You are on page 1of 57

TRI CAHYANI WIDIASTUTI, M.Sc.

, Apt

DEFINISI
ANALGETIKA
:
(Obat penghalang nyeri) : zat-zat yg mengurangi/menghalau rasa
nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dg anestetik
umum).
ANTIPIRETIKA
:
Zat yg menurunkan suhu tubuh sampai nilai ambang normal
(37C).

KLASIFIKASI NYERI
1.

Menurut jenisnya

1.1.nyeri nosiseptik
1.1.a. akibat rangsangan aferen saraf perifer.
1.1.b. akibat peningkatan PGE2
1.2.nyeri neurogenik
1.2.a. akibat kerusakan saraf perifer
1.2.b. infiltrasi sel kanker pd serabut saraf
1.2.c. terpotongnya saraf perifer
1.3.nyeri psikogenik
Karena gangguan kejiwaan : marah, cemas/takut, depresi.

Lanj

Menurut timbulnya : nyeri akut, kronis.

Menurut penyebabnya : nyeri onkologik, non


onkologik.

Menurut derajatnya :
4.1. nyeri ringan : nyeri hilang timbul, terutama waktu
beraktivitas & hilang waktu tidur.
4.2.nyeri sedang : nyeri terus-menerus, aktivitas
terganggu, hanya hilang waktu tidur.
4.3.nyeri berat : nyeri terus-menerus sepanjang hari,
tidak bisa tidur/sering terbangun karena nyeri.

VISUAL ANALOG SCALE (VAS)


Rasa nyeri bersifat individual / obyektif & konstekstual.
Perlu suatu alat untuk menilai derajat nyeri secara
subyektif (mengkuantitatifkan) rasa nyeri menjadi skala
/ skor yg bermakna signifikan untuk penatalaksanaan
terapi analgesia VAS.

PENATALAKSANAAN NYERI
1. Berdasarkan proses terjadinya / menurut
jenisnya, nyeri dapat dihalau dg cara :

Analgetik perifer merintangi terbentuknya impuls


pd reseptor nyeri.
Anestetika lokal merintangi penyaluran impuls di
saraf sensoris.
Analgetik sentral/narkotika & anestetika umum
keduanya memblokir pusat nyeri di SSP.
Antidepresiva trisiklis untuk meredakan nyeri
kanker & saraf, mekanisme kerja belum diketahui dg
pasti.
Antiepileptika menurunkan jumlah neurotransmitter
di ruang sinaps pd nyeri.

PENATALAKSANAAN NYERI
2. Menurut derajat nyeri

Nyeri ringan / nyeri disertai demam obat analgetika


perifer (parasetamol, asetosal, mefenaminat,
propifenazon, aminofenazon).

Nyeri sedang analgetik perifer + opiat lemah


(kodein) atau ditambah kofein.
nyeri sedang + bengkak / akibat trauma (jatuh,
tabrakan) analgetik, antipiretik, antiinflamasi
(NSAIDs & aminofenazon).

Nyeri hebat morfin atau analgetik opiat lainnya.


(lihat tangga analgetika menurut WHO).

TANGGA ANALGETIKA MENURUT WHO


Tujuan : menghindari resiko kebiasaan & adiksi untuk
opioid, bila diberikan sembarangan.
1.
2.
3.

Non opiat (p.o./rektal) + co-analgetika


nyeri tetap/meningkat
Non opiat (p.o./rektal) + opiat lemah + co-analgetik
nyeri tetap/meningkat
Non opiat (p.o./rektal) + opiat kuat (p.o., s.c. kontinu,
i.v., epidural / spinal) + co-analgetika.

bebas nyeri

- Penggolonagan analgetik, 3 kelas :


1.Non-Opioida : parasetamol, NSAID, asetosal & kodein.
2.Opioida lemah : d-propoksifen, tramadol, kodein,
kombinasi parasetamol dg kodein.
3.Opioida kuat : morfin & derivatnya (heroin), dan zat
sintetis opioid.
- Cara pemberian :
1.Parasetamol 4 dd 1 g + co-analgetik efeknya kurang,
beri no.2
2.Parasetamol 4-6 dd 1 g + kodein 4-6 dd 30-60 mg +
co-analgetik.
3.Opioid kuat : morfin (oral, s.c. kontinu, i.v.,
epidural/spinal).

CO - ANALGETIKA
Obat yg indikasi utamanya bukan menghalau nyeri.
Bisa digunakan tunggal / dikombinasikan dg analgetik lain pd
keadaan tertentu , mis : nyeri onkologik & nyeri neuropatis.
Fungsi :
- memperkuat efek analgetik
- memperbaiki alam perasaan yg sedang kacau
- bersifat antiinflamasi
- meningkatkan nafsu makan
- membantu mengatasi anorexia
- mengurangi tekanan intrakranial, kompresi epidural &
susunan saraf spinal.
Contoh : psikofarmaka (antidepresiva trisiklik = amitriptilin;
antiepileptika = levopromazin, karbamazepin, valproat,
fenitoin, pregabalin) ; kortikosteroid (prednison,
deksamethason).

PENATALAKSANAAN NYERI
3. Akibat komplikasi penyakit atau penggunaan
obat.
3.1. polyneuropati

Yaitu gangguan saraf perifer, tidak bersifat nociceptif,


dasar keluhan bervariasi karena berbagai reseptor
berperan.

Gejala : sakit seperti ditusuk-tusuk, kelemahan otot,


hilang perasaan & refleks berawal dari jari-jari
kemudian menjadi lumpuh pada kedua kaki & tangan.

Penyebab : DM, pecandu alkohol, peradangan


kronis, gagal ginjal, obat virustatika, anti HIV.

Pengobatan
:
1.kombinasi antidepresiva trisiklik & antiepileptika.
2.obat opioid (tramadol, fentanil) + kombinasi no.1.
3.polyneuropati karena HIV lamotrigin.

PENATALAKSANAAN NYERI
3.2. Neuralgia postherpetis.

Adalah gangguan saraf perifer / nyeri pd bagian atas tubuh yg


diperoleh setelah sembuh dari Herpes zoster (umumnya pd
lansia).

Gejala : nyeri, rasa terbakar terus-menerus, bertahan sampai


2 tahun.

Pengobatan
:
1. 72 jam setelah timbul rash diberi virustatika (asiklovir 5 dd
800 mg setiap 4 jam selama 7 hari, ditambah kortikosteroid).
2. Bila masih nyeri :
- Antidepresiva trisiklis (amitriptilin, klomipramin,
nortriptilin).
- Antiepileptika (gabapentin, karbamazepin, fenitoin, asam
valproat, klonazepam).
- Obat opiat kuat (plester fentanil, metadon).

PENATALAKSANAAN NYERI
3.3. Neuralgia trigeminus.
Adalah nyeri neuropatis akibat gangguan dari saraf
otak ke-5.
Gejala : nyeri hebat seperti tersayat di bagian muka.
Pengobatan : amitriptilin, karbamazepin, fenitoin,
valproat, gabapentin, pregabalin (th 2004).

KLASIFIKASI ANALGETIK
Berdasarkan kerja farmakologinya, analgetika
dibagi :
1. Analgetika perifer (non-narkotika)
- Tidak bekerja sentral (bekerja terutama pd perifer)
& tidak bersifat narkotika.
- berkhasiat lemah (sampai sedang)
- bersifat antipiretika & kebanyakan bersifat
antiinflamasi &
antireumatik.
2. Analgetika narkotika
- bekerja sentral (hipnoanalgetika)
- berkhasiat kuat
- Menghalau rasa nyeri hebat (kanker).

1. ANALGETIK PERIFER SECARA KIMIAWI, DIBAGI :

1.
2.
3.
4.
5.
6.

Parasetamol
Salisilat : asetosal, salisilamid, benorilat
NSAID (Non Steroid Anti Inflamation Drugs)
Derivat antranilat : mefenaminat, asam niflumat
glafenin, floktafenin.
Derivat pirazolinon : aminofenazon, isopropilfenazon,
isopropilaminofenazone, metamizol.
Lain-lain : benzidamin.

.
Sinonim : P asetamidofenol; P asetamino fenol;
P asetilaminofenol; P-hidroksi asetanilida; Asetaminofen.
Asetaminofen adalah derivat P-aminofenol / asetanilida /
anilin.
Asetaminofen metabolit fenasetin dg efek analgetik &
antipiretik yg sama dg senyawa induknya.
Sebagai analgetik-antipiretik paling aman untuk
swamedikasi / pengobatan sendiri.
Indikasi : nyeri ringan sedang (sakit kepala, gigi, perut,
dysmenorroe / nyeri haid), dan demam (influenza & setelah
vaksinasi).

FARMAKODINAMIK / MEKANISME KERJA PARASETAMOL :

Mekanisme efek analgetik : menghambat biosintesis


prostaglandin (PG) perifer secara lemah yg berperan
sbg mediator nyeri.
Mekanisme
efek
antipiretik
:
menghambat
biosintesis PG ( yg dibentuk sbg reaksi terhadap zat
pirogen dari infeksi bakteri) di dalam hipotalamus (sbg
pusat pengatur suhu & termoregulasi), menyebabkan
vasodilatasi perifer di kulit dg bertambahnya
pengeluaran kalor & keluar keringat yg banyak.
Parasetamol tidak memiliki efek anti-inflamasi yg
signifikan. Hal ini terjadi karena di hipotalamus rendah
kadar peroksida (yg memicu terbentuknya PGE2 / PGF2
sbg mediator peradangan). Sedangkan lokasi inflamasi
banyak peroksida yg dihasilkan leukosit, sehingga efek
anti-inflamasi parasetamol tidak ada dan
tidak
digunakan untuk anti-rematik.

Farmakokinetik Parasetamol
Absorpsi
: cepat & sempurna melalui saluran cerna
(p.o).
Distribusi : secara luas, menembus plasenta, masuk
ASI.
Metabolisme : di hati oleh enzim mikrosomal hati.
Parasetamol (80%) berkonjugasi dg asam glukuronat,
sebagian kecil dg asam sulfat. Metabolit parasetamol
dapat bersifat toksik pd keadaan overdosis.
Fenasetin hidroksilasi metabolitnya
menyebabkan methemoglobinemia & hemolisis
eritrosit. Antidot methemoglobin, injeksi i.v. reduktor
biru toluidin (metilen blue) atau asam askorbat.
Ekskresi : metabolit melalui ginjal.
Plasma t = 1 4 jam.

Efek samping parasetamol


Reaksi hipersensitifitas & kelainan darah
Pd penggunaan kronis 3 4 g sehari kerusakan hati
Dosis > 6 g necrosis hati reversibel.
Hepatotoksis ini disebabkan oleh metabolitnya yg pd
dosis normal dapat ditangkal oleh glutathion (tripeptida
dg SH).
Dosis > 10 g : persediaan glutathion habis
metabolitnya mengikatkan diri pada protein dg SH di
sel-sel hati nekrosis hepatik irreversibel.
Dosis 20 g fatal.
Gejala over dosis : mual, muntah, anoreksia
Penanggulangan : bilas lambung, beri zat penawar
(asam amino N-asetilsistein, sisteamin, atau
metionin) CITO !
(8 10 jam setelah intoksikasi)

hamil & laktasi : aman menggunakan parasetamol

Interaksi

Pd dosis tinggi : memperkuat efek antikoagulansia,


pd dosis biasa tidak interaktif.
Memperpanjang t kloramfenikol
Kombinasi dg obat AIDS (zidovudin) meningkatkan resiko
neutropenia
Parasetamol vs fenotiazin (antipsikotik) hipothermia berat.
Parasetamol vs alkohol (zat hepatotoksik lain) efek
hepatotoksik bertambah.

Kontraindikasi

Hipersensitif terhadap parasetamol & defisiensi Glukose-6-fosfat


dehidrogenase.
Tidak boleh digunakan pada penderita dg gangguan fungsi hati

Peringatan & perhatian :

Pemberian harus hati-hati pada penderita dg gangguan ginjal,


gangguan fungsi hati, penggunaan jangka lama pada pasien
anemia, penyalahgunaan alkohol kronis.
Jangan melampaui dosis yg disarankan

DOSIS & CARA PEMBERIAN PARASETAMOL


1. Dewasa & anak > 12 th (PO) :
325 1000 mg tiap 4 6 jam sesuai kebutuhan (tidak
boleh lebih dari 4 gram / hari, atau 2,6 gram/hari
kronis).
2. Anak 11 12 tahun (PO / Rektal) :
480 mg tiap 4 6 jam sesuai kebutuhan.
3. Anak 9 11 tahun (PO / Rektal) :
400 mg tiap 4 6 jam sesuai kebutuhan.
4. Anak 6 9 tahun (PO / Rektal) :
320 mg tiap 4 6 jam sesuai kebutuhan.
5. Anak 4 6 tahun (PO / Rektal) :
240 mg tiap 4 6 jam sesuai kebutuhan.
6. Anak 2 4 tahun (PO / Rektal) :
160 mg tiap 4 6 jam sesuai kebutuhan.

Sinonim : Asetosal, Aspirin, Aspilets, Ascardia, Naspro, Saridon,


Inzana, dll
Analgetik-antipiretik-antiinflamasi tertua di dunia (1899), digunakan
ad kini di dunia. Penggunaan sangat luas & golongan obat bebas.
Sebagai prototipe, juga standar dalam menilai efek obat sejenis.
Asam salisilat iritatif hanya untuk obat luar.
Untuk sistemik substitusi pd gugus hidroksil (-OH) ester salisilat
(ex. Asetosal).
Indikasi :
Sebagai analgetik & anti-inflamasi & obat rema (artritis
reumatoid, osteoartritis).
Pengobatan nyeri ringan sampai sedang.
Penurun demam.
Profilaksis serangan iskemik transien (transient ischemic attack /
TIA).
Profilaksis infark miokard.

Farmakodinamik / mekanisme kerja aspirin


A. Mekanisme kerja sbg analgetik-antipiretikantiinflamasi (umum) : aspirin menghambat
biosintesis enzim siklooksigenase menjadi
endoperoksida, shg menurunkan atau bahkan
menghambat sintesis prostaglandin (PG), tromboxan
A2 (TX-A2), tetapi tidak menurunkan leukotrien.
B. Mekanisme Efek Analgetik :
aspirin menghambat PG secara perifer dan juga
menekan rangsang nyeri di level sub-korteks; efektif
untuk meredakan nyeri ringan sedang ( nyeri otot,
pembuluh darah, gigi, post persalinan, artritis).

C. Mekanisme Efek Antipiretik :


Demam yg menyertai infeksi peradangan akibat 2 hal
yaitu:
1). Pembentukan PG di dalam SSP sbg respon
terhadap bakteri pirogen.
2). Efek interleukin-1 (IL-1) di hipotalamus; IL-1
dihasilkan makrofag untuk aktivasi limfosit &
dilepaskan selama peradangan.
Aspirin menghambat keduanya shg dapat mengatur
kembali termoregulator di hipotalamus, shg terjadi
pelepasan panas secara vasodilatasi & disertai
pembentukan banyak keringat.
D. Mekanisme Efek Antiinflamasi :
akibat gagalnya produksi PGE2 / PGF2 sebagai
mediator radang.

E. Mekanisme Efek Antitrombotis :


aspirin memblokir iso-enzim syclooxygenase (COX-1)
secara sementara (seumur hidupnya trombosit) shg
sintesa tromboxan A-2 (TX A-2) tidak terjadi. TX A-2
bersifat trombotis dan vasokonstriktif. Dengan
demikian aspirin menghambat agregasi trombosit shg
banyak digunakan sebagai alternatif pd
antikoagulansia untuk obat pencegah serangan infark
miokard dan TIA.

FARMAKOKINETIKA ASPIRIN
1. Absorpsi : sempurna dari usus halus bagian atas;
karena bersifat asam, absorpsi juga terjadi di
lambung; mengalami FPE & hidrolisa selama absorpsi
shg BA menurun.
2. Distribusi : cepat & luas, menembus plasenta &
masuk ASI.
3. Metabolisme : oleh hati.
4. Ekskresi : metabolit inaktif melalui ginjal.
5. Waktu paruh : 2 3 jam (dosis 1 3 gram/hari).

EFEK SAMPING ASPIRIN


1.

2.

3.
4.
5.

6.

Iritasi mukosa lambung bahkan perdarahan GI, karena


asetosal bersifat asam dikurangi melalui kombinasi
dg antasidum (MgO, AlOH3, CaCO3)/garam
kalsiumnya (carbasalat, ascal).
Pd dosis besar menghilangkan efek pelindung dari
prostasiklin (PGI2) terhadap mukosa lambung (sintesa
PGI2 dihambat oleh blokade siklo-oxigenase), shg
terjadi dispepsia, heart burn, mual, muntah,
anoreksia, nyeri perut.
Anemia hemolitis.
Tinitus, kehilangan pendengaran.
Pd pasien asma (meskipun dosis kecil) dapat terjadi
efek serius, yaitu kejang bronchi hebat yg memicu
serangan asma.
Reaksi alergi kulit bahkan anafilaksis.

EFEK SAMPING ASPIRIN (LANJ)


7.

Sindrom Rye pd anak-anak kecil penderita cacar air /


flu / selesma hindari pemberian aspirin,
parasetamol > aman!
Ciri sindrom Rye : muntah hebat, termangu-mangu,
gangguan pernafasan, konvulsi, koma.

hamil tidak dianjurkan menggunakan asetosal


(dosis tinggi), terutama pd triwulan terakhir &
sebelum persalinan lama persalinan & kehamilan
diperpanjang, peningkatan perdarahan.
Laktasi asetosal masuk ASI, dapat digunakan tapi
insidentil.

INTERAKSI
1.
2.
3.
4.
5.
6.

7.
8.

Aspirin meningkatkan kerja antikoagulan oral, heparin,


atau zat trombolitis.
Aspirin menaikkan efek penisilin, fenitoin, metotreksat,
asam valproat, antidiabetik oral, & sulfonamid.
Aspirin menurunkan efek probenesid ,sulfinpirazon,
diuretik, dan antihipertensi.
Kadar salisilat serum diturunkan oleh glukokortikoid.
Antasida (alkalinisasi urin) dosis besar, menaikkan
ekskresi serta menurunkan konsentrasi salisilat serum.
Asidifikasi urin (mis. Mengkonsumsi makanan yg
mengasamkan urin : keju, telur, ikan, biji-bijian, daging,
unggas) dapat memperbesar absorpsi & konsentrasi
salisilat dalam serum.
Aspirin vs NSAIDs / alkohol, meningkatkan risiko iritasi GI.
Aspirin vs vankomisin, menaikkan risiko ototoksisitas.

KONTRAINDIKASI & PERHATIAN


1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.

Hipersensitivitas terhadap aspirin dan derivatnya.


Dapat terjadi alergi silang dg gol.NSAIDs lainnya.
Penderita tukak lambung, hemofilia, trombositopenia,
dan
Penderita
yg
pernah/sering
mengalami
perdarahan di bawah kulit.
Penderita asma & alergi.
Penderita yg mendapat terapi antikoagulan.
Gunakan hati-hati pada pasien riwayat perdarahan GI
atau penyakit ulkus, penyakit hati & ginjal berat.
Satu minggu sebelum pencabutan gigi (geraham
bungsu) penggunaan asetosal dihentikan karena
efek
antitrombotis

meningkatkan
resiko
perdarahan.

DOSIS & CARA PEMBERIAN ASPIRIN

1.
2.

Analgetik & antipiretik


Dewasa (PO, Rektal) :
325 1000 mg tiap 4 6 jam sesuai kebutuhan (tidak lebih dari
4 gram/hari).
Anak 2 11 tahun (PO, rektal) :
60 80 mg/kg/hari dalam 4 6 dosis terbagi.

1.
2.

Antiinflamasi
Dewasa (PO) : 2,6 6,2 gram/hari dalam dosis terbagi.
Anak-anak (PO) : 60 110 mg/kg/hari dalam dosis terbagi.

Pencegahan TIA
Dewasa (PO) : 1,3 gram/hari dalam 2 4 dosis terbagi.

Pencegahan infark miokard


Dewasa (PO) : 300 325 mg/hari.

Obat analgetik-antipiretik & NSAID


kelompok obat heterogen (kimiawi).
Memiliki banyak persamaan efek terapi & ES
mekanisme kerja sama penghambatan
biosintesis prostaglandin (PG).
Aspirin : prototipe NSAID obat mirip
aspirin (aspirin like drugs).

INDIKASI NSAID :

1.Sebagai analgetik, antipiretik, & antiinflamasi ,


untuk mengobati gejala penyakit rematik
(arthritis rheumatica, artrosis, & spondylosis).
2.Meredakan peradangan akibat trauma
(kecelakaan, benturan, pukulan), pasca
pembedahan, memar setelah olahraga.
3.Efektif untuk mengatasi nyeri/kolik saluran
empedu & kemih, keluhan tulang
pinggang, dan nyeri haid (dysmenorroe).
4.Menghalau nyeri kanker (ibuprofen,
naproksen, diklofenak adalah obat yg sering
dipakai karena ES paling ringan).

KLASIFIKASI KIMIAWI NSAID


I.

ASAM KARBOKSILAT

I.A.

Asam Asetat

I.A.1. Derivat Asam Fenilasetat


I.A.1.a. Diklofenak
I.A.1.b. Fenklofenak
I.A.2. Derivat Asam Asetat inden / indol
I.A.2.a. Indometasin = terkuat anti radangnya; lebih
sering
keluhan lambung-usus.
I.A.2.b. Sulindak
I.A.2.c. Tolmetasin

I.B. Derivat Asam Salisilat = dosis antiradangnya 2 3x


>>
kuat daripada analgetisnya; ES >> shg jarang
digunakan
pd terapi rematik.
I.B.1.
Aspirin
I.B.2.
Benorilat
I.B.3.
Diflunisal
I.B.4.
Salsalat
I.C. Derivat Asam Propionat
I.C.1.
Asam tiaprofenat
I.C.2.
Fenbufen
I.C.3.
Fenoprofen
I.C.4.
Flurbiprofen
I.C.5.
Ibuprofen
I.C.6.
Ketoprofen
I.C.7.
Naproksen

I.D. Derivat Asam Fenamat


I.D.1.
Asam Mefenamat
I.D.2.
Meklofenamat

II. ASAM ENOLAT


II.A. Derivat Pirazolon
II.A.1.
Azapropazon
II.A.2.
Fenilbutazon
II.A.3.
Oksifenbutazon

II. B. Derivat Oksikam


II.B.1. Piroksikam
II.B.2. Tenoksikam
II.B.3. Meloksikam

III. Lain : nabumeton, benzidamin cr 3%, bufexamac cr


5%.
NSAIDS lokal (krim/gel) : piroxicam 0,5%, naproxen
10%, niflumic acid, diklofenak 1%, benzidamin 3%.

MEKANISME KERJA NSAID & KORTIKOSTEROID


(GB. DIAGRAM PEROMBAKAN ASAM ARACHIDONAT MENJADI PROSTAGLANDIN &
LEUKOTRIEN DG TITIK KERJA SEJUMLAH OBAT REMA)

gangguan pd membran sel

Fosfolipid / membran sel

fosfolipase

dihambat
kortikosteroid

asam arachidonat

dihambat NSAID /
obat serupa
aspirin

endoperoksid
COX-1

Tromboxan
TXA2
-vaso <
-bronchi <
-agregasi >

dihambat
zileuton
montelukast

lipooxigenase

Cyclooxygenase

radikal bebas

as. hidroperoksid

COX-2

prostacyclin
PGI2

prostaglandin
PGE2/F2

-proteksi
lambung

peradangan

-vaso >
-antiagregasi

dihambat
nebumeton
celecoxib

leukotrien
LTA

LTB4

LTC4 LTD4 LTE4


peradangan
-vaso <
-permeab >


1.
2.

3.

1.
2.

Ada 3 macam obat anti-inflamasi (kerja agak selektif) :


Menghambat COX-2 > kuat dp COX-1
(COX-2 inhibitors /
penghambat COX-2 selektif), ex. Nabumeton, meloxicam.
Tidak menghambat COX-1 sama sekali pd dosis biasa, tapi efek
klinis iritasi mukosa lambung masih perlu dibuktikan.
ex. Celecoxib, diklofenak, naproksen, ketoprofen.
Menghambat ke-2 enzim COX
ex. Sulfasalazin
Antagonis Leukotrien (sbg obat antiinflamasi pd rematik
& asma)
lipooxigenase-blocker : Zileuton
LT-receptorblockers
: montelukast, pranlukast, zafirlukast.
Kortikosteroid
Menghambat fosfolipase pembentukan PG maupun LT
dihalangi.
Efek kortikosteroid terhadap gejala rema > NSAID ES > pd
dosis tinggi & penggunaan lama.

FARMAKODINAMIK / MEKANISME
EFEK ANTIINFLAMASI NSAID :

Inflamasi : respon lokal jaringan terhadap rangsang yg berasal


dari luar.

Macam-macam rangsang :
Rangsang fisika (panas, sinar matahari)
Rangsang kimia (zat kimia)
Rangsang mekanik (pukulan/benturan)
Rangsang biologik (zat yg dikeluarkan MH, ex. Bisa)

1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
4.
5.

Gejala/tanda radang :
Kalor
= panas
= heat
Rubor
= merah
= red
Tumor
= bengkak
= swelling
Dolor
= sakit
= pain
Functio lase
= loss of function

EFEK SAMPING NSAID


1.

Efek Ulcerogen
Mual, muntah, nyeri lambung, gastritis, ulcer pepticus, perdarahan
lambung disebabkan blokade sintesa PGI2 & kehilangan fungsi
perlindungan terhadap lambung. Terjadi pd penggunaan sistemik &
rektal.
NSAID + kortikosteroid efek ulcerogen >>>.
Pencegahan, dg pemberian obat sbb :
misoprostol (sbg pengganti PGI2 dg efek protektif thd mukosa
lambung).
Antagonis H2 (H2 blockers) : ranitidin, simetidin.
Pompa proton inhibitor : omeprazol, lansoprazol, pantoprazol.
Obat t panjang resiko ulcerogen >> t pendek.
Con. NSAID : - indometasin, azapropazon,piroxicam (keluhan
>>>).
- ketoprofen, naproksen, flurbiprofen, sulindak, diklofenak
keluhan sedang.
- Ibuprofen keluhan <<

EFEK SAMPING NSAID

2. Gangguan fungsi ginjal

Fungsi PG di ginjal : memelihara aliran darah / perfusi &

laju filtrasi glomeruler ginjal.


Jika sintesa PG dihambat oleh NSAID perfusi & laju
filtrasi glomeruli << efek-efek : Insufisiensi, nefritis
interstisial, kelainan regulasi air & elektrolit (udem,
hiperkalemia).
Lansia sangat peka nefritis irreversibel terutama
pemakaian indometasin.
Efek diuretik dikurangi oleh NSAID.

3. Agregasi trombosit

Efeknya dikurangi, karena penghambatan biosintesis


tromboksan A2 (TXA2) masa perdarahan diperpanjang.

Bersifat reversibel (kecuali asetosal)

Efek ini untuk terapi profilaksis trombo-emboli.

EFEK SAMPING NSAID

4.
Reaksi kulit
Ruam & urtikaria (diklofenak & sulindak).
5.
Bronchokonstriksi
Pd pasien asma yg hipersensitif NSAID
6.
Efek Sentral
Nyeri kepala, pusing, tinitus, termangu-mangu, sukar tidur,
depresi, gangguan penglihatan.
7.
Lain lain
Gangguan fungsi hati (diklofenak), gangguan haid (diklofenak,
indometasin), anemia aplastis (jarang).
Wanita hamil tidak boleh diberikan NSAID (triwulan terakhir)
menghambat kontraksi & memperlambat persalinan.
Laktasi NSAID menembus ASI jangan diberikan, kecuali :
ibuprofen, flurbiprofen, naproksen, diklofenak (pd dosis biasa
sedikit dalam ASI).

Interaksi
1.
2.

3.
4.
5.

Penggunaan NSAID bersama aspirin, menurunkan


efektivitasnya.
Meningkatkan efek perdarahan jika NSAID digunakan
bersama antikoagulan, heparin, obat trombolitik dan
asam valproat. (karena NSAID bersifat asam organik
yg terikat kuat pd protein darah shg dapat menggeser
ikatan obat lain dg PP tinggi maka daya kerja obat yg
tergeser tsb menjadi lebih kuat).
NSAID vs aspirin, kortikosteroid dapat meningkatkan
efek ulcerogen (efek merugikan pd GI).
NSAID menurunkan efek diuretik & antihipertensi.
NSAID meningkatkan resiko hipoglikemia akibat
insulin / obat hipoglikemik oral.

KONTRAINDIKASI & PERHATIAN


Tukak lambung & perdarahan G.I.
Hipersensitif NSAID
Penderita asma
Gunakan hati-hati pd penderita kardiovaskuler,
ginjal, atau penyakit hati yg parah.

2. ANALGETIK NARKOTIKA / OPIOID

Adalah obat yg daya kerjanya meniru opioid endogen / endorfin


dg memperpanjang aktivasi reseptor opioid (reseptor ) di SSP
shg persepsi nyeri & respon emosional terhadap nyeri berubah /
dikurangi.

Mekanisme kerja analgetik narkotik


:
analgetik opioid berikatan dg (sisa) reseptor opioid pd SSP (yg
belum ditempati endorfin) shg mengubah persepsi & respon thd
stimulus nyeri sambil menghasilkan depresi SSP secara umum.

Minimal ada 4 macam reseptor opioid, yaitu reseptor , k, , ,


dan , sbg tempat pengikatan analgetik narkotik untuk
menghasilkan efek analgesia yg menyerupai endorfin.

Klasifikasi analgetik opioid berdasarkan cara kerja pd reseptor


opioid :
1.
Agonis Opiat
Menyerupai morfin, bekerja sebagai agonis terutama pd reseptor
dan mungkin pd reseptor k.
alkaloid candu : morfin, codein, heroin, nicomorfin.
Zat sintetis : metadon & derivatnya (dextromoramida, propoksifen,
bezitramid), petidin & derivatnya (fentanil, sufentanil), tramadol.
2. Antagonis Opiat
Tidak memiliki aktivitas agonis pd semua reseptor.
Ex : nalokson, naltrekson, nalorfin, pentazosin, buprenorfin, nalbufin.
3. Kombinasi
Zat ini mengikat pd reseptor opiat tapi tidak mengaktivasi kerjanya
dg sempurna.
a). Agonis-antagonis opiat
Bekerja sebagai agonis pd beberapa reseptor & sebagai antagonis
(agonis lemah) pd reseptor lain. Ex : nalorfin, pentazosin, nalbufin,
dezosin, butorfanol, buprenorfin.
b). Agonis parsial (buprenorfin, pentazosin).

Indikasi analgetik opioid (umum)


Analgetik opioid bisa digunakan sendiri / kombinasi dg
analgetik non-opioid dalam penatalaksanaan nyeri sedang
hebat.
Analgetik opioid juga telah digunakan sbg :
- analgetik selama persalinan.
- pra bedah (sedasi praoperatif).
- intrabedah
- pascabedah
- adjuvan anestesia
- dalam perawatan intensif untuk analgesia, sedasi &
antinsietas.
- antitusif (penekan rangsang batuk kering, mis : codein)

FARMAKOKINETIK ANALGETIK OPIOID


(UMUM)
1. Absorpsi
50% obat diabsorpsi dari sal. GI & diabsorpsi
sempurna dari tempat injeksi i.m.
2. Distribusi
umumnya didistribusikan secara luas, menembus
plasenta & masuk ASI.
3. Metabolisme
umumnya di hati, reaksi metabolisme berbeda
tergantung @ obat.
4. Ekskresi
melalui ginjal.
5. Waktu paruh eliminasi
berbeda tergantung @ obat.

EFEK SAMPING ANALGETIK OPIOID (UMUM)


1.

2.
3.
4.
5.

6.
7.

Depresi SSP, mis : sedatif, depresi pernafasan & batuk, miosis,


hipothermia, mual & muntah (karena rangsangan pd CTZ /
chemo triggrer zone), penurunan aktivitas mental & motorik,
euforia, perasaan termangu, halusinasi .
Bronchokonstriksi saluran nafas, shg pernafasan menjadi
dangkal & frekuensinya menurun.
Sistem sirkulasi darah : vasodilatasi perifer (jika pd kulit,
keluar keringat berlebihan), hipotensi & bradikardi (dosis tinggi).
Saluran GI : obstipasi karena peristaltik berkurang, kolik batu
empedu karena kontraksi sfingter kandung empedu.
Saluran urogenital : retensi urin (karena tonus sfingter
kandung kemih naik), kontraksi uterus berkurang
(memperpanjang waktu persalinan).
Pelepasan histamin : pruritus, urticaria.
Kebiasaan & ketagihan

PENGGUNAAN ANALGETIK OPIOID


PD KEHAMILAN & LAKTASI
Opioid dapat melintasi plasenta.
Boleh digunakan beberapa waktu sebelum persalinan.
Bila diminum terus, merusak janin akibat depresi
pernafasan & memperlambat persalinan.
Bayi dari ibu yg ketagihan juga menderita gejala
abstinensi.
Selama laktasi, ibu dapat menggunakan opioid karena
hanya sedikit terdapat dalam ASI.

PERHATIAN & KONTRAINDIKASI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Gunakan opioid hati-hati pd :


Penyakit ginjal, hati, pulmoner parah (asma).
Hipotiroidisme
Pasien lansia / pasien lemah (penyakit saraf / otot)
Nyeri abdomen / hipertrofi prostat yg tidak
terdiagnosa.
Insufisiensi adrenal
Alkoholisme
Anak-anak (meningkatkan resiko kejang akibat
akumulasi normeperidin)
Pasien dg riwayat hipotensi sebelumnya (mis : pasca
perdarahan).
Kurangi dosis opioid pd pasien lansia, malnutrisi,
gangguan fungsi ginjal / hati (mis : pre-eklamsia).

PERHATIAN & KONTRAINDIKASI

1.
2.
3.
4.

Kontraindikasi :
Hipersensitifitas
Kehamilan / laktasi (penggunaan kronis)
Penggunaan dg MAOI (Monoamin oksidase inhibitor)
yg baru berjalan (14 21 hari).
Peningkatan tekanan intrakranial / konsentrasi CO2
(penyakit pernafasan yg berat).

INTERAKSI
1.

Analgetik opioid vs obat gol. Depresan SSP lain


(alkohol; antihistamin; sedatif-hipnotik = barbiturat &
benzodiazepin; obat anestesi = nitrogen oksida;
metoklopramida; fenotiazin / proklorperazin;
antidepresan trisiklik) depresi SSP >>>.

2.

Analgetik opioid (meperidin, pentazosin,tramadol) vs


MAO Inhibitor atau SSRI (selective serotonin re-uptake
inhibitor) atau probakarbazin menimbulkan
hiperpireksia disertai hipotensi / hipertensi yg fatal,
dihindari selama 14 21 hari sesudah terapi MAOI
dihentikan.

3.

Analgetik opioid vs metoklopramid, cisapride &


domperidon stasis lambung.

INTERAKSI
4.

Analgetik opioid (meperidin, metadon, fentanil,


morfin) vs simetidin / ranitidin (antagonis H2)
menghambat enzim mikrosomal shg metabolisme
opioid dicegah, akibatnya konsentrasi opioid
meningkat (apnea & gejala kebingungan).

5.

Opioid (meperidin, pentazosin) vs antikonvulsan


(fenitoin, karbamazepin, fenobarbiton); rifampisin;
estrogen & tembakau menginduksi enzim hati shg
eliminasi opioid dipercepat, akibatnya efek opioid
menurun pemberian opioid harus lebih sering /
dosisnya dinaikkan.

6.

Opioid vs siklizin edema paru (jarang terjadi).

TERIMAKASIH

You might also like