You are on page 1of 25

BAB I

Laporan kasus

A. Identitas Pasien

Suami Pasien

Nama : Ny. S A

Nama: Tn. R

Tanggal lahir/ Usia: 3 Agustus 1979/ 35 tahun

Pendidikan: SMA

Pangkat: -

Pangkat: -

Pekerjaan: Ibu rumah tangga

Pekerjaan: PNS

Agama : Islam

Agama: Islam

Suku: Betawi

Suku: Melayu

Golongn darah: A

Golongan darah: O

Alamat: Jl. Kodam Bintaro RT 5/1

B. Anamnesa
Anamnesa diambil secara autoanamnesis, pada tanggal 29 Mei 2015 pukul 17.30 WIB
Keluhan Utama: datang dengan rujukan G4P2A0 dengan oligohidroamnion (cairan ketuban
sedikit hanya tampak pada dependent portio, BPD 8,48, FL 6,6 CM, usia kehamilan 34-35
minggu), Ingin konsul hasil pemeriksaan lab (USG dan darah rutin) yang dilakukan tanggal
28 Mei 2015 di RS. Dr. Suyoto.
Keluhan tambahan: pasien tidak ada keluhan tambahan.

Riwayat penyakit sekarang


Pasien datang ke RSPAD Gatot Subroto dengan rujukan G4P2A0 dengan oligohidroamnion,
Ingin konsul hasil pemeriksaan lab (USG dan darah rutin) yang dilakukan tanggal 28 Mei
2015 di RS. Dr. Suyoto. Ini merupakan kehamilan ke 4 Pasien (G4P3A0), HPHT 17 oktober
2014, menarche usia 12 tahun, siklus menstruasi 28 hari, teratur, usia kehamilan sekarang 32
minggu.
Pasien tidak merasakan keluhan apa-apa, gerak janin (+), keluhan berdebar-debar
disangkal, keluar cairan dari vagina disangkal, keluhan sakit kepala (-), gangguan penglihatan
(-), muntah-muntah (-), nyeri ulu hati (-). Pasien tidak ada keluhan lain sebelumnya.

Riwayat penyakit Dahulu


Riwayat penyakit darah tinggi disangkal, penyakit diabetes melitus disangkal,
penyakit ginjal disangkal, belum pernah abortus namun anak ke 3 lahir mati karena PJT, anak
ke 3 lahir usia kehamilan 6 bulan (24 minggu). Riwayat pemakaian alat kontrasepsi dengan
jenis pil KB selama 1 tahun terahir. Riwayat penyakit ginekologi disangkal.

Riwayat penyakit keluarga


Tidak ada riwayat hipertensi pada ayah dan ibu pasien, maupun pada ayah dan ibu
suami pasien, dalam keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami penyakit hipertensi
dalam kehamilan.

Riwayat kehamilan
Anak pertama tanggal partus 10 desember 1998 di rumah sakit dengan usia kehamilan
8 bulan, dibantu oleh bidan, persalinan spontan tidak ada penyulit, jenis kelamin laki-laki,
berat badan lahir 1900 gr, panjang badan 49 cm, keadaan anak sekarang baik, nifas normal.

Anak kedua tanggal partus 28 mei 2002 di rumah bersalin dengan usia kehamilan 7
bulan 1 minggu, persalinan spontan tidak ada penyulit, dibantu oleh bidan, jenis kelamin lakilaki, berat badan lahir 2300 gr, panjang badan 49 cm, keadaan anak sekarang baik, nifas
normal.
Anak ketiga tanggal partus 10 oktober 2010 di rumah sakit dengan usia kehamilan 6
bulan, dibantu oleh dokter, persalinan sectio cesaria tidak ada penyulit, jenis kelamin lakilaki, janin sebelumnya didiagnosa mengalami pertumbuhan janin terhambat, berat badan saat
lahir pasien lupa, panjang badan saat lahir juga lupa, keadaan anak sekarang janin meninggal
dunia saat dilahirkan, nifas normal.
Anak keempat kehamilan saat ini.

Riwayat pernikahan
Status pernikahan sudah menikah, pernikahan 1 kali, usia saat menikah 19 tahun usia suami
saat menikah 24 tahun.

C. Pemeriksan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 29 mei 2015 jam 17.30 WIB
Pemeriksaan umum

Keadaan umum: Pasien tampak baik


Kesadaran: Compos mentis

Tanda-tanda vital:

Tekanan darah; 160/100 mmHg


Nadi; 88 x/menit
Pernafasan; 22 x/menit
Suhu; 36,3OC
Saturasi O2; 98%

Pemeriksaan fisik umum


3

Mata: konjungtiva pucat (-), sclera ikterik (-)


Leher: Tidak teraba adanya perbesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening
Thorax:
Pulmo:

Inspeksi; bentuk thorax normal, pernapasan simetris dalam keadaan statis maupun

dinamis, tipe pernapasan thoracoabdominal, retraksi sela iga (-), tidak ada benjolan.
Palpasi; Sela iga tidak melebar dan tidak menyempit, fremitus simetris kanan dan kiri,

nyeri tekan (-), benjolan (-)


Perkusi; Sonor diseluruh lapang paru
Auskultasi; Suara nafas dasar vesikuler, suara nafas tambahan (-)

Cor:

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat


Palpasi : Ictus cordis teraba medial dari linea midclavicula sinistra ICS V
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi: Bunyi jantung I-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
Mamae: bentuk simetris kiri-kanan, puting susu menonjol, pengeluaran (-), kebersihan
cukup, tidak teraba adanya masa pada area mamae kiri maupun kanan.

Abdomen;

Inspeksi

adanya luka bekas operasi, striae (+), caput medusa (-), massa (-)
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Perkusi
: Timpani, shifting dullness (-)
Palpasi
: Supel, tidak teraba massa, nyeri tekan (-)

: perut membuncit, tidak tampak adanya pelebaran vena, tidak tampak

Ekstremitas: Simetris kiri-kanan, akral hangat, edem (-), Refleks (+)

Pemeriksaan obstetri dan ginekologi


Status Obstetrikus
Pemeriksaan Luar

Leopold I

Tinggi Fundus Uteri 26 cm


4

Leopold II :

Teraba punggung janin pada bagian

kanan.
Leopold III :
Teraba bagian kepala janin.
Leopold IV :
kepala belum masuk PAP
DJJ :
140 denyut dalam 1 menit
His :
Genitalia
Inspeksi
Inspekulo

tidak ada

: Vulva dan urethra tenang


: Porsio licin, ostium uteri eksternum tertutup, spotting (-), fluor

albus (-)

D. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah rutin tanggal 29/05/2015
Jenis pemeriksaan
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC

Hasil
12,5
36
4.5
9940
194000
82
28
34

Nilai rujukan
12-16 g/dL
37-47 %
4.3-6.0 juta/uL
4.800-10.800 u/L
150.000-400.000 u/L
80-96 fL
27-32 pg
32-36 g/dL

Pemeriksaan kimia darah tanggal 29/05/2015


Jenis pemeriksaan
SGOT (AST)
SGPT (ALT)
Ureum
Kreatinin
GDS

Hasil
27
14
15
0.8
88

Nilai rujukan
<35 U/L
<40 U/L
20-50 mg/dL
0.5-1.5 mg/dL
<140 mg/dL

Pemeriksaan imunoserologi tanggal 29/05/2015


5

HbsAg (rapid); non reaktif


Pemeriksaan urin lengkap tanggal 29/05/2015
Jenis pemeriksaan
Warna
Kejernihan
pH
Berat jenis
Protein
Glukosa
Bilirubin
Nitrit
Keton
Urobilinogen
Eritrosit
Leukosit
Silinder
Kristal
Epitel
Lain-lain

Hasil
Kuning
Agak keruh
6.5
1.020
+/positif 1
-/negatif
-/negatif
-/negatif
-/negatif
-/negatif
>50
3-2-3
-/negatif
-/negatif
+/positif 1
-/negatif

Nilai rujukan
Kuning
Jernih
4.6-8.0
1.010-1.030
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif-positif 1
<2 /LPB
<5 /LPB
Negatif / LPK
Negatif
Positif
Negatif

Pemeriksaan CTG tanggal 29/05/2015

Pemeriksaan USG tanggal tanggal 29/05/2015


USG:
Kesan; Biometri kandungan, BPD; 82, HC; 288, AC; 288, FL; 64, EFW; 2056, Pocket 48
Anatomi janin tak tampak kelainan major

E. Resume
Wanita berusia 35 tahun, datang ke RSPAD Gatot Subroto dengan rujukan G4P2A0
dengan oligohidroamnion, Ingin konsul hasil pemeriksaan lab (USG dan darah rutin) yang
dilakukan tanggal 28 Mei 2015 di RS. Dr. Suyoto. Ini merupakan kehamilan ke 4 Pasien
(G4P3A0), HPHT 17 oktober 2014, menarche usia 12 tahun, siklus menstruasi 28 hari,
teratur, usia kehamilan sekarang 32 minggu.
Kehamilan sebelumnya belum pernah seperti ini, namun anak ketiga tanggal partus 10
oktober 2010 di rumah sakit dengan usia kehamilan 6 bulan, dibantu oleh dokter, persalinan
7

sectio cesaria tidak ada penyulit, jenis kelamin laki-laki, janin sebelumnya

didiagnosa

mengalami pertumbuhan janin terhambat, janin meninggal dunia saat dilahirkan, nifas
normal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien dalam keadaan baik dan
status generalis pasien didapatkan dalam batas normal.
F. Diagnosis kerja
1. G4P3A0, hamil 32 minggu, janin presentasi kepala tunggal hidup
2. Preeklamsi
G. Diagnosis banding
1. Hipertensi kronik
2. Penyakit ginjal

H. Tatalaksana

Rencana pengobatan konservatif


Nifedipin 10mg/30 menit
Adalat oros
MgSO4 bolus
Dexamethason 2x6gr (2hari)
NAC 3x600 mg
Vitamin C 2x400 IV

BAB II
Tinjauan Pustaka

Preeklamsi
A. Definisi
Preeklampsia dan eklampsia merupakan salah satu komplikasi kehamilan yang
disebabkan langsung oleh kehamilan itu sendiri.

Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi, oedema disertai proteinuria akibat


kehamilan, setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini
dapat timbul sebelum 20 minggu bila terjadi penyakit trofoblastik.
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas yang
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma. Sebelumnya wanita tadi menunjukkan gejalagejala Preeklampsia.

B. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai sekarang belum dapat diketahui dengan pasti. Banyak
teori-teori dikemukakan tetapi belum ada yang mampu memberi jawaban yang memuaskan
tentang penyebabnya sehingga disebut sebagai penyakit teori. Teori yang dapat diterima
harus dapat menerangkan hal-hal sebagai berikut:
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
mola hidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi pada bertambahnya usia kehamilan.
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
intrauterin.
4. Sebab jarangnya ditemukan kejadian preeklampsia pada kehamilan berikutnya.
5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang, dan koma.
Iskemia plasenta, peningkatan deportasi trofoblas, yang merupakan konsekuensi dari
iskemia, akhirnya dapat menimbulkan disfungsi endotel.
Pada kehamilan normal, invasi trofoblas ke dalam jaringan desidua menghasilkan
suatu perubahan fisiologis pada arteri spiralis. Untuk memenuhi kebutuhan kehamilan maka
jalan yang paling mungkin adalah membesarkan diameter arteri. Pada wanita hamil,
pembesaran diameter arteri spiralis meningkat 4-6 kali lebih besar daripada arteri spiralis
wanita tidak hamil, yang akan memberikan peningkatan aliran darah 10.000 kali
dibandingkan aliran darah wanita tidak hamil. Maka kemampuan melebarkan diameter arteri
spiralis ini merupakan kebutuhan utama untuk keberhasilan kehamilan.
Hasil akhir dari perubahan fisiologis yang normal adalah arteri spiralis yang tadinya
tebal dan muskularis menjadi lebih lebar berupa kantung yang elastis, bertahanan rendah dan
aliran cepat, dan bebas dari kontrol neurovascular normal, sehingga memungkinkan arus
darah yang adekuat untuk pemasokan oksigen dan nutrisi bagi janin.

Pada preeklampsia terjadi defisiensi plasentasi. Terjadi kegagalan pada invasi


trofoblas, sehingga perubahan fisiologis pada arteri spiralis tidak terjadi. Perubahan hanya
terjadi pada sebagian arteri spiralis segmen desidua, sementara arteri spiralis segmen
miometrium masih diselubungi oleh sel-sel otot polos. Selain itu ditemukan pula adanya
hyperplasia tunika media dan thrombosis. Garis tengah arteri spiralis 40% lebih kecil
dibandingkan pada kehamilan normal, hal ini menyebabkan tahanan terhadap aliran darah
bertambah dan pada akhirnya menyebabkan insufisiensi dan iskemia.

C. Insiden dan faktor resiko


Insidens preeklamsia relatif stabil antara 4-5 kasus per 10.000 kelahiran hidup pada
negara maju. Pada negara berkembang insidens bervariasi antara 6-10 kasus per 10.000
kelahiran hidup. Angka kematian ibu bervariasi antara 0%-4%. Kematian ibu meningkat
karena komplikasi yang dapat mengenai berbagai sistem tubuh. Penyebab kematian
terbanyak ibu adalah perdarahan intraserebral dan oedem paru. Kematian perinatal berkisar
antara 10%-28%. Penyebab terbanyak kematian perinatal disebabkan karena prematuritas,
pertumbuhan janin terhambat, dan meningkatnya karena solutio plasenta. Sekitar kurang
lebih 75% eklampsi terjadi antepartum dan 25% terjadi pada postpartum. Hampir semua
kasus ( 95% ) eklampsi antepartum terjadi pada terjadi trisemester ketiga.
Dilaporkan angka kejadian rata-rata sebanyak 6% dari seluruh kehamilan dan 12 %
pada kehamilan primigravida. Lebih banyak dijumpai pada primigravida daripada
multigravida terutama primigravida usia muda.
Faktor risiko preeklampsia adalah:
1

Nullipara

Kehamilan ganda

Obesitas

Riwayat keluarga preeklampsia eklampsia

Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya

Diabetes mellitus gestasional

Adanya trombofilia

Adanya hipertensi atau penyakit ginjal

10

D. Patofisiologi
Perubahan pokok yang didapatkan pada preeklampsia adalah adanya spasme
pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air.

Bila dianggap bahwa spasmus

arteriolar juga ditemukan diseluruh tubuh, maka mudah dimengerti bahwa tekanan darah
yang meningkat nampaknya merupakan usaha mengatasi kenaikan tahanan perifer, agar
oksigenasi jaringan dapat tercukupi. Peningkatan berat badan dan oedema yang disebabkan
penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial belum diketahui sebabnya. Telah
diketahui bahwa pada preeklampsia dijumpai kadar aldosteron yang rendah dan kadar
prolaktin

yang

mempertahankan

tinggi

daripada

volume

kehamilan

plasma dan

normal.

Aldosteron

penting

untuk

mengatur retensi air dan natrium.

Pada

preeklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.

Perubahan Kardiovaskuler
Turunnya tekanan darah pada kehamilan normal ialah karena vasodilatasi perifer yang

diakibatkan turunnya tonus otot polos arteriol, mungkin akibat meningkatnya kadar
progesteron di sirkulasi, dan atau menurunnya kadar vasokonstriktor seperti angiotensin II
dan adrenalin serta noradrenalin, dan atau menurunnya respon terhadap zat-zat
vasokonstriktor tersebut akan meningkatnya produksi vasodilator atau prostanoid seperti
PGE2 atau PGI2. Pada trimester ketiga akan terjadi peningkatan tekanan darah yang normal
ke tekanan darah sebelum hamil.
Kurang lebih sepertiga pasien dengan preeklampsia akan terjadi pembalikan ritme
diurnalnya, sehingga tekanan darahnya akan meningkat pada malam hari.

b Regulasi Volume Darah


Pengendalian garam dan homeostasis juga meningkat pada preeklampsia.
Kemampuan untuk mengeluarkan natrium juga terganggu tapi pada derajat mana hal ini
terjadi adalah sangat bervariasi dan pada keadaan berat mungkin tidak dijumpai adanya
oedem. Bahkan jika dijumpai oedem interstitial, volume plasma adalah lebih rendah
dibandingkan pada wanita hamil normal dan akan terjadi hemokonsentrasi. Terlebih lagi
suatu penurunan atau suatu peningkatan ringan volume plasma dapat menjadi tanda awal
hipertensi.
11

Volume darah, hematokrit, dan viskositas darah


Rata-rata volume plasma menurun 500 ml pada preeklampsia dibandingkan hamil

normal, penurunan ini lebih erat hubungannya dengan wanita yang melahirkan BBLR.

d. Aliran Darah di Organ-Organ


1

Aliran darah di otak


Pada preeklampsia arus darah dan konsumsi oksigen berkurang 20%. Hal ini
berhubungan dengan spasme pembuluh darah otak yang mungkin merupakan suatu
faktor penting dalam terjadinya kejang pada preeklampsia maupun perdarahan otak.

Aliran darah ginjal dan fungsi ginjal


Terjadi perubahan arus darah ginjal dan fungsi ginjal yang sering menjadi
pertanda pada kehamilan muda. Pada preeklampsia arus darah efektif ginjal rata-rata
berkurang 20% (dari 750 ml menjadi 600ml/menit) dan filtrasi glomerulus berkurang
rata-rata 30% (dari 170 menjadi 120ml/menit) sehingga terjadi penurunan filtrasi.
Pada kasus berat akan terjadi oligouria, uremia dan pada sedikit kasus dapat terjadi
nekrosis tubular dan kortikal. Plasenta ternyata membentuk renin dalam jumlah besar,
yang fungsinya mungkin untuk dicadangkan untuk menaikan tekanan darah dan
menjamin perfusi plasenta yang adekuat. Pada kehamilan normal renin plasma,
angiotensinogen, angiotensinogen II dan aldosteron semuanya meningkat nyata diatas
nilai normal wanita tidak hamil. Perubahan ini merupakan kompensasi akibat
meningkatnya kadar progesteron dalam sirkulasi. Pada kehamilan normal efek
progesteron diimbangi oleh renin, angiotensin dan aldosteron, namun keseimbangan
ini tidak terjadi pada preeklampsi. Sperof (1973) menyatakan bahwa dasar terjadinya
preeklampsia adalah iskemi uteroplasenter, dimana terjadi ketidak seimbangan antara
massa plasenta yang meningkat dengan aliran perfusi sirkulasi darah plasentanya yang
berkurang. Apabila terjadi hipoperfusi uterus, akan dihasilkan lebih banyak renin
uterus yang mengakibatkan vasokonstriksi dan meningkatnya kepekaan pembuluh
darah, disamping itu angiotensin menimbulkan vasodilatasi lokal pada uterus akibat
efek prostaglandin sebagai mekanisme kompensasi dari hipoperfusi uterus.

12

Glomerulus filtration rate (GFR) dan arus plasma ginjal menurun pada preeklampsi
tapi karena hemodinamik pada kehamilan normal meningkat 30% sampai 50%, maka
nilai pada preeklampsi masih diatas atau sama dengan nilai wanita tidak hamil.
Klirens fraksi asam urat juga menurun, kadang-kadang beberapa minggu sebelum ada
perubahan pada GFR, dan hiperuricemia dapat merupakan gejala awal. Dijumpai pula
peningkatan

pengeluaran

protein,

biasanya

ringan

sampai

sedang,

namun

preeklampsia merupakan penyebab terbesar sindrom nefrotik pada kehamilan.


Penurunan hemodinamik ginjal dan peningkatan protein urin adalah bagian dari lesi
morfologi khusus yang melibatkan pembengkakan sel-sel intrakapiler glomerulus,
yang merupakan tanda khas patologi ginjal pada preeklampsia.

Aliran darah uterus dan choriodesidua


Perubahan arus darah di uterus dan choriodesidua adalah perubahan
patofisiologi terpenting pada preeklampsi, dan mungkin merupakan faktor penentu
hasil kehamilan. Namun yang disayangkan belum ada satupun metode pengukuran
arus darah yang memuaskan baik di uterus maupun didesidua.

Aliran darah paru


Kematian ibu pada preeklampsi dan eklampsi biasanya oleh karena edema
paru yang menimbulkan dekompensasi cordis.

Aliran darah di mata


Dapat dijumpai adanya edema dan spasme pembuluh darah. Bila terjadi halhal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya PEB. Gejala lain yang mengarah ke
eklampsia adalah skotoma, diplopia dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya
perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan dikorteks serebri atau dalam
retina.

13

6. Keseimbangan air dan elektrolit


Terjadi peningkatan kadar gula darah yang meningkat untuk sementara, asam
laktat dan asam organik lainnya, sehingga konvulsi selesai, zat-zat organik dioksidasi
dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik dengan terbentuknya
natrium bikarbonat. Dengan demikian cadangan alkali dapat pulih kembali.

E. Manifestasi klinik
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia yaitu hipertensi dan proteinuria,
merupakan kelainan yang biasanya tidak disadari oleh wanita hamil. Pada waktu keluhan
seperti oedema, sakit kepala, gangguan penglihatan atau nyeri epigastrium mulai timbul,
kelainan tersebut biasanya sudah berat.

Tekanan darah
Kelainan dasar pada preeklampsi adalah vasospasme arteriol, sehingga tidak

mengherankan bila tanda peringatan awal yang paling bisa diandalkan adalah peningkatan
tekanan darah. Tekanan diastolik mungkin merupakan tanda prognostik yang lebih andal
dibandingakan tekanan sistolik, dan tekanan diastolik sebesar 90 mmHg atau lebih menetap
menunjukan keadaan abnormal.
2

Kenaikan Berat badan


Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba dapat mendahului serangan

preeklampsia, dan bahkan kenaikan berat badan yang berlebihan merupakan tanda pertama
preeklampsia pada wanita. Peningkatan berat badan sekitar 0,45 kg perminggu adalah normal
tetapi bila melebihi dari 1 kg dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan maka kemungkinan
terjadinya preeklampsia harus dicurigai. Peningkatan berat badan yang mendadak serta
berlebihan terutama disebabkan oleh retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum
timbul gejala edem non dependen yang terlihat jelas, seperti kelopak mata yang
membengkak, kedua tangan atau kaki yang membesar.

Proteinuria
14

Derajat proteinuria sangat bervariasi menunjukan adanya suatu penyebab fungsional


(vasospasme) dan bukannya organik. Pada preeklampsia awal, proteinuria mungkin hanya
minimal atau tidak ditemukan sama sekali. Pada kasus yang paling berat, proteinuria biasanya
dapat ditemukan dan mencapai 10 gr/lt. Proteinuria hampir selalu timbul kemudian
dibandingkan dengan hipertensi dan biasanya lebih belakangan daripada kenaikan berat
badan yang berlebihan.

Nyeri kepala
Jarang ditemukan pada kasus ringan, tetapi akan semakin sering terjadi pada kasus-

kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa pada daerah frontalis dan oksipitalis, dan
tidak sembuh dengan pemberian analgesik biasa. Pada wanita hamil yang mengalami
serangan eklampsi, nyeri kepala hebat hampir dipastikan mendahului serangan kejang
pertama.

Nyeri epigastrium
Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas merupakan keluhan yang sering

ditemukan preeklampsi berat dan dapat menunjukan serangan kejang yang akan terjadi.
Keluhan ini mungkin disebabkan oleh regangan kapsula hepar akibat oedem atau perdarahan.

Gangguan penglihatan
Seperti pandangan yang sedikit kabur, skotoma hingga kebutaan sebagian atau total.

Disebabkan oleh vasospasme, iskemia dan perdarahan ptekie pada korteks oksipital.

F. Klasifikasi
Kriteria minimum untuk mendiagnosis preeklampsia adalah adanya hipertensi dan
proteinuria. Kriteria lebih lengkap digambarkan oleh Working Group of the NHBPEP (2000)
seperti digambarkan dibawah ini:
Disebut preeklamsi ringan bila terdapat:
1. Tekanan darah >140 / 90 mmHg pada kehamilan > 20 minggu.

15

2. Proteinuria kuantitatif (Esbach) 300 mg / 24 jam, atau dipstick +1.


Disebut preeklampsia berat bila terdapat:
1. Tekanan darah >160 / 110 mmHg.
2. Proteinuria kuantitatif (Esbach) 2 gr / 24 jam, atau dipstick +2.
3. Trombosit < 100.000 / mm3.
4. Hemolisis mikroangiopathi ( peningkatan LDH )
5. Peningkatan SGOT / SGPT.
6. Adanya sakit kepala hebat atau gangguan serebral, gangguan penglihatan.
7. Nyeri di daerah epigastrium yang menetap.

G. Penatalaksanaan
Pada dasarnya penangan preeklampsi terdiri atas pengobatan medik dan
obstetrik.

penanganan

Penanganan obsterik ditujukan untuk melahirkan bayi pada saat yang optimal, yaitu

sebelum janin mati dalam kandungan, akan tetapi sudah cukup matur untuk hidup diluar uterus.
Tujuan pengobatan adalah :
1.
2.
3.
4.

Mencegah terjadinya eklampsi.


Anak harus lahir dengan kemungkinan hidup besar.
Persalinan harus dengan trauma yang sedikit-sedikitnya.
Mencegah hipertensi yang menetap.

Pada umumnya indikasi untuk merawat penderita preeklampsia di rumah sakit ialah:
1.
2.
3.
4.

Tekanan darah sistolik 140 mm Hg atau lebih.


Proteinuria 1+ atau lebih.
Kenaikan berat badan 1,5 kg atau lebih dalam seminggu yang berulang.
Penambahan oedem berlebihan secara tiba-tiba.

16

Pengobatan preeklampsia yang tepat ialah pengakhiran kehamilan karena tindakan tersebut
menghilangkan sebabnya dan mencegah terjadinya eklampsia dengan bayi yang masih premature.

Penanganan PEB (Preeklampsia Berat)


Pada preeklapmsia ringan pengobatan bersifat simtomatis dan istirahat yang cukup.
Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari dapat dilakukan bila tidak bisa tidur. Bila tekanan darah tidak
turun dan ada tanda-tanda ke arah preeklamsi berat maka dapat diberikan obat antihipertensi serta
dianjurkan untuk rawat inap.
Untuk preeklampsia yang berat, dapat ditangani secara aktif atau konservatif. Aktif berarti:
kehamilan diakhiri atau diterminasi bersamaan dengan terapi medikamentosa. Konservatif berarti:
kehamilan dipertahankan bersamaan dengan terapi medikmentosa.
1. Penanganan aktif
Ditangani aktif bila terdapat satu atau lebih kriteria berikut: ada tanda-tanda impending
eklampsia, HELLP syndrome, tanda-tanda gawat janin, usia janin 35 minggu atau lebih dan kegagalan
penanganan konservatif. Yang dimaksud dengan impending eklampsia adalah preeklampsia berat
dengan satu atau lebih gejala: nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium
dan kenaikan tekanan darah progresif.
Terapi medikamentosa:
a. Diberikan anti kejang MgSo4 dalam infus 500 cc dextrose 5% tiap 6 jam. Cara pemberian:
dosis awal 2 gr iv dalam 10 menit, dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan sebanyak 2 gram
per jam drip infus. Syarat pemberian MgSO4: frekuensi nafas > 16x/menit, tidak ada tandatanda gawat nafas, diuresis >100 ml dalam 4 jam sebelumnya dan refleks patella positif.
Siapkan juga antidotumnya, yaitu: Ca-glukonas 10% (1 gram dalam 10 cc NACL 0,9% IV,
dalam 3 menit).
b. Antihipertensi: nifedipin dengan dosis 3-4 kali 10 mg oral. Bila dalam 2 jam belum turun,
dapat diberikan 10 mg lagi.
c. Siapkan juga oksigen dengan nasal kanul 4-6 L /menit.
Terminasi kehamilan dapat dilakukan bila penderita belum inpartu, dilakukan induksi
persalinan dengan amniotomi, oksitosin drip, kateter foley atau prostaglandin E2. Sectio cesarea
dilakukan bila syarat induksi tidak terpenuhi atau ada kontraindikasi persalinan pervaginam.
2. Penanganan konservatif

17

Pada kehamilan kurang dari 35 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia
dengan kondisi janin baik, dilakukan penanganan konservatif.
Medikamentosa: sama dengan penanganan aktif. MgSO4 dihentikan bila tidak ada tandatanda preeklampsia berat, selambatnya dalam waktu 24 jam. Bila sesudah 24 jam tidak ada perbaikan
maka keadaan ini harus dianggap sebagai kegagalan pengobatan dan harus segera diterminasi. Jangan
lupa diberikan oksigen dengan nasal kanul 4-6 L/menit.

Eklampsia
A. Definisi
Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya preeklampsia dan terjadinya
gejala nyeri kepala di daerah frontal, gangguan penglihatan, mual keras, nyeri di epigastrium, dan
hiperefleksia.
Konvulsi pada eklamsia dibagi menjadi 4:
1. tingkat awal atau aura. Berlangsung 30 detik. Mata penderita terbuka tanpa melihat, kelopak
mata bergetar demikian pula tangannya, dan kepala diputar ke kanan atau ke kiri.
2. Kejang tonik yang berlangsung 30 detik. Pada saat ini otot jadi kaku, wajah kelihatan kaku,
tangan menggenggam, kaki membengkok kedalam.pernapasan berhenti, muka menjadi
sianotik, lidah dapt tergigit.
3. Kejang klonik berlangsung 1-2 menit. Semua otot berkontraksi dan berulang-ulang dalam
tempo yang cepat.
4. Tingkatan koma.

B. Penanganan Eklamsia
Tujuan utama pengobatan eklamsia adalah menghentikan berulangnya kejang dan mengahiri
kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah ibu mengijinkan. Pengawasan dan perawatan
intensif sangat penting. Untuk menghindari kejangan saat pengangkutan ke RS dapat diberikan
diazepam 20mg IM.
Obat yang dapat diberikan:

Sodium penthotal sangat berguna menghentikan kejangan dengan segera bila diberikan
intravena. Dosis inisial dapat diberikan 0,2-0,3 g dan disuntikkan perlahan-lahan. Perlu
pengawasan yang sempurna.

18

Sulfas magnesicus yang dapat mengurangi kepekaan saraf pusat pada hubungan neuro
muskuler tanpa mempengaruhi bagian lain dalam susunan saraf.
Dosis awal :
Dua gram Mg SO4 intravena , (40 % dalam 10 cc) diberikan dalam waktu 10 mnt, cara:
o 5ml MgSO4 40% (setara 2 g MgSO4) + 5 ml Dextrose 5% bolus pelan 10mnt
6 jam berikutnya:
o 2-3g/jam IV drip diberikan dalam 6 jam, cara: 30ml MgSO4 40% (setara 12g
MgSO4) + 495 dextrose 5% = 525ml
Jumlah tetesan: (525ml/ 6jam) X (20/60) = 29 tetes/menit
Dosis Rumatan:
o 1g/jam MgSO4 diberikan selama 24 jam, cara:
o 12 jam pertama:
o 30ml MgSO4 40% (setara 12g MgSO4) + 500ml dextrose 5% = 530ml
Jumlah tetesan: (530ml/12jam) X (20/60) = 16 tetes/menit. 12 jam kedua diberikan dengan
cara yang sama.

Syarat - syarat pemberian MgSO4 :

Harus tersedia antidotum MgSO4, yaitu kalsium glukonas 10 % ( 1 gram

diberikan i.v. 3 menit (dalam keadaan siap pakai)


Refleks patella (+) kuat
Frekuansi pernafasan > 16 kali permenit
Produksi urine > 100 cc dalam 4 jam sebelumnya ( 0,5 cc/kg bb/jam )

dalam 10 cc)

Sulfas magnesikus dihentikan bila :

Ada tanda - tanda intoksikasi


Setelah 8 - 24 jam pasca persalinan.
Lyctic cocktail yang terdiri atas petidin 100mg, klopromazin 100mg, dan prometazin 50mg
dilarutkan dalam glukosa 5% 500ml dan diberikan secara infuse IV. Jumlah tetesan
disesuaikan dengan tensi penderita.
Tabel . kasus yang refrakter dengan pemberian MgSO4

19

Diagnosis Banding
Diagnosis diferensial pre-eklampsia:
1. Hipertensi kronik
2. Penyakit ginjal
Diagnosis diferensial eklamsia :
1. Epilepsi
2. Kejangan karena obat anastesia
3. Koma karena sebab lain : perdarahan otak, meningitis, ensefalitis.

Komplikasi
Komplikasi terberat kematian pada ibu dan janin. Usaha utama ialah melahirkan bayi hidup
dari ibu yang menderita preeklampsi. Komplikasi yang biasa terjadi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Solutio plasenta, terjadi pada ibu yang menderita hipertensi


Hipofibrinogenemia, dianjurkan pemeriksaan fibrinogen secara berkala.
Nekrosis hati, akibat vasospasmus arteriol umum.
Sindroma HELLP, yaitu hemolisis,elevated liver enzymes dan low platelet.
Kelainan ginjal
DIC.
Prematuritas, dismaturitas, kematian janin intra uterine

20

HELLP Syndrome
Sindroma hemolisis, elevated liver enzymes and low platelet adalah suatu komplikasi pada
preeklampsia eklampsia berat. Kehamilan yang dikomplikasikan dengan sindroma HELLP juga
sering dikaitkan dengan keadaan keadaan yang mengancam terjadinya kematian ibu, termasuk DIC,
oedema pulmonaris, ARF, dan berbagai komplikasi hemoragik.

Insiden terjadinya sindroma ini

sebanyak 9,7 % dari kehamilan yang mengalami komplikasi preeklampsia eklampsia. Sindroma ini
dapat muncul pada masa antepartum (70 %) dan juga post partum (30 %). Ciri ciri dari HELLP
syndrome adalah:

Nyeri ulu hati

Mual dan muntah

Sakit kepala

Tekanan darah diastolik 110 mmHg

Menampakkan adanya oedema

HELLP syndrome dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian:


1

Mississippi, dibagi menjadi 3 kelas:

Thrombositopenia
-

Kelas 1: 50.000 / l

Kelas 2: > 50.000 100.000 / l

Kelas 3: > 100.000 150.000 / l

Disfungsi hemolisis - hepatis

LDH 600 IU / L
SGOT dan / atau SGPT 40 IU / L
Ciri ciri tersebut harus semua terdapat

Tennessee, dibagi menjadi 2 kelas:

Complete
-

Trombosit < 100.000 / l

LDH 600 IU / L

SGOT 70 IU / L

Parsial
-

Hanya satu dari ciri ciri di atas yang muncul

21

Penanganan sindroma HELLP pada dasarnya sama dengan pengobatan pada preeklampsia
eklampsia berat, ditambah dengan pemberian kortikosteroid dosis tinggi yang secara teoritis dapat
berguna untuk :
1

Dapat

meningkatkan

angka

keberhasilan

induksi

persalinan

dengan

memberikan

temporarisasi singkat dari status klinis maternal.


2

Dapat meningkatkan jumlah trombosit dan mempertahankannya secara konvensional agar


dapat dilakukan anestesi regional untuk persalinan vaginal maupun abdominal.
Dosis yang digunakan untuk antepartum adalah dexametasone 2 x 10 mg sampai persalinan.

Sedangkan untuk post partum adalah 2 x 10 mg sebanyak 2 kali, dilanjutkan dengan 2 x 5 mg


sebanyak 2 kali, setelah itu dihentikan.

Prognosis
Kriteria yang dipakai untuk menentukan prognosis eklamsia adalah kriteria Eden:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Koma yang lama.


Nadi > 120x/menit.
Suhu > 40 C
TD sistolik > 200 mmHg.
Kejang > 10 kali.
Proteinuria > 10 gr/dl.
Tidak terdapat oedem.

Dikatakan buruk bila memenuhi salah satu kriteria di atas.

22

BAB III
Pembahasan Kasus

Seorang wanita usia 35 tahun datang dengan rujukan G4P2A0 dengan


oligohidroamnion, Ingin konsul hasil pemeriksaan lab (USG dan darah rutin) yang dilakukan
tanggal 28 Mei 2015 di RS. Dr. Suyoto. Ini merupakan kehamilan ke 4 Pasien (G4P3A0),
HPHT 17 oktober 2014, menarche usia 12 tahun, siklus menstruasi 28 hari, teratur, usia
kehamilan sekarang 32 minggu.
Pasien tidak merasakan keluhan apa-apa, gerak janin (+), keluhan berdebar-debar
disangkal, keluar cairan dari vagina disangkal, keluhan sakit kepala (-), gangguan penglihatan
(-), muntah-muntah (-), nyeri ulu hati (-). Pasien tidak ada keluhan lain sebelumnya.
Riwayat penyakit darah tinggi disangkal, penyakit diabetes melitus disangkal,
penyakit ginjal disangkal, belum pernah abortus namun anak ke 3 lahir mati karena PJT, anak
ke 3 lahir usia kehamilan 6 bulan (24 minggu). Riwayat pemakaian alat kontrasepsi dengan
jenis pil KB selama 1 tahun terahir. Riwayat penyakit ginekologi disangkal. Tidak ada
riwayat hipertensi pada ayah dan ibu pasien, maupun pada ayah dan ibu suami pasien, dalam
keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami penyakit hipertensi dalam kehamilan.

23

Untuk menegakan diagnosa maka dilakukan pemeriksaan fisik. Didapatkan tekanan


darah tinggi (160/100 mmHg dari anamnesa pasien mengatakan belum pernah tinggi seperti
ini sebelumnya), tanda-tanda vital lain dalam batas normal, konjungtiva tidak pucat,
ektremitas akral hangat, saturasi O2 98%. Pada pemeriksaan fisik obstetri dilakukan periksa
luar didapat tinggi fundus uteri 26cm, teraba bagian bokong di bagian teratas janin, punggung
janin di sebeah kanan, pada bagian terendah janin teraba kepala, kepala belum masuk PAP,
DJJ 140 x/menit. Pada pemeriksaan genitalia dari inspeksi didapatkan vulva dan urethra
tenang, dari inspekulo di dapatkan portio licin, ostium uteri tertutup, spotting (-), flour albus
(-), Pada USG didapat kesan; Biometri kandungan, BPD; 82, HC; 288, AC; 288, FL; 64,
EFW; 2056, Pocket 48. Anatomi janin tak tampak kelainan major. Pada pemeriksaan
laboatorium didapatkan hasil protein +1 hasil yang lain dalam batas normal.
Berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik , pemeriksaan USG dan pemeriksaan lab
dapat didiagnosa bahwa pasien 35 tahun G4P3A0 hamil 32 minggu dengan preeklamsia
berat. Dilakukan rencana pengobatan konservatif, dengan memantau keadaaan umum, tandatanda vital, pemberian obat antihipertensi Nifedipin 10mg tiap 30 menit, MgSO4 bolus untuk
mencegah kejang, dexamethason 2x6gr selama 2 hari, NAC dan vitamin C.
Prognosis pasien ini dilihat dari keadaan umum, beratnya penyakit, faktor resiko dan
fungsi organ adalah dubia ad bonam karena diagnosis dan penanganan dilakukan dengan
cepat dan tepat.

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro, H. Pre-eklampsia dan eklampsia. Ilmu Kandungan edisi ketiga.


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2007. 281-301.
2. Sastrawinata S, Martaadisoebrata D, Wirakusumah F.Obstetri Patologi ilmu kesehatan
reproduksi Edisi 2. Gestosis. Jakarta: EGC; 2005; h.64-82.
3. Cunningham, FG et.al. Hypertensive Disorder in Pregnancy. Williams Obstetrics, 21st
ed. Prentice

Hall International Inc. Appleton and Lange. Connecticut. 2001. 653 -

694.
4. Jurnal penatalaksanaan Pre-eklampsi dan Eklampsi Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, RS. Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta,
April 1998.
5. http://www.healthatoz.com/health/ency/pre-eclamptic.
6. http://www.emedicine.com/health/topic1905.html
7. http://www.emedicine.com/health/topic3250.html

25

You might also like