You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN
Selama manusia hidup, manusia melewati beberapa tahap kehidupan, salah
satunya adalah tahap early childhood, yaitu saat seseorang berusia tiga sampai lima tahun.
Menurut Santrock (2008), pada tahap ini anak sudah memiliki kemampuan motorik yang
cukup berkembang dan mendekati kemampuan motorik orang dewasa. Salah satu kemampuan
motorik yang berkembang adalah fine motor skill. Papalia, Olds, dan Feldman (2008)
berpendapat bahwa fine motor skill merupakan suatu kemampuan fisik yang melibatkan otototot kecil dan koordinasi antara mata dan tangan. Kemampuan fine motor skill pada anak
harus dapat berkembang dengan dengan baik.
Menurut Berk (2003), fine motor skill dapat berkembang lewat pengalaman,
latihan, dan perkembangan saraf. Dari tiga cara ini, kelompok kami menekankan pada aspek
latihan sebagai cara untuk mengembangkan fine motor skill. Salah satu latihan yang
ditekankan adalah kemampuan pada kemampuan koordinasi mata dan tangan. Ada berbagai
macam latihan yang dapat dilakukan, salah satunya adalah menyusun dan menempel gambar.
Dalam latihan pembentukan fine motor skill ini, kami membuat sebuah buku cerita bergambar
yang berjudul Beruang dan Pintu Ajaib. Dalam buku ini terdapat duabelas halaman
bergambar dan beberapa kalimat pendek yang menyertainya. Namun, gambar yang terdapat
dalam buku ini masih dalam bentuk potongan-potongan kecil dan anak harus menyusunnya
terlebih dahulu agar menjadi gambar yang sempurna.
Kami menargetkan pembaca dari buku cerita ini adalah anak yang berusia
empat sampai lima tahun, di mana pada usia ini kemampuan anak dalam fine motor skill lebih
matang dan terlihat jelas. Kami mengemas buku cerita ini sedemikian rupa agar sesuai bagi
pembacanya. Tokoh-tokoh yang kami pilih adalah beberapa binatang yang menurut kami
diminati oleh anak, sehingga anak lebih tertarik saat menyusun gambar maupun membaca
cerita. Selain untuk melatih kemampuan fine motor skill, buku ini sekaligus memberikan
makna dan pesan yang tersampaikan dalam cerita. Menurut kami, karakter binatang sangat
mendukung untuk penyampaian makna dan pesan yang terdapat di dalam cerita. Namun, anak
belum tentu dapat menemukan makna dan pesan yang ada dalam cerita ini. Oleh karena itu,
peran dari orangtua sangat diperlukan, tidak hanya saat menyusun gambar, namun juga saat
membaca.

Selain fine motor skill, dengan buku cerita ini orangtua juga diharapkan
mengenal preferensi penggunaan tangan oleh anak. Preferensi penggunaan tangan ini dapat
terlihat saat anak menyusun potongan-potongan gambar dan menempelkannya pada halaman
yang telah disediakan. Kami berharap orangtua dapat lebih memahami dan menerima
preferensi yang dimiliki oleh anak. Selain itu, buku cerita ini kami harapkan dapat membantu
proses pendewasaan otak anak yang masih sangat berkembang. Selain itu, perlu dipahami
bahwa tujuan dari pembuatan buku cerita ini adalah membantu mengoptimalkan
perkembangan fine motor skill pada anak usia empat sampai lima tahun.

BAB II
KAJIAN TEORI
Santrock (2008) membagi periode perkembangan dalam delapan tahap, yaitu
prenatal period, infancy, early childhood, middle and late childhood, adolescence, early
adulthood, middle adulthood, dan late adulthood. Berdasarkan delapan tahapan ini, anak
berusia empat sampai lima tahun termasuk dalam tahap early childhood. Erikson (dalam
Santrock, 2008) berpendapat bahwa pada tahap ini seorang anak memiliki inisiatif yang tinggi
untuk beraktivitas. Sementara itu, Piaget (dalam Santrock, 2008) menyebutkan bahwa pada
usia empat sampai lima tahun, anak berada dalam tahap preoperational stage. Dalam tahap ini
anak sudah mulai menggunakan kata-kata dan gambaran untuk mengenal lingkungan
sekitarnya.
Berk (2003) berpendapat bahwa anak pada tahap ini sering mengisi
aktivitasnya dengan berbagai kegiatan yang melibatkan kemampuan motorik. Hal ini terjadi
karena pada tahap ini perkembangan motorik anak sedang berkembang dengan cukup pesat.
Ada dua jenis kemampuan motorik yang berkembang dalam fase ini, yaitu gross motor skill
dan fine motor skill. Menurut Santrock (2008), gross motor skill merupakan kemampuan
motorik yang meliputi aktivitas dari otot-otot besar, seperti berjalan. Kemampuan motorik
yang kedua adalah fine motor skill. Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya, menurut
Papalia, Olds, dan Feldman (2008) fine motor skill merupakan suatu kemampuan fisik yang
melibatkan otot-otot kecil dan koordinasi antara mata dan tangan. Pada paper ini kelompok
kami lebih memusatkan pembahasan pada perkembangan fine motor skill anak.
Perkembangan motorik, dalam hal ini fine motor skill, pada anak harus sudah
lebih sempurna pada tahap early childhood, tapi perlu diingat pula bahwa perkembangan fine
motor skill ini bervariasi pada tiap individu.. Ada dua faktor yang berpengaruh dalam
perkembangan fine motor skill ini, yaitu faktor biologis dan lingkungan. Dari perspektif
biologis, Papalia et al. (2008) berpendapat bahwa perkembangan fine motor skill ini
memerlukan kematangan dari bagian cerebral cortex, tepatnya pada bagian sensorik dan
motorik, agar kemampuan sensorik dan motorik anak dapat terkoordinasi dengan baik.
Menurut Santrock (2008), cerebral cortex juga berperan dalam kemampuan perencanaan dan
pengorganisasian pada anak. Proses pematangan pada bagian cerebral cortex ini tentunya
harus terjadi terlebih dahulu pada masa infancy. Menurut Santrock (2008), pada usia empat

sampai lima tahun anak sudah memiliki koordinasi yang baik antara tangan, lengan, mata, dan
anggota tubuh lainnya.
Faktor yang kedua adalah faktor lingkungan. Menurut Santrock (2008), anak
pada tahap early childhood memerlukan peran seseorang sebagai fasilitator atau pembimbing,
dalam hal ini adalah orangtua atau guru. Pada awalnya, anak masih sangat memerlukan
bantuan orang lain saat mengembangkan kemampuan fine motor skill. Berk (2003)
berpendapat bahwa anak juga perlu berlatih sendiri untuk mengembangkan kemampuan ini
dan selalu optimis serta tekun berlatih. Jadi, dalam mengembangkan fine motor skill,
lingkungan yang ada di sekitar anak harus cukup untuk mendukung bagi perkembangan
motoriknya.
Ada beberapa jenis latihan yang dapat mengembangkan kemampuan fine
motor skill pada anak usia empat sampai lima tahun, salah satunya adalah permainan puzzle.
Dalam permainan ini anak diminta menyusun gambar yang masih tidak beraturan dari
potongan-potongan kecil gambar tersebut. Latihan lewat penyusunan gambar atau puzzle
sangat tepat bagi anak pada usia empat sampai lima tahun. Latihan ini sangat membantu
perkembangan koordinasi antara mata dan tangan pada anak, karena pada usia ini anak sudah
mulai mengenal gambar-gambar untuk mengenali lingkungan sekitarnya.
Selain perkembangan fine motor skill, latihan ini juga membantu kemampuan
handedness pada anak. Menurut Papalia et al. (2008), handedness adalah kecenderungan
seseorang untuk menggunakan salah satu tangan, kanan atau kiri, saat melakukan aktivitas.
Handedness pada seseorang pada umumnya diwariskan secara genetik oleh orangtua.
Menurut Santrock (2008), mayoritas penduduk dunia menggunakan tangan kanan untuk
beraktivitas, sehingga tidak jarang orang yang menggunakan tangan kiri sedikit mendapat
perlakuan diskriminatif oleh orang-orang di sekitarnya. Preferensi penggunaan tangan ini
sudah muncul sejak anak masih berada dalam kandungan ibu.
Latihan pengembangan fine motor skill, termasuk menyusun gambar, dapat
membantu perkembangan handedness pada anak. Pertama, lewat latihan ini preferensi
penggunaan tangan pada anak dapat diketahui. Kedua, kemampuan handedness anak dapat
semakin matang dan berkembang. Dengan latihan ini, orangtua atau guru diharapkan
mengenal dan memahami preferensi penggunaan tangan yang dimiliki oleh anak dan tidak
memaksakan penggunaan salah satu tangan tertentu.
Puzzle atau penyusunan gambar hanya merupakan salah satu cara untuk
melatih kemampuan fine motor skill. Menurut Santrock (2008), dalam hidup sehari-hari,
kemampuan fine motor skill pada anak ada berbagai macam, seperti menggunakan gunting

atau menyusun balok-balok bertingkat. Sementara itu Berk (2003) berpendapat bahwa dengan
pengalaman secara terus-menerus anak dapat mematangkan kemampuan fine motor skill ini.
Jadi orangtua atau guru harus berperan untuk memfasilitasi anak dalam mengembangkan
kemampuan ini agar anak dapat mendapat pengalaman yang cukup untuk mengembangkan
kemampuan motoriknya.

BAB III
CERITA DAN CARA PENGGUNAAN BUKU
Buku Beruang dan Pintu Ajaib ini menceritakan kisah tentang sebuah pintu
ajaib yang dimiliki oleh seekor gajah yang bijak. Pintu ajaib ini dapat mengantarkan binatang
yang menggunakannya untuk pergi ke mana saja. Gajah memilih untuk tidak menggunakan
pintu ini dan ingin memberikannya kepada binatang yang dapat menggunakan pintu ini
dengan bijak. Gajah mencari cara bagaimana agar ia dapat menemukan seekor binatang yang
dapat dengan bijak menggunakan pintu ini. Akhirnya gajah bertanya kepada masing-masing
peserta, yaitu beruang, elang, harimau, dan babi, untuk menentukan siapa yang berhak
mendapat pintu ini Pada akhirnya, beruang berhasil memenangi sayembara ini dan dapat
menggunakan pintu ajaib.
Buku cerita ini berisi duabelas halaman berwarna dan duabelas halaman berisi
kalimat pendek yang mendampingi masing-masing gambar. Gambar-gambar yang ada pada
buku ini berbentuk stiker yang masih belum tersusun secara benar, dan anak harus terlebih
dahulu menempelkan potongan-potongan gambar ini pada halaman yang telah disediakan.
Pada halaman tersebut, kami memberikan kolom-kolom pembatas agar anak dapat
menyusunnya dengan rapi. Untuk membantu anak dalam menyusun, kami memberikan nomor
pada masing-masing potongan gambar dan pada kolom-kolom tempat menempelkan gambar.

DAFTAR PUSTAKA
Berk, L. E. (2003). Child Development. (6th ed.). Boston: Allyn & Bacon.
Papalia, D. E., Olds, S. W., Feldman, R. D. (2008). A Childs World: Infancy through
Adolescence. (11th ed,). New York: McGraw-Hill Higher Education.
Santrock, J. W. (2008). Life-Span Development. (11th ed.). New York: McGraw-Hill Higher
Education.

You might also like