You are on page 1of 9

ANALISA JURNAL

A. Analisa Jurnal (PICO)


1. Patient and Clinical Problem (P) :
Penelitian ini dilakukan pada 768 lansia di Rotterdam, dengan usia 57-97
tahunyang memiliki faktor risiko penyakit kronis.
2. Intervention (I) :
Pengukuran kebiasaan durasi tidur panjang dan pendek dikaitkan dengan
kolesterol total dan high density lipoprotein (HDL) kolesterol pada
lansia.
3. Comparator (C) :
Sejumlah penelitian sebelumnya melaporkan bahwa hubungan linear
terbalik antara durasi tidur dan indeks massa tubuh (BMI) atau hubungan
antara durasi tidur pendek dan obesitas. Beberapa penulis menemukan
hubungan yang berbentuk, menunjukkan bahwa durasi tidur pendek
maupun panjang terkait dengan peningkatan risiko BMI tinggi. Hanya
beberapa studi telah meneliti hubungan antara parameter tidur dan tingkat
kolesterol, dengan hasil yang bertentangan (Bjorvatn, et al ). Tidak
menemukan hubungan antara durasi tidur dan kadar kolesterol total
dalam rentang usia 40 sampai 45 tahun setelah disesuaikan dengan jenis
kelamin,perilaku merokok, dan indeks massa tubuh. (Williams et al.)
ditemukan penurunan kolesterol (high density lipoprotein) HDL dengan
durasi tidur pendek dan panjangdengan tekanan darah normal, tapi tidak
pada wanita hipertensi berusia 43 sampai 69 tahun dengan diabetes.
Peneliti menggunakan data polysomnographic untuk menguji hubungan
antara parameter tidur dan kadar kolesterol pada 24 orang dewasa muda

dan menemukan bahwa waktu tidur total berhubungan dengan tingkat


LDL / HDL. Selain itu, mereka melaporkan bahwa pola tidur lebih lama
berhubungan dengan total kolesterol dan lipid yang lebih tinggi.
Sedangkan peneliti saat ini menyelidiki apakah durasi tidur, waktu di
tempat tidur, dan gangguan tidur berpengaruh dengan kadar kolesterol,
pada populasi masyarakat pada lansia. Metode penelitian cross-sectional
dengan analisis regresi untuk menyelidiki mengukur hubungan TST
actigraphically, TIB, dan indeks fragmentasi dengan kadar kolesterol,
kadar kolesterol HDL, dan tingkat kolesterol total / HDL.
4. Outcome (O) :
Durasi tidur yang lebih lama dapat meningkakan total kadar kolesterol
dan rasio total / kolesterol HDL. Diharapkan lansia tidak tidur terlalu
lama dan lebih sering beraktivitas.

B. Konten/Isi Jurnal
1.
Abstrak
Tujuan: Studi epidemiologis telah berulang kali menemukan angka kematian
meningkat terkait dengan kedua kelompok yaitu kebiasaan durasi tidur lama dan
sebentar. Mekanisme di balik asosiasi ini tidak jelas. Kami meneliti apakah
obyektif mengukur durasi tidur, waktu di tempat tidur, dan gangguan tidur
dikaitkan dengan kolesterol total dan (high density lipoprotein) HDL dalam
kolesterol masyarakat lansia.
Metode: Penelitian cross-sectional dilakukan di antara 768 lansia di Rotterdam,
dengan usia 57-97 tahun. Parameter tidur dinilai dengan actigraphy, metode
divalidasi yang menyimpulkan klien tidurnya terjaga dan bebas dari gerakan.
Kadar kolesterol dalam serum ditentukan dalam sampel darah puasa. Semua
analisis regresi yang disesuaikan dengan usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh,
merokok, gejala depresi, dan gagal jantung.
Hasil: durasi tidur lama positif berhubungan dengan tingkat kolesterol total: 0,11 (tingkat kepercayaan 95%, interval - 0,03-0,18) mmol /jam tidur. Orang yang
tidur lebih lama, dan menghabiskan lebih banyak waktu di tempat tidur, juga
memiliki rasio total / kolesterol HDL yang lebih tinggi. Seseorang yang kurang
tidur terfragmentasi juga dikaitkan dengan total kolesterol yang lebih tinggi.

Beberapa asosiasi menunjukkan interaksi yang signifikan dengan usia. Hubungan


antara waktu di tempat tidur dan total / HDL rasio terutama didorong oleh orangorang yang berusia <65, sedangkan hubungan antara durasi tidur lama dan kadar
kolesterol total yang paling menonjol pada orang berusia 70.
Kesimpulan: lama durasi tidur lebih panjang adalah berkaitan dengan total kadar
kolesterol yang lebih tinggi dan rasio total / kolesterol HDL yang lebih tinggi
pula. Dua mekanisme yangterpisah, waktu yang lebih lama di tempat tidur dan
gangguan tidur, tampaknya menjelaskan asosiasi dalam kategori usia yang
berbeda.
Kata kunci: durasi tidur, gangguan tidur, actigraphy, kolesterol, lansia,
epidemiologi.
2.
Pendahuluan
Studi epidemiologis telah berulang kali menemukan tingkat kematian yang lebih
tinggi dan cepat, yaitu lama durasi tidur yang panjang, biasanya lebih dari 8 jam
per malam, dan lama durasi tidur yang pendek, yaitu, kurang dari 7 jam per
malam. Banyak penyakit yang akan ditimbulkan seperti penyakit jantung adalah
penyebab utama kematian bagi pria dan wanita dewasa di negara maju, banyak
studi telah meneliti hubungan antara durasi tidur dan penyakit kardiovaskular.
Sejumlah penelitian melaporkan bahwa hubungan linear terbalik antara durasi
tidur dan indeks massa tubuh (BMI) atau hubungan antara durasi tidur pendek dan
obesitas. Penelitian lain, terkait dengan jumlah waktu tidur terhadap hipertensi,
metabolisme glukosa atau risiko diabetes. Untuk pengetahuan kita, hanya
beberapa studi telah meneliti hubungan antara parameter tidur dan tingkat
kolesterol, dengan hasil yang bertentangan(Bjorvatn, et al. ) tidak menemukan
hubungan antara durasi tidur dan kadar kolesterol total dalam rentang usia 40
sampai 45 tahun setelah disesuaikan dengan jenis kelamin, perilaku merokok, dan
indeks massa tubuh.
Kami menyelidiki apakah durasi tidur, waktu di tempat tidur, dan gangguantidur
berpengaruh dengan kadar kolesterol, pada populasi masyarakat lansia. Adanya
hubungan antara perubahan kolesterol dan kesehatan dengan bertambahnya usia,
kami juga meneliti efek kemungkinan interaksi tidur dengan usia. Semua
parameter tidur diukur dengan actigraphy. Actigraphy adalah alat yang digunakan
untuk merekamadanya pergerakan waktu tidur. Beberapa penulis telah
menyimpulkan bahwa actigraphy merupakan metode yang dapat diandalkan untuk
menilai pola tidur pada orang dewasa.
3.
Metode
a.
Populasi
Penelitian ini berada di Rotterdam, berdasarkan populasi kohort penelitian yang
bertujuan menilai terjadinya faktor risiko penyakit kronis pada lansia. Desember
2004, diperoleh bantuan tenaga untuk melakukan studi actigraphy tambahan, saat

ini dan seterusnya terdapat 1.515 lansia diminta untuk mengambil bagian dalam
studi actigraphy, 1076 (71%) di antaranya setuju. Kita tidak bisa mencakup setiap
orang yang mengunjungi pusat penelitian karena terbatasnya jumlah actigraphs.
Data actigraphy berlaku setidaknya untuk dua malam dan data untuk kadar
kolesterol yang tersedia untuk 986 responden. Responden yang menggunakan
obat penurun kolesterol (n=218) dikeluarkan, sehingga didapatkan populasi
penelitian 768 orang responden. Secara total, dari 4726 malam diukurdengan
actigraphic (mean, 6,2 1.1) dicatat tiap responden. Komite Etika Medis Erasmus
University Rotterdam menyetujui Studi Rotterdam dan informed consent tertulis
disetujui oleh semua responden.
b.
Pengukuran Tingkat Kolesterol
Kolesterol total dan konsentrasi kolesterol HDL dalam serum ditentukan dalam
waktu 2 minggu setelah pengambilan sampel dengan prosedur enzimatik otomatis
dalam sampel darah puasa yang dilakukan di pusat penelitian.
c.
Parameter Tidur
Untuk mendapatkan parameter tidur secara obyektif, kami menggunakan model
Actiwatch AW4 (Cambridge Neurotechnology Ltd), sebuah actigraph yang bisa
dipakai seperti jam tangan dan dilengkapi dengan tombol penanda tidur.
Responden diminta untuk memakai actigraph terus menerus selama 5-7 hari
berturut-turut, pada pergelangan tangan yang dominan.
d. Analisis statistik
Metode penelitian cross-sectional dengan analisis regresi untuk menyelidiki
mengukur hubungan TST actigraphically, TIB, dan indeks fragmentasi dengan
kadar kolesterol, kadar kolesterol HDL, dan tingkatkolesterol total / HDL. Data
yang ada dianalisis kembali dengan kriteriaeksklusi kemungkinan responden
dengan sleep apnea, analisis tambahan dilakukan untuk lebih mengeksplorasi
hubungan yang bermakna. Semua analisis dilakukan dengan SPSS versi 11.0
(SPSS Inc, Chicago, IL).
4.
Hasil
a.
Karakteristik populasi penelitian
Karakteristik populasi penelitian ini berdasarkan usia, rata-rata adalah 68,5 tahun
(kisaran, 57-97) dan 52,9% adalah perempuan. Sebuah analisis nonresponse
menunjukkan bahwa tidak menanggapi, yang mengunjungi pusat penelitian, tetapi
menolak untuk berpartisipasi dalam studi actigraphy (n=439) dengan rata-rata 1,9
tahun lebih tua dari responden (p < 0,001) Dan mayoritas perempuan (28,7% vs
22,0%, p=0,004). Penolakan untuk berpartisipasi itu tidak terkait dengan rata-rata
durasi tidur yang dilaporkan dalam wawancara di rumah, atau dengan kadar
kolesterol.

b.
Durasi Tidur
Rata-rata populasi penelitian kami, awal tidur 06:32 (SD=0:50) jam per malam,
dari jam 08:19 (SD=0:47) mereka habiskan di tempat tidur. TST dan TIB yang
terkait satu sama lain: koefisien korelasi Pearson antara TST dan TIB adalah 0,68
(p <0.001). Korelasi ini tidak berbeda antara kelompok umur.

c.
Tingkat Kolesterol
Dalam analisa menunjukkan bahwa orang-orang dengan TST tinggimemiliki
kadar kolesterol total yang lebih tinggi (0,11 mmol / l per jam TST, tingkat
kepercayaan 95% (CI): 0,03-0,18). R2 dari model keseluruhan, yaitu hubungan
linier antara TST actigraphic dan kolesterol total dengan penyesuaian untuk usia,
jenis kelamin, indeks massa tubuh, perilakumerokok, gejala depresi, dan gagal
jantung, adalah 0,12. R2 dari model dengan hanya TST actigraphic sebagai
variabel independen adalah 0,02. TST juga berkaitan dengan rasio yang lebih
tinggi, yaitu kurang menguntungkan, total / HDL (=0,12; 95% CI, 0,02-0,22). R2
dari model ini adalah 0,09, dari model disesuaikan 0,00.

d.

Hubungan Durasi Tidur dan Tingkat Kolesterol

Hasil analisis parameter tidur, dilakukan pada 714 peserta dengan tanggapan yang
valid pada kedua PPD dan TIB. Ada hubungan linear antara kedua TST
dilaporkan dan HDL-kolesterol ( = -0,04; 95% CI,-0,06 sampai -0,02; p=0,001),
dan antara yang dilaporkan TST dan rasio total / HDL ( = 0,09, 95% CI, 0,020,16, p=0,01). Hubungan antara TIB dan HDL-kolesterol juga signifikan. Hal ini
menunjukkan bahwa TST terkait dengan tingkat HDL-kolesterol dan rasio total /
HDL yang lebih tinggi, yang sejalan dengan hasil dari data actigraphic. Namun,
berbeda dengan hasil dengan TST actigraphic, tidak ada hubungan antara
dilaporkan sendiri TST atau TIB dan tingkat kolesterol total. Kecuali untuk
hubungan antara TST dan tingkat kolesterol HDL, semua hubunganyang kuat
dengan data actigraphic dibandingkan dengan laporan dari data.

5.
Pembahasan
Dalam studi cross-sectional dari 768 masyarakat yang tinggal pada lansia, yang
tidak menggunakan obat penurun kolesterol, durasi tidur yang lebih lama
dibandingkan dengan tingkat kolesterol total dan kadar lipid yang lebih tinggi.
Harus dicatat bahwa varians dijelaskan dari model regresi yang sederhana. Durasi
tidur lebih lama adalah sangat terkait dengan waktu yang lebih lama di tempat
tidur, penggunaan actigraphy memungkinkan perbedaan antara waktu di tempat
tidur dan durasi tidur. Analisis kami menunjukkan bahwa hubungan antara durasi
tidur dan kolesterol didorong oleh hubungan yang kuat antara waktu yang lebih
lama di tempat tidur dan kadar kolesterol total yang lebih tinggi pada kelompok
usia termuda< 65 tahun. Namun, pada orang berusia 70 atau lebih, hubungan
antara durasi tidur dan kolesterol tampaknya dijelaskan oleh gangguan tidur yang
berhubungan dengan tingkat kolesterol total yang lebih rendah.
Pada kelompok usia termuda orang berusia 59 sampai 64, baik PPD dan TIB
dikaitkan dengan kolesterol total yang lebih tinggi, kolesterol HDL rendah, dan
karena itu dengan rasio total / HDL yang lebih tinggi. Ini tidak terjadi pada orang
berusia 65 tahun. Tampaknya, dalam karakteristik usia yang lebih muda, durasi
tidur lebih lama berhubungan dengan profil lipid yang lebih tinggi. Dalam
kelompok peserta di atas usia 70, orang-orang dengan fragmentasi tidur tinggi
memiliki menurunkan kadar kolesterol total, sedangkan fragmentasi tidur tidak
terkait dengan salah satu langkah kolesterol lain dalam kelompok usia lainnya.

C. Kritik Jurnal
1.
Substansi

Kelebihan
Jurnal sangat berkontribusi dalam bidang keperawatan geriatrik terutama untuk
menambah pengetahuan dalam penanganan lansia yang memiliki riwayat
kolesterol supaya lebih menjaga kualitas tidurnya.

Kekurangan
Untuk mendapatkan parameter tidur secara obyektif, peneliti menggunakan model
Actiwatch AW4 (Cambridge Neurotechnology Ltd), sebuah actigraph yang bisa
dipakai seperti jam tangan dan dilengkapi dengan tombol penanda tidur. Alat ini
yang akan menjadi kendala karena jumlah yang terbatas dan tidak semua instansi
memiliki.
2. Teori

Kelebihan
Didalam setiap pembahasan peneliti menyertakan teori-teori yang mendukung
sehingga memudahkan pembaca untuk menangkap semua hasil yang didapatkan.
dijelaskan juga factor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kolesterol yang
diakibatkan oleh kualitas tidur.

Kekurangan
Ada beberapa teori yang kurang dalam jurnal ini seperti penjelasan tentang
kualitas tidur, factor yang mempengaruhi kualitas tidur, patofisiologi kolesterol,
penyebabnya yang sangat dibutuhkan oleh pembaca untuk pengetahuan tambahan.
3.
Metodologi

Kelebihan
Metode penelitian yang digunakan sudah tepat yaitu cross-sectional dengan
analisis regresi. Data yang ada dianalisis kembali dengan kriteria eksklusi untuk
lebih mengeksplorasi hubungan yang bermakna. Semua analisis dilakukan dengan
SPSS versi 11.0 (SPSS Inc, Chicago, IL). Parameter yang digunakan juga sudah
sangat bagus yaitu untuk pengukuran tingkat kolesterol sampel diambil dengan
prosedur enzimatik otomatis dalam sampel darah puasa yang dilakukan di pusat
penelitian. Sedangkan untuk parameter tidur secara obyektif, peneliti
menggunakan model Actiwatch AW4 (Cambridge Neurotechnology Ltd).

Kekurangan
4.
Interprestasi

Kelebihan
Penyajian data sudah disertakan tabel dan keterangannya. Tabel yang dibuat
secara terpisah dari masing-masing variabel lebih memudahkan kita dalam
mengetahui hasil penelitian.


Kekurangan
Penyampaian data masih kurang lengkat, tidak dijelaskan tahun dan tempat
dimana penelitian dilakukan. Dan penyampaian data masih kurang dapat
dipahami.
5.
Etika

Kelebihan
Dalam jurnal ini responden yang diteliti dirahasiakan. Setelah dapatpersetujuan
resmi maka peneliti akan melibatkan peserta dalam proses penelitian, tetapi
peneliti sangat menghormati dan tidak memaksa responden yang tidak bersedia.

Kekurangan
_
6.
Gaya penulisan

Kelebihan
Dalam jurnal ini gaya penulisan sudah baik, terdapat keterangan tabel dan
penjelasan dari masing-masing tabelnya, penampilan jurnal juga rapi. Lengkap
dari abstrak sampai daftar pustaka.

Kekurangan
Peneliti tidak mencantumkan nama pengarang yang diambil pada teori-teori yang
digunakan dalam penbahasan jurnalnya. Hanya mencantumkan nomor referensi
yang sudah diurutkan dalam daftar pustaka saja. Hal ini lebih menyulitkan
pembaca untuk mengetahui teori yang digunakan itu dari siapa.
D. Critical Thinking
Durasi tidur yang lebih lama sangat berkaitan dengan total kadar kolesterol yang
lebih tinggi dan rasio total / kolesterol HDL yang lebih tinggi pula. Hal ini
disebabkan karena bila tidur lebih lama maka aktifitas fisik menjadi kurang.
Aktifitas fisik yang kurang dapat menyebabkan peningkatan kolesterol. Karena
olahraga dan aktifitas fisik juga dapat memperbaiki profil lemak darah, yaitu
menurunkan kadar kolesterol total, LDL kolesterol dan trigliserida. Bahkan yang
paling baik adalah dapat memperbaiki HDL, yaitu suatu jenis kolesterol yang
kadarnya sulit untuk dinaikkan. Di samping itu berbagai faktor risiko seperti
hipertensi, obesitas dan diabetes mellitus dapat diturunkan dengan menjalankan
olahraga yang tepat takaran, durasi dan frekwensinya (Almatsier, 2002).
Dua mekanisme yang terpisah, waktu yang lebih lama di tempat tidur dan
gangguantidur, tampaknya menjelaskan asosiasi dalam kategori usia yang
berbeda. Hubungan yang kuat antara waktu yang lebih lama di tempat tidur dan
kadar kolesterol total yang lebih tinggi pada kelompok usia termuda < 65 tahun.
Pada usia tersebut fungsi metabolisme masih belum mengalami penurunan secara
berarti karena usia 55 64 tahun termasuk kelompok lansia dini yaitu merupakan
kelompok yang baru memasuki lansia (Depkes dikutip dari Azis,1994). Sehingga

membutuhkan aktufitas fisik yang cukup untuk menjaga metabolisme tubuh


khususnya untuk menyetabilkan kadar kolesterol. Karena sebagaimana yang
sudah dijelaskan diatas bahwa aktifitas fisik yang kurang dapat menyebabkan
peningkatan kolesterol.
Namun, pada orang berusia 70 atau lebih, hubungan antara durasi tidur dan
kolesterol tampaknya dijelaskan oleh gangguan tidur yang berhubungan dengan
tingkat kolesterol total yang lebih rendah. Hal ini mungkin disebabkan oleh
menurunnya metabolisme dalam tubuh. Karena pada usia 70 tahun termasuk
kelompok lansia dengan resiko tinggi (Depkes dikutip dari Azis,1994). Sehingga
meskipun waktu tidurnya lama atau aktifitas fisik yang kurang tidak begitu
mempengaruhi peningkatan kadar kolesterol. Kadar kolesterol total yang
rendahpada lansia dapat juga dipengaruhi oleh beberapa factor misalnya :
insomnia, gangguan gerakan tungkai periodik, nokturia, nyeri, sakit, kebisingan
lingkungan, atau mitra tidur mendengkur. Beberapa penyebab terutama penyakit,
mungkin menjadi dasar umum untuk hubungan durasi tidur yang panjang dengan
rendahnya tingkat kolesterol total. Kadar kolesterol yang rendah juga dapat
menjadi penanda kesehatan yang buruk pada lansia.

You might also like