Professional Documents
Culture Documents
RPJP
Rencana Tata Ruang sebagai acuan
dan alat koordinasi pembangunan
yang tidak hanya sectoral tapi juga
kewilayahan.
Permasalahan:
1. Banyak daerah yang pembangunan
wilayahnya belum menjadi Rencana Tata
Ruang sebagai acuan.
2. Konflik antar sector yang melibatkan
pemanfaatan ruang.
3. Belum tepatnya kompetensi SDM bidang
Penataan Ruang
4. Rendahnya kualitas Rencana Tata Ruang
5. Lemahnya penerapan dan penegakan
hokum berkenaan dengan pemanfaatan
ruang
6. Terbatasnya akses menuju daerah
tertinggal
7. Kurang diperhatikan dan
diprioritaskannya pengembangan dan
pemmbangunan daerah perbatasan,
daerah tertinggal serta pulau-pulau kecil
8. Adanya keterbatasan informasi pasar dan
teknologi untuk pengembangan produk
unggulan
9. Belum berkembangnya kemitraan dan
kelembagaan pada pengelolaan
pengembangan usaha berkelanjutan
dalam perekonomian daerah
10.Pertumbuhan perkotaan dan pusat
kegiatan yang masih terkonsentrasi pada
Wilayah Jawa-Bali
11.Perkembangan urbanisasi yang tidak
Rencana Pembangunan
RPJMD Jatim 2014-2019
Tujuan:
Meningkatkan penataan ruang wilayah
provinsi yang berkelanjutan
Sasaran :
Terwujudnya perumusan dan pelaksanaan
kebijakan bidang penataan ruang.
1. Strategi 1:
Mengembangkan kawasan strategis
dalam rangka pertumbuhan dan
pemerataan wilayah.
Arahan Kebijakan:
Menetapkan Rencana Kawasan
Strategis Provinsi dalam mendorong
pengembangan wilayah.
2. Strategi 2:
Meningkatkan peran rencana tata
ruang sebagai pedoman dalam
pemanfaatan ruang provinsi.
Arahan Kebijakan:
Fasilitasi Upaya Penyusunan Rencana
Rinci Tata Ruang Kabupaten/Kota untuk
dievaluasi oleh Gubernur.
3. Strategi 3:
Perumusan peraturan/kebijakan
sebagai dasar Pemanfaatan ruang di
Jawa Timur.
Arahan Kebijakan:
Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan
pemanfaatan ruang.
4. Strategi 4:
Peningkatan ketaatan Rencana Tata
RPJM 1 ( 2005-2009)
Tersusunnya Rencana Tata Ruang secara
hierarki dari tingkatan nasional, pulau,
provinsi, hingga kabupaten/kota sebagai
payung kebijakan spasial semua sector.
RPJM 2 ( 2010-2015)
Peningkatan kualitas perencanaan tata
ruang serta konsistensi pemanfaatan
ruang dengan mengintegrasikannya ke
dalam dokumen perencanaan
pembangunan terkait dan penegakan
peraturan dalam rangka pengendalian
pemanfaatan ruang.
RPJM 3 ( 2016-2019)
Sudah terealisainya ketersediaan
infrastruktur yang sesuai dengan rencana
tata ruang ditandai oleh berkembangnya
jaringan infrastruktur. Sejalan dengan itu,
juga terpenuhinya kebutuhan hunian
yang dilengkapi dengan prasarana dan
sarana pendukung sehingga terwujudnya
lingkungan tanpa permukiman kumuh.
RPJM 4 ( 2020-2024)
Keterpaduan Rencana Tata Ruang dalam
rangka memantapkan pembangunan
yang berkelanjutan hingga masa
mendatang.
RPJMN 2015-2019
Isu strategis utama:
Agenda Pemerataan Pembangunan
Antarwilayah terutama Desa, Kawasan Timur
Indonesia dan Kawasan Perbatasan.
Agenda:
Pokok Persoalan
Pra Anggapan
Muatan substansi terkait bidang Penataan Ruang RPJMD Kabupaten Gresik yang belum sepenuhnya
mengacu/mengakomodasi arahan dari RPJM Provinsi Jatim dan RPJN. Hal ini dapat dilihat pada indikator kerja
RPJMD Kab. Gresik yang belum mengacu sepernuhnya kepada indikator target RPJM Provinsi terkait
penyusunan RTR Kawasan Strategis Provinsi yang ada di Kabupaten dan terkait Penyusunan Rencana
Detail/Rinci Tata Ruang yang ada di Kabupaten. Penyusunan RTR Kawasan Strategis dan Rencana
Detail/Rinci Tata Ruang selaras dengan arahan kebijakan nasioanal terkait kualitas pelaksanaan penataan
ruang. Dengan adanya RTR Kawasan Strategis dan Rencana Detail/Rinci tata Ruang, akan lebih
memudahkan pemerintah daerah dalam mengimplementasikan rencana maupun kebijakan-kebijakan yang
tertuang dalam RPJP maupaun RPJM daerah.
Rencana Tata Ruang Wilayah dianggap sebagai penghambat investasi. Sehingga dalam penyusunan
program-program pembangunan belum mengacu sepenuhnya pada RTRW. Padahal dalam RPJMN 2005-2025
dijelaskan bahwa Rencana Tata Ruang merupakan acuan dan alat koordinasi pembangunan yang tidak
hanya sectoral tetapi juga isu-isu strategis kewilayahan.
1. Adanya implementasi pemanfataan ruang yang tidak sesuai dengan Rencana Tata Ruang.
2. Lemahnya program pengendalian pemanfaatan ruang.
Pemutakhiran Produk Rencana Tata Ruang