Professional Documents
Culture Documents
Judul
Efektivitas Konseling Singkat Berfokus Solusi untuk Meningkatkan
Kemampuan Mengelolaan Stres Akademik Siswa.
B.
dapat
menimbulkan
hambatan
belajar
bagi
siswa.
Sistem
terbatas membuat lingkungan belajar menjadi tidak nyaman dan penuh dengan
tekanan (Erkutu & Chafa 2006, dalam Nandamuri & Gowthami, 2013).
Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa para siswa sangat rentan
mengalami stres akademik. Penelitian yang dilakukan Clemmit (2007)
membuktikan bahwa sekolah merupakan penyebab stres bagi siswa. Hampir
seluruh orang tua di area San Francisco Bay mengatakan jumlah pekerjaan rumah
(PR) yang ditugaskan untuk anak-anak mereka adalah penyebab stres. Lebih dari
setengah orang tua siswa mengatakan tekanan untuk berprestasi juga merupakan
penyebab stres. Faktor-faktor yang berkontribusi menyebabkan stres menurut
orang tua di area San Fransisco adalah tugas sekoah (23,8%), tekanan untuk
berprestasi (11,2%), hubungan teman sebaya (11,6%), aktivitas ekstrakulikuler
(4.9%), kerenggangan dengan anggota keluarga (4,0%), masalah perceraian atau
perpisahan (8,5%), ekonomi keluarga (3,8%), penyakit yang diderita atau
kematian orang yang dicintai (4,5%).
Thoresen dan Eagleston (Roberson, 1985: 5) menyatakan bahwa siswa
yang menghadapi tuntutan sekolah tanpa kemampuan yang memadai atau kurang
optimal akan merespon dengan cara yang berbahaya atau maladaptif. Respon
perilaku yang ditimbulkan anak seperti menarik diri, membolos sekolah, rendah
diri, dan selalu merasa gagal. Hasil penelitian (Nurdini, 2009: 6) membuktikan,
siswa yang mengalami stress akademik akan menunjukkan perilaku cemas
menghadapi ujian, tidak peduli terhadap materi, tidak menguasai kompetensi,
tidak betah di sekolah, takut menghadapi guru, tidak dapat berkonsentrasi di kelas,
ingin pindah kelas, jenuh jika ada pelajaran tambahan, dan lelah mengikuti
ekstrakulikuler.
Dengan demikian stres akademik merupakan produk kombinasi dari
tuntutan terkait bidang akademik melebihi kemampuan yang dimiliki siswa. Jika
siswa tidak dapat mengatasi stres akademik dengan efektif, maka kemungkinan
akan menimbulkan konsekuensi kesehatan psiko-sosial-emosional (Desmita,
2010).
Setiap individu memiliki tingkatan stres yang berbeda. Lazarus &
Folkman (1984: 22) mengatakan meskipun tuntutan lingkungan memberikan
dan
konseling
memfasilitasi
siswa
agar
mampu
digunakan guru BK agar masalah siswa terselesaikan hingga selesai dan siswa
memiliki kompsetensi baru dalam mengatasi masalahnya secara mandiri.
Salah satu pendekatan konseling yang dapat digunakan sebagai teknik
untuk mengatasi permasalahan siswa termasuk stres akademik adalah Konseling
Singkat Berfokus Pada Solusi. Konseling Singkat Berfokus Pada Solusi lebih
mengarah pada solution talk bukan problem talk. Konseling Singkat Berfokus
Pada Solusi ini berorientasi pada masa depan, dan tujuan yang ingin dicapai dari
permasalahan. Konseling Singkat Berfokus Pada Solusi ini berfokus pada
bagaimana siswa mengatasi permasalahan yang dihadapinya sekarang dan apa
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalahnya (Kegley, 2000). Konseling
Singkat Berfokus Pada Solusi menekankan pada kekuatan dan kemampuan
individu siswa dengan fokus exceptions problem dan konseptualisasi situasi.
Melalui serangkaian intervensi siswa didorong untuk meningkatkan perilaku
positif dan efektif dalam menyelesaikan permasalahannya saat ini (de Shazer &
Dolan, 2007 dalam Corey 2012). Konseling Singkat Berfokus Pada Solusi
didasarkan pada asumsi optimis bahwa setiap individu itu pandai, berkompeten
dan memiliki kemampuan untuk mengkonstruk solusi yang dapat mengubah
kehidupan mereka (Corey, 2012: 425). Dengan berfokus pada solusi Konseling
Singkat Berfokus Pada Solusi tidak mencaritahu secara mendalam apa penyebab
masalah siswa, sehingga pemberian intervensi pun relatif singkat dan dapat
dilakukan oleh guru BK.
Model Konseling Singkat Berfokus Pada Solusi dapat dijadikan alternatif
bagi guru BK untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mengelola stres
akademik. Berdasarkan penelitian Kegley (2000) menunjukkan konselor sekolah
menganggap Konseling Singkat Berfokus Pada Solusi efektif untuk mengatasi
masalah siswa disekolah, sebanyak 96,1% menganggap Konseling Singkat
Berfokus Solusi efektif mengatasi masalah akademik/tugas/kemampuan belajar,
92,1% kemampuan berkomunikasi, 90,2% persaingan antar siswa, 92,1%
kedisiplinan/ kemarahan, 90,1% pengaturan perilaku.
Dibutuhkan kemampuan dalam mencari solusi dari permasalahanpermasalahan yang dialami siswa. Kemampuan intrapersonal dan kemampuan
interpersonal siswa akan berpengaruh cara siswa mengatasi masalahnya. Hal ini
terkait dengan bagaimana siswa menilai kemampuan yang ada dalam dirinya dan
bagaimana kemampuan siswa untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitar
dalam mencari solusi dari permasalahannya tersebut.
Dengan melihat gejala stres akademik yang muncul dan dialami oleh
siswa, maka konseling Konseling Singkat Berfokus Pada Solusi dirancang untuk
membantu siswa dalam mengelola stres akademik dengan meningkatkan
kemampuan intrapersonal siswa dalam menghadapi suatu masalah.
C.
Identifikasi Masalah
Pada praktek pembelajaran di sekolah guru lebih sering menekankan pada
ilmu yang diperoleh oleh siswa sehingga perasaan emosional siswa sering
terabaikan selama proses pembelajaran, pengabaian ini dapat mengakibatkan stres
secara emosional dan timbulnya kesulitan belajar. Dalam situasi tersebut siswa
mungkin akan merasakan hal yang tidak biasa dirasakan seperti tegang, khawatir,
frustasi, depresi dan lain-lain (Chen et al, 2006, dalam Nandamuri & Gowthami,
2013).
Ang dan Huan (2006b, dalam Calaguas 2013) mengidentifikasi bahwa
stres akademik dan tuntutan akademik pada level tertentu menjadi salah satu
faktor yang berkontribusi pada keinginan bunuh diri remaja. Apabila stres yang
dialami oleh siswa tidak dapat terselesaikan dengan baik atau dibiarkan maka
akan bedampak buruk baik bagi siswa secara fisik maupun psikologis.
Li dan Yen (1998, dalam Calaguas 2013) percaya bahwa menjaring siswa
yang memiliki resiko tinggi akan stres akademik dan pelaksanaan kegiatan
konseling bagi remaja dan orang tua sangat penting. Tujuan dari kegiatan
konseling ini adalah sebagai cara untuk mengatasi stres akademik yang dihadapi
siswa. Konseling Singkat Berfokus Solusi dipandang efektif oleh konselor sekolah
untuk mengatasi permasalahan-permasalahan siswa di sekolah termasuk
mengatasi masalah akademik/tugas/kemampuan belajar (Kegley, 2000).
D.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap dan menganaslisis data
empirik mengenai efektivitas Konseling Singkat Berfokus Pada Solusi untuk
meningkatkan pengelolaan stres akademik siswa kelas VII SMP N 9 Bandung.
E.
Asumsi Penelitian
Asumsi-asumsi dasar yang melandasi penelitian adalah sebagai berikut:
1. Individu yang menghadapi tuntutan sekolah tanpa kemampuan yang
memadai atau kurang optimal akan merespon dengan cara yang maladaptif
(Roberson, 1985: 5).
2. Stres akademik adalah hasil dari kombinasi hal-hal yang terkait dengan
akademik, dimana tuntutan-tuntutan akademik melebihi sumber daya
adaptif individu yang dapat merugikan dan mempengaruhi penyesuasian
diri individu secara keseluruhan (Calaguas, 2011: 63).
3. Individu yang memiliki kemampuan untuk mengatasi stres akan lebih
mungkin untuk beradaptasi dan berfungsi secara kompeten serta dapat
meningkatkan kepercayaan diri saat dihadapkan dengan stres (Santrock,
2007: 27).
4. Konseling singkat berfokus pada solusi, terfokus pada bagaimana individu
mengatasi permasalahannya sekarang dan apa yang akan dilakukan untuk
mengatasi masalahnya tersebut (Kegley,2000)
5. Konseling singkat berfokus pada solusi didasarkan pada asumsi optimis
bahwa setiap individu itu pandai, berkompeten dan memiliki kemampuan
untuk mengkonstruk solusi yang dapat mengubah kehidupan mereka
(Corey, 2012: 425).
F.
Hipotesis Penelitian
Konseling Singkat Berfokus Pada Solusi efektif untuk meningkatkan
pengelolaan stres akademik siswa kelas VII SMP N 9 Bandung.
G.
Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan membawa pengaruh pada perkembangan
ilmu BK dalam menangani masalah-masalah yang terjadi pada siswa, khususnya
pada perkembangan kompetensi di bidang akademik sehingga siswa dapat secara
efektif mengatasi hambatan-hambatannya dalam belajar.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu para
praktisi pendidikan khususnya guru BK dalam mengatasi stres akademik yang
dialami oleh siswa.
Bagi guru Bimbingan dan Konseling penelitian ini dapat membantu untuk
mengatasi stres akademik siswa dengan menggunakan pendekatan Konseling
Singkat Berfokus Solusi.
Bagi siswa penelitian ini dapat membantu untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya termasuk
stres akademik. Dengan melakukan Konseling Singkat Berfokus Pada Solusi
siswa akan terfokus pada kompetensi dan kemampuan dirinya untuk membangun
sebuah solusi dari masalah secara mandiri.
H.
a) Definisi Stres
Setiap individu pernah merasakan stres, mulai dari anak hingga orang
dewasa. Tingkatan stres yang dirasakan akan berbeda sesuai dengan bagaimana
individu tersebut mampu menilai situasi di sekitarnya. Lazarus (1984:19)
mendefinisikan stres sebagai berikut:
Psychological stress is a particular relationship between the person and
the environment that is appraised by the person as taxing or exceeding his
or her resources and endangering his or her well-being.
Sedangkan Calaguas (2011) mendefinisikan stres sebagai berikut:
Stress is a peculiar problem in that no one can consistently predict the
amount or kind of stress that can turn an otherwise normal, positive
human situation into one involving an unpredictable, irrational response.
Stres merupakan kondisi psikofisik yang ada (inheren) dalam diri setiap
orang. Pada dasarnya stres dapat dialami oleh semua individu. Stres dapat
berpengaruh positif dan juga negatif. Pengaruh positif yaitu mendorong individu
untuk membangkitkan kesadaran dan menghasilkan pengalaman baru. Sedangkan
yang negatif adalah menimbulkan perasaan-perasaan tidak percaya diri,
penolakan, marah, depresi, dan gangguan fisik lainnya (Yusuf, 2006).
Stres dikatakan sebagai stimulus atau respon. Stres dikatakan sebagai
stimulus yaitu pada saat terjadi suatu hal yang mengancam di lingkungan individu
seperti bencana alam, situasi yang berbahaya, berpenyakit, atau masalah dalam
pekerjaannya. Keadaan seperti ini dapat menjadi ancaman (stresor) bagi individu.
Sedangkan stres dikatakan sebagai respon adalah saat kondisi biologis seseorang
menghadapi stresor yang menyebabkan stres itu sendiri (Lazarus & Folkman,
1984:21).
b) Stres akademik
Stres akademik merupakan situasi dimana anak merasa tidak nyaman,
takut dan khawatir atas tuntutan-tuntutan akademik yang harus dicapainya
sehingga menganggap semua tuntutan tersebut merupakan ancaman atau bahaya
bagi dirinya sendiri. Calaguas (2011) mengatakan stres yang sering dialami oleh
siswa adalah stres akademik. Menurut (Calaguas, 2011) academic stress is the
10
lingkungan atau menghabiskan banyak waktunya sendirian. Pada waktu lain siswa
mungkin akan mulai berbohong dan menggeretak, serta dapat menentang otoritas
(Blizzard, 2013).
Sejalan dengan Blizzard, Frank (Kusz, 2009) mengidentifikasi siswa yang
mengalami stres: secara fisik, tubuh dapat bereaksi dalam berbagai cara, seperti
penglihatan kabur, sakit kepala, otot tegang, sakit punggung, tangan dan kaki
terasa dingin, nyeri dada, jantung berdenyut lebih cepat, mulut kering, sakit perut,
masalah pencernaan, dan berkeringat. Gejala lain juga ditunjukkan melaui
perubahan perilaku dan emosional pada siswa, sperti perubahan pola tidur, pola
makan, gelisah, kehilangan minat dalam kegiatan yang biasa dilakukan, merasa
tidak berharga, rendah diri, memiliki self-eficacy yang buruk, sulit berkonsentrasi,
mudah marah, mudah lelah, menarik diri, penyalah gunaan obat, memunculkan
performa yang buruk di sekolah, hiperaktif, mimpi buruk, perilaku agresif,
khawatir berlebihan, amarah yang tidak terkontrol, dan yang terakhir adalah
depresi.
2. Faktor Penyebab Stres Akademik
Banyak hal yang dapat membuat orang menjadi stres. Tak terkecuali dalam
hal akademik, siswa mengaku bahwa stres akademik berasal dari proses belajar
untuk menghadapi ujian dan kompetisi yang ketat di kelas serta kemampuan
untuk menguasai materi yang banyak dalam waktu yang singkat (Abouserie,
1994; Kohn & Frazer, 1986 dalam Misra & Castillo, 2004). Tad (Sudiana, 2007)
menyebutkan faktor-faktor yang menyebabkan stres akademik, diantaranya
adalah: aspek kognitif, lingkungan sekolah, dan elemen sekolah.
1) Aspek Kognitif
Lemahnya kemampuan intrapersonal siswa mengenai penilaian pada diri
siswa. Siswa memiliki pemikiran bahwa dirinya tidak mampu mengatasi tuntutantuntutan akademik yang menimbulkan tindakan yang menyimpang, seperti:
kebiasaan menunda, kelemahan dalam pengambilan keputusan, kecenderungan
lupa atau lemahnya daya ingat, kesulitan untuk berkonsentrasi, kehilangan
12
13
Tugas-tugas Sekolah. Tugas-tugas yang terlalu banyak dan juga sulit, dapat
memicu terjadinya stres dikalangan siswa, hal tersebut disebabkan tuntutan yang
dihadapinya tidak didukung oleh sumber daya yang dimilikinya.
Ulangan. Stres sering diartikan lebih sempit sebagai perasaan terancam
yang disertai usaha-usaha yang bertujuan untuk mengurangi ancaman-ancaman
yang datang. Bagi kebanyakan siswa, ulangan menimbulkan ancaman kegagalan
yang berusaha diatasi dengan belajar. Pada situasi ujian, sebagian besar dari
mereka lupa atas apa yang telah mereka pelajari. Ketegangan dapat dijadikan
salah satu alasannya karena siswa cemas akan kegagalan dalam ujian.
Kegiatan Ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang padat dan banyak
dapat menjadi sumber stres, hal ini dikarenakan siswa tidak memiliki waktu yang
cukup untuk beristirahat untuk melepaskan ketegangan fisik dan psikologisnya.
c) Stres Akademik Berdasarkan Penilaian Kognitif (Cognitive
Appraisal)
Penilaian kognitif dapat dikatakan sebagai cara individu
dalam menilai situasi atau kejadian di sekitarnya secara kognitif.
Lazarus & Folkman (1984) mendefinisikan penilaian kognitif
sebagai
suatu
proses
pengkategorian
situasi
dengan
individu.
Siswa
yang
memiliki
kemampuan
14
15
sehingga strategi yang dipilih siswa merupakan strategi efektif dalam mengatasi
masalah (Lazarus & Folkman, 1984).
Penilaian
pada
diri
siswa
menunjukkan
kemampuan
intrapersonalnya.
3
4
repertoire
Menekankan pada membantu konseli dalam mengembangkan dan
melaksanakan rencana agar dapat lebih sukses dalam mengatasi
masalahnya secara spesifik.
16
1. Tujuan
Tujuan dari Konseling Singkat Berfokus Pada Solusi adalah untuk
meningkatkan kemampuan individu dalam menghadapi tantangan serta mengatasi
tekanan, hambatan dan permasalahan hidupnya terutama secara lebih positif dan
konstruktif (Dahlan, 2008). Dalam konteks stres akademik tujuan yang ingin
dicapai adalah kesuksesan akademik siswa dengan meningkatkan kemampuan
siswa dalam mengahadapi tantangan dan serta mengatasi permasalahan akademik
secara lebih efektif. Tantangan dan permasalahan akademik bagi siswa berupa
stresor-stresor akademik. Secara spesifik diuraikan sebagai berikut:
1) Konseling Singkat Berfokus Pada Solusi mengubah cara pandang
konseling pada situasi yang dianggap sebagai gangguan. Pada stres
akademik situasi yang dianggap gangguan adalah situasi mengancam bagi
individu akibat tidak siap memenuhi segala tuntutan akademik, seperti saat
akan menjelang ujian, mengumpulkan tugas, dan lain-lain.
2) Konseling Singkat Berfokus Pada Solusi mengubah situasi masalah dan
menekankan pada kekuatan dan sumber daya yang dimiliki konseli. Siswa
yang mengalami stres akademik diajak untuk lebih menonjolkan
kemampuan-kemampuan positif yang lebih membangun (konstruktif)
dalam dirinya untuk mengatasi permasalahan.
3) Konseling Singkat Berfokus Pada Solusi mendorong konseli untuk terlibat
dalam perubahan atau solution talk daripada problem talk dengan asumsi
apa yang dibicarakan adalah sebagian bersar apa yang dihasilkan. Siswa
secara langsung dibimbing untuk berbicara mengenai langkah-langkah apa
yang dapat dilakukan sebagai bentuk solusi dari permasalahan.
4) Konseling Singkat Berfokus Pada Solusi berbicara mengenai perubahan
dan dapat menghasilkan perubahan. Perubahan yang dihasilkan merupakan
hasil kompetensi yang dimiliki oleh siswa dalam mengatasi masalahnya.
2. Prinsip dan Teknik
Konseling Singkat Berfokus Pada Solusi dapat diaplikasikan baik dalam
setting
kelompok
maupun
individual.
Saadatzaade
dan Khalili
(2012)
17
2)
3)
4)
Commending client.
5)
Considering changes.
6)
7)
Instructing optimize.
8)
9)
Miraculous question.
18
kompleks tidak selalu membutuhkan solusi yang kompleks pula. Konselor harus
selalu berusaha untuk melihat situasi melalui sudut pandang konseli, karena akan
berpengaruh terhadapat keaktivan konseli selama sesi konseling dan mengurasi
rasa frustasi konseli.
Terdapat beberapa pertanyaan yang dapat digunakan sebagai acuan
konselor dalam melaksanakan konseling. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
bertujuan untuk membuat konseli paham mengenai tujuan dan kekuatan yang
dimiliki serta membantu konseli untuk fokus pada kemungkinan terjadinya
perubahan (Jacobs, 2009).
1
19
c. Kesimpulan
Stres yang terjadi pada individu merupakan akibat dari adanya tuntutan
lingkungan yang dianggap berlebihan oleh diri individu itu sendiri. penilaian
terhadap situasi akademik sangat mempengaruhi pada tingkatan stres. Stres
akademik merupakan sumber stres yang berada dalam setting sekolah yang
merupakan hambatan belajar serius yang dapat dialami oleh siswa. Stres akademik
memberikan pengaruh negatif pada siswa. Terfokusnya pembelajaran terhadap
penyampaian ilmu dan hasil belajar berbentuk nilai membuat kondisi psikologis
siswa terabaikan selama pembelajaran, baik itu perasaan senang, tertekan, jenuh
dan bosan seringkali tidak dihiraukan. Stres akademik yang dialami siswa akan
terus menekan kondisi siswa hingga saat siswa tidak mampu bertahan lagi dengan
stres yang dialaminya. Hal tersebut akan tampak dalam performa akademiknya
yang menurun serta gejala sakit fisik yang dirasakannya.
Konseling Singkat Berfokus pada Solusi dapat dijadikan alternatif untuk
penyelesaian masalah siswa, hal ini dikarenakan Konseling Singkat Berfokus pada
Solusi
lebih
menekankan
pada
bagaimana
siswa
dapat
mengatasi
20
Siswa kelas VII adalah siswa yang berada pada usia remaja awal yang
mengalami peralihan dari masa kanak-kanak akhir menuju masa remaja awal.
2.
Siswa kelas VII adalah individu yang sedang mengalami perubahan baik
secara fisik maupun psikologis.
3.
Siswa kelas VII mengalami perubahan pola sosial dan lingkungan sekolah
dari sekolah dasar ke sekolah menengah.
c.
Sampel Penelitian
Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik purposive
sampling, dimana hanya siswa yang mengalami stres akademik tinggi pada yang
mendapat perlakuan.
c. Definisi Operasional Variabel
1. Stres Akademik
Stres akademik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah reaksi siswa
kelas VII SMP N 9 Bandung terhadap adanya ketidaksiapan menghadapi tuntutantuntutan akademik dari lingkungan sekolah baru yang dinilai siswa sebagai
ancaman dan beban yang melebihi kemampuan dirinya. Ketidakmampuan dan
ketidaksiapan siswa dalam menghadapi tuntutan akademik mempengaruhi kondisi
siswa baik secara fisik maupun psikologis. Hal ini ditandai dengan gejala fisik,
perilaku, pikiran, dan emosi.
1) Fisik: denyut jantung meningkat, sakit kepala, otot tegang, sering buang
air kecil, memegang benda dengan sangat erat, tangan terasa lembab dan
21
bisa
menentukan
prioritas,
merasa
Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah adaptasi dari angket
gejala stres akademik pada siswa. Angket menggunakan skala bertingkat yaitu
sering (S), kadang-kadang (KK), tidak pernah (TP).
Hasil pengujian validitas instrumen gejala stres akademik yang dilakukan
oleh pengembang instrumen menunjukkan dari 66 item pernyataan yang disusun
didapatkan 64 item dinyatakan valid pada tingkat kepercayaan 95%, sedangkan
hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0.93 (sangat tinggi).
Dengan demikian instrumen berupa angket yang dikembangkan oleh Yuli
Nurmalasari mengenai Gejala Stres Akademik dapat digunakan oleh peneliti.
f.
Analisis Data
Dalam menganalisis data yang diperoleh dari angket gejala stres akademik
o-o-o-o-o-o- -x-x-x-x-x-x
baseline
treatment
Creswell h.244
I.
Agenda Kegiatan
(terlampir)
J.
Refensi
23