You are on page 1of 18

TRANSITIONAL CELL CARSINOMA

(Khairunnisa, Anita A.J Asmal)


A. PENDAHULUAN
Transisional Cell Carsinoma (TCC) / karsinoma sel transisional adalah
keganasan yang umum terjadi pada saluran genitourinari.1 Karsinoma buli
atau karsinoma pada vesica urinaria merupakan tumor yang paling sering
terjadi pada traktus urinarius, disusul karsinoma ginjal dan ureter.2
Karsinoma sel transisional atau karsinoma uroterial merupakan jenis
karsinoma buli yang paling sering dijumpai dengan angka insidensi mencapai
90%, disusul karsinoma sel skuamosa pada urutan kedua dengan angka
insidensi 8-10%. The American Cancer Society melaporkan ada 72.570 kasus
kanker vesica urinaria yang baru terdiagnosis pada 2013 dan 15.210 diantara
akan meninggal karena penyakit tersebut.1,2,3
Insidensi kanker vesica urinaria meningkat sesuai dengan pertambahan
usia, dengan median usia terdiagnosis adalah 65 tahun. Di Amerika Serikat,
kanker vesica urinaria berada di urutan keempat dalam kanker yang paling
banyak menyerang pria, setelah kanker prostat, paru dan kanker kolorektal.
Di Indonesia sendiri belum ditemukan angka kejadian pasti. Di dunia, setiap
tahunnya ditemukan 275.000 pasien baru yang terdiagnosis kanker vesica
urinaria dan 108.000 diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut, dan
90% diantaranya merupakan karsinoma sel transisional.4,5
Kanker vesica urinaria yang masih dalam tahap awal memiliki
prognosis lebih baik dan tatalaksana yang lebih efektif, meskipun pasien
harus dipantau dengan teliti setelah pemberian terapi, sebab peluang
kekambuhannya sekitar 50-80%.5,6
B. ANATOMI
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjadinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
1

tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih).4
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (renal) yang menghasilkan
urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria
(kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan
d) satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.4

Gambar 1 : Organ Sistem Urinarius4


Renal / Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di
kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah
dibandingkan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutub atasnya
terletak setinggi iga kedua belas. Sedangkan kutub atas ginjal kiri terletak
setinggi iga kesebelas.4

Gambar 2 : Struktur Anatomi Ginjal4

Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang


peritoneum, di depan dua iga terakhir, dan tiga otot besar, transversus
abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas mayor. Pada orang dewasa,
panjang ginjal adalah sekitar 12 -13 cm, lebarnya 6 cm, tebalnya 2,5 cm, dan
beratnya sekitar 150 gram. Permukaan anterior dan posterior kutub atas dan
bawah serta tepi lateral ginjal berbentuk cembung sedangkan tepi medialnya
berbentuk cekung karena adanya hilus. Beberapa struktur yang masuk atau
keluar dari ginjal melalui hilus adalah arteria dan vena renalis, saraf,
pembuluh limfatik, dan ureter. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula fibrosa tipis
mengkilat, yang berikat longgar dengan jaringan di bawahnya dan dapat
dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal.4
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi) dan letaknya di belakang simfisis pubis di dalam
rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti
balon karet.4

Gambar 3 : Struktur Anatomi Vesika Urinaria4


Kandung kemih dibagi menjadi beberapa lapisan, yaitu :

Epitelium, bagian transisional dari epitel yang menjadi asal datangnya sel
kanker.
3

Lamina propria, lapisan yang terletak di bawah epitelium.


Otot detrusor, lapisan otot yang tebal dan dalam terdiri dari lapisan-lapisan
otot halus yang tebal yang membentuk lapisan dinding otot kantung
kemih.

Jaringan perivesikal lembut, lapisan terluar yang terdiri dari lemak,


jaringan-jaringan, dan pembuluh darah.4

Gambar 4 : Histologi Vesika Urinaria4


Buli-buli sendiri terdiri dari 3 lapis otot detrusor yang saling
beranyaman. Di bagian dalam adalah otot longitudinal, di tengah otot
sirkuler, dan yang terluar otot longitudinal. Mukosa buli-buli terdiri atas selsel transisional yang sama seperti pada mukosa-mukosa pada pelvis renalis,
ureter, dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan
meatus uretra internum membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum
buli-buli. 4
Secara anatomik, buli-buli terdiri atas 3 permukaan, yaitu permukaan
superior yang berbatasan dengan rongga peritoneum, dua permukaan
inferiolateral, dan permukaan posterior. Permukaan superior merupakan
lokus minoris (daerah terlemah) dinding buli-buli.4
Buli-buli berfungsi menampung urine dari ureter dan kemudian
mengeluarkannya melalui uretra dalam mekanisme miksi (berkemih). Dalam
4

menampung urine, buli-buli mempunyai kapasitas maksimal, yang


volumenya untuk orang dewasa kurang lebih 300-450 ml. Sedangkan
kapasitas buli pada anak menurut Koff adalah: (Umur + 2) x 30 ml.4
Pada saat kosong, buli-buli terletak di belakang simfisis pubis dan
pada saat penuh berada di atas simfisis sehingga dapat dipalpasi dan
diperkusi. Buli-buli yang terisi penuh memberikan rangsangan pada saraf
aferen dan menyebabkan aktivasi pusat miksi di medula spinalis segmen
sakral S2-4. Hal ini akan menyebabkan kontraksi otot detrusor, terbukanya
leher buli-buli, dan relaksasi sfingter uretra sehingga terjadilah proses miksi.4
C. DEFINISI
Transisional Cell Carsinoma (TCC) / karsinoma sel transisional
merupakan neoplasma epitel malignan pada genitourinari yang epitelnya
terdiri atas sel transisional yaitu mulai dari pelvicorenalis sampai ke vesika
urinaria, bersifat multifokal, biasanya berbentuk papiler. Jika keganasan
terjadi pada vesika urinaria disebut karsinoma uroepitelial, pada ureter
disebut karsinoma urethral, dan pada pelvis ginjal disebut TCC of renal
pelvis. 1,2,3,4
D. HISTOPATOLOGI
Tumor ini biasanya berbentuk papiler, lesi eksofitik, sesile atau
ulcerasi. Carsinoma in situ berbentuk datar (non papiler anaplastik), sel-sel
membesar dan nukleus tampak jelas. Dapat terjadi dekat atau jauh dari lesi
oksofitik, dapat juga fokal atau difuse. Karsinoma urotelial datar adalah
tumor yang sangat agresif dan bertumbuh lebih cepat dari tumor papilari.5

E. EPIDEMIOLOGI
5

Karsinoma sel transisional atau karsinoma uroepitelial merupakan jenis


karsinoma buli yang paling sering dijumpai dengan angka insidensi mencapai
90%, disusul karsinoma sel skuamosa pada urutan kedua dengan angka
insidensi 8-10%. The American Cancer Society melaporkan ada 72.570 kasus
kanker vesica urinaria yang baru terdiagnosis pada 2013 dan 15.210 diantara
akan meninggal karena penyakit tersebut.1,2,3
Insidensi kanker vesica urinaria meningkat sesuai dengan pertambahan
usia, dengan median usia terdiagnosis adalah 65 tahun. Di Amerika Serikat,
kanker vesica urinaria berada di urutan keempat dalam kanker yang paling
banyak menyerang pria, setelah kanker prostat, paru dan kanker kolorektal.
Di Indonesia sendiri belum ditemukan angka kejadian pasti. Di dunia, setiap
tahunnya ditemukan 275.000 pasien baru yang terdiagnosis kanker vesica
urinaria dan 108.000 diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut, dan
90% diantaranya merupakan karsinoma sel transisional.4,5
F. ETIOLOGI
Keganasan buli-buli tejadi karena induksi bahan karsinogen yang
banyak terdapat di sekitar kita. Beberapa faktor resiko yang mempermudah
seseorang menderita karsinoma buli-buli adalah :6
1. Pekerjaan
Pekerja pabrik kimia, terutama pabrik cat, laboratorium, pabrik korek api,
tekstil, pabrik kulit, dan pekerja salon/ pencukur rambut sering terpapar
oleh bahan karsinogen berupa senyawa amin aromatik (2-naftilamin,
benzidine, dan 4-aminobifamil).
2. Perokok
Resiko untuk mendapat karsinoma buli-buli pada perokok 2-6 kali lebih
besar dibanding dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan
karsinogen amin aromatik dan nitrosamin.

3. Infeksi saluran kemih


6

Telah diketahui bahwa kuman-kuman E. Coli dan Proteus spp


menghasilkan nitrosamin yang merupakan zat karsinogen.
4. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin
dan siklamat, serta pemakaian obat-obatan siklofosfamid yang diberikan
intravesika, fenasetin, opium, dan obat antituberkulosa INH dalam jangka
waktu lama dapat meningkatkan resiko timbulnya karsinoma buli-buli.7,8,9
G. PATOFISIOLOGI
Bahan-bahan karsinogenik yang terdapat dalam urin berperan dalam
proses terjadinya karsinoma vesika urinaria superfisial. Ada beberapa
karsinogen yang telah berhasil diidentifikasi, adalah ainin aromatik spesifik
atau nitrosainin. Ainin aromatik spesifik ini mudah diabsorpsi oleh kulit dan
mukosa, kemudian masuk kedalam aliran darah dan dimetabolisir di hepar
akhirnya dkeluarkan lewat unin, Di dalam urin bahan ini menyebabkan
kerusakan DNA dan sel urotelial. Hal ini akan menginisiasi mutasi gen dan
perubahan regulasi pertumbuhan sel epitel pada vesica urinaria.8,9
Karsinoma sel transisional muncul dari stem cells yang berdekatan
dengan membrana basalis dari permukaan epitel. Pada keganasan ini terjadi
proliferasi abnormal urotel (sel transisional) buli, perubahan maturasi sel,
peningkatan rasio inti-sitoplasma, inti sel yang lebih prominen serta
penambahan jumlah mitosis. Pola pertumbuhannya dapat berbentuk papiler,
sessile (solid), infiltratif, nodular, mixed serta pertumbuhan intaepitelial yang
datar (flat). 70% tumor buli berbentuk papilar, 10% berbentuk nodular dan
20% berbentuk mixed. Tumor berbentuk papiler akan menonjol ke lumen, dan
apabila tidak dilakukan pengobatan, pada akhirnya sel tumor akan
menginvasi lapisan lamina propria dan dapat menembus lapisan muskulus
dan dapat bermetastasis. Karsinoma urotelial memiliki potensi yang besar
untuk menjadi ganas, oleh karena itu dapat mengandung spindle cell,
squamous cell ataupun adenocarcinoma. Penyebarannya dapat secara
limfatik, hematogen dan implantasi secara langsung.9,10

Sekitar 10% karsinoma sel transisional dapat berkembang menjadi


carcinoma in situ (CIS). CIS diawali lesi prekursor flat urothelial, dan dapat
memberikan gambaran mukosa buli yang eritematous dan seringkali tidak
tampak secara endoskopik. Gambaran histopatologi biasanya adalah
karsinoma sel transisional dengan poorly differentiated grade. Pemeriksaan
sitologi urine memberikan hasil yang positif pada 80%-90% penderita. CIS
didapatkan pada 20-75% penderita karsinoma buli jenis high grade.9,10
H. STADIUM / DERAJAT INVASI TUMOR
Penentuan derajat invasi tumor berdasarkan sistem TNM dan stadium
menurut Marshall.1

Gambar 5 : Derajat Tumor Menurut Marshall


TNM
Tis
Ta
T1
T2
T3a
T3b
T4
N1-3
M1

Marshall
0
0
A
B1
B2
C
D1
D1
D2

Uraian
Karsinoma in situ
Tumor papilari invasif
Invasi submukosa
Invasi otot superfisial
Invasi otot profunda
Invasi jaringan lemak prevesika
Invasi ke organ sekitar
Metastasis ke limfonudi regional
Metastasis hematogen

Pembagian Grade berdasarkan derajat diferensiasi sel tumor :


1. Tumor berbentuk papiler, masih berdiferensiasi baik, ukuran relatif kecil
dengan dasar yang sempit. Tumor hanya menyebar di jaringan di bawah
lamina propria, tidak ke dalam dinding otot kantung kemih atau lebih.
Tidak ada kelenjar limfe yang terlibat. Dapat diatasi dengan cara
transuretral, namun sudah radio-resistant.
2. Tumor berbentuk papiler, dengan diferensiasi yang kurang baik, cenderung
menginvasi lamina propria atau otot detrusor. Ukuran tumor lebih besar
dari Grade 1, dan berhubungan lebih luas dengan dinding vesika. Sering
dapat diatasi dengan reseksi transuretral. Kurang berespon dengan radio
terapi.
3. Tumor cenderung berbentuk noduler dan invasif, menyebar sampai ke
dalam muscularis propria, yang melibatkan jaringan-jaringan lunak di
sekitar kantung kemih, prostat, uterus, atau vagina. Masih belum ada organ
limfe yang terpengaruh hingga tahap ini. Transuretral dan sistektomi tidak
terlalu berpengaruh, namun masih sensitif terhadap radio terapi.
4. Tumor telah menyerang pelvis atau dinding abdominal, atau telah
menyerang hingga jaringan limfe. Transuretral dan sistektomi tidak terlalu
berpengaruh, namun masih sensitif terhadap radio terapi.
Pembagian Stage berdasarkan derajat invasi tumor :
Stage 0 : menunjukkan tumor papilar, namun belum menginvasi lamina
propria
Stage A : tumor sudah menginvasi lamina propria, namun belum
menembus otot dinding vesika.
Stage B1 : neoplasma sudah menyebar superficial sampai setengah dari
otot detrusor.
Stage B2 : tumor ditemukan jauh di dalam lapisan otot.
Stage C : tumor menyebar sampai lapisan lemak perivesikal atau ke
peritoneum.

Stage D : tumor sudah bermetastasis.


I. DIAGNOSIS
1. Gejala Klinis
Pada anamnesis 80-90 % gambaran klinik karsinoma buli-buli
biasanya berupa penderita yang datang dengan keluhan hematuri tanpa
disertai rasa nyeri (painless), kambuhan (intermitent), dan terjadi pada
seluruh proses miksi (total). Karsinoma buli-buli sering tanpa disertai
disuria, namun pada karsinoma in situ atau karsinoma yang sudah infiltrasi
luas tidak jarang menunjukkan gejala iritasi buli-buli, antara lain disuria,
polakisuri, frekuensi dan urgensi. 1,2,3,4,5
Pada pemeriksaan fisik terhadap penderita kanker buli biasanya
jarang ditemui adanya kelainan karena tumor tersebut merupakan tumor
epitel transisional kandung kemih yang letaknya superfisial dari bulibuli.Tumor tersebut baru dapat diraba bila tumor tersebut sudah tumbuh
keluar dari dinding buli-buli. Mengingat pada kanker ini mudah terjadi
metastasis ke kelenjar limfe regional, hati dan paru-paru. Perlu dilakukan
pemeriksaan pelvis bimanual secara seksama untuk mencari adanya massa
atau indurasi pada palpasi. Pasien dengan tumor buli yang besar atau
stadium lanjut mungkin ditemukan nyeri abdomen, massa buli-buli atau
indurasi. Pada pasien-pasien dengan tumor infiltratif atau volume tumor
yang besar bisa teraba massa tumor berupa indurasi di daerah suprapubik
pada pemeriksaan bimanual yang dilakukan secara hati-hati.7,8
2. Pemeriksaan
a. Laboratorium
Laboratorium yang dapat digunakan anatara lain darah rutin, kimia
darah, urin mikroskopis dan deteksi bakteri di dalam urin.
b. Sistoskopi (atau disebut juga sistouretroskopi)
Sistoskopi dilakukan oleh urologis, yaitu pemeriksaan yang mana alat
ini dimasukkan sepanjang uretra untuk memeriksa kandung kemih dan
traktus urinarius untuk melihat adanya suatu abnormalitas struktural
atau obstruksi, seperti tumor atau batu. Contoh jaringan kandung kemih
(biopsi) dapat diambil melalui sistoskop untuk kemudian diperiksa
dengan menggunakan mikroskop.7 Pemeriksaan sistoskopi (teropong
10

buli-buli) dan biopsi mutlak dilakukan pada penderita dengan


persangkaan tumor buli-buli, terutama jika penderita berumur 40-45
tahun. Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat ada atau tidaknya tumor di
buli-buli sekaligus dapat dilakukan biopsi untuk menentukan derajat
infiltrasi tumor yang menentukan terapi selanjutnya. Selain itu
pemeriksaan ini dapat juga digunakan sebagai tindakan pengobatan
pada tumor superfisial (permukaan).7,8
c.

Beberapa pemeriksaan khusus untuk karsinoma sel transisional


adalah:
1)Sitologi urin
Sampel urin diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat ada
tidaknya sel kanker yang mengalami eksfoliasi dalam urin. Sampel
didapatkan dengan membilas buli-buli dengan Naci 0,9 % melalui
kateter atau sistoskop dan kemudian diperiksa dibawah mikroskop.
Pemeriksaan sitologi urin bisa digunakan sebagai sarana skrining
dan menilai respon terapi. Pemeriksaan sitologi sebaiknya dilakukan
pada seluruh pasien dengan kecurigaan karsinoma buli. Pemeriksaan
ini memiliki keterbatasan yaitu hasilnya kurang baik pada penderita
tumor berdiferensiasi baik dengan kepekaaan hanya 30%,

pada

tumor berdiferensiasi buruk atau karsinoma in situ masih terdapat


false

negatif

sebesar

20%.

Untuk

meningkatkan

kepekaan

pemeriksaan sitologi urin dapat dilakukan bladder washing secara


mekanik dengan normal salin. Tindakan ini memberikan hasil positif
10% pada tumor grade 1, 50% pada tumor grade 2 dan 90% pada
penderita tumor grade 3. Pemeriksaan ini dilakukan pada urin pasien
yang telah mendapat hidrasi yang cukup sehingga didapatkan
spesimen yang adekuat.
2) Flow Cytometri
Pemeriksaan ini dapat menentukan kelainan kromosom dan sel
tumor.
3) Assay Urin
Seperti disebutkan sensitifitas sitologi urin tergantung dari
bermacam-macam faktor antara lain : adekuat tidaknya sampel,
11

stadium dan derajat deferensia tumor dan sitopatologis. Oleh karena


itu sekarang dikembangkan assay urin, misalnya BTAstat test, NMP
22, FDP, Telomerase dan. analisis mikrosatelit. Semua pemeriksaan
ini digunakan untuk mendeteksi dan surveilens karsinoma vesika
urinaria terutama jenis karsinoma sel transisional. BTAstat test
adalah pemeriksaan imunokromatografi yang digunakan untuk
mendeteksi adanya bladder tumor antigen (BTA) di dalam urin.
Antigen yang dideteksi adalah human complement factor-H related
protein NINIP-22 (Nuclear matrix protein-22) adalah aparatus
protein yang berperan dalam mitosis inti sel dan terlibat dalam
distribusi kromatin sel. NMP-22 ada di semua jenis sel terutama di
matrik inti sel. NMP-22 dilepaskan oleh inti sel tumor selama
apoptosis. NMP-22 didapatkan dalam urin penderita karsinoma
vesika urinania 25 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang
normal

Telomerase adalah suatu enzim ribonukleoprotein yang

inaktif pada sel epitelial normal tetapi reaktifpada sel kanker.


d. Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan Foto Polos Abdomen
Pada setiap pemeriksaan traktus urinarius sebaiknya diawali
dengan pembuatan foto polos abdomen (FPA). Yang harus
diperhatikan disini adalah kontur, ukuran, dan posisi kedua ginjal.
Dapat pula dilihat kalsifikasi dalam kista dan tumor, batu radioopak
dan perkapuran dalam ginjal. Interpretasi terhadap kalsifikasi
saluran ginjal harus dilakukan secara hati hati karena phlebolit
dalam kelenjar mesenterika dan vena pelvis sering disalahartikan
sebagai batu ureter.9

Intra Vena Pielografi (IVP)


IVP digunakan sebagai pemeriksaan baku pada penderita yang
diduga memiliki keganasan saluran kemih termasuk juga keganasan
buli-buli. Pada pemeriksaan ini selain melihat adanya filling defek
pada buli-buli juga mendeteksi adanya tumor sel transisional yang
12

berada di ureter atau pielum, dan dapat mengevaluasi ada tidaknya


gangguan pada ginjal dan saluran kemih yang disebabkan oleh
tumor

buli-buli

tersebut.

Didapatkannya

hidroureter

atau

hidronefrosis merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi tumor ke


ureter atau muara ureter.
Jika penderita alergi terhadap zat yang digunakan pada pemeriksaan
PIV, maka dapat dilakukan pemeriksaan USG. Foto toraks juga
perlu dilakukan untuk melihat bila ada metastasis ke paru-paru.

Pemeriksaan urografi intravena (IVU/IVP) diindikasikan pada


semua pasien dengan kecurigaan keganasan buli. Pemeriksaan ini tidak
terlalu sensitif terutama pada tumor berukuran kecil. Tetapi
pemeriksaan ini berguna untuk mengetahui apakah ada keterlibatan
saluran kemih bagian atas pada tumor urotelial yang dapat
mempengaruhi pilihan tata laksana. Tumor yang besar akan terlihat
sebagai filling defect pada fase sistogram atau hanya sekitar 50%
penderita saja. Pembesaran buli yang tidak simetris juga mencurigakan
keganasan. Penyebab lain filing defek adalah adanya bekuan darah,
lipatan buli karena belum penuh atau karena desakan organ
ekstravesika. Untuk meningkatkan sensitivitas pemeriksaan tersebut
harus dibuat foto fase awal pengisian, saat buli penuh dan fase
pengosongan buli-buli. Bila terdapat gambaran obstruksi ureter dan
13

hidroneprosis sering menandakan tumor sudah menginvasi otot


detrusor yang terbukti pada sekitar 90% penderita karsinoma sel
transisional.
Pyelografi intravena masih merupakan pemeriksaan standar yang
digunakan untuk evaluasi keluhan hematuria. Pada karsinoma vesika
urinaria pyelografi intravena memberikan gambaran filling defek, USG
dapat juga digunakan untuk mendeteksi adanya tumor vesika urinaria
dan adanya gangguan pada traktus urinarius bagian atas.

CT scan atau MRI


Berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya. CT
scanning merupakan x-ray detail dari tubuh, yang menunjukkan
persimpangan-persimpangan dari organ-organ yang mana tidak
ditunjukkan oleh sinar x-ray konvensional. MRI lebih sensitif dari CT
Scan, yang memberikan keuntungan dapat mendeteksi kelenjar limfe
yang membesar di dekat tumor yang menunjukkan bahwa kanker telah
menyebar ke kelenjar limfe.

Pemeriksaan Patologi Anatomi


Tampak tumor ganas yang tumbuh berpapil-papil, juga terlihat pada
pemeriksaan mikroskopik, sehingga tampak jaringan ikat di antara
kelompok sel ganas yang meliputi jaringan ikat tersebut. Epitel
transisional tersusun atas sel-sel lonjong, besar dengan inti pleimorfik,
basofilik, sitoplasma sedikit, yang memberikan gambaran ganas.

14

J. PENATALAKSANAAN
Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli-buli
adalah reseksi buli-buli transuretra atau TUR buli-buli. Pada tindakan ini
dapat sekaligus ditentukan luas infiltrasi tumor.7 Terapi selanjutnya
tergantung pada stadiumnya antara lain :
Tabel 2. tata laksana dan prognosis karsinoma buli 9

K. DIAGNOSA BANDING

Tumor ginjal atau tumor ureter

Endometriosis

Benign Prostatic Hipertrofi


15

Batu ginjal, ureter, buli

Tumor cervix

L. KAJIAN ISLAM
Ayat

Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi


penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. (Qs. Al.Isra: 82)

Hadist
"Allah telah menurunkan penyakit dan penawarnya dan Dia telah
menentukan setiap penawar untuk setiap penyakit. Jadi rawatlah dirimu
sendiri

dengan

menggunakan

obat-obatan

sekuatmu,

tetapi

jangan

menggunakan sesuatu yang jelas-jelas dilarang." (HR. Abu Dawud dari Abu
Al-Darda)

DAFTAR PUSTAKA
1. Steinberg, GD., 2014. Bladder Cancer. [Online] Available
http://emedicine.medscape.com/article/438262-overview#a0101.

16

at:

2. Escudero, DO; Shirodkar, SP & Lokeshwar VB. 2011. Bladder


Carcinogenesis and Molecular Pathways. Available at: http://Cancer Drug
Discovery and Development.
CAP, 2011. Urinary Bladder Cancer. National Cancer Institute. USA.
3. Tanagho, EA & Annch, JW. 2008. Smith's General Urology. Ed 17. Mc Graw
Hill : USA.
4. Basuki B Purnomo, Dasar-dasar Urology, Ed 1 jakarta: penerbit CV Sagung
Seto, 2000: 145-158
5. W.B, Saunders. Campbells Urology sixth edition. WB Saunders Company.
Philadelphia : 1992.
6. Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta :
2005
7. UAB Health System. Bladder cancer. Http://www.uabheath.org [diakses 30
Juni 2008]
8. Lopez-Beltran A, Sauter G, Gasser T, et.al. Infiltrating urothelial carcinoma.
Dalam : Eble JN, Sauter G, Epstein JI, Sesterhenn IA. Pathology and
genetics of tumours of the urinary system and male genital organs. 2004.
IARC Press. Lyon. pp : 93-109.
9. Staf Pengajar SubBagian Radio Diagnostik, Bagian Radiologi, FKUI.
Radiologi Diagnostik. Balai Penerbit FKUI. Jakarta: 2000.
10. Rosai J. Rosai and Ackermans Surgical Pathology,Volume one, Ninth
Edition, Philadelphia: Mosby, 2004: 1195-204.
11. Reuter VE. The urothelial tract: renal pelvis, ureter, uriary bladder, and
urethra. Dalam : Mills SE, Carter D, Greenson JK, Oberman HA, Reuter VE,
Stoler MH. Stenbergs Diagnostic Surgical Pathology 4th ed. 2004.
Lippincott Williams & Wilkins. pp : 2048-52.
17

12. Lopez-Beltran A, Montironi R, Vidal-Jimenez A, Cheng L. Pathology of


tumors of the urinary bladder. Dalam : Mikuz G. Clinical pathology of
urologic tumors. 2007. Informa. London. pp: 57-60.

18

You might also like