Professional Documents
Culture Documents
2 Tahun 1962, International Health Regulations (IHR 2005) dan RUU Karantina Kesehatan
beserta Penjelasannya
No
.
UU No. 1 Tahun
1962
UU No. 2 Tahun
1962
IHR (2005)
1.
Pasal 1
a. Penyakit
karantina ialah:
(1) Pes (Plague);
(2) Kolera
(Cholera);
(3) Demam kuning
(Yellow fever);
(4) Cacar
(smallpox);
(5) Tifus bercak
wabahi - Typhus
exanthematicus
infectiosa (Louse
borne typhus);
(6) Demam balikbalik (Louse borne
Relapsing fever);
b. Masa tunas
penyakit karantina
ialah untuk:
(1) Pes: enam hari;
(2) Kolera: lima
hari;
(3) Demam kuning:
enam hari;
(4) Cacar: empat
belas hari;
(5) Tifus bercak
wabahi: empat
Pasal 1
a. Penyakit
karantina ialah:
(1) Pes (Plague);
(2) Kolera
(Cholera);
(3) Demam kuning
(Yellow fever);
(4) Cacar
(smallpox);
(5) Tifus bercak
wabahi - Typhus
exanthematicus
infectiosa (Louse
borne typhus);
(6) Demam balikbalik (Louse borne
Relapsing fever);
b. Masa tunas
penyakit karantina
ialah untuk:
(1) Pes: enam hari;
(2) Kolera: lima
hari;
(3) Demam kuning:
enam hari;
(4) Cacar: empat
belas hari;
(5) Tifus bercak
wabahi: empat
Lampiran 2
Setiap kejadian yang
berpotensi PHEIC,
termasuk yang tidak
dikenal sumber atau
penyebabnya serta
kejadian-kejadian atau
penyakit lain yang tidak
termasuk dalam daftar
dalam box diatas dan
dibawah, harus
menggunakan algoritma
ini;
1. Suatu kejadian yang
melibatkan penyakitpenyakit berikut ini, harus
selalu menggunakan
algoritma ini, karena
penyakit tersebut telah
menunjukkan
kemampuan
menyebabkan dampak
kesehatan masyarakat
yang serius dan
menyebar dengan cepat
kemancaNegara b):
- Kolera;
- Pes Paru;
- Demam Kuning;
- Demam berdarah virus
RUU
Penjelasan
Pasal 1
1.
belas hari;
(6) Demam balikbalik: delapan hari.
belas hari;
(6) Demam balikbalik: delapan hari.
2.
BAB V.
DOKUMEN
KESEHATAN.
Pasal 15.
Untuk kapal yang
dikenakan
pemeriksaan
kesehatan diisi
suatu keterangan
kesehatan maritim
yang harus
diberikan kepada
dokter pelabuhan
oleh nakhoda
mengenai keadaan
kesehatan di kapal.
Pasal 16.
Tiap penumpang
dan awak kapal
dari suatu kapal
yang ada di dalam
perjalanan
internasional
diharuskan memiliki
keterangan
vaksinasi cacar
yang berlaku;
Menteri Kesehatan
menetapkan bentuk
dan isi keterangan
vaksinasi tersebut.
Pasal 17.
Tiap kapal harus
memiliki surat
keterangan hapustikus/atau surat
keterangan bebas
hapus-tikus; bentuk
dan isi surat
keterangan
tersebut ditetapkan
BAB V
DOKUMEN
KESEHATAN
Pasal 14
(1) Dokumen yang
dapat diminta dari
suatu pesawat
udara adalah
sebagai berikut:
a. Health Part of
the Air Craft
General
Declaration;
b. surat keterangan
hapus serangga
yang terakhir;
c. surat keterangan
hapus hama, jika
ada diadakan
hapus hama;
d. buku kesehatan
pesawat udara
(hanya pada
pesawat udara
yang mengadakan
perjalanan dalam
negeri).
(2) Dokumendokumen tersebut
pada ayat (1) harus
memenuhi syaratsyarat yang
ditetapkan
oleh Menteri
Kesehatan.
(3) Jika perlu dokter
pelabuhan
melakukan
pemeriksaan daftar
penumpang, awak
pesawat dan
BAGIAN V I- DOKUMEN
KESEHATAN
BAB IX
DOKUMEN KARANTINA KESEHATAN ALAT ANGKUT
Pasal 35 Ketentuan
Umum
Pasal 74
Tidak
ada
dokumen
kesehatan, selain yang
ditentukan dalam IHR ini
atau dalam rekomendasi
yang dikeluarkan oleh
WHO, yang diperlukan
dalam
lalu-lintas
internasional,
namun
Pasal ini tidak berlaku
bagi pengunjung yang
mencari tempat tinggal
sementara atau tetap, dan
juga
tidak
berlaku
terhadap dokumen yang
disyaratkan dalam kaitan
status kesehatan barangbarang atau kargo dalam
perdagangan
internasional
menurut
perjanjian
internasional
yang berlaku. Otorita
yang berwenang dapat
meminta
pengunjung
untuk mengisi formulir
informasi kontak dan
kwesioner
tentang
kesehatan
pengunjung,
untuk menentukan bahwa
mereka
memenuhi
persyaratan sesuai Pasal23.
Pasal 36 Sertifikat
vaksinasi atau profilaksis
UU No. 1/ 1962
-Suatu keterangan maritim
-Keterangan vaksinasi cacar
-Surat keterangan hapus tikus/atau surat
keterangan bebas hapus-tikus
-Isi disesuaikan dengan lampiran
"International Sanitary Regulations 1951"
-Kapal yang berbendera Indonesia dan
kapal yang melakukan pelayaran pantai d
dalam wilayah Indonesia, harus
mempunyai
suatu buku kesehatan, yang bentuk dan
isinya ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
UU No.2/1962
-Health Part of the Air Craft General
Declaration;
-Surat keterangan hapus serangga yang
terakhir;
-Surat keterangan hapus hama, jika ada
diadakan hapus hama;
-Buku kesehatan pesawat udara (hanya
pada pesawat udara yang mengadakan
perjalanan dalam negeri).
IHR (2005)
Hanya:
-Sertifikat vaksinasi atau profilaksis
lainnya
-Pernyataan kesehatan maritim (MDH)
-HP-AGD
-Sertifikat sanitasi kapal
RUU Karkes
Kapal:
-Pernyataan kesehatan maritim (Maritime
Declaration Health /MDH)
-Sertifikat
Izin
Bebas
Karantin
(Certificate of Pratique)
-Sertifikat bebas tindakan sanitasi kapal
oleh Menteri
Kesehatan.
Pasal 18.
Dokumen-dokumen
tersebut dalam
pasal 15, 16 dan 17
tentang bentuk dan
isinya disesuaikan
dengan bentukbentuk yang
dilampirkan pada
"International
Sanitary
Regulations 1951".
Pasal 19.
Kapal yang
berbendera
Indonesia dan
kapal yang
melakukan
pelayaran pantai di
dalam wilayah
Indonesia, harus
mempunyai
suatu buku
kesehatan, yang
bentuk dan isinya
ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan.
muatan pesawat
udara.
lainnya
1.
Vaksinasi
dan
profilaksis lainnya bagi
para pengunjung yang
diberikan sesuai dengan
IHR ini atau rekomendasi
dan
sertifikat
terkait
dengannya, harus sesuai
dengan
ketentuan
didalam Annex- 6 dan bila
sesuai, dengan Annex-7
yang
berhubungan
dengan penyakit khusus.
2. Seorang pengunjung
yang memiliki sertifikat
vaksinasi atau profilaksis
lainnya yang dikeluarkan
sesuai Annex-6 dan, bila
perlu, sesuai dengan
Annex- 7, tidak boleh
ditolak masuk, sebagai
konsekwensi
penyakit
dalam sertifikat tersebut,
meskipun datang dari
daerah terpapar, kecuali
kalau
otorita
yang
berwenang
telah
membuktikan
indikasi
dan/atau bukti bahwa
vaksinasi atau profilaksis
lainnyatidak efektif.
Pasal 37 Pernyataan
Kesehatan Maritim
1.
Nakhoda
kapal
sebelum mendarat pada
a.
(2)
Pasal 77
Setiap pelaku perjalanan yang melakukan
perjalanan dari dan atau ke negara endemis wajib
memiliki
sertifikat
vaksinasi
internasional
(International Certificatte of Vaccination/ICV) yang
masih berlaku
Pelaku perjalanan yang kontak kasus suspek dan
atau berasal dari negara endemis harus diberikan
kartu kewaspadaan kesehatan
Pasal 78
Nakhoda beserta anak buah kapal yang melakukan
perlayaran didalam wilayah Indonesia wajib memiliki buku
kesehatan pelaut
Pasal 79
Setiap obat, makanan serta minuman, kosmetika, alat
kesehatan, bahan adiktif dan barang lainnya yang memiliki
risiko kesehatan masyarakat, yang masuk dan keluar
wilayah Indonesia harus memiliki Sertifikat Kesehatan
(Health Certificate)
Pasal 80
Penumpang sakit yang berdasarkan hasil pemeriksaan
tidak
memiliki
penyakit
yang
memiliki
potensi
Pesawat:
-Pernyataan Kesehatan Penerbanga
(Part of Aircraft General Declaration)
-Sertifikat Hapus Serangga (Knock Down
Disinsection Certificatte)
-Buku Kesehatan Pesawat
-P3K
Pelaku Perjalanan:
-ICV
-Kartu kewaspadaan kesehatan (kontak
dari endemis)
-Nakhoda dan ABK wajib buku kesehata
pelaut
OMKABA:
-(Sertifikat Kesehatan) Health Certificate
Penumpang sakit: surat laik terbang
Jenazah/kerangka/abu:
surat
angku
jenazah surat ijin keluar jenaza
(bandara/pelabuhan tujuan)
(b)
Mensyaratkan
penyerahan MDH dalam
suatu
rekomendasi
terhadap
kapal
yang
datang
dari
daerah
terpapar
atau
mensyaratkan dari kapal
yang mungkin membawa
penyakit
atau
kontaminasi.
Negara
Peserta
harus
menginformasikan
persyaratan ini kepada
operator
kapal
atau
keagenannya.
Pasal 38 Bagian
Kesehatan dari
Pernyataan Umum
Pesawat Udara (HPAGD)
1.
Pilot
yang
mengendalikan pesawat
udara atau perusahaan
keagenannya,
didalam
penerbangan
atau
sewaktu
mendarat
di
bandara
pertama
diwilayah suatu Negara
Peserta, harus, dengan
kemampuan terbaiknya,
kecuali
bila
Negara
Peserta tersebut tidak
memerlukannya,
menyerahkan Bagian HPAGD secara
lengkap
kepada
otorita
yang
berwenang di Bandara
tersebut, sesuai dengan
model
yang
dalam Annex-9.
terdapat
2.
Pilot
yang
mengendalikan pesawat
udara atau perusahaan
keagenannya
harus
memberikan
setiap
informasi yang diperlukan
oleh Negara
Peserta
mengenai
kondisi
kesehatan
dipesawat
selama
perjalanan
internasional dan setiap
tindakan
penyehatan
yang
dilakukan
pada
pesawat.
3. Suatu Negara Peserta
dapat memutuskan:
(a)
membebaskan
penyerahan
HP-AGD
terhadap semua pesawat
yang datang, atau
(b)
mensyaratkan
penyerahan bagian HPAGD
dibawah
suatu
rekomendasi
bagi
pesawat yang datang dari
daerah terpapar atau
mensyaratkan
dari
pesawat yang mungkin
membawa penyakit atau
kontaminasi.
Negara
Peserta
harus
menginformasikan
persyaratan ini kepada
operator pesawat atau
keagenannya.
Pasal 39 Sertifikat
Sanitasi Kapal
1.
Sertifikat
Bebas
Pengawasan
Sanitasi
Kapal
(SBPSK)
dan
Setifikat
Pengawasan
Sanitasi Kapal (SPSK)
berlaku paling lama enam
bulan. Jangka waktu ini
bisa diperpanjang selama
satu
bulan
bila
pemeriksaan
atau
tindakan
pengendalian
yang diperlukan tidak
dapat dilakukan pada
pelabuhan tersebut.
2. Bila suatu SBPSK atau
SPSK yang masih berlaku
tidak berhasil atau tidak
terbukti ditemukan risiko
kesehatan
masyarakat
diatas
kapal,
Negara
Peserta dapat melakukan
tindakan sesuai paragraf1 Pasal-27.
3. Sertifikat sebagaimana
tertera di dalam Pasal ini
harus sesuai dengan
model dalam Annex- 3.
4. Bila memungkinkan,
tindakan
pengendalian
harus dilakukan sewaktu
kapal
dan
palkanya
kosong. Dalam hal kapal
BAB VIII
PERATURAN
PIDANA.
Pasal 42
(1) Barangsiapa
dengan sengaja
melakukan
perbuatanperbuatan yang
mengakibatkan
tidak dapat
dilaksanakannya
ketentuanketentuan dalam
pasal 15, 16, 17,
19, 20, 21, 22, 25,
26 ayat (3) dan
ayat (4), pasal 27,
pasal 28 ayat (1),
ayat (2) dan ayat
(4), pasal 30 ayat
(2), pasal 31, 33,
34, 35, 36,
37, 38, 39, dan
pasal 40 atau
peraturan
pelaksanaan
berdasarkan
ketentuanketentuan tersebut,
BAB VIII
PERATURAN PIDANA.
Pasal 33.
(1) Barangsiapa dengan
sengaja melakukan
perbuatan-perbuatan
yang mengakibatkan
tidak dapat
dilaksanakannya
ketentuan-ketentuan
dalam pasal 20 ayat (1)
dan ayat (4), pasal 21
ayat (1) dan ayat (2)
sub
a, pasal 27 ayat (1) dan
(2) dan Pasal 30, atau
peraturan pelaksanaan
berdasarkan ketentuanketentuan
tersebut, dipidana
dengan pidana
kurungan selamalamanya satu tahun
dan/atau pidana denda
sebanyakbanyaknya
tujuh puluh lima ribu
rupiah.
(2) Perbuatan pidana
tersebut dalam ayat (1)
adalah pelanggaran.
BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 103
Pelanggaran ketentuan Pasal ........................ dipidana
dengan pidana penjara selama-lamanya 5 tahun atau
denda setinggi - tingginya Rp .....................
Pasal 104
Tindakan pidana yang dimaksud dalam Pasal ...............
adalah pelanggaran.
Pasal 105
Dalam Peraturan pelaksanaan Undang-undang ini dapat
dicantumkan ancaman pidana dengan pidana penjara
selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau denda setinggi
-tingginya Rp ................................
10
dipidana dengan
pidana kurungan
selama-lamanya
satu tahun dan/atau
pidana denda
sebanyakbanyaknya tujuh
puluh lima ribu
rupiah.
(2) Perbuatan
pidana tersebut
dalam ayat (1)
adalah
pelanggaran.
4.
5.
Tindakan khusus
terhadap penyakit
karantina
disebutkan dalam
Bab VII Pasal 30,
31, 32, 33, 34, 35,
36, 37, 38, 39, 40
dan 41
Tidak membahas
karantina
kesehatan wilayah
Tindakan khusus
terhadap penyakit
karantina
disebutkan dalam
Bab VII Pasal 23,
24, 25, 26, 27, 28,
29, 30, 31, 32,
Tindakan khusus
terhadap penyakit
karantina sesuai dengan
rekomendasi WHO
BAB VII
PENYELENGGARAAN KARANTINA KESEHATAN PINTU
MASUK PADA KEDARURATAN KESEHATAN
MASYARAKAT terbagi atas keberangkatan dan
kedatangan alat angkut, orang dan barang
BAB VII
PENYELENGGARAAN KARANTINA KESEHATAN
WILAYAH
Tidak membahas
karantina
kesehatan wilayah
Menyebutkan mengenai
surveilans dan respon
Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat di wilayah
dan pintu masuk negara
11
12