Professional Documents
Culture Documents
1.Akbar Tumenggung
2.Dewi Priyanti Pilok
3.Ferdiyanto Ibrahim
4.Hariyanti Safitri
5.Londrawati Ibrahim
6.Mitra Prasetyawati Biliu
7.Muchlis Biki
8.Murtin Ismail
9.Nur Avni Manan
10. Nuriyeng Pakaya
11. Rahmawati Tolinggi
12. Silvana Daud
13. Sitti Maimun Daiponta
14. Sri Wahyuni Badjuka
15. Windawaty Humola
KATA PENGANTAR
ini
berjudul
Kegawatdaruratan
Gangguan
Sistem
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI.....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................
A. Latar Belakang......................................................................................
B. Tujuan...................................................................................................
4
4
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................
12
30
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................
31
34
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infark miokard akut (IMA) atau yang lebih dikenal dengan
serangan jantung adalah suatu keadaan dimana suplai darah
pada suatu bagian jantung
mengalami kematian.1*
koroner
akut
(SKA)
merupakan
salah
satu
IMA
tipe
STEMI
sering
menyebabkan
kematian
dan
hipertensi.1
Hal
ini
mendukung
hasil
survei
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Medik IMA
1. Definisi
Infark Miokard Akut (IMA) merupakan gangguan aliran
darah ke jantung yang menyebabkan sel otot jantung mati.
Aliran darah di pembuluh darah terhenti setelah terjadi
sumbatan koroner akut,
alirannya
sangat
sedikit
sehingga
tidak
dapat
Myocardial
Infarct)
merupakan
bagian
dari
injuri
ini
dicetuskan
oleh
faktor-faktor
seperti
kadar
toleransi
serum
glukosa,
lipid,
dan
hipertensi,
diet
yang
merokok,
tinggi
gangguan
lemak
jenuh,
menunjukkan
bahwa
sebagian
besar
IMA
Namun,
nyeri
pada
IMA
biasanya
berlangsung
dan
dibawah ini:
8
5. Klasifikasi IMA
Infark Miokard Akut diklasifikasikan berdasar EKG 12
sandapan menjadi:
-
jantung
yang
lain
yaitu
mioglobin,
Lactic
dehydrogenase (LDH)
Reaksi
non
leukositosis
spesifik
terhadap
polimorfonuklear
injuri
yang
miokard
dapat
adalah
terjadi
dalam
sandapan
secara
kontinyu
harus
dilakukan
untuk
maupun
10
College
dan
of
Cardiology/American
European
Society
of
Heart
Cardiology
anti-platelet (aspirin,
clopidogrel, thienopyridin),
penyekat beta,
tatalaksana
mengurangi/menghilangkan
di
nyeri
IGD
adalah
dada,
mengidentifikasi
11
Inhibisi
cepat
siklooksigenase
trombosit
yang
7,11
8. Komplikasi IMA
a. Disfungsi Ventrikular
Ventrikel kiri mengalami perubahan serial dalam bentuk
ukuran, dan ketebalan pada segmen yang mengalami
infark dan non infark. Proses ini disebut
remodelling
infark.
Pembesaran
12
ruang
jantung
secara
ventrikel
kiri
yang
mengakibatkan
penurunan
b. Gangguan Hemodinamik
Gagal pemompaan (pump failure)
merupakan penyebab
aritmia
ketidakseimbangan
terkait
sistem
13
saraf
infark
autonom,
mencakup
gangguan
salah
satu
aspek
penting
dalam
proses
14
terkini
kardiovaskuler
klien
mengenai
sebagai
prioritas
pengkajian
sistem
pengkajian/pengkajian
durasinya
serta
faktor
yang
mencetuskan
dan
meringankan
a. Anamnesis
Anamnesis penyakit ini terdiri dari keluhan utama, riwayat
penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, dan kondisi
psikologis klien.
b. Keluhan Utama
Keluhan
utama
biasanya
nyeri
dada,
perasaan
sulit
15
Seperti
apa
rasa
nyeri
yang
dirasakan
atau
digambarkan klien
miokardium
meliputi
16
dispnea,
berkeringat,
Pengkajian
riwayat
dahulu
yang
mendukung
dengan
menanyakan
tentang
penyakit
yang
pernah
menanyakan
lingkungannya.
menanyakan
situasi
Kebiasaan
kebiasaan
pola
tempat
sosial
hidup,
bekerja
dan
ditanya
dengan
misalnya
minum
17
pertanyaan
yang
diajukan
bukan
pertanyaan
gerak
tubuh,
yaitu
mengangguk
atau
kecemasan
berat
sampai
ketakutan
akan
pituitary,
dan
adrenal).
Stress
akan
merangsang
meningkatkan
kelenjar
produksi
pituitary
ACTH
(adeno
anterior
untuk
corticotrophin
18
terjadinya
vasokontriksi
pembuluh
darah.
akan
memperberat
meningkatkan
konsumsi
beban
jantung
serta
miokardium,
sehingga
dapat
sesak,
frekuensi
napas
melebihi
normal,
kardia.
Sesak
napas
ini
terjadi
akibat
akhir
diastolic
19
dari
ventrikel
kiri
yang
Inspeksi
Palpasi
pada
IMA
tanpa
komplikasi
biasanya
tidak
didapatkan.
volume
sekuncup
pada
IMA.
Bunyi
Perkusi
3) B3 (Brain)
Kesadaran biasanya CM, tidak didapatkan sianosis
perifer. Pengkajian objektif klien berupa adanya wajah
20
volume
keluaran
urine
berhubungan
didapatkan
nyeri
tekan
pada
keempat
Tanda
takikardi,
dispnea
pada
saat
21
Berdasarkan
sekunder
dari
penurunan
suplai
darah
ke
tinggi
gangguan
dengan
perfusi
penghentian
perifer
aliran
yang
darah,
vasokontriksi, hipovolemia
e. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan penurunan
perfusi perifer sekunder dari ketidakseimbangan antara
suplai oksigen miokardium dengan kebutuhan
f. Cemas
yang
berhubungan
dengan
rasa
takut
akan
22
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri
yang
berhubungan
dengan
ketidak
seimbangan
suplai darah dan oksigen
dengan
kebutuhan
miokardium
akibat
gangguan sekunder dari
penurunan suplai darah
ke miokardium dan
peningkatan asam laktat
Tujuan dan
Kriteria Hasil
Dalam waktu
2x24
jam
terdapat
penurunan
respon
nyeri
dada,
dengan
kriteria hasil:
a. Secara
subjektif
klien
mengatakan
penurunan
rasa
nyeri
dada
b. Secara
objektif
didapatkan
tanda vital
dalam batas
normal
c. Wajah
terlihat
rileks
d. Tidak terjadi
penurunan
perfusi
perifer
e. Produksi
urin > 600
ml/hari
23
Intervensi
Rasional
Catat
karakteristik
nyeri,
lokasi,
intensitas,
lamanya
dan penyebaran
dapat
syok
yang
pada
yang
Lakukan menejemen
nyeri keperawatan :
1. Atur
posisi
fisiologis
1. Posisi
fisiologis
akan
meningkatkan
asupan
oksigen
kerajinan
yang
mengalami
iskemia
2. Istirahatkan klien
2. Istrahat
akan
menurunkan
kebutuhan oksigen
jari
perifer
sehingga
akan
menurunkan
kebutuhan
miokardium dan
akan
meningkatkan
suplai darah dan
oksigen
ke
miokardium yang
membutuhkan O2
untuk menurunkan
iskemia
24
3. Berikan
O2
tambahkan
dengan
kanula
nasal atau masker
sesuai
dengan
indikasi
3. Meningkatkan
jumlah O2 yang
ada
untuk
pemakaian
miokardium
sekaligus
mengurangi
ketidaknyamanan
sekunder terhadap
iskemia
4. Menejemen
lingkungan
:
lingkungan
tenang dan batasi
pengunjung
4. Menurunkan
stimulasi nyeri dan
pembatasan
penunjang
akan
meningkatkan
kondisi
oksigen
diruangan
5. Ajarkan
teknik
relaksasi
pernapasan dalam
pada saat nyeri
5. Meningkatkan
asupan
oksigen
sehingga
akan
menurunkan nyeri
akibat
sekunder
dan
iskemia
jaringan
6. Ajarkan
teknik
distraksi pada saat
nyeri
6. Distraksi
(pengalihan nyeri)
dapat menurunkan
stimulus internal
melalui
mekanisme
peningkatan
produksi
endorphin
dan
enkefalin
yang
dapat
memblok
reseptor
nyeri
sehingga
nyeri
tidak dikirim ke
korteks selebri dan
selanjutnya akan
menurunkan
persepsi nyeri
Lakukan
sentuhan
25
Kolaborasi pemberian
terapi
farmakologi
antara lain :
1. Nitrogliserin
(antiangina)
1. Untuk
meningkatkan
aliran darah baik
dengan menambah
suplai oksigen atau
dengan
mengurangi
kebutuhan oksigen
2. Analgesic
(morphin 2,5 mg
IV)
2. Untuk
kontrol
nyeri dengan efek
vasodilatasi
coroner
3. Penghambatan
beta : atenolol,
tonomin, pindalol,
propenolol
3. Menurunkan nyeri
hebat
dan
mengurangi kerja
miokardium
4. Penghambatan
caverapamil,
diltiazem
4. Mengurangi
denyut jantung dan
kontraktilitas
miokardium,
menurunkan
penurunan oksigen
dengan demikian
juga
meredakan
nyeri angina
Kolaborasi
pemberian
terapi
farmakologis
anti
koangulan: heparin
Kolaborasi
pemberian terapi non
farmakologi
1. PTCA (angioplasty
coroner
transluminal
perkutan)
1.
Menurunkan
kontraktilitas jantung
dan beban kerja
jantung,
sehingga
akan
mengurangi
keperluan
jentung
akan
oksigen.
Mengendalikan
angina
varian
dengan
merelaksasikan arteri
coroner dan dalam
merendakan angina
klasik
dengan
mengurangi
kebutuhan oksigen.
Menghambat
pembentukan bekuan
darah
sehingga
membantu
mempertahankan
integliritas jantung
Dilakukan apabila
tindakan
farmakologis tidak
menunjukan
perbaikan
atau
penurunan nyeri
Memperbaiki aliran
darah arteri coroner
dengan
menghancurkan
plak atau atheroma
yang
telah
tertimbun
dan
mengganggu aliran
darah kejantung
26
No
Diagnosa keperawatan
2.
Actual/resiko tinggi
menurunnya curah
jantung yang
berhubungan dengan
perubahan frekuensi,
irama, konduksi,
alektrikal
Tujuan dan
kriteria hasil
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama 2x24
jam,
diharapkan
tidak terjadi
penurunan
curah jantung.
Dengan
kriteria hasil :
a. Hemodinamika stabil
b. Tekanan
darah
dalam batas
normal
c. Curah
jantung
kembali
meningkat
d. asupan dan
output
sesuai
e. irama
menunjukkan tandatanda
disritmia
f. produksi
urine >600
ml/hari
27
Intervensi
1. Ukur tekanan
darah dan
bandingkan
tekanan darah
kedua lengan.
Ukur dalam
keadaan
duduk,berbaring
dan berdiri bila
memungkinkan
Rasional
1. Hipotensi dapat
terjadi akibat
disfungsi ventrikel.
Hipertensi juga
factor yang
berhubungan
dengan nyeri cemas
yang
mengakibatkan
terjadinya terjadi
pengeluaran
ketokolamin
2. Evaluasi kualitas
2. Penurunan curah
dan kesamaan nadi
jantung
mengakibatkan
menurunya
kekuatan nadi
3. Auskultasi dan
catat terjadinya
bunyi jantung S3
dan S4
3. S3 sehubungan
dengan gagal
jantung kris atau
mitral yang disertai
infark berat.s4
berhubungan
dengan iskemia,
kekakuan ventrikel
atau hipotensi
pulmonal.
4. Auskultasi dan
catat adanya
murmur
4. Menunjukan
gangguan aliran
darah dalam jantung
akibat kelainan
katup, kerusakan
septum, atau vibrasi
otak papilaris
5. Pantau frekuensi
dan irama jantung
5. Perubahan frekuensi
dan irama jantung
dapat menunjukan
adanya komplikasi
disritmia
6. Berikan makanan
dengan posisi
sedikit tapi sering
dan mudah
dikunyah dan
batasi asupan
kafein.
6. Makan dengan
posisi besar dapat
meningkatkan kerja
miokardium. Kafein
dapat merangsang
langsung pada
jantung sehingga
meningkatkan
frekuensi jantung
Kolaborasi
Kolaborasi
7. Pertahankan jalur
7. Jalur yang paten
IV pemberian
penting untuk
heparin sesuai
pemberian obat
indikasi
darurat
Pantau data
laboratorium
enzim jantung,
AGD dan elektrolit
8. Pantau data
8. Enzim dapat
laboratorium
digunakan untuk
enzim jantung,
memantau perluasan
AGD dan elektrolit
infark, perubahan
elektrolit
berpengaruh
terhadap irama
jantung.
No
Diagnosa keperawatan
3.
Aktual/resiko tinggi
Tujuan dan
kriteria hasil
Setelah
Intervensi
Rasional
28
ketidakefktifan pola
nafas yang
berhubungan
dengan
pengembangan
paru tidak optimal,
kelebihan cairan
dalam paru akibat
sekunder dari
edema paru akut
dilakukan
napas (Krekles)
paru sekunder
tindakan
akibat
keperawata
dekompensasi
n selama
jantung
3x24 jam
diharapkan
2. Kaji adanya
tidak terjadi
edema
2. Untuk
perubahan
mengetahui
pola napas
adanya gagal
yang buruk.
jantung
Dengan
kongestif/kelebih
kriteria
an volume cairan
hasil:
a. Klien tidak
sesak
3. Penurunan curah
napas
3. Ukur intake dan
jantung
output
mengakibatkan
b. RR normal
penurunan
(16-20 x /
perfusi ginjal,
menit)
retensi natrium
atau air, dan
c. Repons
penurunan
batuk
keluaran urine
berkurang
4. Timbang berat
badan
5. Memenuhi
kebutuhan cairan
tubuh orang
29
5. Pertahankan
pemasukkan
total cairan
2000 ml/24 jam
dalam toleransi
kardiovaskuler
Kolaborasi
6. Berikan diet
tanpa garam
dewasa, tetapi
memerlukan
pembatasan
dengan adanya
dekompensasi
jantung
Kolaborasi
6. Natrium
meningkatkan
retensi cairan
meningkatkan
volume plasma
yang berdampak
terhadap
peningkatan
beban kerja
jantung sehingga
akan
meningkatkan
kebutuhan
miokardium
7. Diuretik
bertujuan untuk
menurunkan
volume plasma
dan menurunkan
retensi cairan di
jaringan.
Sehingga
menurunkan
resiko terjadinya
edema paru.
30
8. Pantau data
laboratorium
elektrolit kalium
No
4
Diagnosa
Keperawatan
Actual/resiko tinggi
gangguan perfusi perifer
yang b/d menurunya
curah jantung
Tujuan
Intervensi
Rasional
Kriteria hasil
Setelah
1. Auskultasi TD
1. Hipotensi dapat
dilakukan
bandingkan kedua
terjadi sampai
tindakan
lengan ukur dalam
dengan disfungsi
keperawatan
keadaan berbaring,
ventrikel.hipertensi
selama 2x24
duduk, atau berdiri
juga merupakan
jam maka
bila memungkinfenomena umum
perfusi perifer
kan.
yang berhubungan
meningkat
dengan nyeri cemas
karena pengeluaran
katekolamin.
2. Kaji status mental
klien secara
teratur.
31
2. Mengetahui derajat
hipoksia pada otak
4. Mengetahui
pengaruh hipoksia
terhadap fungsi
saluran cerna serta
dampak penurunan
elektrolit.
5. Kaji adanya
kongesti hepar
pada abdomen
kanan atas.
5. Sebagai dampak
gagal jantung kanan
jika berat akan
ditemukan adanya
tanda kongesti.
6. Pantau urine
output.
7. Catat adanya
keluhan pusing.
8. Catat murmur.
6. Penurunan curah
jantung
mengakibatkan
menurunya produksi
urine pemantauan
yang ketat pada
produksi urine < 600
ml/hari merupakan
tanda-tanda terjadi
syok kardiogenik.
7. Keluhan pusing
merupakan
manifestasi
penurunan suplai
darah kejaringan
otak yang parah.
8. Menunjukan
gangguan aliran
darah dalam jantung
( kelainan
katup,kerusakan
septum atau vibrasi
otot papilar).
9. Perubahan frekuensi
32
9. Pantau frekuensi
jantung adanya
irama.
10. Berikan makanan
kecil/mudah
dikunya batasi
asupan kafein.
No
5.
Diagnosa keperawatan
Intoleran aktivitas yang
berhubungan
dengan
penurunan
perifer
sekunder
dan
ketidakseimbangan
antara suplai oksigen
miokardium
dengan
kebutuhan
Tujuan dan
Intervensi
Rasional
kriteria hasil
Setelah
1. Catat
frekuensi 1. Respon
klien
dilakukan
jantung,irama,dan
terhadap
aktivitas
tindakan
perubahan tekanan
dapat mengindikasi
keperawatan
darah selama dan
penurunan oksigen
selama 2x24
sesudah aktivitas
miokardium
jam
maka
aktivitas klien 2. Tingkatkan
2. Menurunkan kerja
mengalami
istirahat
batasi
miokardium/konsum
peningkatan
aktivitas
dan
si oksigen
dengan ktiteria
berikan aktivitas
hasil:
senggang
yang
tidak berat
Klien tidak
mengeluh
untuk 3. Dengan mengejan
pusing dan 3. Anjurkan
menghindari
dapat mengakbatkan
aktivitas
peningkatan
bradikardi,
terpenuhi
tekanan
abdomen
menurunkan curah
Alat
dan
misalnya mengejan
jantung
dan
sarana
saat
defekasi
takikardia,serta
untuk
peningkatan TD
memenuhi
aktivitas
33
No
6
Diagnosa keperawatan
Cemas
yang
berhubungan dengan rasa
takut akan kematian,
ancaman atau perubahan
kesehatan
Tujuan dan
Intervensi
Rasional
kriteria hasil
Setelah
1. Bantu
klien 1. Cemas
dilakukan
mengekspresikan
berkelanjuatan
tindakan
perasaan
memberikan
keperawatan
marah,kehilangan
dampak
serangan
dalam waktu
dan takut
jantung,
yang
1x24
jam
berkelanjutan
kecemasan
klien
2. Kaji tanda verbal 2. Reaksi verbal dan
berkurang
serta
damping
non verbal dapat
dengan ktiteria
klien dan lakukan
menunjukan
rasa
hasil:
tindakan
bila
agitasi(kegelisahan)
a. Klien
menunjukan
marah
mengatakan
perilaku merusak
kecemasan
sudah
3. Hindari
3. Konfrontasi dapat
berkurang
konfrontasi
meningkatkan rasa
b. Klien dapat
marah, menurunkan
mengidentif
kerjasama,
dan
ikasi
mungkin
34
penyebab
memperlambat
kecemasan
penyembuhan
nya
c. Klien
4. Mulai melakukan 4. Mengurangi
mampu
tindakan
untuk
rangsangan
koperatif
mengurangi
eksternal yang tidak
terhadap
kecemasan , beri
perlu
tindakan
lingkungan yang
d. wajah klien
tenang dan suasana
terlihat
penuh istirahat
lebih rileks
sensasi
5. Tingkatkan kontrol 5. Kontrol
klien(dalam
sensasi klien
menurunkan
ketakutan)dengan
cara
memberikan
informasi mengenai
keadaan
klien
menekan
pada
penghargaan
terhadap
sumbersumber
koping
(pertahanan
diri)
yang
positif,
membantu latihan
relaksasi dan teknik
penglihan,
serta
memberikan respons
balik yang positif
6. Orientasikan klien 6. Orientasi
terhadap prosedur
menurunkan
rutin dan aktivitas
kecemasan
yang diharapkan
dapat
35
menghilangkan
cemas dan perilaku
adaptasi.adanya
keluarga,teman
teman yang dipilih
klien
untuk
melayani
aktifitas
dan
pengalihan(misalnya
membaca)akan
menurunkan
perasaan terisolasi
9. Kolaborasi:berikan 9. Meningkatkan
obat anti cemas
relaksasi
sesuai
dengan
menurunkan
indikasi misalnya
kecemasan
diazepam
36
dan
BAB III
KESIMPULAN
Infark miokardium adalah proses rusaknya jaringan jantung
karena adanya penyempitan atau sumbatan pada arteri koroner
sehingga
suplai
darah
pada
jantung
berkurang
yang
37
DAFTAR PUSTAKA
38
Jurnal Farissa, Inne Pratiwi. 2012. Komplikasi Pada Pasien Infark Miokard Akut
ST-Elevasi (STEMI) yang mendapat Maupun Tidak Mendapat Terapi
Reperfusi. Semarang: FK UNDIP
1. * Robbins SL, Cotran RS, Kumar V. Buku Ajar Patologi Robbins. Jakarta:
EGC; 2007.
2. Tim Penyusun. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi Ketiga Jilid Pertama.
Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001.
6. Erhardt L, Herlitz J, Bossaert L. Task force on the management of chest
pain. Eur Heart J. 2002; 23 (15) : 1153-76.
7. Antman EM, Hand M, Armstrong PW, Bates ER, Green LA, Hochman JS,
et al. Focused update of the ACC/AHA 2004 guidelines for the
management of patients with ST-elevation myocardial infarction: a report
of the American College of Cardiology/American Heart Association Task
Force on Practice Guidelines: developed in collaboration with the
Canadian Cardiovascular Society, endorsed by the American Academy of
Family Physicians: 2007 Writing Group to Review New Evidence and
Update the ACC/AHA 2004 Guidelines for the Management of Patients
With ST-Elevation Myocardial Infarction, writing on behalf of the 2004
Writing Committee. J Am Coll Cardiol. 2008;51:210247.
8. Werf FV, Bax J, Betriu A, Crea F, Falk V, Fox K, et al. Management of
acute myocardial infarction in patients presenting with persistent STsegment elevation: 69 the Task Force on the Management of ST-Segment
Elevation Acute Myocardial Infarction of the European Society of
Cardiology. Eur Heart J 2008;29:29092945.
9. Fesmire FM, Brady WJ, Hahn S, et al. Clinical policy: indications for
reperfusion therapy in emergency department patients with suspected acute
myocardial infarction. American College of Emergency Physicians
Clinical Policies Subcommittee (Writing Committee) on Reperfusion
Therapy in Emergency Department Patients with Suspected Acute
Myocardial Infarction. Ann Emerg Med. 2006;48:358383.
11. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II edisi V. Jakarta: Interna Publishing; 2010.
12. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 2007.
39
17
40
41