You are on page 1of 5

Sesebuah kerajaan yang ideal adalah meletakkan kebajikan sebagai fokus utama,

kebajikan tidak boleh dilihat sebagai pemberian pemerintah semata-mata kepada


rakyat. Hal ini kerana bermula daripada pemerintah yang membela kebajikan rakyat
akan mampu memacu kepada pertumbuhan negara dalam semua aspek. Kebajikan
juga bukan membawa maksud pemerintah memberi derma kepada rakyat seperti
dalam bentuk bantuan kewangan, makanan dan seumpamanya. Ia lebih menjurus
kepada bagaimana usaha kerajaan dalam membentuk rakyat yang mampu berdiri
sendiri dalam menampung diri sendiri dan tanggungan dengan cara yang produktif
dan mempunyai potensi dalam jangka masa panjang. Contohnya, dalam berdepan
dengan masalah rakyat yang berada di bawah paras kemiskinan, bantuan kewangan
bulanan semata-mata bukanlah jawapan bagi membantu mereka berterusan
sehingga masa akan datang. Lebih memburukkan lagi keadaan ini akan
mewujudkan kebergantungan rakyat terhadap pemerintah secara berterusan
Seharusnya pendekatan memberi perlu diubah kepada membangun. Cara ini
juga dapat mewujudkan hubungan dua hala yang lebih positif dalam memberi
keuntungan terhadap kedua-dua pihak.
Kebajikan juga dilihat bagaimana sesebuah kerajaan membentuk rakyat yang bebas
dari belenggu kemiskinan dan mampu hidup mewah agar turut menjaga kebajikan
bersama. Ia tidak hanya cukup dengan penetapan cukai pendapatan, contohnya
mengawal golongan yang berkemampuan menguasai bidang hartanah. Ia mungkin
kelihatan pelik kerana di Malaysia ini setiap individu bebas mengumpul kekayaan
selagi ia tidak bertentangan dengan undang-undang. Namun tanpa sedar
kebebasan pemilikan hartanah ini sebenarnya membawa kepada kewujudan
penempatan haram di bandar-bandar besar. Isu ini tidak seharusnya hanya dilihat
dari sudut status individu itu yang berpendapatan rendah sehingga tidak mampu
memiliki tempat tinggal secara yang sah, ia juga perlu dilihat bagaimana dasar yang
digubal yang membolehkan setiap individu mampu memiliki kediaman sendiri kerana
itu adalah keperluan asas dalam hidup.

Konsep Kebajikan dalam Al-Quran


Dalam Surat Al-Insan ayat 7 Al Quran bercerita tentang orang-orang baik (Abrar)
yang disifati sebagai sosok yang selalu menepati nadzarnya, dan senantiasa takut
terhadap siksa Allah.

Allah SWT Berfirman:


Mereka memenuhi nadzarnya dan takut pada suatu hari akan adzab Allah
yang merata .

( QS.Al-Insan : 7 )
Orang-orang yang telah sampai pada Maqam Abrar ( posisi orang-

orang yang diberi predikat baik oleh Allah ) adalah orang yang beriman kepada
Allah, iman kepada hari akhir, serta takut terhadap siksa Allah di hari kiamat. Nilainilai ini akan berdampak pada sikap dan perilaku mereka dalam kehidupan, begitu
juga terhadap kaum fakir miskin. Mereka akan mampu merasakan terhadap apa
yang dirasakan oleh kaum fakir, turut serta dalam kesedihan dan beban hidup yang
mereka tanggung dalam kehidupan. Mereka kaum abrar adalah orang yang
senantiasa peduli dan perhatian terhadap kehidupan sesamanya, memiliki sifat
solidaritas yang tinggi dan mau ikut menanggung beban penderitaan orang-orang
yang membutuhkan. Apa yang mereka makan juga dirasakan oleh kaum fakir
miskin, mereka akan gemar untuk bersedekah atas hartanya demi untuk memenuhi
kebutuhan hidup orang-orang yang lebih membutuhkan, bahkan mereka merelakan
apa yang dimiliki demi kehidupan kaum fakir, miskin, anak-anak yatim, ataupun
orang-orang yang dalam pengungsian. Hasan Al Bashri berkata, suatu ketika datang
kelompok pengungsi kepada Rasul, kemudian Rasul memerintahkan kepada kaum
muslimin untuk menanggung beban hidup mereka sampai berlangsung selama tiga
hari.
Kaum Abrar lebih mengutamakan kepentingan orang-orang yang
membutuhkan, walaupun diri dan keluarganya juga membutuhkan. Mereka rela
untuk memberikan bahan pangan yang mereka miliki dan mengutamakan orang lain,
walaupun keluarganya juga memiliki rasa lapar.
Allah SWT Berfirman:

Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan


keridlaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan)
terima kasih.( QS.Al-Insan:9 )

Mereka rela untuk memberikan apa yang dimiliki tanpa mengharapkan balasan
kecuali ridla Allah. Atas pemberian yang mereka curahkan, tidak diharapkan pujian,
ataupun sanjungan dari manusia. Namun, mereka melakukan itu hanya untuk
mengharapkan ridla Allah karena mereka yakin bahwa hari kiamat akan benar-benar
datang, dan manusia akan dihisab atas segala amal perbuatannya, jika ia berbuat
baik, maka akan mendapat balasan yang baik, dan sebaliknya. Perilaku kaum abrar
merupakan cerminan sikap seorang muslim sejati, sikap yang penuh perhatian dan
peduli terhadap kehidupan sesama muslim dalam masyarakat.
Dalam konteks perekonomian modern Masyarakat Muslim,
masalah perekonomian merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan
masyarakat, mereka saling bekerjasama dan saling tolong menolong untuk
memenuhi kebutuhan dasar masyarakat, baik dari segi pangan, sandang, ataupun
papan, sebuah sikap yang tidak ditemukan dalam sistem perekonomian apapun.
Allah SWT Berfirman :
Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan ( yang sempurna ), sebelum kamu
menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu
nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (Ali Imran:92).
Dalam ayat di atas, Al Quran menceritakan tentang maqam al abrar yang mungkin
bisa dicapai oleh seorang muslim. Al Abrar bisa diraih dengan membentuk pribadi
ataupun psikologi seorang muslim, yakni bisa disifati dengan pribadi yang memiliki
sikap untuk peduli dan perhatian terhadap sesama dalam masyarakat.
Memberikan infaq di jalan Allah merupakan hal yang sangat berat untuk dilakukan
manusia, karena seperti telah dijelaskan, manusia mempunyai sifat untuk cinta
terhadap kekayaan dunia.Manusia lebih suka membelanjakan harta itu untuk
memenuhi kepentingan pribadinya, daripada harus diberikan kepada orang lain, ia
lebih suka mengumpulkan dan menyimpannya daripada dikeluarkan untuk
kepentingan masyarakat, dan ini merupakan sifat dasar manusia.

Keutamaan manusia dalam Islam tidak terletak pada kekayaan ataupun kefakiran
yang dimiliki,tetapi terletak pada hati dan amal perbuatanya.
Rosulullah SAW Bersabda:

Allah tidak akan memandang seseorang dari rura-rupanya,bentuk tubuhnya,hartahartanya tetapi Allah akan melihat kepada Hati-hatinya dan amal perbuatanya .
Kebajikan bisa dicapai bukan hanya dengan mengerjakan
shalat,Infak danIbadah lainya,namun kebajikan yang bisa mengantarkan kita
ke Maqam Abrar sangat beragam dan lebih dari itu. Al-Abrar adalah orang-orang
yang berpegang teguh terhadap Iktikad-iktikad dasar dalam agama, hal ini
meliputi Iman kepada Allah, hari akhir serta hal-hal lain yang berkaitan dengan
keduanya.

Konsep kebajikan dalam islam


Islam amat menitik beratkan konsep kebajikan dalam menghayati cara hidup yang
sebenar dan sempurna berkait rapat dengan kehidupan bermasyarakat, iaitu konsep
tanggungjawab sosial sesama manusia yang mana sikap mengambil berat diantara
satu sama lain sebagaimana hadith Rasulullah .S.A.W yang bermaksud:

Sesiapa yang tidak mengambil berat di atas urusan orang muslimin maka bukanlah
dia dari kalangan mereka. Dan sesiapa yang pada pagi hari mengutamakan perkara
selain daripada agama Allah maka bukanlah dia daripada golongan orang yang
diredhai Allah
(Riwayat at-Tabarani)
Lumrah dalam kehidupan bahawasanya terdapat golongan manusia yang hidup
mewah dan berada akan tetapi pada masa yang sama juga terdapat manusia yang
hidupnya ibarat kais pagi makan pagi, kais petang makan petangiaitu kehidupan
yang serba kekurangan dan dilanda kemiskinan. Justeru itu, syara telah menuntut
golongan yang dilabelkan dengan status kehidupan yang serba mewah ini bagi

membela dan memberikan pertolongan kepada golongan yang miskin dan lemah.
Paparan melalui media massa saban hari menengahkan isu berkenaan kisah
penderitaan masyarakat yang dilanda pelbagai musibah dan bencana yang
menimpa mereka. Siapakah yang berperanan untuk membantu golongan tersebut?
Firman Allah S.W.T:

Ertinya: Dan sesiapa yang menjaga kehidupan manusia, maka seolah-olah dia
telah menjaga kehidupan manusia semuanya.
(Surah al-Maidah ayat ke 32)

Tuntutan menunaikan tanggungjawab sesama umat Islam atau melaksanakan hak


mereka merupakan salah satu daripada cabang iman. Sesiapa yang melaksanakan
tuntutan ini akan mendapat ganjaran pahala serta dikasihi Allah SWT dan Rasul.
Firman Allah S.W.T:
Ertinya : Kerjakanlah amal-amal kebajikan; supaya kamu berjaya (di dunia dan di
Akhirat). (surah al-Hajj ayat ke 77)

Kesimpulannya, Islam itu menjaga kebajikan bersama dan sesungguhnya manusia


itu tidak boleh hidup bersendirian.Oleh itu,kehidupan bermasyarakat tidak lari
daripada saling perlu memerlukan dan saling bergantung antara satu sama
lain.Sekian

You might also like