Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
1. Arifin
2. Ayu Minasari
3. Diana Nurlita
4. Kusnul Hasanah 14/375151/KU/17479
6. Apakah pasien bisa bernafas? Jika pasien sadar dan bisa bernafas, EMD akan mengajukan
pertanyaan tambahan mengenai keluhan utama untuk menentukan tingkat tanggap darurat
yang tepat, hal ini menentukan apakah jenis panggilan termasuk dalam kategori
EMERGENCY atau Non EMERGENCY sehingga menentukan apakah akan dikirim
ambulans respon non emergency dengan kecepatan kendaraan normal atau ambulans
respon emergency (keadaan darurat, lampu dan sirine dinyalakan). Jika pasien tidak bernafas
atau penelepon tidak yakin, EMD akan mengirimkan ambulans tanggap darurat maksimum
dan akan memberikan instruksi medis sebelum ambulans datang termasuk instruksi RJP via
telepon jika didapatkan denyut nadi pasien tidak teraba. Jika panggilan darurat adalah untuk
kecelakaan lalu lintas, serangkaian pertanyaan kunci harus diajukan untuk membantu
menentukan prioritas dan besarnya tanggapan. Melalui interogasi yang baik dengan
penelepon, EMD bisa saja mengirimkan sekaligus satu atau lebih unit ambulans respon
emergency dan beberapa unit ambulans pembantu respon untuk penanganan korban.
7. Berapa banyak dan apa sajakah jenis kendaraan yang terlibat?
8. Berapa banyak kemungkinan korban cedera? Ketika EMD memperoleh informasi dari
penelepon bahwa ada lima orang yang cedera, maka EMD akan mengirimkan dua atau tiga
ambulans dalam saat yang bersamaan. Waktu dan mungkin nyawa, dapat diselamatkan dengan
mengetahui jumlah korban cedera pada kecelakaan/tabrakan.
9. Apakah korban terjebak? Jika korban terjebak, maka dibutuhkan pula pengiriman unit
penyelamat.
III. MENGOPERASIKAN AMBULANS GAWAT DARURAT
A. Syarat Pengemudi Ambulans
1. Sehat secara fisik.
2. Sehat secara mental.
3. Bisa mengemudi di bawah tekanan
4. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri
5. Bersikap toleran dengan pengemudi lain.
6. Tidak dalam pengaruh obat-obat yang berbahaya.
7. Mempunyai Surat Izin mengemudi yang masih berlaku.
8. Pakai selalu kaca mata atau lensa kontak jika dibutuhkan saat menyetir.
5
9. Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri Anda terhadap
tekanan perorangan, penyakit, kelelahan, dan mengantuk.
B. Aturan ambulans gawat darurat di jalan raya
Setiap negara memiliki undang-undang yang mengatur pengoperasian kendaraan
emergensi. Pengemudi ambulans umumnya dibebaskan dari aturan kecepatan, parkir, larangan
menerobos lampu lalu lintas, dan arah jalan. Namun demikian, peraturan juga menggariskan
bahwa
jika
seorang
pengemudi
ambulans
mengemudikan
kendaraannya
tanpa
memperdulikan keselamatan orang lain, maka harus siap membayar konsekuensinya - bisa
berupa surat tilang, gugatan pengadilan, atau bahkan ditahan untuk beberapa waktu. Berikut
adalah beberapa hal yang mencakup peraturan pengoperasian ambulans:
1. Pengemudi ambulans harus memiliki lisensi mengemudi yang sah dan harus
menyelesaikan program pelatihannya.
2. Hak-hak khusus memperbolehkan pengemudi ambulans untuk tidak mematuhi
peraturan ketika ambulans digunakan untuk respon emergency atau untuk transportasi
pasien darurat. Ketika ambulans tidak dalam respon emergency, maka peraturan yang
berlaku bagi setiap pengemudi kendaraan non-darurat, juga berlaku untuk ambulans.
3. Walaupun memiliki hak istimewa dalam keadaan darurat, hal tersebut tidak
menjadikan pengemudi ambulans kebal terhadap peraturan terutama jika mengemudikan
ambulans dengan ceroboh atau tidak memperdulikan keselamatan orang lain.
4. Hak istimewa selama situasi darurat hanya berlaku jika pengemudi menggunakan alat
alat peringatan (warning devices) dengan tata cara yang diatur oleh peraturan.
5. Sebagian besar undang-undang memperbolehkan pengemudi kendaraan emergensi
untuk:
Memarkir kendaraannya di manapun
Melewati lampu merah dan tanda berhenti.
Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkkan selama tidak membahayakan
nyawa dan hak milik orang lain.
Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah memberi sinyal yang
tepat, memastikan jalurnya aman, dan menghindari hal-hal yang membahayakan nyawa
dan harta benda.
6
Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan berbelok ke arah tertentu,
setelah memberi sinyal dan peringatan yang tepat.
Apabila terjadi kecelakaan/tabrakan ambulans, sebagian besar peraturan perundanganundangan yang menyidangkan pengemudi di pengadilan akan mengemukakan dua hal
penting. Apakah pengemudi telah memperdulikan keselamatan orang lain selama
mengemudi? Dan apakah saat itu panggilan benar-benar dalam keadaan darurat?
C. Menggunakan Alat-alat Peringatan
Pengoperasian kendaraan emergensi yang aman dapat dicapai hanya jika alat-alat
peringatan dan sirine emergensi digunakan dengan tepat dan dengan mengemudikan kendaraan
secara difensif/hati-hati. Penelitian menunjukkan bahwa supir kendaraan lain bisa saja tidak
melihat atau mendengar suara ambulans hingga berada dalam jarak 50 sampai 100 kaki. Jadi
jangan pernah beranggapan bahwa Anda berada dalam keadaan aman jika sudah menyalakan
lampu peringatan dan sirine.
Sirine. Sirine adalah alat peringatan audio yang paling banyak digunakan dalam pratek
ambulans dan juga paling sering disalahgunakan. Saat menyalakan sirine, pertimbangkan
efeknya yang bisa terjadi baik pada pengendara bermotor lainnya, pasien dalam ambulans,
maupun pengemudi ambulans itu sendiri.
Klakson. Klakson adalah perlengkapan standar pada setiap ambulans. Pengemudi yang
berpengalaman menyadari bahwa penggunaan klakson dengan bijak dapat membuka jalur lalu
lintas secepat sirine. Petunjuk penggunaan sirine diaplikasikan juga untuk penggunaan klakson.
Peralatan Peringatan Visual. Dimanapun ambulans berada di jalan, siang ataupun
malam, lampu depan harus selalu dinyalakan. Hal ini dapat meningkatkan jarak pandang
kendaraan terhadap pengemudi lain. Ketika ambulans berada pada keadaan emergensi untuk
pasien dengan prioritas tinggi, baik dalam perjalanan menuju lokasi kejadian maupun
transportasi ke rumah sakit, semua lampu emergensi harus digunakan. Kendaraan harus
bisa terlihat dari setiap sudut 360 derajat. GUNAKAN LAMPU DAN SIRINE HANYA
UNTUK KEADAAN DARURAT YANG MENGANCAM NYAWA ATAU BAGIAN TUBUH.
D. Kecepatan dan Keselamatan
Pengoperasian ambulan saat mengambil pasien melaju dengan kecepatan 60-80 km/jam
di jalan tol, 40-60 km/jam di jalan biasa, serta lampu rotary dan sirine dinyalakan Saat membawa
pasien
kecepatan 50-60 km/jam di jalan tol, 40-50 km/jam di jalan biasa, lampu rotray dihidupkan sirine
dimatikan. Perawat selalu mendampingi pasien serta komunikasi dengan tempat tujuan bila
mungkin
IV. MEMINDAHKAN PASIEN KE AMBULANS
Pada saat ambulans datang anda harus mampu menjangkau pasien sakit atau cedera tanpa
kesulitan, memeriksa kondisinya, melakukan prosedur penanganan emergensi di tempat dia
terbaring, dan kemudian memindahannya ke ambulans. Pada beberapa kasus tertentu, misalnya
pada keadaan lokasi yang berbahaya atau pasien yang memerlukan prioritas tinggi maka
proses pemindahan pasien harus didahulukan sebelum menyelesaikan proses pemeriksaan
dan penanganan emergensi diselesaikan. Jika dicurigai adanya cedera spinal, kepala harus
distabilkan secara manual dan penyangga leher (cervical collar) harus dipasang dan pasien harus
diimobilisasi di atas spinal board.
Pemindahan pasien ke ambulans dilakukan dalam 4 tahap berikut
1. Pemilihan alat yang digunakan untuk mengusung pasien.
2. Stabilisasi pasien untuk dipindahkan
3. Memindahan pasien ke ambulans
4. Memasukkan pasien ke dalam ambulans
Usungan ambulans beroda (wheeled ambulance stretcher) adalah alat yang paling banyak
digunakan untuk memindahkan pasien ke ambulans.
Stabilisasi merujuk pada urutan tindakan yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pasien
sebelum dipindahkan. Pasien sakit atau cedera harus distabilkan agar kondisinya tidak
memburuk. Perawatan luka dan cedera lain yang diperlukan harus segera diselesaikan, benda
yang menusuk harus difiksasi, dan seluruh balut serta bidai harus diperiksa sebelum pasien
diletakkan di alat pengangkut pasien.
Jangan menghabiskan banyak waktu untuk merawat pasien dengan cedera yang sangat
buruk atau korban yang telah meninggal. Pada prinsipnya, kapanpun seorang pasien
dikategorikan dalam prioritas tinggi, segera transpor dengan cepat. Penyelimutan pasien
8
membantu menjaga suhu tubuh, mencegah paparan cuaca, dan menjaga privasi. Alat angkut
(carrying device) pasien harus memiliki tiga tali pengikat untuk menjaga posisi pasien tetap
aman. Yang pertama diletakkan setinggi dada, yang kedua setinggi pinggang atau panggul, dan
yang ketiga setinggi tungkai. Kadang-kadang digunakan empat tali pengikat di mana dua tali
disilangkan di dada. Jika pasien Anda tidak mungkin diangkut dengan tandu misalnya pada
penggunaan spinal board dan hanya bisa diletakkan di atas tandu/usungan ambulans (ambulance
stretcher), maka disyaratkan untuk menggunakan tali kekang yang dapat mencegah pasien
tergelincir ke depan jika ambulans berhenti mendadak.
V. TRANSPORTASI PASIEN KE RUMAH SAKIT
Tranportasi bukanlah sekedar mengantar pasien ke rumah sakit. Serangkaian tugas harus
dilakukan sejak pasien dimasukkan ke dalam ambulans hingga diambil alih oleh pihak rumah
sakit.
A. Mempersiapkan Pasien untuk Transportasi
Tindakan di bawah ini harus diperhatikan dalam mempersiapkan pasien yang akan ditransport:
1). Lakukan pemeriksaan menyeluruh.
2). Amankan posisi tandu di dalam ambulans.
3). Posisikan dan amankan pasien. Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus diamankan
dengan kuat ke usungan. Bukan berati bahwa pasien harus ditransport dengan posisi seperti
itu. Perubahan posisi di dalam ambulans dapat dilakukan tetapi harus disesuaikan dengan
kondisi penyakit atau cederanya. Pada pasien tak sadar yang tidak memiliki potensi cedera
spinal, ubah posisi ke posisi recovery (miring ke sisi) untuk menjaga terbukanya jalan
nafas dan drainage cairan. Pada pasien dengan kesulitan bernafas dan tidak ada
kemungkinan cedera spinal akan lebih nyaman bila ditransport dengan posisi duduk.
Pasien syok dapat ditransport dengan tungkai dinaikkan 8-12 inci. Pasien dengan potensi
cedera spinal harus tetap diimobilasasi dengan spinal board dan posisi pasien harus diikat
erat ke usungan.
4). Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu. Tali ikat keamanan digunakan ketika
pasien siap untuk dipindahkan ke ambulans, sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga
dapat menahan pasien dengan aman tetapi tidak terlalu ketat yang dapat mengganggu
sirkulasi dan respirasi atau bahkan menyebabkan nyeri.
5). Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung. Jika kondisi pasien
a. cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan spinal board pendek atau papan
RJP di bawah matras sebelum ambulans dijalankan. Ini dilakukan agar tidak perlu
membuang banyak waktu untuk meletakkan dan memposisikan papan seandainya jika
benar terjadi henti jantung.
6). Melonggarkan pakaian yang ketat. Pakaian dapat mempengaruhi sirkulasi dan pernafasan.
Longgarkan dasi dan sabuk serta buka semua pakaian yang menutupi leher. Luruskan
pakaian yang tertekuk di bawah tali ikat pengaman. Tapi sebelum melakukan tindakan
apapun, jelaskan dahulu apa yang akan Anda lakukan dan alasannya, termasuk
memperbaiki pakaian pasien.
7). Periksa perbannya.
8). Periksa bidainya. Periksa alat-alat traksi untuk memastikan bahwa traksi yang benar masih
tetap terjaga. Periksa anggota gerak yang dibidai perihal denyut nadi bagian distal, fungsi
motorik, dan sensasinya
9). Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien.
10). Naikkan barang-barang pribadi.
11). Tenangkan pasien. Kecemasan dan kegelisahan seringkali menerpa pasien ketika
dinaikkan ke ambulans. Tidak hanya karena diikat dengan tali pengaman yang kuat atau
karena berada dalam ruangan yang sempit, tapi juga karena merasa tiba-tiba dipisahkan
dari anggota keluarga dan teman-temannya. Ucapkan beberapa patah kata dan
tenangkan pasien dengan cara yang simpatik. Perlu diingat bahwa mainan seperti
boneka beruang dapat berarti banyak untuk menenangkan pasien anak yang ketakutan.
B. Perawatan Pasien selama Perjalanan
Setidaknya minimal seorang perawat yang terlatih PPGD pada ruang pasien dalam satu
ambulans, walaupun sebenarnya dua orang lebih baik. Terkadang Anda hanya akan berada
sendiri bersama pasien. Dalam keadaan ini Anda harus melakukan sejumlah aktivitas berikut
selama dalam perjalanan :
1. Beritahu EMD bahwa Anda telah meninggalkan lokasi kejadian
10
henti jantung telah teratasi. Pastikan bahwa UGD mengetahui adanya henti jantung. Adalah
hal yang sangat membantu jika Anda memang secara rutin selalu meletakkan bantalan keras
di antara matras pelbet (cot) dan punggung pasien yang memiliki resiko tinggi mengalami
henti jantung. Pengemudi yang terlatih Basic Life Support dapat membantu dalam tindakan
resusitasi jantung dan paru.
VI. MEMINDAHKAN PASIEN KE UNIT GAWAT DARURAT
Dampingi staf UGD bila dibutuhkan dan berikan laporan lisan atas kondisi pasien
Segera setelah Anda tidak lagi menangani pasien, siapkan laporan perawatan pra rumah
sakit.
Serahkan barang-barang pribadi pasien ke pihak rumah sakit.
Minta diri untuk meninggalkan rumah sakit
VII. MENGAKHIRI PANGGILAN
Pengoperasian ambulans belum dianggap berakhir hingga seluruh personil dan
perlengkapan yang terdiri dari sistem pengiriman perawatan emergensi pra rumah sakit
(prehospital emergency care delivery system) siap untuk pengiriman berikutnya. Fungsi EMT-Bs
di tahap akhir pekerjaan ini lebih dari sekedar mengganti usungan atau membersihkan ambulans.
Sejumlah tugas lain harus diselesaikan oleh EMT-B saat berada di rumah sakit, selama dalam
perjalanan ke pangkalan, dan setelah tiba di pangkalan.
11
3. Bersihkan dan disinfeksi perlengkapan bantuan pernafasan dan perawatan inhalasi yang
tidak sekali pakai tetapi sudah dipakai.
4. Bersihkan dan sanitasi kompartemen pasien.
5. Ganti pakaian yang ternoda.
6. Ganti perlengkapan dalam ambulans yang telah digunakan dengan barangbarang serupa
yang diambil dari ruang logistik di pangkalan.
7. Ganti atau isi ulang silinder oksigen tergantung pada prosedur layanan anda.
8. Ganti perlengkapan perawatan pasien.
9. Lakukan prosedur pemeliharaan kendaraan pasca pemakaian apabila disyaratkan.
masalahnya atau jika tidak mungkin diperbaiki langsung, segera minta yang memilki otoritas
untuk menyadari hal tersebut.
10. Bersihkan kendaraan.
11. Lengkapi form laporan yang belum selesai sesegera mungkin
12. Laporkan kesiapan unit ambulans untuk memberikan pelayanan
TRANSPORTASI PADA PASIEN KRITIS
Transportasi pasien atau memindahkan pasien dari satu tempat ke tempat lain
seringkali diperlukan, namun perlu diingat bahwa pasien dengan sakit yang kritis tidak
mempunyai atau hanya mempunyai sedikit cadangan fisiologik. Sehingga pemindahan
pasien kritis dapat menimbulkan problem yang besar. Alasan itulah maka pemindahan
pasien kritis memerlukan perencanaan yang cermat serta pengawasan yang ketat.
1.
perencanaan
2.
3.
peralatan
4.
prosedur
5.
lintasan.
1.
2.
3.
a.
b.
c.
Transportasi Neonatus/anak.
b.
c.
sederhana,
meskipun
pada
keadaan
darurat
tetap
harus
diperhatikan/diantisipasi.
Keuntungan dan intervensi pemindahan pasien harus mempertimbangkan
resiko dan pemindahan tersebut, lebih-lebih pada pasien kritis. Langkah-langkah
pemindahan pasien harus ditata dengan baik, sehingga dapat terhindar dan bahaya
baru atau resiko lain.
Perencanaan
Perencanaan harus ditetapkan sebagai protokol dan dibuat sejelas mungkin.
Perawatan selama pemindahan harus sebanding dengan perawatan selama di
ruangan. Waktu pemindahan harus ditetapkan. Termasuk rute perjalanan yang
akan dilewati. Komunikasi antar petugas untuk koordinasi mempunyai
peranan penting. Perencanaan yang salah akan menyebabkan ketidak efektifan
dan memperpanjang atau memperlama perjalanan pemindahan.
dokter, perawat dan profesi lain yang terkait. Setiap anggota tim harus
familiar terhadap peralatan yang digunakan, mempunyai kemampuan serta
berpengalaman mengenali dan mengatasi masalah, seperti kemampuan untuk
pembebasan jalan nafas, ventilasi, resusitasi ataupun tindakan kedaruratan lain.
Di dalam tim harus ada pembagian tugas yang jelas, sehingga memudahkan
prosedur.
Peralatan
Peralatan selama pemindahan harus tetap berfungsi sampai tempat tujuan.
Peralatan harus mudah penggunaannya, dan tidak dibenarkan peralatan
diletakkan pada pasien atau dibawa oleh petugas. Peralatan yang dibawa
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Monitor EKG, denyut nadi
dan tensi diperlukan oleh setiap pasien (kecuali pada pemindahan pasien
dalam proses penyembuhan ke bangsal perawatan biasa).
Monitor respirasi, oksimetri, alat defebrilasi dan suction harus disediakan
pada pasien yang tergantung pada ventilator atau pasien yang unstabil. Ventilator
portable akan memberikan ventilasi yang lebih konsisten dibandingkan
dengan kantong Resusitator manual.
Monitor tekanan darah otomatis non invasif dan pompa imfus sangat
dibutuhkan. Kotak emergency kit berisi obat-obat emergency analgetik, sedatif,
pelumpuh otot dan intubasi set sangat membantu untuk mengatasi masalah
masalah darurat yang mungkin terjadi selama tindakan transportasi pasien.
Peralatan yang menggunakan arus listrik harus tetap berfungsi. Selama
perjalanan, bila perlu membawa baterai cadangan.
Peralatan yang terpasang pada pasien seperti drainage, WSD, infus line,
catheter harus dipastikan dalam keadaan aman selama perjalanan. Semua
peralatan tersebut harus siap pakai dan diperiksa secara teratur.
Prosedur
Tim transport harus terbebas dari tugas lain. Petugas penerima telah siap sebelum
pemindahan dimulai, waktu kedatangan diketahui dengan jelas. Sebelum
15
Lintasan
Tempat tidur/brancard, peralatan dan petugas dengan aman dapat
melewati seluruh rute perjalanan. Jika tempat tidur tidak dapat melewati rute
misal pintu/lift gunakan brancard. (Kelemahan brancard tidak cukup membawa
alat yang dibutuhkan). Hindari trauma pada pasien atau petugas selama
memindahkan pasien.
Lift barus digunakan selain pengunjung/wartawan sebelum memindahkan
pasien sehingga tidak menghambat perjalanan. Gerakan dan getaran yang kasar
harus diminimalkan. Status pasien diperiksa setiap interval tertentu. Segala
perubahan keadaan pasien atau kondisi kritis yang mungkin terjadi dicatat.
Pemindahan pasien dapat menggunakan temapat tidur dengan catatan
tempat tidur beserta petugas dapat masuk lift dan dengan aman dapat melewati
seluruh rute.
B.
Perencana
Koordinasi dan komunikasi yang baik antar tim evaluasi, tim ambulans dan
petugas pada kedua tujuan akhir adalah sangat penting. Komunikasi yang
kurang akan membatasi penyebaran informasi yang jelas dan memungkinkan
petugas spesialis kurang dapat mempertimbangkan dengan tepat akan adanya
situasi yang kritis. Saluran telepon dan faksimile mengenai resusitasi atau
pelaksanaan pasien kritis sebelum tim evaluasi tiba.
menghindari
misi
ini.
Mabuk
perjalanan
bagi
pasien
juga
perlu
Peralatan
Peralatan secara umum yang diperlukan antara lain tempat tidur/brancard yang
aman selama perjalanan, kotak medis dengan berat di bawah 40 kg. Peralatan
untuk proteksi petugas seperti sarung tangan, masker, dan sebagainya.
Apabila menggunakan peralatan elektronika harus dilengkapi dengan baterai
cadangan untuk 2 kali perhitungan. Alat komunikasi jarak jauh. Peralatan
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran.
Prosedur
Penilaian pasien di tempat kejadian meliputi Airway, Breathing,
Circulation dan resusitasi ditambah koreksi suhu dan biokimia. Lakukan intubasi
jika perlu di luar kendaraan. Tanda-tanda vital/data-data penting seperti AGD,
X Ray dilakukan sebelum berangkat dan dilakukan cross cek golougan darah.
Pasien yang gelisah mungkin perlu diberikan sedasi.
Perhatikan selang drainase ketika mengangkat pasien. Tercabutnya selang
drainase dapat menambah resiko pneumothoraks. Kateter IV lebih baik dipasang
jauh dari persendian dan terjamin keamanannya. Jalur vena sentral mungkin
dibutuhkan. Penggunaan infus pump dapat mengurangi terputusnya aliran infus.
Infus dengan tekanan dapat diindikasikan untuk penggantian volume cairan
yang darurat. Obat-obat IV dipersiapkan dan diberi label dengan baik
sebelum digunakan. Jika nanti dihentikan harus diperhitungkan kejadian
hipoglikemia harus dicegah dengan memberikan infus dekstrose 10 % dan
monitor gula darah. Syringe pump dapat mengontrol pengaturan obat dan cairan
dengan baik selama perjalanan.
17
Passage
Transportasi udara digunakan untuk lintas kota atau medan yang berat,
darat biasa digunakan untuk daerah perkotaan, atau daerah yang memungkinkan.
Pesawat udara menjadi pilihan untuk sebagian besar sistim medik darurat, baik
helikopter ataupun pesawat. Masalah utama penggunaan transport udara adalah
ketinggian
yang
menyebabkan
berkurangnya
tekanan
parsial
oksigen,
C.
Transportasi Khusus
a.
Aeronudical
transport
adalah
penting
untuk
mengatur
Fi02,
walau kedalamannya rendah (100-200 m), karena gelembung yang meluas akan
mengakibatkan eksaserbasi gejala klinis. Untuk perjalanan udara, sebagian besar
18
pasien dengan kecelakaan di saat menyelam diberi oksigen 100 % dengan masker
wajah, dan dievaluasi dengan kecepatan penuh pada tekanan permukaan air laut ke
unit hiperbarik yang dapat dipindahkan, dapat dibawa ke tempat kejadian, tetapi
beberapa modelnya dapat menimbulkan beberapa masalah pembawaan, dan
kurangnya ruangan untuk membawa.
c.
dengan
ventilasi
mempunyai
suplai
udara
sendiri
dan
dapat
2.
3.
4.
5.
LAMPIRAN
Alat-alat
Peralatan untuk transportasi intra mural, antara lain:
1.
Oksigen
2.
Ventilator manual
3.
4.
5.
6.
7.
Cairan infus
8.
9.
Pulse oksimetri
10.
11.
Emergency kit
12.
Cadangan baterai
13.
Alat monitor (EKG, tekanan darah invasif, respirasi, oksimetri, suhu dll).
Respirasi
Airways, ambubag
dengan
mask, ventilator
portable lengkap,
simple spirometer.
Alat intubasi : ETT, laringskope, magil forceps, yunger suction, tracheostomi
tube.
Pleura drainase : kateter, trocar, kanul vena besar, scapel howard kelly forceps,
heimlich valves, drainase bag, set jahit kulit Nebulizer.
2.
Sirkulasi
Monitor, defibrilator, pulse oksimetri, spygnomanometer, tensimeter, kateter
vena perifer atau sentral, cairan kristaloid, kateter arteri dan set monitor, spuit,
infus pump atau syringe pump.
3.
4.
5.
6.
Obat-obatan
Obat-obatan sirkulasi.
Inotropik
Atropin
Beta bloker
Neostigmin
20
7.
Antri aritmia
Antiliipertensi
Deuretic
Potasium
Magnesium
Sodium bicarbonat
Calcium cloride
Glucosa hipertonic
Heparin
Vitamin K
Oxitocin
Bronchodilator
Narkotik
Narkotik antagonis
Antikonvulsi
Sedatif
Neuromuskuler bloker
Anti emetik
Anestesi lokal
General anestesi
22