You are on page 1of 46

HUKUM ACARA

PERADILAN AGAMA

Oleh : Dr. Drs. Amran Suadi, S.H., M.Hum., M.M.

I. PENDAHULUAN
Pengadian Agama adalah salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman di Indonesia dan merupakan

peradilan negara yang setara dgn peradilan lain serta dijamin eksistensinya dalam konstitusi negara
(Psl 24 UUD 1945)

Badan Peradilan Agama terdiri dari :


Pengadilan Agama sebagai peradilan tingkat pertama dan berkedudukan di ibukota kabupaten

atau kota
Pengadilan Tinggi Agama merupakan peradilan tingkat banding dan berkedudukan di ibukota
provinsi (Psl 4 ayat (1) dan (2) UU No.7/1989)
Pengadilan Agama (PA) dibentuk dgn Kepres dan Pengadilan Tinggi Agama (PTA) dengan UU
(Psl. 7 dan 8 UU No.7/1989)
1

II. Pengertian Hukum Acara


Hukum acara disebut juga hukum formil/formal
Prof. Dr. Wiryono, S.H.
Hukum Acara Perdata adalah rangkaian peraturan yang memuat ttg bgmn cara orang bertindak di muka
pengadilan dan bgmn cara pengadilan bertindak melaksanakan hukum perdata
Prof. Dr. Sudikno Merto Kususmo, S.H.

Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bgmn cara menjamin ditaatinya hukum
prdt materil dgn perantaraan hakim
Prof. Dr. H. A. Manan, S.H. S.I.P. M.Hum.

Hukum Acara Perdata adalah proses penyelesaian perkara melalui pengadilan sesuai norma-norma yang
telah ditentukan secara formal.
Dari bbrp pengertian tersebut dpt disimpulkn bhw Hkm Acr PA adalah peraturan hukum yg mengatur
bgmn cara melaksanakan hukum perdata materil melalui pengadilan agama termsk bgmn mengajukan
perkara dan bgmn hakim bertindak agar hukum perdata materil dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya

III. Sumber Hukum Acara Peradilan Agama


1. HIR (Herziene Inlandsch Reglement (Reglement Indonesia Baru)) dan RBG (Rechtsreglement

voor de Buitengewesten (Reglement untuk daerah seberang))


2. UU No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
3. UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
4. UU No. 7 Tahun 1989 yng telah diubah dengan UU. No.3/2006 dan UU No. 50/2009
5. UU No. 14/1985 yng tlh diubah dengan UU.No.5/2004 dan UU No 3 Tahun 2009
6. UU No. 20 Tahun 1947
7. PP No. 9 Tahun 1975
8. Peraturan Mahkamah Agung RI (PERMA)
9. Surat Edaran Mahkamah Agung RI (SEMA)
10. Inpres No.1 Tahun 1991
11. Doktrin/ilmu pengetahuan hukum/kitab fiqh
12. RV (Reglement op de Burgerlijke Rechtsvordering)

IV. Asas-Asas Hukum Acara Peradilan Agama


1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)

Peradilan/hakim bersifat pasif


Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan
Mengadili menurut hukum tidak membeda-bedakan orang
Mendengar kedua belah pihak berperkara
Peradilan memutus perkara berdasarkan hukum
Pemeriksaan perkara dilakukan dalam persidangan Majelis (sekurang-kurangnya 3 orang
hakim) kecuali UU menentukan lain.
Persidangan dilakukan terbuka utk umum kecuali UU menentukan lain
Pemeriksaan perkara perceraian dilakukan secara tertutup
Peradilan bebas dari pengaruh dan campur tangan pihak luar
Setiap putusan dan penetapan diawali dengan Bismillahirrahmanir rahim dan Demi
Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
dan lain-lain
4

V. Kompetensi Pengadilan Agama


Kompetensi Peradilan Agama ada 2 macam :

Kompetensi Absolut (Absolute Competensi)


Perkara yang mutlak menjadi kewenangan PA, tidak dapat diadili di
lingkungan peradilan lain, misalnya sengketa/perkara waris antara orang2
yang beragama Islam

Kompetensi Relatif (Relative Competensi)


Perkara diajukan ke Pengadilan Agama sesuai yurisdiksinya, misalnya
perkara perceraian diajukan di PA yg wilayah hukumnya meliputi tempat
tinggal istri

VI. Perkara yang menjadi


Kompetensi Absolut
Peradilan Agama
Kewenangan absolut peradilan agama adalah perkara dlm bidang :
1. Perkawinan
2. Waris
3. Wasiat
4. Hibah
5. Wakaf
6. Zakat
7. Infaq
8. Shodaqoh
9. Ekonomi syariah
Termasuk perkara orang atau badan hukum yang menundukkan diri dengan sukarela kepada hukum Islam

mengenai ekonomi syariah (penjelasan pasal 49 UU No.3 Thn 2006)


6

Lanjutan 1
Rinciannya sebagai berikut :
1. Kewenangan berdasarkan Stb. 1882 No. 152
a. Hukum Perkawinan
b. Hukum Kewarisan
c. Hibah dan Wasiat
d. Infaq dan Shadaqah
e. dan lain-lain
2. Kewenangan berdasarkan Stb. 1937 No. 611
a. NTR saja
b. Selainnya dimasukkan ke Landraad
3. Kewenangan berdasarkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan antara lain :
a. Izin beristri lebih dari seorang
b. Izin melangsungkan perkawinan bagi seorang yang belum berusia 21
Tahun, dalam hal orang tua/wali/keluarga dalam garis lurus ada
perbedaan pendapat
7

Lanjutan 2
c.

Dispensasi kawin

d.

Pencegahan perkawinan

e.

Penolakan Perkawinan oleh PPN

f.

Pembatalan Perkawinan

g.

Gugatan kelalaian atas kewajiban suami/istri

h.

Perceraian karena talak

i.

Gugatan perceraian

j.

Penyelesaian harta bersama

k.

Mengenai penguasaan anak

l.

Ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan anak bilamana bapak yg seharusnya
bertanggung jawab tdk memenuhinya

m. Penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas istri atau
penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri yang seharusnya bertanggung jawab tidak
memenuhinya
n.

Putusan tentang atau tidaknya seorang anak

o.

Putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua

p.

Pencabutan kekuasaan wali

q.

Penunjukan orang lain sebagai wali oleh Pengadilan dalam hal kekuasaan
8

Lanjutan 3
r. Menunjuk seorang wali dalam hal seorang anak yang belum cukup umur 18 th. Yang ditinggal
kedua orang tuanya, padahal tidak ada penunjukan wali oleh orang tuanya
s. Pembebanan kewajiban ganti kerugian thd. Wali yg telah menyebabkan kerugian atas harta benda
anak yang ada di bawah kekuasaannya
t. Penetapan asal-usul seorang anak
u. Putusan ttg hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan perkawinan campuran
v. Pernyataan ttg sahnya perkawinan yg terjadi sebelum UU 1/1974 dan
dijalankan menurut peraturan yang lain
4. Kewenangan berdasarkan UU No. 7 Tahun 1989 Ttg Peradilan Agama
a. Hukum Perkawinan sebagaimana tersebut dalam UU 1/1974
b. Hukum Kewarisan sebagaimana tersebut dalam KHI
c. Hibah dan Wasiat
d. Infaq dan Shadaqah
e. Waqaf

Lanjutan 4
5. Kewenangan berdasarkan UU No. 3/2006 Ttg. Perubahan UU No.7/1989
tentang Pengadilan Agama
a. Perkawinan
Sebagaimana tersebut dalam UU No. 1/1974 ditambah Pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam
b. Kewarisan
Sebagaimana tersebut dalam UU No.7/1989 Ttg. PA ditambah kewenangan Penetapan ahli waris tanpa sengketa
c. Waqaf
Sebagaimana tersebut dalam UU No. 41/2004 Ttg. Waqaf dan PP No. 27/1977 Ttg perwaqafan tanah milik serta KHI
d. Zakat
e. Shadaqah
f. Hibah
g. Wasiat
h. Ekonomi Syariah
Sebagaimana disebutkan dlm UU No.3 Thn 2006 ttg Perubahan Pertama UU No.7 Thn 1984 ttg Peradilan Agama
pd penjelasan Psl 49.
Kewenangan bidang ekonomi syariah yakni:
a. Perbankan Syariah
b. Lembaga Keuangan Mikro Syariah
c. Asuransi Syariah

10

Lanjutan 5

d. Reasuransi Syariah
e. Reksadana Syariah
f. Obligasi dan Surat berharga berjangka menengah syariah
g. Sekuritas Syariah
h. Pembiayaan Syariah
i. Pegadaian Syariah
j. Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah
k. Bisnis Syariah

Putusan Mahkamah Konstitusi No. 93/PUU-X/2012 tgl 22 September 2013 menyatakan bahwa
penjelasan Psl 52 ayat (2) UU No.21 Thn 2008 ttg Perbankan Syariah tidak mempunyai kekuatan
hukum mengikat lagi
11

VII. Sumber Hukum Acara Peradilan Agama


Pasal 54 UU No. 7/1989 Tentang Peradilan Agama

Hukum Acara yang berlaku di lingkungan Peradilan Agama

adalah sama dengan yang berlaku di lingkungan Peradilan Umum


Kecuali yang diatur secara khusus dalam UU No. 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama

12

Lanjutan 1

HAL-HAL YANG KHUSUS


1. Tentang biaya perkara dalam perceraian dibebankan kepada Penggugat
2. Tentang saksi Keluarga

3. Tentang Sumpah Lian


4. Tentang Khuluk
5. Tentang panggilan Tergugat yang ghaib dalam perkara perceraian
6. Penggabungan perkara perceraian dengan harta bersama dalam satu
gugatan/perkara
7. Dalam perkara perceraian gugatan diajukan di tempat Penggugat
8. Dalam perkara perceraian sidang dilaksanakan dalam sidang tertutup
untuk umum

13

Lanjutan 2
SUMBER-SUMBER HUKUM ACARA PERDATA
1.

HiR (Regelmen Indonesia yang diperbaharui) & Rbg (Rechtsreglement


Buitengenwesten) Stb. 1927 227

2.

RV (Reglement of de Burgelijke Rechsvordering), WvK, dan KUH Perdata (BW)

3.

UU No.1 Thn 1974, No.7 Thn 1989 jis No.3 Thn 2006 jis No.50 Thn 2009

4.

UU No.48 Thn 2009 ttg Kekuasaan Kehakiman, No.30 Thn 1999 ttg Arbitrase,
UU No.4 Thn 1996 ttg Hak Tanggungan, UU No.42 Thn 1994 ttg Jamina Fidusia dll

5.

Yurisprudensi

6.

Peraturan MA, SE MA (Surat Edaran MA)

7.

Peraturan BI/OJK (UU No.21 Thn 2008 & UU No.21 Thn 2011)

8.

Kompilasi Hukum Islam (KHI/Inpres No.1 Thn 1981)

9.

Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES/Perma No.2 Thn 2008)

10. Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN)


11. dan lain-lain
14

VIII. Mengajukan Gugatan


Harus ada
hubungan hukum

Harus ada
kepentingan
hukum

Dibuat dgn
cermat dan
terang

Tertulis

15

IX. Syarat-Syarat Gugatan


Gugatan harus rinci
Jelas batas2nya (Tayin)
Tidak kontradiksi

Tuntutan harus jelas


Orang Mukallaf
16

X. Surat Gugatan
1. Identitas para pihak
2. Fundamentum Petendi (posita)
a. Feitelijk Gronden
b. Rechtelijk Gronden

3. Petitum
a. Tuntutan Pokok (primair)
b. Tuntutan tambahan (biaya perkara)

c. Tuntutan pengganti (ae quo et bono) atau subsidair

17

Lanjutan 1

Surat gugatan

Surat yg ditujukan kpd ketua pengadilan yang berkompeten memuat


tuntutan hak dan ada kepentingan hukum serta adanya sengketa
Syarat-syarat gugatan :

- Berupa tuntutan hak


- Ada kepentingan hukum
- Sengketa
- Dibuat dengan cermat dan terang.
Unsur Surat gugatan :

- Identitas dan kedudukan para pihak.


- Posita
- Petitum
18

XI. Bentuk Surat Gugatan


Bentuk Surat gugatan ada dua macam :

- Tertulis
- Lisan
Dalam perkara tertentu boleh jadi ada pihak ketiga yang harus

dilibatkan dlm perkara tsb tapi tdk menjadi Penggugat dan juga tdk
menjadi Tergugat oleh karena itu hrs dimuat dlm surat gugatan &

didudukkan sebagai Turut Tergugat


Gugatan Provisionil
19

XII. Surat Permohonan


Surat permohonan

Surat yang diajukan kpd ketua pengadilan yg berkeompeten memuat tuntutan hak
perdata, mempunyai kepentingan hukum dan tdk mengandung sengketa serta diatur
dalam UU
Syarat2 permohonan :

- Ada kepentingan hukum


- Tidak sengketa
- Dibuat cermat dan terang
Unsur surat permohonan :

- Identitas pemohon
- Posita
- Petitum
20

XIII. Bantuan Hukum


o Pihak-pihak berperkara dapat mewakilkan kepada orang lain untuk mewakili

dirinya di muka pengadilan dengan surat kuasa khusus (Psl 123 HIR/147 RBg)

o Pada dasarnya yang dapat memberikan jasa bantuan hukum di pengadilan adalah

advokat yang telah diangkat secara sah (Psl. 1 ayat (1) UU No.18/2003)

o Pemberian surat kuasa khusus merupakan perjanjian sepihak (Psl 1814 BW)
o Kuasa dapat juga diberikan kepada perorangan dengan ketentuan hrs ada

hubungan keluarga (Kuasa Insidentil)


(Surat Tuada MARI Ulditun No. MA/Kumdil/IX/1987)

21

XIV. SUBJEK HUKUM


1.

Orang meliputi pribumi atau usaha perorangan

2.

Badan Hukum meliputi PT, koperasi, yayasan, BUMN, partai


politik, organisasi masa.

3.

Bukan bdan hukum seperti firma, CV (Comanditoir Venoo)

4.

Lembaga Perlindungan Konsumen (UU No.8 Thn 1999 ttg


Perlindungan Konsumen)

22

XV. KUASA HUKUM


1. Kuasa menurut hukum (legal mandatory) : kehadirannya tidak memerlukan surat
kuasa
a.Balai Harta Peninggalan/kurator
Pasal 13 ayat (1) dan (2) UU No.4 Thn 1996 ttg Kepailitan
b. Direksi atau pengurus badan hukum
c. Direksi perusahaan BUMN
d. Pimpinan cabang perusahaan domestik

e. Kejaksaan (SEMA No.4 Thn 2014)


2. Advokat
UU No.18 Thn 2003 ttg Advokat, SK KMA No.089/KMA/VI/2010 ttg
Penyumpahan Advokat, dan SK KMA No.052/KMA/Hk.01/III/2011
3. Kuasa Insidentil (ada hubungan keluarga)
23

XVI.SYARAT-SYARAT
PENERIMA KUASA
1. Harus ada surat kuasa khusus
(lihat Pasal 123 (1) HIR dan 147 (1) R.Bg.)
2. Gugat lisan dicatat dalam surat gugat yang dibuat oleh Hakim
(lihat pasal 123 (1) HIR dan 147 (1) R.Bg.)
3. Kuasa dapat ditunjuk langsung dalam sidang oleh para pihak
4. Kuasa dapat ditunjuk sebelum perkara didaftarkan ke Pengadilan
oleh para pihak dengan surat kuasa khusus
5. Memenuhi ketentuan Surat Menkeh No. 1 Tahun 1965 tanggal 28 Mei 1965

jo. Kep. Menkeh No. JP. 14/2/II tanggal 7 Oktober 1965


6. Telah terdaftar sebagai advokat atau pengacara
24

XVII. SURAT KUASA KHUSUS MEMUAT

(LIHAT SEMA-RI NO. 31/P/169/M/1959 TGL. 19 JANUARI 1959)

1. Identitas Pemberi dan Penerima kuasa


2. Nama forum atau Pengadilan tempat beracara
(PA. Jaktim, PA. Bogor dll) pokok sengketa
3. Apa yang menjadi (hal ini tentang menunjukkan ke
khususan perkara, seperti perikatan, waris, hibah dll)
4. Pentelaah isi surat kuasa yang diberikan oleh para pihak,
wewenang yang diberikan oleh pemberi kuasa, sejauh mana kuasa
khusus diberikan oleh para pihak?
5. Memuat hak substitusi
6. Dibuat dengan cermat dan terang
7. Pemeteraian sesuai dengan UU No. 13/1985 tentang Meterai

8. Kuasa merupakan perjanjian sepihak (psl. 123 HIR)


bisa dicabut sewaktu waktu

25

Lanjutan 1
9. Kuasa dapat berakhir secara sepihak ---- pasal 1813 BW dan 1841 BW.
10. Hal-hal yang dapat mengakhiri pemberian kuasa secara sepihak adalah :
a.
b.

Kuasa dicabut secara sepihak oleh pemberi kuasa


Pemberi kuasa meninggal dunia (1813 BW)
c.
Kuasa melepas kuasa (opzegging/release)(1817 BW)

11. Syarat-syarat Penerima Kuasa


a. Harus ada surat kuasa khusus (lihat Pasal 123 (1) HIR dan 147 (1) R.Bg).
b. Gugat lisan dicatat dalam surat gugat yang dibuat oleh Hakim (lihat Pasal 123 (1) HIR dan 147 (1)
R.Bg).
c. Kuasa dapat ditunjuk langsung dalam sidang oleh para pihak.
d. Kuasa dapat ditunjuk sebelum perkara didaftarkan ke Pengadilan oleh para pihak dengan surat kuasa
khusus.
e. Memenuhi ketentuan Surat Menkeh No. 1 Tahun 1965 tanggal 28 Mei 1965 Jo. Kep. Menkeh No. JP.
14/2/II tanggal 7 Oktober 1965.
f. Telah terdaftar sebagai Advokat atau Pengacara
g. Berpedoman pada ketentuan undang-undang npmor 18 tahun 2003 tentang advokat (lihat pasal 2
5)
h. Mempedomani SK MA tanggal 25 Juni 2010 nomor 089/KMA/VI/2010 tentang penyumpahan advokat
dengan penjelasannya tanggal 23 maret 2011 nomor 052/KMA/HK.01/III/2011.

26

Lanjutan 2

12. Surat Kuasa Khusus Memuat :


(Lihat SEMA RI No. 31/P/169/M/1059 Tgl.19
Januari 1959)
a. Identitas Pemberi dan Penerima Kuasa

b. Nama forum atau Pengadilan tempat beracara (PA Jaktim, PA Bogor dll)
c. Apa yang menjadi pokok sengketa (hal ini tentang menunjukkan kekhususan
perkara, seperti perikatan, waris, hibah dll.)
d. Pentelaah isi surat kuasa yang diberikan oleh para pihak, wewenang yang diberikan
oleh pemberi kuasa, sejauh mana kuasa khusus diberikan oleh para pihak ?
e. Memuat hak substitusi
f.

Dibuat dengan cermat dan terang

g. Pemeteraian sesuai dengan UU No. 13/1985 ttg Meterai


h. Kuasa merupakan perjanjian sepihak (Psl. 123 HIR) bisa dicabut sewaktu waktu

27

Lanjutan 3

13. Macam dan cara penunjukan kuasa (Ps.123


HIR/147 R.Bg. & 1795 BW)
a.

Kuasa Umum----1795 BW

b.

Kuasa Istimewa----1796 BW jo. 157 HIR dan 184 R.Bg.

c.

Kuasa berdasarkan hukum----123 ayat (2) HIR, 147 ayat (2) R.Bg.----wettelijke vertegen woordig. atau legal representative.

d.

Surat Kuasa Khusus----123 HIR & 147 R.Bg.---- bijzondere schiftelijke


machtiging

28

XVIII. Panggilan kepada para Pihak


Untuk menghadiri persidangan yang telah ditentukan para pihak harus dipanggil dengan
resmi dan patut (Psl 145 ayat (1) RBg jo. Psl 121 ayat (1) HIR
Panggilan pertama kpd pihak Tergugat harus dilampirkan salinan surat gugatan (Psl 145
ayat (2) RBg jo. Psl 121 ayat (2) HIR
Jarak antara hari pemanggilan dan hari sidang tidak boleh kurang dari 3 hari kerja (Psl
146 RBg 122 HIR)
Panggilan disampaikan kpd pribdi ybs di tempat tinggalnya atau di tempat kediamannya,
apbl tdk dijumpai disampaikn melalui kepala desa/lurah (Psl 718 RBg/Psl 390 HIR)

Pada sidang lanjutan, bagi yang hadir tdk perlu dipanggil dgn surat panggilan, cukup
diperintahkan dan dicatat dlm BAP spy hadir pada sidang berikutnya.

29

XIX. Upaya Perdamaian/Mediasi


Pada sidang pertama yng dihadiri kedua belah pihak, hakim mewjbkn para pihak
menempuh mediasi dan sdng wajib ditunda utk proses mediasi
(Psl 7 Perma Nomor 01 Tahun 2008)
Apabali mediasi berhasil dan para pihak dpt minta kpd hakim utk dibuatkn akta
perdamaian (kecuali perkra perceraian) dan perkara dicabut

Apabila upaya damai (mediasi) gagal, mediator harus melaporkan kpd hakim bhw
mediasi gagal dan proses sidang dilanjutkan (Psl 18 Perma No.1/2008)
Dlm prkr percraian, selama prkr belum diputuskan setiap sidang selalu diusahakan
perdamaian (Psl 31 ayat (2) PP No.9/1975)

30

XX. Jenis Acara Persidangan


Istilah yang digunakan Berita Acara Sidang (BAS) bukan Berita Acara Pemeriksaan dan
bukan Berita Acara
BAS dibuat oleh Panitera Pengganti berdasarkan catatan sidang dan ditandatanagani
oleh PP dan Ketua Majelis
BAP memuat susunan persidangan, siapa2 yang hadir, memuat segala hal ihwal yg terjadi
dlm persidangan dan berkaitan dengan perkara yang diperiksa
BAS dibuat dalam bentuk tanya jawab
Ketua Majelis/Hakim bertanggung jwb atas kebenaran BAP
BAS hrs selesai sebelum sidang berikutnya
BAS berfungsi sbg acuan bagi majelis/hakim utk musyawarah dan menyusun/membuat
putusan
31

XXII. Rekonvensi
Gugatan rekonvensi : gugatan yang diajukan oleh Tergugat terhadap Penggugat dlm
sengketa yg sedang berjalan antara mereka (Psl. 132 a dan 132 b HIR/Psl. 157 dan 158 RBg
Syarat-syarat gugatan rekonvensi

- diajukan bersama jawaban


- diajukan terhadap Pengugat inpersona
- masih dalam lingkup kewenangan pengadilan
- bukan pelaksanaan putusan

32

XXI. Jawab Menjawab dalam Persidangan


Persidangan diawali dengan membuka sidang secara resmi oleh Hakim/Ketua Majelis
dan dinyatakan terbuka untuk umum.
Mengusahakan perdamaian apabila pihak-pihak berperkara hadir diperintahkan untuk
melakukan mediasi dan sidang ditunda paling lama 40 hari
Pembacaan surat gugatan
Jawaban
Replik
Duplik
Pembuktian dari Penggugat
Pembuktian dari Tergugat
Kesimpulan (jika dianggap perlu)

Pembacaan putusan
33

XXIII. Intervensi
Gugatan intervensi adalah ikut sertanya pihak ke tiga dalam perkara yang sedang
berjalan karena ada kepentingan hukum.

Ada tiga macam intervensi yaitu :

1. Tussenkomst
2. Voeging

3. Vrijwaring

34

XXIV. Putusan Sela


Putusan Sela
Putusan yg dijatuhkan masih dlm proses pemeriksaan perkara dgn tujuan
memperlancar pemeriksaan, tdk berdiri sendiri tp menyatu dalam BAP dan tunduk
pd putusan akhir.
Macam-macam putusan sela :

- Putusan Interlocutoir
- Putusan Insidentil
- Putusan Provisionil

35

Lanjutan 1

Pemeriksaan perkara yg memerlukan putusan sela misalnya :


- Pemeriksaan permohonan prodeo
- Pemeriksaan eksepsi
- Pemeriksaan sumpah suplatoir, decesoir, dan penaksir
- gugatan insidentil (intervensi)
- pemeriksaan setempat (descente)

36

XXV. Pembuktian
Pembuktian adalah utk meyakinkan hakim akan kebenaran persitiwa/kejadian yg didalilkan pihak

berperkara
Pembuktian diajukan oleh org yg mempunyai hak/mendalilkan sesuatu atau utk membantah

hak/dalil org lain. (Psl 163 HIR/Psl 283 RBg)


Ada 3 teori pembuktian yaitu :

1. Pembuktian bebas
Tidak ada ketentuan yg mengikat hakim sehingga bebas utk menilai alat bukti
2. Pembuktian negatif
Ada ketentuan yg bersifat negatif sehingga membatasi hakim utk melakukan sesuatu yg diizinkan
UU
3. Pembuktian positif
Ada perintah kpd hakim utk melakukan segala tindakan dlm pembuktian kecuali yg dilarang UU
37

XXVI. Putusan
- Kepala putusan
- Nomor putusan
- Bismillahirrahmanirrahim
- Identitas para pihak (harus ditulis lengkap)

- Duduk perkaranya (posita dan kejadiannya)


- Pertimbangan hukum
a) Racio decidendi
b) Obiter dicta

- Amar putusan (lugas, tegas dan tidak perlu interpretasi lagi)


- Penutup
- Tanda tangan Hakim dan Panitera
- Catatan biaya perkara
38

XXVII. Fungsi Putusan


Dilihat dari fungsinya dlm mengakihiri perkara :
1. Putusan akhir ada 2 (dua) macam :

a. putusan yang mengakhiri pemeriksaan perkara yg telah melalui tahapan


persidangan/pemeriksaan :
- Mengabulkan
- Menolak
b. Putusan yg mengkahiri perkara tanpa atau belum melalui tahapan
persidangan/pemeriksaan :
- Putusan gugur
- Putusan tidak berwenang

39

Lanjutan 1

Dari segi hadir tidaknya pihak berperkara :


- Putusan gugur
- Putusan verstek
- Putusan kontradiktoir
Dari segi isinya thdp gugatan :
- Positif
- Negatif
- Positif negatif
Dari segi akibat hukum yg ditimbulkan :
- Putusan diklatoir
- Putusan konstitutif
- Putusan kondemnatoir

40

XXVIII. Penetapan dan Akta Perdamaian


Penetapan
Pernyataan hakim yg dituangkan dlm bentuk tertulis dan diucapkan dlm sidng terbuka utk
umum sbg hasil pemeriksaan pekara permohonan (volunter)
Akta Perdamaian
Akta yg dibuat hakim berisi musyararah atau kesepakatan antara pihak berperkara dlm
sengketa kebendaan utk mengakhiri sengketa dan berlaku sebagai putusan

41

XXIX. Upaya Hukum


Upaya Hukum dapat dibagi dua yaitu :
1. Melawan gugatan
2. Melawan putusan

Melawan

gugatan :
- Eksepsi
- Eksepsi
- Rekonvensi
- Intervensi

Melawan

putusan :
- Verzet
- Banding
- Kasasi
- Peninjauan Kembali
- Derden verzet
42

XXX. Pelaksanaan Putusan (Eksekusi)


Eksekusi adalah tindakan hukum yg dilakukan secara paksa thdp pihak yg kalah dlm
perkara apabila ybs tdk melaksanakan putusan secara sukarela

Putusan yg dapat dieksekusi adalah putusan dgn amar komdemnatoir :


1. Menghukum membayar sejumlah uang
2. Menghukum melakukan suatu perbuatan
3. Menghukum mengosongkan suatu benda

43

XXXI. Tatacara Eksekusi


Tata cara eksekusi :

1. Ada permohonan
2. Atas perintah ketua
3. Dilaksanakan oleh Panitera atau Jurusita
4. Dilakukan ditempat objek perkara
5. Membuat berita acara eksekusi

Eksekusi dlm bentuk lelang

44

XXXII. Eksekusi dlm Perkara Ekonomi Syariah


1. Eksekusi Hak Tanggungan
2. Eksekusi Jaminan Fidusia
3. Eksekusi Putusan Arbitrase Syariah
4. Eksekusi Grose Akta Pengakuan Hutang
5. Eksekusi Putusan Pengadilan Agama ttg Sengketa Ekonomi Syariah

45

Burung Irian
Burung Cendrawasih
Cukup Sekian
dan
Terima Kasih

You might also like