Professional Documents
Culture Documents
BAB I
KONSEP DASAR MEDIS
A. DEFINISI
Di lihat dari kurva normal, anak yang mengalami tunagrahita adalah
mereka yang mengalami penyimpangan 2 (dua) standar deviasi, yaitu mereka
yang ber IQ 70 kebawah menurut skala Wechsler, sedangkan mereka yang ber
IQ 71 85 termasuk tunagrahita borderline (brown) et, Al., 1996).
Pendapat lain mengatakan, bahwa anak tunagrahita adalah anak yang
memiliki IQ 70 kebawah. Hallahan, 1988, mengestimasi jumlah penyandang
tunagrahita adalah 2,3 %. Namun pada tahun 1984. Annual eport to congress
menyebtnya 1,92% anak usia sekolah menyandang tunagrahita dengan
perbandingan laki-laki 60% dan perempuan 40% atau 3:2. Pada data pokok
sekolah Luar Biasa (p.11, 2003), dilihat dari kelompok usia sekolah, jumlah
pendudu di Indonesia yang menyandang kelainan adalah 48.100.548 orang,
jadi estimasi jumlah penduduk di Indonesia yang menyandang tunagrahita
adalah 2% x 48.100.548 orang = 962.011 orang
Di Indonesia pengertian anak tunagrahita tercantum dalam peraturan
pemerintah nomor 72 tahun 1991, anak tunagrahita dinyatakan sebagai anakanak dalam kelompok dibawah normal dan/atau lebih lamban dari pada anak
normal, baik perkembangan sosial maupun kecerdasannya (Depdiknas, 2006).
Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang
mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain untuk
tunagrahita dikenal dengan keadaan keterbelakangan mental atau retardasi
mental (Delphie, 2006). Pengertian lain mengenai tunagrahita ialah cacat
ganda. Istilah cacat ganda yang digunakan karena adanya cacat mental yang
dibarengi dengan cacat fisik. Misalnya cacat intelegensi yang mereka alami
disertai dengan keterbelakangan penglihatan (cacat mata). Ada juga yang
disertai dengan gangguan pendengaran. Namun, tidak semua anak tunagrahita
3. Berat
4. Sangat berat
C. Sedangkan secara klinis, tunagrahita dapat digolongkan atas dasar tipe atau
ciri-ciri jasmaniah sebagai berikut.
1. Sinroma down mongoloid; dengan ciri-ciri wajah has mongol , mata sipit
dan miring , lidah dan bibir teba dan suka menjulur jari kaki melebar, kaki
dan tangan pendek, kulit kering , tebal, kasardan keriput, dan susunan
geligi kurang baik
2. Hidrosefalus (kepala besar berisi cairan); dengan ciri kepala besar, raut
muka kecil, tengkorak sering menjadi besar
3. Mikro sefalus dan makro sefalusdengan ciri-ciri ukuran kepala tidak
proporsional (terlalu kecil dan terlalu besar)
C. ETIOLOGI
Para ahli membagi faktor penyebab tersebut atas faktor endogen dan
eksogen. Faktor endogen apabila letak penyebabnya pada sel keturunan dan
eksogen adalah hal-hal di luar sel keturunan, misalnya infeksi, virus
menyerang otak, benturan kepala yang keras, radiasi, dan lain-lain.
Cara lain yang sering digunakan dalam pengelompokan faktor
penyebab ketunagrahitaan adalah berdasarkan waktu terjadinya, yaitu faktor
yang terjadi sebelum lahir (prenatal), saat kelahiran (natal), dan setelah lahir
(postnatal). Menurut Bandi (2006) beberapa penyebab ketunagrahitaan yang
sering ditemukan baik yang berasal dari faktor keturunan maupun faktor
lingkungan.
1. Faktor keturunan
Penyebab kelainan yang berkaitan dengan faktor keturunan, meliputi hal
berikut:
a. Kelainan kromosom, dapat dilihat dari bentuk dan nomornya. Dilihat
dari bentuk dapat berupa inversi (kelainan yang menyebabkan
berubahnya urutan gene karena melihatnya kromosom; delesi
(kegagalan meiosis, yaitu salah satu pasangan tidak membelah
sehingga terjadi kekurangan kromosom pada salah satu sel); duplikasi
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII
(Departemen Anak)
dan
kegagalan
pemenuhan
kebutuhan
gizi
dapat
banyak
penelitian
yang
digunakan
untuk
pembuktian hal ini, salah satunya adalah penemuan patton & Polloway
bahwa bermacam-macam pengalaman negatif atau kegagalan dalam
melakukan interaksi yang terjadi selama periode perkembangan menjadi
salah satu penyebab ketunagrahitaan.
D. PATOFISIOLOGI
Para Ahli menyebutkan bahwa, penyebab terjadinya ketunaan pada
sesorang, yaitu: dibawa sejak lahir (faktor endogen) dan faktor dari luar
seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen) (Mohammad Efendi,
2006). Mohammad Efendi menambahkan, gangguan fisiologis dan virus dapat
menyebabkan tuna grahita. Virus tersebut diantaranya rubella (campak
jerman). Virus ini sangat berbahaya dan berpengaruh sangat besar pada tri
semester pertama saat ibu mengandung, karena akan memberi peluang
timbulnya ketunaan pada bayi yang dikandung. Bentuk gangguan fisiologis
lain adalah reshus faktor, mongoloid (penampakan fisik mirip keturunan orang
mongol) sebagai akibat gangguan genetik, dan kretinisme atau kerdil sebagai
akibat gangguan kelenjar tiroid. Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari
retradasi mental. Peningkatan tekanan yang terjadi pada otak menyebabkan
kemunduran fungsi otak. Selain itu, keadaan cerebal anoxia, yaitu kekurangan
oksigen dalam otak juga menyebabkan otak tidak berfungsi dengan baik.
Kelainan otak dapat terjadi pada saat pertumbuhan, pada masa prenatal, natal,
maupun postnatal. Menurut Mohammad Efendi (2006) peradangan otak akibat
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII
(Departemen Anak)
BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
TUNAGRAHITA RINGAN
A. PENGKAJIAN
Perawat dalam tiap tatanan dan bidang kerjanya sangat berperan dalam
melakukan pengkajian keperawatan pada anak-anak dengan tunagrahita.
Program Studi Pofesi Ners UIN Alauddin Makassar Angk. VIII
(Departemen Anak)
penyakit
sebelumnya,
perkembangan
personal
dan
sosial,
10
Pada umumnya mereka memiliki konsep diri yang rendah dan mudah
frustasi serta menangis.
5. Perkembangan kognitif
Anak-anak yang bermasalah dalam belajar, tidak mampu mentransfer halhal yang telah dipelajarinya dari satu situasi ke situasi lainnya. Mereka
belajar bahwa langit berwarna biru, tetapi tidak dapat mengenal rumah
atau mobil yang berwarna biru. Anak-anak tunagrahita juga tidak dapat
berfikir secara abstrak, seperti kematian, surga, dan Tuhan. Begitu pula
mereka tidak dapat membandingkan obyek yang besar dan kecil tanpa
melihat obyek secara langsung. Daya konsentrasi mereka terbatas, tidak
mampu mengingat sesuai dengan baik dan bermasalah untuk mengenal
hal-hal baru.
6. Keterampilan berbahasa
Anak-anak tunagrahita
pada
umumnya
tidak
berketerampilan
11
logam, membedakan suara seperti bunyi bel dan bunyi klakson mobil.
Lebih parah lagi anak tunagrahita seringkali tidak biasa mengatakan
darimana asal suara. Hal ini sangat membahayakan keamanan anak.
8. Lingkungan tempat tinggal dan belajar
Sangat penting untuk dikaji oleh perawat hal-hal sebagai berikut:
1) Perlengkapan: tempat tidur, kursi, toilet, lemari pakaian. Apakah
tingginya dapat dicapai oleh anak? Apakah anak terlindungi dari
kemungkinan celaka?
2) Perlengkapan bermain: apakah anak mempunyai mainan yang sesuai?
Apakan mainan tersebut menstimulus anak untuk bermain? Apakah
ada tempat bermain yang leluasa?
3) Orang-orang yang berarti bagi anak: Apakah ada orang dekat yang
mendukung perkembangan anak? Apakah anak diberi kesempatan
untuk memilih dan belajar mandiri? Apakah anak disiplin? Apakah ada
orang yang dapat mengajarkan keterampilan melakukan kegiatan
sehari-hari?
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Adapun diagnosa keperawatan NANDA menurut Wilkinson (2011):
1. Gangguan
komunikasi
verbal
berhubungan
dengan
keterlambatan
12
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Adapun diagnosa keperawatan NANDA menurut Wilkinson (2011):
NO.
1.
DIAGNOSA
KEP.
TUJUAN (NOC)
INTERVENSI (NIC)
Gangguan
kemampuan
dalam
Setelah dilakukan 1. Kaji
komunikasi
berkomunikasi
sesuai
dengan
tindakan
verbal
perkembangan mental anak.
keperawatan
berhubungan
R/: Latihan bicara yang sesuai
diharapkan
dengan
dengan perkembangan anak akan
keterlambatan
menghindari ekploatasi yang
keluarga dapat:
perkembangan 1. Lebih
berakibat
penekanan
fungsi
sering
bahasa, social
mental anak.
berkomunikasi
dan kognitif.
2. Ajak anak berkomunikasi secara
dengan anak.
komprehensif
baik
verbal
2. Menstimulasi anak
maupun nonverbal sambil belajar.
dalam
sektor
R/:
Komunikasi
yang
komprehensif
akan
bahasa.
memperbanyak jumlah stimulasi
yang diterima anak sehingga
akan memperkuat memori anak
terhadap suatu kata.
3. Bicara pelan dan mengulangi
kata-kata sampai anak mengerti
pembicaraan / perintah.
4. Berbicara sambil bermain dengan
alat untuk mempercepat persepsi
anak tentang suatu hal.
R/: Bermain akan menigkatkan
daya tarik anak sehingga
frekwensi dan durasi latihan bisa
lebih lama.
5. Berikan lebih banyak kata
meskipun anak belum mampu
mengucapkan dengan benar.
R/:
Anak
lebih
suka
mendengarkan kata-akat daripada
mengucapkan karena biasanya
kesulitan dalam mengucapkan.
6. Berikan penguatan/reinforcement
saat anak mampu mengerti
pembicaraan/perintah.
R/: Reinforcement positif dapat
menyenangkan hati anak.
7. Lakukan sekrening lanjutan
dengan mengggunakan Denver
13
Speech Test.
R/: Untuk mengetahui jenis dan
beratnya
gangguan
serta
keterlambatan dalam berbicara
pada anak.
2.
Defisit
Setelah
diberikan
perawatan diri tindakan
berhubungan
keperawatan
dengan
diharapkan anak:
kurangnya
1. Mampu
kematangan
melakukan tugas
perkembangan.
fisik paling dasar
dan
aktifitas
perawatan
pribadi.
2. Mampu
membersihkan
tubuhnya sendiri.
3. Mampu
untuk
mempertahankan
hygiene dirinya.
4. Mampu
mempertahankan
penampilan yang
rapih.
14
3.
Gangguan
interaksi sosial
berhubungan
dengan
kesulitan
adaptasi sosial.
Setelah
diberikan 1. Diskusikan bersama keluarga
tindakan
tentang manfaat berhubungan
keperawatan
dengan orang lain.
diharapkan
anak
R/: Meningkatkan pengetahuan
dapat
merasakan
keluarga tentang perlunya anak
kewajaran
saat
berhubungan dengan orang lain.
berinteraksi seperti 2. Ciptakan lingkungan yang aman
orang lain dengan,
saat anak berinteraksi dengan
Kriteria hasil: anak
siapapun.
dapat
berinteraksi
R/: Agar anak tidak merasa
dan
bersosialisasi
canggung, tegang, atau takut saat
dengan orang lain.
berinteraksi.
3. Bina hubungan saling percaya:
sikap terbuka dan empati, sapa
dengan
ramah, pertahankan
kontak mata selama interaksi.
R/: Meningkatkan kepercayaan
hubungan antara klien dengan
perawat, dan mempermudah
perawat untuk berinterksi dengan
anak.
4. Motivasi
anak
melakukan
sosialisasi dengan orang lain.
R/: Mungkin anak mengalami
perasaan tidak nyaman, malu
dalam berhubungan sehingga
perlu dilatih secara bertahap
dalam berhubungan dengan
orang lain.
4.
Gangguan
aktivitas fisik
berhubungan
dengan
ketidakmampua
n fisik dan
mental.
Setelah
diberikan1. Diskusikan
pada
anak/keluarga
tindakan
tentang keuntungan melakukan
keperawatan
aktivitas fisik.
diharapkan
anak
R/:
Untuk
meningkatkan
dapat
melakukan
pengetahuan
anak
tentang
aktivitas fisik walau
perlunya aktivitas fisik.
hanya
sebagian2. Diskusikan
pada
anak/keluarga
dengan,
tentang
kerugian
tidak
Kriteria hasil: anak
melakukan aktivitas fisik.
dapat
melakukan
R/: Untuk meningkatkan minat
aktifitas fisik dasar.
anak dalam melakukan aktivitas
15
5.
Resiko cidera
berhubungan
dengan mobilita
s fisik tidak
seimbang.
fisik
3. Motivasi
dan
bantu
anak
melakukan aktivitas fisik.
R/: Untuk meningkatkan minat
anak dalam melakukan aktivitas
fisik.
4. Beri pujian atas keberhasilan klien
melakukan aktivitas fisik.
R/: Reinforcement positif dapat
menyenangkan hati anak dan
meningkatkan minat anak untuk
melakukan aktivitas fisik.
Setelah
diberikan 1. Diskusikan dengan anak/keluarga
tindakan
pertolongan
pertama
pada
keperawatan
kecelakaan (contoh : kursi roda
diharapkan
anak
dan peralatan khusus lainnya).
dapat kooperatif dan
R/: Dilakukan untuk mengurangi
mengatur keamanan
resiko cidera yang lebih parah.
semampu
anak, 2. Observasi mulut jika tertelan
sehingga akan bebas
benda selain makanan.
dari
kemungkinan
R/: Anak kurang mengerti tentang
kecelakaan
dan
bahaya, jadi harus terus di pantau
cidera dengan,
dalam setiap aktivitasnya.
Kriteria hasil: anak 3. Anjurkan keluarga untuk tetap
akan terbebas dari
bersama anak sampai obat ditelan
kecelakaan dan tidak
dan perhatikan efek samping dari
menelan
bahan
pengobatan.
beracun.
R/: Menghindari anak membuang
obat atau meminum obat secara
berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
16
Effendi,
M.
(2006). Pengantar
Psikopedagogik
Anak