Professional Documents
Culture Documents
DIABETES MELITUS
I.
Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin
pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses
terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga
Etiologi dari diabetes mellitus tipe II sampai saat ini masih belum diketahui dengan pasti dari
studi-studi eksperimental dan klinis kita mengetahui bahwa diabetes mellitus adalah
merupakan suatu sindrom yang menyebabkan kelainan yang berbeda-beda dengan lebih satu
penyebab yang mendasarinya.
Menurut banyak ahli beberapa faktor yang sering dianggap penyebab yaitu :
1.
Faktor genetic
Riwayat keluarga dengan diabetes :
Pincus dan White berpendapat perbandingan keluarga yang menderita diabetes mellitus
dengan kesehatan keluarga sehat, ternyata angka kesakitan keluarga yang menderita diabetes
mellitus mencapai 8, 33 % dan 5, 33 % bila dibandingkan dengan keluarga sehat yang
memperlihatkan angka hanya 1, 96 %.
2.
Infeksi
Virus dianggap sebagai trigger pada mereka yang sudah mempunyai predisposisi
genetic terhadap diabetes mellitus.
b.
Nutrisi
Obesitas dianggap menyebabkan resistensi terhadap insulin.
Malnutrisi protein
Alkohol, dianggap menambah resiko terjadinya pankreatitis.
c.
Stres
Stres berupa pembedahan, infark miokard, luka bakar dan emosi biasanya menyebabkan
hyperglikemia sementara.
d.
C. KLASIFIKASI
Berdasarkan klasifikasi dari WHO (1985) dibagi beberapa type yaitu :
1. Diabetes mellitus type insulin, Tipe I
Insulin Dependen diabetes mellitus (IDDM) yang dahulu dikenal dengan nama
Juvenil Onset diabetes (JOD), klien tergantung pada pemberian insulin untuk
mencegah terjadinya ketoasidosis dan mempertahankan hidup. Biasanya pada anakanak atau usia muda dapat disebabkan karena keturunan.
2. Diabetes mellitus type II,
Non Insulin Dependen diabetes mellitus (NIDDM), yang dahulu dikenal dengan
nama Maturity Onset diabetes (MOD) terbagi dua yaitu :
a. Non obesitas
b. Obesitas
Disebabkan karena kurangnya produksi insulin dari sel beta pankreas, tetapi biasanya
resistensi aksi insulin pada jaringan perifer.
Biasanya terjadi pada orang tua (umur lebih 40 tahun) atau anak dengan obesitas.
3. Diabetes mellitus type lain
a. Diabetes oleh beberapa sebab seperti kelainan pankreas, kelainan hormonal, diabetes
karena obat/zat kimia, kelainan reseptor insulin, kelainan genetik dan lain-lain.
b. Obat-obat yang dapat menyebabkan huperglikemia antara lain :
Furasemid, thyasida diuretic glukortikoid, dilanting dan asam hidotinik
c. diabetes Gestasional (diabetes kehamilan) intoleransi glukosa selama kehamilan,
tidak dikelompokkan kedalam NIDDM pada pertengahan kehamilan meningkat
sekresi hormon pertumbuhan dan hormon chorionik somatomamotropin (HCS).
Hormon ini meningkat untuk mensuplai asam amino dan glukosa ke fetus.
D. PATOFISIOLOGI
Sebagian besar patologi diabetes mellitus dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek
utama kekurangan insulin sebagai berikut :
1. Pengurangan penggunaan glukosa oleh sel-sel tubuh, dengan akibat peningkatan
konsentrasi glukosa darah setinggi 300 sampai 1200 mg/hari/100 ml.
2. Peningkatan mobilisasi lemak dari daerah-daerah penyimpanan lemak, menyebabkan
kelainan metabolisme lemak maupun pengendapan lipid pada dinding vaskuler yang
mengakibatkan aterosklerosis.
3) Pengurangan protein dalam jaringan tubuh.
Akan tetapi selain itu terjadi beberapa masalah patofisiologi pada diabetes mellitus yang
tidak mudah tampak yaitu kehilangan ke dalam urine klien diabetes mellitus. Bila jumlah
glukosa yang masuk tubulus ginjal dan filtrasi glomerulus meningkat kira-kira diatas 225
mg.menit glukosa dalam jumlah bermakna mulai dibuang ke dalam urine. Jika jumlah filtrasi
glomerulus yang terbentuk tiap menit tetap, maka luapan glukosa terjadi bila kadar glukosa
meningkat melebihi 180 mg%.
E. MANIFESTASI KLINIS
Gejala yang lazim terjadi, pada diabetes mellitus sebagai berikut :
Pada tahap awal sering ditemukan :
a)
b)
c)
d)
e)
Mata kabur
Hal ini disebabkan oleh gangguan lintas polibi (glukosa sarbitol fruktasi) yang
disebabkan karena insufisiensi insulin. Akibat terdapat penimbunan sarbitol dari lensa,
sehingga menyebabkan pembentukan katarak.
1.
2.
F. KOMPLIKASI
Akut
1.) Hypoglikemia
2.) Ketoasidosis
3.) Diabetik
Kronik
1.) Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar, pembuluh darah jantung pembuluh
darah tepi, pembuluh darah otak.
2.) Mikroangiopati mengenai pembuluh darah kecil retinopati diabetik, nefropati diabetic.
3.) Neuropati diabetic.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Glukosa darah sewaktu
2. Kadar glukosa darah puasa
3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl).
Kadar glukosa darah sewaktu
Plasma vena :
<100>
100 - 200 = belum pasti DM
>200 = DM
Darah kapiler :
<80>
80 - 100 = belum pasti DM
> 200 = DM
Kadar glukosa darah puasa
Plasma vena :
<110>
110 - 120 = belum pasti DM
> 120 = DM
Darah kapiler :
<90>
90 - 110 = belum pasti DM
> 110 = DM
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr
karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl).
H. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan klien dengan diabetes mellitus adalah untuk mengatur
glukosa darah dan mencegah timbulnya komplikasi acut dan kronik. Jika klien berhasil
mengatasi diabetes yang dideritanya, ia akan terhindar dari hyperglikemia atau hypoglikemia.
Penatalaksanaan diabetes tergantung pada ketepatan interaksi dari tiga faktor aktifitas fisik,
diet dan intervensi farmakologi dengan preparat hyperglikemik oral dan insulin.
Pada penderita dengan diabetes mellitus harus rantang gula dan makanan yang manis
untuk selamanya. Tiga hal penting yang harus diperhatikan pada penderita diabetes mellitus
adalah tiga J (jumlah, jadwal dan jenis makanan) yaitu :
J I : jumlah kalori sesuai dengan resep dokter harus dihabiskan.
J 2 : jadwal makanan harus diikuti sesuai dengan jam makan terdaftar.
J 3 : jenis makanan harus diperhatikan (pantangan gula dan makanan manis).
Diet pada penderitae diabetes mellitus dapat dibagi atas beberapa bagian antara lain:
1. Diet A : terdiri dari makanan yang mengandung karbohidrat 50 %, lemak 30 %,
protein 20 %.
2. Diet B : terdiri dari karbohidrat 68 %, lemak 20 %, protein 12 %.
3. Diet B1 : terdiri dari karbohidrat 60 %, lemak 20 %, protein 20 %.
4. Diet B1 dan B2 diberikan untuk nefropati diabetik dengan gangguan faal ginjal.
Indikasi diet A :
Diberikan pada semua penderita diabetes mellitus pada umumnya.
Indikasi diet B :
Diberikan pada penderita diabetes terutama yang :
II.
Gejala :
Perubahan pola berkemih (poli uria), nokturia
Rasa nyeri atau terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISK baru/berulang
Nyeri tekan abdomen
Diare
Tanda :
Urine encer, pucat, kuning;poliuri
Urine berkabut, bau busuk
Abdomen keras, adanya acites
Bising usus lemah dan menurun;hiperaktif(diare)
5. Makanan /Cairan
Gejala :
Hilang nafsu makan
Mual atau muntah
Haus
Penggunaan diuretic
Tanda :
Kulit kering/ bersisik, turgor jelek
Kekakuan/distensi abdomen, muntah
Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolic dengan peningkatan gula darah)
Bau halitosis/manis, bau buah(nafas aseton)
6. Neurosensori
Gejala :
Pusing/pening
Sakit kepala
Kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia
Gangauan penglihatan
Tanda :
Disorientasi; mengantuk, latergi, stupor/koma(tahap lanjut). Gangguan memori; kacau
mental
Reflex tendon dalam(RTD) menurun (koma)
Aktivitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
7. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :
Abdomen yang tegang/nyeri(sedang/berat)
Tanda :
Wajah meringis dengan palpitasi; tampak sangat berhati-hati
8. Pernapasan
Gejala:
Merasa kekurangan oksigen,batuk dengan/ tanpa sputum purulen (tergantung adanya
infeksi atau tidak
Tanda :
Lapar udara
Batuk, dengan atau tanpa sputum purylen
Frekuensi perna
9. Keamanan
Gejala :
Tanda :
Demam,diaphoresis
Kulit rusak, lesi/ulserasi
Menurunnya kekuatan umum/ rentang gerak
Parestesia/paralisis otot termasuk otot-otot pernafasan jika kadar kalium menurun dengan
cukup tajam)
B. Diagnosa dan rencana asuhan keperawatan
1. Nyeri (akut/kronik) b/d terputusnya kontinuitas jaringan
Intervensi
1. Kaji skala nyeri dengan menggunakan
Rasional
1. Skala nyeri menentukan tingkat kenyamanan
skala (0-10)
2. Jaga kestenlisasian selama perawatan
luka
3. Ajarkan teknik relaksasi
4. Rawat luka tiap hari
5. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian insulin
2. Perubahan volume cairan b/d dierasis osmotic, kehilangan gastric berlebihan (diare, muntah)
masukan dibatasi (mual).
No.
1
Interveransi
Dapatkan riwayat penyakit b/d lamanya /
intensitas, pengeluaran urine yang sangat
berlebihan.
Rasional
Membantu dalam memperkirakan kekurangan
volume total.
2.
Pantauan TTV
3.
4.
5.
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidak cukupan insulin, penurunan masukan oral,
status hipermetabolisme.
No.
1.
2.
3.
4.
Interverensi
Timbang BB setiap hari
Rasional
Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat.
4. Kelebihan b/d penurunan produksi energy metabolic, perubahan kimia darah, peningkatan
kebutuhan energy.
No.
1.
2.
Interverensi
Diskusikan dengan pasien kebutuhan akan
aktivitas
Rasional
Pendidikan dapat memberikan motivasi untuk
meningkatkan tingkat aktivitas meskipun pasien
mungkin sangat lemah.
Interverensi
Bekerja dengan pasien dalam menata tujuan
belajar yang diharapkan
Rasional
Partisipasi dalam perencanaan meningkatkan
antusias dan kerja sama pasien dengan prinsipprinsip yang di pelajari.
2.
3.
4.
A. Identitas pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Agama
Alamat
Tgl masuk RS/ jam
Tgl pengkajian
DX Medis
Nama penanggung jawab
Hubungan dengan klien : Istri
Umur
Pekerjaan
Alamat
: Tn. I. N
: 49 tahun
: Laki-laki
: PNS
: SMA
: Kristen Protestan
: Negeri Lama
: 06-10-2010 jam 16:00 WIT
: 07-10-2010 jam 08:30 WIT
: Diabetes Mellitus
: ny. K. N
: 45 tahun
: Ibu rumah tangga
: Negeri Lama.
Catatan Kronologis
Pada akhir bulan September waktu pasien jalan pagi, setelah tiba di rumah pasien merasa kram
pada kedua kaki seperti terbakar api. Pasien belum pernah meraskan hal yang sama sebelum selama ia
jalan pagi , dengan kondisi kaki yang demikian pasien dan keluarga menganggap bahwa itu adalah
kekuatan gaib, sehingga keluarga pasien memanggil dukun kampong untuk berobat. Namun dengan air
biasa yang digunakan oleh dukun kampung ketika pasien mencoba menaruh kedua tangan air masih
dalam keadaan dingin, setelah bergantiaan dengan air hangat yang dicelupkan kedua kaki, malah
membuat kedua kaki pasien luka. Pasien sudah mendapat pengobatan dari tim kas (mantri) selama satu
minggu, namun KU pasien makin lemas sehingga keluarga mengambil keputusan untuk dibawa ke RSUD
Haulussy Ambon, tiba di UGD pada pukul 16:00 WIT dan mendapat therapy :
: Normal
: 57 kg/ 160 cm
: Tidak
: Pasien pernah dirawat di RS 1X dengan penyakit yang
sama, pada bulan februari 2010
: Jalan pagi
: 3X / minggu
: tidak ada
D. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan umum
- Kesadaran
: Compos mentis
- KU
: Lemah
- BB / TB
: 57 / 160
- TD : 150 / 90 mmHg, N : 86 x / m, S : 37 c, R : 22 x /m
2. Wajah
- Abnormalitas struktur : Tidak
- Ekspresi wajah
: Tampak Meringis
3. Mata
- Bola mata
: Normal
- Kelopak mata
: Normal
- Pupil
: Normal
- Sclera
: Normal
- Konjungtiva
: Normal
- Ketajaman penglihatan
: Normal
4. Hidung
- Struktur
: Normal
- Pernapasan cuping hidung
: Tadak
- Penciuman
: Baik
5. Telinga
- Struktur
: Norml
- Fungsi Pendengaran
: Baik
6. Mulut
7.
8.
9.
10.
- Kebersihan mulut
- Bau
- Fungsi bicara
- Menelan
Leher
- Vena jugularis
- Pembesaran Kel tiroid
Dada
- Bentuk
- Gerakan Dada
- Bulu dada/ketiak
Abdomen
- Bentuk
- Hipertimpani
- Kembung
Ektermitas
- Ekstermitas atas
- Ektermitas bawah
- Komentar
: Bersih
: Tidak
: Baik
: Baik
: Tidak ada peningkatan
: Tidak
: Simetris
: Mengikuti irama pernapasan
: Ada
: Simetris
: Ya
: ya
: Terpasang Nacl 12 tt/m
: Luka pada ke dua telapak kaki
: Pasien mengatakan lemas
Pola Aktivitas
1. Makan
a. Frekuensi makan
b. Jenis makanan
c. Jumlah porsi makan
d. Keluhan saat makan
2. Minum
a. Frekuensi minum
Sebelum sakit
Sesudah sakit
3x / hr
Nasi, ikan, sayur
1 porsi
Tidak
3 x / hr
Bubur, sayur
1 porsi
Tidak ada
b. Jenis minuman
c. Jumlah minum
d. Keluhan saat minum
3. Eliminasi
a. BAB
- Fekuensi BAB
- Konsistensi
- Warna
- Keluhan saat BAB
b. BAK
- Frekuensi BAK
- Bau
- Warna
- Keluhan saat BAK
4. Personal HYegine
- Frekuensi mandi
- Sikat gigi
F. Pemeriksaan penunjang
- Darah
1. Lenco
2. BB
3. Tromb
4. Bul T/D/I
5. SOGT / PT
6. Ureum
7. Creat
8. Cholest
9. GDP
10. HB
11. USG
3-4x / hr / gelas
Air putih
6-7 gls/ hr
Tidak ada
1-2 x / hr / gelas
Air putih
1-2 gls / hr /
Tidak ada
1 2 x / hr
Lembek
Kuning
Tidak ada
1 -2 x / hr
Pesing
Kuning
Tidak ada
1 -3 x / hr
pesing
Kuning
Tidak ada
3 x / hr
3 x / hr
1 x / hr
3 x / hr
: 13.200
: 165 168
: 175.000
: 0,4/0,2/0,2
: 16 / 19
: 47
: 4,0
: 155
: 361
: 12,7 gr/dl
: Acites
KLASIFIKASI DATA
DS : Pasien mengatakan
DO :
KU Lemah
Ekspresi wajah tampak meringis
TD : 150 / 90 mmHg
Pasien bertanya-tanya tentang penyakitnya
Hipertimpani
USG hasilnya acites
Luka pada kedua telapak kaki
Terpasang IVFD Nacl 12 tts/m
Aktivitas dibantu oleh keluarga dan perawat
Leuco :13.200
SGOT/PT : 16/19 ul
Ureum : 47 mg/dl
Creat : 4,0
GDP : 361
ANALISA DATA
Data
DS : Pasien mengatakan
- Nyeri pada daerah Luka
- Nyeri seperti tertusuk-tusuk
- Nyeri menyebar samapai ke lutut
- Skala nyeri sedang (4)
- Nyeri hilang timbul
DO :
Etiologi
Luka pada kedua kaki
Masalah
Nyeri Akut
KU Lemah
Ekspresi wajah tampak meringis
Luka pada kedua telapak kaki
TD : 150/90 UL
Leuco : 13.200
SGOT/PT : 16/19 UL
Ureum : 47 mg/dl
Creat : 4,0
GDP : 361
Data
DS : Pasien mengatakan
- Perut kembung
- Belum BAB selama 3 hari
DO :
- KU Lemah
- Hipertimpani
- Hasil USG acites
DS : Pasien mengatakan
- Lemas
DO :
- KU Lemah
- Terpasang IVFD Nacl 12 H/m
- Aktivitas dibantu oleh perawat
dan keluarga
DS : Pasien mengatakan
- Pernah mengalami penyakit yang
sama
- Ada keluarga yang mengalami
penyakit DM
DO :
Pasien bertanya-tanya tentang
penyakitnya
Etiologi
Hipoperistalik usus
Masalah
Gangguan eliminasi
bowel
Kelemahan Fisik
Intoleransi aktivitas
Kurang pengetahuan
PRIORITAS MASALAH