini begitu masyhur di Tanah Air.
Syekh Nawawi al-Bantani telah mensyarahi (menjabarkan) isi kitab tersebut dan diberi judul
Madarijus Shu`ud ila Iktisa` al-Burud. Beberapa ahli bahasa Arab menerjemahkannya ke
dalam bahasa Indonesia. Sastrawan WS Rendra pernah mementaskannya dalam Pagelaran
Seni Teater Shalawat Barzanji beberapa tahun silam.Penulisan Kitab Barzanji tidak lepas dari
sejarah panjang konflik militer dan politik antara umat Islam dan umat Kristen Barat dalam
Perang Salib. Selama Perang Salib berlangsung, Sultan Salahuddin al-Ayyubi (1138-1193 M)
sadar akan pentingnya figur pemersatu yang diimajinasikan bersama. Dialah Rasulullah
SAW.
Keagungan Nabi dalam Barzanji
Yaa Nabi salam alaika (Wahai Nabi, semoga kedamaian selalu tercurahkan kepadamu)Yaa
Rasul salam alaika (Wahai Rasul, semoga kedamaian selalu tercurahkan kepadamu)Yaa
habib salam alaika (Wahai sang kekasih, semoga kedamaian selalu tercurahkan
kepadamu)Shalawatullah alaika (Semoga kemulyaan dari Allah selalu dilimpahkan
kepadamu).Syair itu begitu akrab di telinga masyarakat Muslim Indonesia. Setiap saat, baik
di rumah, surau, majelis taklim, maupun masjid, syair tersebut dikumandangkan untuk
memuji Nabi Muhammad SAW. Apalagi pada bulan Rabiul Awal, yang merupakan tahun
kelahiran Nabi Muhammad SAW, pembacaan syair-syair pujian kepada Rasulullah, baik
Diba Barzanji, Burdah, Simthuddurar (Maulid Habsyi), bergema dalam berbagai kegiatan
keagamaan. Tidak saja di Indonesia, tetapi juga sering dibaca umat Islam di Asia Tenggara
dalam berbagai upacara keagamaan. Dan syair maulid Diba Barzanji, Burdah, Simthuddurar
dan lainnya, kini dibukukan dalam satu buku yang diberi nama Syaraf al-Anam.
Umat Muslim Indonesia punya cara tersendiri dalam mengekspresikan rasa cintanya terhadap
Rasulullah SAW. Pujian dan shalawat disuarakan bersama-sama secara khusyuk dan
terkadang diiringi alunan musik tradisional, kompang, gambus, hadrah, rebana, dan lainnya.
Kegiatan pembacaan syair maulid ini begitu semarak dalam semangat kebersamaan. Bagi
umat Islam, pembacaan syair-syair maulid ini merupakan penghormatan dan pujian atas
keteladanan penghulu umat, Muhammad SAW.Syair di atas adalah bait kedua dan ketiga dari
nazhom Al-Barzanji. Namun demikian, saat pembacaan syair Burdah, Diba atau al-Habsyi,
syair ini juga sering dibaca, terutama ketika memasuki mahallu al-qiyam (tempat berdiri).
Syair Barzanji yang dikenal juga dengan Maulid Barzanji mengisahkan riwayat hidup Nabi
Muhammad SAW dalam untaian syair yang menakjubkan. Dalam garis besarnya, karya ini
terbagi dua, yaitu natsar dan nazhom. Pada bagian natsar terdapat 19 subbagian yang memuat

355 untaian syair, dengan mengolah bunyi ah pada tiap-tiap rima akhir. Seluruhnya
merunutkan riwayat Nabi Muhammad SAW, mulai dari saat-saat menjelang baginda Nabi
dilahirkan hingga masa-masa tatkala beliau mendapat tugas kenabian. Sementara, bagian
nazhom terdiri atas 16 subbagian yang memuat 205 untaian syair, dengan mengolah rima
akhir nun.Di dalam kitab ini tidak terdapat informasi tentang tanggal, bulan, dan tahun suatu
peristiwa sejarah secara detail. Kitab ini ditulis tidak dimaksudkan sebagai buku sejarah,
Syair ini merupakan karya sastra tentang riwayat hidup Rasulullah SAW dengan kekuatan
bahasa, pemilihan kata yang apik dan serasi, serta metafor yang indah. Sebagai contoh,
keluhuran sosok Rasulullah dianalogikan dengan benda-benda langit sebagai penghias alam
semesta, bahkan lebih indah dari benda-benda itu.
Cahaya di atas cahaya
Bahkan, Syekh Jafar menggambarkan kehadiran sang Rasul di tengah umat Muslim dalam
nazhom-nya pada baris keempat yang berbunyi :Asyraqa al-badru alaina fa ikhtafat minhu
al-buduuru (Telah terbit purnama di tengah-tengah kita, maka tertutuplah semua bulan
purnama).Pada bait berikutnya, Syekh Jafar menggambarkan:Anta syamsun anta badrun
Anta nuurun fawqa nuuri (Engkaulah surya, engkaulah purnama. Engkaulah cahaya di atas
cahaya).Dalam tradisi masyarakat Arab, metafora dan simbol terhadap benda-benda langit
dimaksudkan menumbuhkan kekuatan rasa cinta dan rindu terhadap orang yang dijunjung,
sebagaimana manusia selalu merindukan hadirnya purnama. Dengan penggambaran yang
demikian, sang pengarang ingin menyampaikan betapa pribadi Rasulullah begitu agung lagi
penting bagi umat manusia, sebagaimana benda-benda langit yang letaknya di atas,
memancarkan keindahan, tak terjangkau oleh tangan namun selalu dirindukan, dan memiliki
peran penting dalam menjaga dinamika kehidupan alam semesta.Pribadi dan akhlak baginda
Nabi tidak lain adalah ejawantah ajaran Alquran yang wajib ditiru oleh umat Islam. Beliau
adalah cahaya di atas cahaya yang menyinari hati setiap umatnya, membawa mereka kepada
kebahagiaan dunia dan akhirat. Anta mishbahu as-shuduuri (Engkau adalah lentera hati), kata
Syekh Jafar dalam nazhom bait ketujuh. Kehadirannya sebagai cahaya merupakan nikmat
tak terhingga bagi semua makhluk hidup. Melalui beliaulah manusia mengenal Tuhannya
secara lebih dekat.Keindahan syair Barzanji tidak hanya terletak pada metafornya, tetapi juga
pilihan kata-katanya. Setiap kalimatnya berupa kasidah puitis yang diakhiri dengan huruf
yang sama (ah atau nun). Mudah diucapkan dan nikmat didengar. Bahkan, bagi masyarakat
yang masih kuat memelihara tradisi lisan, susunan kalimat itu mempermudah umat dalam
menghapalkannya. Sebagaimana kebiasaan para santri pesantren tradisional yang
melantunkan bait-bait syair Barzanji tanpa melihat teks.
Untaian kemilau kata yang berakhir dengan bunyi ah tampak pada pelukisan nasab baginda
Nabi Muhammad SAW dalam natsar bait pertama. Judul Untaian Mutiara/ agaknya dipilih
oleh penulis untuk melukiskan kemulyaan silsilah keluarga Rasulullah yang dituturkan dalam
rangkaian kalimat bersajak. Berikut adalah terjemahannya.Kusampaikan bahwasanya
junjungan kita Nabi Muhammad SAW adalah putra Abdullah, putra Abdul Muthalib, nama
aslinya ialah Syaibatul Hamd, karena budi pekertinya yang agung. (Abdul Muthalib) adalah
putra Hasyim, nama aslinya Amr, putra Abdu Manaf, yang nama aslinya Al-Mughirah, yang
mencapai kemulyaan yang tinggi.Pada bagian ini ditutup dengan untaian syair:Nasabun
tahsibul ula bihulah (Rangkaian nasab yang berkedudukan tinggi).qalladatha nujumah aljawzau (laksana barisan bintang-bintang yang saling terkait).Habbadza iqdu sudadiw wa
fakhari (Betapa indah untaian yang sangat mulia dan membanggakan itu).anta fahil yatimatul
ashma-u (dengan dikau yang laksana liontin berkilau di dalamnya).Sejumlah kisah
perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW, secara berurutan diuraikan dengan rima yang masih

sama. Sang penulis mengisahkan masa kehamilan ibunda Rasul, dan kelahiran beliau yang
disertai dengan keajaiban-keajaiban alam. Berikut sekelumit kisah kehadiran sang Nabi dari
syair Barzanji.Dikisahkan pada masa hamil Nabi Muhammad, ibunda beliau, Aminah,
didatangi malaikat utusan Allah yang mengabarkan bahwa beliau sedang mengandung
seorang nabi dan junjungan seluruh umat manusia. Pada masa kehamilan itu pula, sang ibu
menyaksikan cahaya keluar dari tubuhnya. Cahaya tersebut bersinar sampai ke negeri
Syam.Di tempat lain terjadi pula peristiwa yang menakjubkan. Disebutkanlah satu guncangan
di istana Kisra di Persia yang menyebabkan istana tersebut retak, yang menjadi tanda
keruntuhan kerajaan itu. Juga, api di negara Parsi yang tidak pernah padam selama hampir
seribu tahun, namun kemudian padam pada saat Muhammad dilahirkan. Peristiwa ini
mengejutkan orang-orang Parsi.Sementara itu, di dalam nazhom yang diakhiri dengan bunyi
nun, keutamaan budi pekerti baginda Rasul diuraikan dengan barisan kata yang memesona.
Di bagian ini penulis menyajikan pribadi Nabi sebagai suri teladan dalam menciptakan
kesetaraan, tenggang rasa, dan cinta kasih antarsesama.Rasul berada di garis terdepan dalam
penerapan tatanan sosial berdasarkan ajaran agama Islam. Beliau sangat mencintai kaum fakir
miskin, berjalan seiring sejalan dengan para sahabatnya tanpa membedakan status sosial
maupun ekonomi. Syair Barzanji mengisahkan suatu ketika Rasulullah mengatakan Khalluu
Dhohri (janganlah kalian berjalan di belakangku). Ini menunjukkan sebuah keteladanan sang
pemimpin akan pentingnya kebersamaan dengan saudara seiman.B. KRITIKAN ATAS
KITAB BERZANJI
Barzanji menyajikan kisah kehidupan Nabi dengan untaian kalimat yang begitu gemilang.
Dan di sisi lain, masyarakat Indonesia pada umumnya tumbuh berkembang dalam lingkungan
yang kaya akan karya sastra. Dengan demikian, penerimaan Barzanji di Tanah Air berjalan
cepat dan berakar kuat. padahal cara berislam yang benar tidak di landasi alasan-alasan
seperti itu.
transformasi nilai dalam syair-syair maulid Barzanji dan lainnya dalam kehidupan umat
sehari-hari masih terkendala oleh faktor bahasa. Sejauh ini, terjemah versi bahasa Indonesia
belum banyak dibaca oleh masyarakat, terutama yang berada di pedesaan. Akibatnya, tidak
banyak umat Muslim Indonesia yang mampu menyelami mutiara hikmah yang terkandung di
dalamnya. sehingga banyak yang tidak mengetahui makna yang terkandung, maka
terjerumuslah pada kata-kata syirik, khurofat dan bidah.
di indonesia kitab berzanji ini dilantunkan dalam upacara-upacara seperti sekaten, kelahiran
anak, akikah, potong rambut, pernikahan, syukuran, dan upacara lainnya. Ini mencerminkan
kesatuan ciri-ciri kebudayaan umat Islam Indonesia, sekaligus menyimbolkan keseragaman
cara pandang mereka terhadap Rasulullah SAW. Pada skala yang lebih kecil, jamaah yang
hadir dalam pembacaan Barzanji memiliki kesadaran persamaan antarsesama. Mereka duduk
bersila bersama, berdiri bersama, membaca Barzanji bersama, dan makan bersama. Dari level
yang paling kecil inilah, benih-benih persatuan umat Islam dapat dipupuk dan
ditumbuhkembangkan demi keutuhan ukhuwah islamiyah. padahal dalam islam tidak
mengenal upacara-upacara tersebut. dan tidak mungkin pada masa Sholahuddin ada
berzanji .Sebab masa hidup keduanya jauh berbeda. Masa hidup syekh Ja`far adalah
sekitar tahun 1764 M 1177 H. Sedang masa hidup salahuddin al ayuubi sekitar 1183
M.
Rasulullah di katakan cahaya di atas cahaya adalah sirik , dan tidak layak di sematkan kepada
Rasulullah

Lihat ayat sbb :


Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah
seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam
kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan
dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak
di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja)
hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapislapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah
memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu. (QS AN-NUR; 35)
Jadi cahaya di atas cahaya adalah Allah dan tak layak di sandang para nabi atau Rasul
kisah-kisah di atas dalam sejarah kitab berzanji adalah khurofat. Dalam majalah al manar di
terangkan :Setelah tiga riwayat itu riwayat di sebutkan pula riwayat Makhzum bin Hani`
dari ayahnya menurut riwayat al baihaqi dan Abu Nuaim . Di sana di jelaskan pada malam
maulid istana Kisra goncang , hingga 14 balkonnya jatuh . Api persia mati , lalu danau Sawah
juga kering .padahal yang benar adalah Riwayat al baihaqi itu sangat
lemah .Ibnu Aasakir berkata : Hadis nyeleneh kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadis
Makhzum dari ayahnya dan hanya Abu Ayyub al bajali yang meriwayatkannya Dan ia tidak
bisa di buat hujjah bila sendirian . Jadi kisah itu tidak valid dan tidak usah di percaya.Abu
Nuaim sendiri meriwayatkannya tapi kurang percaya padanya .Beliau memang suka
meriwayatkan hadis hadis mungkar , bahkan palsu tanpa komentar di harapkan orang
orang akan mengetahui derajat hadis dari sanadnya .Mereka mengeritik Abu Nuaim dan Ibnu
mandah , dan masing masing di keritik karenanyaDzahabi menyatakan : Saya tidak
menerima perkataan keduanya , aku tidak tahu dosa besar karena keduanya meriwayatkan
hadis hadis palsu tanpa komentar .C. APAKAH HUKUM DARI BERZANJI
Kitab berzanji yang penuh dengan kekeliruan , kesesatan , kesyirikan. MENYALAHI ALQURAN DAN AS-SUNNAH. kitab berzanji adalah sebuah syair karya tulis, tidak berdalil
atau bahkan berdalil tapi dalil palsu. sehingga tidak layak dimasukan dalam ibadah maupun
muamalah.
Sumber Tulisan :
http://amustofa.blogspot.com/2009/03/berzanji.htm
http://mantankyainu.blogspot.com/search/label/KItab%20Berzanji
Al a`lam 123/2
Mu`jamul muallifin 137/3
http://id-id.connect.facebook.com/notes/aduka-panji-alam-official-fans-club/asalusul-kitab-berzanji/207843065979933

You might also like