You are on page 1of 4

Gedindang

Katak-pohon bergaris
Katak-pohon Bergaris

Foto diambil saat Sore di pohon Jambu kecil

Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum:

Chordata

Kelas:

Amphibia

Ordo:

Anura

Famili:

Rhacophoridae

Genus:

Polypedates
Tschudi, 1838

Spesies: P. leucomystax
Nama binomial
Polypedates leucomystax
(Gravenhorst, 1829).

Pemerian
Kodok yang agak ramping berukuran sedang. Panjang tubuh
dari moncong ke anus (SVL, snout-to-vent length) sekitar 50
mm pada kodok jantan, dan sampai dengan 80 mm pada yang
betina.
Punggung (dorsal) berkulit halus, tanpa lipatan, tonjolan atau
bintil-bintil. Warna sangat berubah-ubah, coklat muda
kekuningan, keabu-abuan sampai pucat keputihan. Polos,
berbintik gelap besar dan kecil, atau bergaris-garis
memanjang. Kodok ini juga dapat berubah warna dari yang
berpola agak gelap dan kontras di waktu malam, hingga pucat
dan samar-samar di waktu siang.
Terdapat suatu garis atau pita gelap kehitaman sampai hitam
antara hidung dengan mata, terus ke belakang melewati sisi
atas timpanum (gendang telinga) sampai ke bahu. Pita hitam
itu dibatasi garis tipis kuning keemasan di sebelah atasnya,
terutama dari mata hingga ke bahu di atas timpanum. Garis
keemasan serupa itu terdapat pula pada sibir sempit di sisi
tangan, dari siku hingga ke sisi lateral (samping) jari-jari
tangan; dan di sisi telapak kaki hingga sisi lateral jari-jari
kaki. Sisi bawah (ventral) berbintil halus, berwarna putih
sedikit keemasan.
Tangan dan paha dengan garis-garis (coreng) miring
kehitaman. Jari-jari di tangan berselaput renang
setengahnya atau hampir tak ada. Selaput renang di kaki
berwarna kehitaman, mencapai ruas jari paling ujung; kecuali

pada jari keempat (yang terpanjang), hanya mencapai ruas


kedua dari ujung.
Mata besar, menonjol; iris kuning keemasan. Bibir atas
keemasan, bibir bawah kehitaman.
Kebiasaan dan penyebaran
Kodok yang sering ditemukan dekat pemukiman dan hutan
sekunder. Aktif terutama di malam hari, kodok ini sering
terdengar berbunyi keras sejak menjelang magrib. Katakpohon bergaris memangsa aneka jenis serangga.
Pada musim kawin, banyak individu jantan (kadang-kadang
hingga sekitar 10 ekor) yang berkumpul dekat kolam, parit
atau genangan air lainnya. Kodok-kodok jantan ini memanjat
semak-semak rendah atau pohon kecil di dekat genangan,
hingga ketinggian 1 m atau lebih di atas tanah, serta
bersuara sahut-menyahut dari tenggerannya itu untuk
memikat kodok betina. Jika bertemu, pasangan kodok pohon
ini lalu bergerak mencari posisi daun atau ranting yang
menggantung di atas air untuk menempelkan telurnya.
Telur-telur itu diletakkan di sebuah sarang busa yang
dilekatkan menggantung di atas genangan, pada daun,
ranting, tangkai rumput, atau kadang-kadang juga pada
dinding saluran air. Gelembung-gelembung busa ini akan
melindungi telur dari kekeringan, hingga saatnya menetas
dan kecebongnya keluar berjatuhan ke air.

Di saat musim kawin ini, beberapa kodok jantan


menunjukkan sikap agresif terhadap kehadiran cahaya
senter dengan menghampiri dan bertengger dekat cahaya,
dan lalu bersuara. Bunyi:pro-ek.. wrok!... krot..krot..krot,
mirip orang mempergesekkan giginya.
Kodok pohon ini diketahui menyebar
di India, Burma, Tiongkok Selatan,
Kamboja, Laos, Vietnam,Thailand,
Semenanjung Malaya, Nikobar,
Mentawai, Sumatra, Borneo, Filipina,
Sulawesi, Jawa,Bali, Lombok,
Sumbawa, Flores, Sumba, hingga ke Timor.

Sumber : Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

You might also like