Professional Documents
Culture Documents
REFERAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
AGUSTUS 2015
OLEH
PEMBIMBING
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa:
Nama
NIM
: 10542 0059 09
Nama
NIM
Judul Referat
: 10542 0076 09
: Inverted Papiloma hidung
Telah menyelesaikan tugas tersebut dalam rangka kepaniteraan klinik bagian Ilmu
Telinga Hidung Tenggorokan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Makassar.
Pembimbing
BAB I
PENDAHULUAN
Inverted
papilloma
merupakan
tumor
jinak
yang
berasal
dari
pasien mereka.Weiner et al, menemukan DNA HPV 6 dan HPV 11 sebanyak 6,8
% dari 69 kasus. 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi dan fisiologi hidung
a. Anatomi
Hidung luar berbentuk piramid dengan bagian-bagiannya dari atas
kebawah:3
1. pangkal hidung (bridge),
2. dorsum nasi,
3. puncak hidung,
4. ala nasi,
5. kolumela dan
6. lubang hidung (nares anterior).
Hidung luar dibentuk oleh kerangka tulang dan tulang rawan yang
dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan beberapa otot kecil yang berfungsi
untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung. Kerangka tulang
terdiri dari:3
(koana)
yang
menghubungkan
kavum
nasi
dengan
nasofaring.3
Bagian dari kavum nasi yang letaknya sesuai dengan ala nasi, tepat
dibelakang nares anteriror, disebut vestibulum. Vestibulum ini dilapisi
oleh kulit yang mempunyai banyak kelenjar sebasea dan rambutrambut panjang yang disebut vibrise.3
Tiap kavum nasi mempunyai 4 buah dinding, yaitu dinding medial,
lateral, inferior dan superior. Dinding medial hidung ialah septum nasi.
Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Bagian tulang adalah
lamina perpendikularis os etmoid, vomer, krista nasalis os maksila dan
6
b.
Perdarahan
Bagian atas rongga hidung mendapat pendarahan dari a.etmoid
anterior dan posterior yang merupakan cabang dari a.oftalmika,
sedangkan a.oftalmika berasal dari a.karotis interna.3
Bagian bawah rongga hidung mendapat pendarahan dari cabang
a.maksilaris interna, di antaranya ialah ujung a.palatina mayor dan
a.sfenopalatina yang keluar dari foramen sfenopalatina bersama
n.sfenopalatina dan memasuki rongga hidung di belakang ujung
posterior konka media.3
Bagian depan hidung mendapat pendarahan dari cabang-cabang
a.fasialis. Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabangcabang a.sfenopalatina, a.etmoid anterior, a.labialis superior dan
a.palatina mayor,
c. Persarafan
Bagian depan dan atas rongga hidung mendapat persarafan sensoris
dari n.etmoidalis anterior, yang merupakan cabang dari n.nasosiliaris,
yang berasal dari n.oftalmikus. Rongga hidung lainnya, sebagian besar
mendapat persarafan sensoris dari n.maksila melalui ganglion
sfenopalatina.3
Ganglion sfenopalatina, selain memberikan persarafan sensoris,
juga memberikan persarafan vasomotor atau otonom untuk mukosa
hidung. Ganglion ini menerima serabut-serabut sensoris dari n.maksila,
serabut parasimpatis dari n.petrosus superfisialis mayor dan serabutserabut simpatis dari n.petrosus profundus. Ganglion sfenopalatina
terletak di belakang dan sedikit di atas ujung posterior konka media.3
Fungsi penghidu berasal dari Nervus olfaktorius. Saraf ini turun
melalui lamina kribosa dari permukaan bawah bulbus olfaktorius dan
kemudian berakhir pada sel-sel reseptor penghidu pada mukosa
olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung.3
B. Histologi Hidung
a. Mukosa Hidung
Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan
fungsional dibagi atas mukosa pernafasan (mukosa respiratori) dan
mukosa penghidu (mukosa olfaktorius). Mukosa pernafasan terdapat
pada sebagian besar rongga hidung dan permukaannya dilapisi oleh
10
11
12
b. Silia
Silia yang panjangnya sekitar 5-7 mikron terletak pada lamina
akhir sel-sel permukaan eptelium dan jumlahnya sekitar 100 per
mikron persegi, atau sekitar 250 per sel pada saluran pernapasan atas.
Silia terbentuk dari dua mikrotubulus sentral tunggal yang dikelilingi
sembilan pasang mikrotubulus, semuanya terbungkus dalam membran
sel berlapis tiga yang tipis dan rapuh. Masing-masing silium terdiri
dari suatu batang, ujung yang makin mengecil, dan korpus basalis.
Tidak semua mikrotubulus berlanjut hingga ke ujung silia. Kedua
mikrotubulus sentral tunggal tidak melewati bagian bawah permukaan
sel. Namun, tepat dibawah permukaan sel, tiap pasang mikrotubulus
perifer bergabung dengan mikrotubulus ketiga dalam korpus basalis,
yaitu struktur yang ditemukan dalam sitoplasma apikal. Triplet ini
terus berjalan turun ke dalam sitoplasma apikal sebagai radiks silia,
dan perlahan-lahan menghilang.3
Dalam hal melecut, masing-masing silia tidak hanya bergerak ke
depan dan ke belakang seperti tangkai gandum di ladang. Tiap lecutan
memiliki suatu fase dengan kekuatan penuh yang berlangsung cepat
searah aliran di mana silium tegak dan kaku, yang dikuti suatu fase
pemulihan yang lebih lambat dimana silium membengkok. Hubungan
waktu antara fase efektif dan fase pemulihan tengah diteliti dengan
percobaan memakai tikus. Rasionya adalah 1:3, yaitu fase efektif
13
C. Fisiologi Hidung
Berdasarkan teori struktural, teori evolusioner dan teori fungsional
hidung dan sinus paranasal adalah : 1) fungsi irespirasi untuk mengatur
kondisi
udara
(air
conditioning)
penyaring
udara,
humidifikasi,
15
C. Epidemiologi
Inverted Papilloma adalah tumor yang jarang yang mengenai kavum nasi,
dengan jumlah 0,5 4 % dari semua tumor primer hidung. Laki laki 4 kali
lebih sering terkena dibandingkan wanita.
D. Etiologi
Penyebab pasti inverted papiloma belum diketahui. Beberapa teori telah
diajukan, meliputi alergi, inflamasi kronik dan karsinogen berhubungan dengan
pajanan serta infeksi virus papiloma.7
Alergi merupakan penyebab yang sudah agak ditinggalkan, dikarenakan
pasien-pasien penderita papiloma inverted mempunyai riwayat alergi yang
negatif, selain itu papiloma sinonasal biasanya unilateral.7
Sinusitis paranasal sering ditemukan pada penderita inverted papiloma
dan ini disebabkan oleh obstruksi tumor dibanding dengan menyebabkan
terbentuknya tumor.8,9
Beberapa virus telah lama dicurigai sebagai penyebab lesi-lesi neoplastik
ini, dikarenakan virus-virus tersebut telah diketahui mempunyai kecenderungan
membentuk papiloma-papiloma di berbagai organ tubuh. Virus Human
16
17
18
1. Pemeriksaan luar
Perhatikan bentuk dari septum nasi, apakah ditemukan adanya
deviasi septum, apakah ada tanda tanda polip seperti frog nose
fenomena, bibir bagian atas apakah ada tanda maserasi karena
sekret dari sinus maksilaris, cari tanda tanda alergi seperti
bayangan gelap di sekitar mata (Shinner), garis melintang di
dorsum nasi (Crease) atau bekas garukan di dorsum nasi karena
gatal (Sallute) dan cari apakah ada edema dan hiperemi pada fossa
canina.
Cari tanda krepitasi akibat fraktur septum nasi yang dapat
menyebabkan obstruksi nasi, tekan dinding anterior sinus
maksilaris dengan ibu jari ke arah mediosuperior, jika didapatkan
perbedaan nilai, sinus yang lebih sakit adalah sinus yang patologis.
Bila palpasi menimbulkan reaksi yang hebat dapat diganti dengan
perkusi dengan jari telunjuk secara bersamaan tanpa alas jari 9,10
2. Rhinoskopi anterior
Merupakan suatu proses untuk melihat cavum nasi melalui vestibulum
nasi. Alat yang diperlukan adalah lampu kepala, spekulum hidung dan
larutan xylocain efedrin jika diperlukan untuk melebarkan cavum nasi.
19
3. Rhinoskopi posterior
Untuk melihat nasofaring dan bagian belakang kavum nasi dengan kaca
nasofaring lewat orofaring. Diperlukan lampu kepala, lampu spiritus,
spatula lidah dan kaca nasofaring, kadang diperlukan juga spray xylocain
untuk penderita yang amat sensitif. Yang penting diperhatikan sehubungan
dengan sinusitis adalah adanya sekret pada meatus media, adanya edema
dan hiperemi dari konka media dan inferior serta adanya polip pada koane.
9,10
20
21
Terapi pembedahan
Para klinisi setuju pilihan terapi pada inverted papiloma adalah dengan
pembedahan, tetapi sampai saat ini belum didapatkan sebuah konsensus
untuk menentukan jenis dan sejauh mana intervensi operasi yang terbaik.
Terdapat tiga tujuan operasi papiloma inverted, yaitu :
Dapat membuka dengan cukup sehingga dapat mereseksi
tumor keseluruhan.
Operasi menghasilkan lapangan pandang yang baik
sehingga memudahkan pengawasan pada kavitas pasca
operasi.
Meminimalisir deformitas kosmetik dan ketidakmampuan
fungsional.
22
Luasnya jaringan yang terlibat, sifatnya yang lokal agresif dan eksisi yang
tidak lengkap berhubungan dengan tingginya tingkat rekurensi, oleh
karena itu reseksi en bloc dengan rinotomi lateral menjadi pendekatan
standar. 11
Pendekatan bedah dalam reseksi inverted papiloma dapat dikategorikan
sebagai berikut : 11
Pendekatan endonasal nonendoskopik
Pendekatan eksternal terbatas (contohnya Caldwell Luc)
Pendekatan eksternal radikal (contohnya maksilektomi
medial via rinotomi lateral atau pendekatan midfasial
degloving)
pendekatan endoskopik endonasal.
preoperasi.
Empat
kelompok
ini
dimaksudkan
untuk
Tumor terbatas pada satu sisi kavum nasi tanpa perluasan ke sinus
paranasal.
23
Teknik Pembedahan
Lateral rhinotomy approach
Lateralis rhinotomy dimulai dengan membuat sayatan lengkung
antara commissura palpebrarum medialis dan dorsum nasi. Prosedur ini
dimulai dengan membuat insisi dari bawah ujung medial alis, kemudian
memperpanjang
sayatan
inferior
tersebut
di
antara
commissura
palpebrarum medialis dan dorsum nasi dan sepanjang alur dalam hidungpipi yang berdekatan dengan ala nasi. Kemudian,sayatan diarahkan naik ke
bagian lantai hidung. Sayatan tersebut setebal kulit ke periosteum. Sebuah
24
foramen
25
27
Gambar 5: Sagittal illustration of transnasal endoscopic medial maxillectomy (TEMM) shows the resected
lateral nasal wall. Note the cavity of the maxillary sinus (M), resected ethmoid sinuses (E), nasolacrimal duct
(NLD), sphenopalatine artery (SPA), and tumor (T).
28
transnasal
medial
endoscopic
maxillectomy
view
to
show
the
turbinate
(MT),
12
29
Gambar 7 :
incision
in
Inferior
transnasal
endoscopic
medial
line
position
of
illustrates
the
the
inferior
(IT),
nasolacrimal
30
medial
maxillectomy
sinus.
Posterior
cuts
are
artery
is
exposed.
31
dapat
divisualisasikan,
dan
mukosa
dapat
dihilangkan
untuk
2.
Radioterapi
Radioterapi masih dapat digunakan pada pengobatan lanjutan dan
32