Professional Documents
Culture Documents
MINI PROJECT
Tanggal
Kode Kegiatan
: F7
Uraian Kegiatan
Pesantren
Darun
Najjah
Tegalampel
Bondowoso
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang penting dalam
pembangunan kesehatan yang salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok
anak usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi. Usia sekolah merupakan masa
untuk meletakkan landasan kokoh bagi terwujudnya manusia berkualitas dan
kesehatan merupakan faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya
manusia (Warni, 2009). Menurut Bahar (2000) dalam Warni (2009) bahwa salah
satu faktor utama yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut adalah Perilaku.
Penyuluhan
dengan
berbagai
sasaran
lebih ditekankan
pada
santri
Pondok
Pesantren
Darun
Najjah
Tegalampel
Bondowoso dapat melakukan demonstrasi cara menggosok gigi yang baik dan
benar.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian adalah :
1.4.1 Bagi Institusi Puskesmas
Memberikan masukan bagi puskesmas tentang peningkatan pelaksanaan program
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah terutama kegiatan penyuluhan kesehatan gigi.
1.4.2 Bagi Institusi Pondok Pesantren
Membantu meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi bagi santri dan pihak
pondok dalam upaya pencegahan kerusakan gigi.
1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan
Menambah khazanah referensi hasil penelitian yang ada, selanjutnya dapat
digunakan sebagai tambahan referensi bagi penelitian yang lain.
1.4.4 Bagi Peneliti
Memperoleh pengalaman nyata dalam proses penerapan penelitian berdasarkan
pengetahuan yang diperoleh selama pendidikan dan memberikan tambahan
referensi bagi penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penyuluhan Kesehatan
2.1.1 Batasan Penyuluhan Kesehatan
Menurut Ewless (1994) dalam Maulana (2009) bahwa konsep penyuluhan
kesehatan seringkali cenderung disama-artikan dengan konsep Promosi Kesehatan
dan pendidikan kesehatan, walaupun hakekatnya ketiga istilah tersebut memiliki
pengertian yang berbeda. Promosi Kesehatan lebih identik dengan lingkup
program kesehatan yang cakupannya lebih luas dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat atau individu, melalui upaya pemberdayaan
masyarakat/individu sehingga mampu mengontrol dan memperbaiki aspek-aspek
kehidupan mereka yang mempengaruhi kesehatan.
Promosi Kesehatan juga merupakan istilah yang lebih luas daripada
pendidikan kesehatan dan penyuluhan kesehatan. Committee on Health Education
and
Promotion
Terminology
(2007)
individu
meningkatkan
kontrol
terhadap
kesehatan
dan
konsep
pendidikan
dalam
bidang
kesehatan,
sehingga
penyuluhan pun akan diulang bilamana diperlukan atau ditempatkan pada sasaran
lain (Maulana, 2009).
Definisi penyuluhan kesehatan menurut Effendy (1998) bahwa penyuluhan
kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan
pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan
mengerti, tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan. Definisi lainnya, penyuluhan kesehatan diartikan
sebagai gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsipprinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana
caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perorangan maupun
secara kelompok (Suliha, 2002).
Penyuluhan secara umum merupakan terjemahan dari Counseling yang
berarti bimbingan, yaitu proses pemberian bantuan kepada individu yang
dilakukan secara berkesinambungan supaya individu tersebut dapat memahami
diriya sendiri. Penyuluhan juga dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik
antara dua individu (penyuluh dan klien) untuk mencapai pengertian tentang diri
sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapi pada waktu yang
akan datang (Machfoedz, 2005 dalam Maulana, 2009).
Dalam konsepsi kesehatan secara umum, penyuluhan kesehatan diartikan
sebagai
kegiatan
menyebarluaskan
pendidikan
pesan
dan
kesehatan
menanamkan
yang
dilakukan
keyakinan,
dengan
dengan
cara
demikian
masyarakat tidak hanya sadar, tahu, dan mengerti, tetapi juga mau dan dapat
melakukan
anjuran
yang
berhubungan
dengan
kesehatan
(Azwar,
Menurut
Maulana
(2009)
langkahlangkah
dalam
merencanakan
1. Mengenal masalah
2. Menentukan tujuan penyuluhan
3. Menentukan sasaran penyuluhan
4. Menentukan isi penyuluhan
5. Menentukan metode penyuluhan yang akan digunakan
6. Memilih alat peraga atau media penyuluhan
7. Menyusun rencana penilaian
8. Menyusun rencana pelaksanaan
2.1.4 Metode Penyuluhan
Menurut Notoatmodjo (2003) metode yang dapat dipergunakan dalam
penyuluhan kesehatan adalah :
1. Metode Ceramah, adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu
ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga
memperoleh informasi tentang kesehatan.
2. Metode Diskusi Kelompok, pembicaraan yang direncanakan dan telah
dipersiapkan tentang suatu topik pembicaraan diantara 5 20 peserta (sasaran)
dengan seorang pemimpin diskusi yang telah ditunjuk.
3. Metode Curah Pendapat, yakni suatu bentuk pemecahan masalah di mana setiap
anggota mengusulkan semua kemungkinan pemecahan masalah yang terpikirkan
10
11
d. Flif Chart (lembar balik), media penyampaian pesan atau informasi kesehatan
dalam bentuk lembar balik
e. Rubrik atau tulisan-tulisan pada surat kabar atau majalah yang membahas suatu
masalah kesehatan, atau hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan
f. Poster, yaitu bentuk media cetak yang berisi pesan-pesan/informasi kesehatan,
yang biasanya ditempel di tembok-tembok, atau di tempat-tempat umum atau di
kendaraan umum.
g. Foto-foto yang mengungkapkan informasi kesehatan
2. Media Elektronik
Media elektronik sebagai sasaran untuk informasi untuk menyampaikan pesanpesan kesehatan yang terdiri dari: Televisi, radio, Video, Slide, dan Film Strip.
3. Media Papan (Billboard), biasanya dipasang di tempat-tempat umum dapat diisi
dengan pesa-pesan atau informasi-informasi kesehatan.
Djuita (1995) menjelaskan lebih rinci tentang media cetak Leaflet, yaitu :
1. Leaflet adalah selebaran kertas yang berisi tulisan cetak tentang suatu masalah
khusus untuk suatu sasaran dengan tujuan tertentu
2. Bentuk Leaflet, terdiri dari 200-400 huruf dengan tulisan cetak, biasanya
diselingi dengan gambar. Isi leaflet harus dapat dibaca sekali pandang, dan
ukurannya sekitar 20x30 CM
13
kelemahan poster adalah sulit dipahami dengan mudah karena terkadang lebih
didominasi gambar sehingga tidak semua sasaran mudah memahami maksud
pesan dari poster, selain juga bahwa poster hanya ditempatkan pada dinding atau
tempat-tempat umum sehingga tidak semua sasaran dapat dengam mudah
melihatnya, berbeda dengan leaflet yang bias dengan mudah dibawa pulang dan
disimpan dimana saja (Depkes RI, 2008)
2.2 Kesehatan Gigi
Kesehatan gigi meliputi aspek yang luas. Upaya kesehatan gigi pada
dasarnya diarahkan pada upaya menjaga kesehatan gigi, termasuk juga pada
tataran
UKGS
yang
umumnya
berupa
kegiatan-kegiatan
yang
bersifat promotif dan preventif, seperti penyuluhan cara menjaga kesehatan gigi
disamping pengetahuan tentang gigi, kegiatan sikat gigi massal, pemberian tablet
fluor dan kegiatan preventif lainnya. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk
menjaga kesehatan gigi. Dalam buku Pedoman Upaya Kesehatan Gigi Masyakarat
(UKGM) (2004) disebutkan bahwa upaya menjaga kesehatan gigi pada dasarnya
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) cara, yaitu membersihkan gigi dengan menyikat
gigi secara benar dan teratur, memperkuat gigi dengan fluoridasi air minum atau
melalui penggunaan pasta gigi berfluoride serta pemberian tablet fluor bagi anak
sekolah, kemudian diet kontrol dalam mengkonsumsi makanan yang manis dan
lengket serta membiasakan mengkonsumsi makanan berserat dan menyehatkan
gigi.
1. Membersihkan Gigi dengan menyikat gigi secara benar dan teratur
15
Cara menyikat gigi sangat mempengaruhi tingkat kebersihan gigi, karena cara
menyikat gigi yang benar dan teratur mampu mengontrol pembentukan plak gigi
yang merupakan penyebab terjadinya karies gigi. Terdapat beberapa metode
menyikat gigi berdasarkan cara menggerakkan sikat gigi yang dianjurkan oleh
para ahli, diantaranya oleh Rahmadhan (2015) menguraikan cara menyikat gigi
sebagai berikut :
a. Memegang sikat gigi secara horisontal dan meletakkan kepala sikat gigi pada
permukaan gigi, lebih tepatnya di tepi gusi (batas gigi dengan gusi), karena pada
daerah tersebut banyak plak menumpuk.
b. Memiringkan kepala sikat gigi kira-kira sebesar 45 derajat menghadap
permukaan gigi. Tujuannya agar bulu sikat dapat masuk ke celah antara gigi
dengan gusi yang disebut saku gusi, dan membersihkan plak yang ada di
dalamnya.
c. Menggerakan sikat secara horisontal dengan jarak yang sangat pendek atau
kecil seperti suatu getaran dan dengan tekanan yang lembut.
d. Menyikat gigi dengan gerakan sebanyak 10-20 kali gosokan kemudian
berpindah ke gigi-gigi disebelahnya.
Kemp dan Walters (2004) menguraikan cara menyikat gigi yang mudah
dilakukan oleh anak-anak yaitu :
a. Memulai dengan permukaan gigi luar atas, diawali dengan geraham belakang,
kemudian perlahan-lahan bergerak ke bagian tengah dan menyeberang ke sisi lain,
16
posisi sikat gigi disesuaikan sehingga bulu sikat agak miring pada baris gusi dan
gerakan melingkar dengan lembut pada satu atau dua gigi sekaligus.
b. Membersihkan permukaan gigi dalam atas dengan cara menyikat gigi dari
belakang ke tengah,kemudian beralih ke sisi lain. Sikat gigi dipegang secara
vertikal dan menggunakan bagian depan sikat, digerakkan sekali lagi dengan
gerakan melingkar yang lembut.
c. Untuk permukaan mengunyah adalah dengan mendatarkan sikat gigi agar dapat
membersihkan alur dan celah alamiah di geraham gigi .
d. Untuk gigi geligi pada rahang bawah umumnya sama dengan teknik di atas.
Menurut Andlaw (1992) dari keseluruhan cara menyikat gigi yang ada
tidak terdapat satu pun cara menyikat gigi bisa dikatakan lebih baik dari yang lain
dalam hal menghilangkan plak gigi, karena semua cara menyikat gigi memerlukan
keterampilan tersendiri sehingga tidak dianjurkan memaksakan satu metode yang
sulit dilakukan oleh anak untuk menyikat gigi.
2. Pemberian Fluor pada Gigi
Fluor adalah zat mineral yang efektif mencegah terjadinya karies gigi dalam
konsentrasi rendah dipertahankan dalam mulut. Fluoridasi adalah upaya menjaga
kesehatan gigi dengan cara memberikan zat fluor pada gigi (Djuita, 1995). Fluor
dapat mencegah karies dengan efektif karena mempunyai beberapa cara kerja
yang berbeda. Fluor dapat bekerja secara sistemik melalui makanan, minuman.
Fluor juga dapat dikonsumsi dalam bentuk tablet dengan cara kerja sistemik
17
dalam dosis-dosis tertentu, selain juga dapat digunakan secara topikal langsung
pada permukaan gigi (Depkes RI, 1997).
Menurut Djuita (1995) ada beberapa macam cara upaya fluoridasi yaitu :
a. Fluoridasi Air Minum, adalah pemberian fluor dalam dosis tertentu yang
dimasukkan kedalam air minum yang digunakan sehari-hari, pemberian fluor
dengan cara ini dilakukan secara sistemik.
b. Fluoridasi dengan Topikal Aplikasi, yaitu pemberian fluor pada gigi dengan
cara pengolesan pada seluruh permukaan gigi dalam mulut, jadi perawatan
Topikal Aplikasi
bersifat
lokal
pada
permukaan
gigi.
Selain
dengan
metode topical dapat juga melalui kegiatan kumur-kumur larutan fluor di sekolah.
c. Fluoridasi melalui Pasta Gigi, umumnya seluruh pasta gigi yang digunakan saat
ini sudah mengandung zat fluor, sehingga penggunaan pasta gigi diharapkan dapat
membantu fluoridasi bila digunakan dengan prosedur menyikat gigi yang benar.
d. Fluoridasi dalam bentuk Tablet, artinya zat fluor dikemas dalam bentuk Tablet
minum dalam dosis-dosis optimal yang dapat diberikan pada anak-anak sekolah
melalui program UKGS maupun ibu-ibu hamil sebagai upaya menjaga kesehatan
gigi agar dapat mencegah terjadinya karies gigi. Fluoridasi dalam bentuk Tablet
dianjurkan dengan menghisap tablet sebelum di telan karena efek preventif
terhadap karies dapat lebih maksimal (Depkes RI, 1997).
18
3. Diet Kontrol
Faktor penting lain dalam upaya menjaga kesehatan gigi adalah diet control yang
berkaitan dengan frekuensi mengkonsumsi makanan dan yang mengandung
karbohidrat. Tujuan pentingnya adalah mendorong sasaran penyuluhan agar
mengendalikan frekuensi makanan berkarbohidrat, dimana karbohidrat dan gula
merupakan faktor penting penyebab terjadinya karies gigi (Tambun, 2002) .
Menurut
Djuita
(1995)
diet
kontrol
dimaksud
adalah
mengupayakan
mengkonsumsi jenis makanan yang berserat dan baik untuk kesehatan gigi karena
mampu membersihkan gigi serta menghindari jenis makanan yang dapat merusak
gigi atau membantu terjadinya karies gigi.
Menurut penelitian, jika gula dikonsumsi diantara waktu makan, frekuensi
karies akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan konsumsi gula yang hanya
terbatas pada saat makan saja. Pengaturan jenis makanan dan frekuensi makan
merupakan cara efektif untuk mencegah karies. Pada dasarnya pengaturan jenis
makanan terkait dengan jenis makanan yang mengandung gula jenis sukrosa,
karena terjadinya karies membutuhkan faktor zat gula untuk difermentasikan
menjadi asam sehingga memudahkan gigi berlubang.
Beberapa jenis makanan yang baik untuk menjaga kesehatan gigi
diantaranya (Melindacare, 2015) :
a. Menghindari terlalu banyak makan permen, kue kering, coklat, peanut butter,
dan makanan manis lainnya. Tidak dianjurkan untuk menjadi makanan camilan.
b. Mengkonsumsi buah dan sayur yang banyak mengandung air, seperti buah Pir,
Melon, Mentimun, Selendri.
19
(2006)
menjelaskan
diet
kontrol
makanan
dengan
d. Jenis makanan berupa zat tepung dan serat tumbuhan. Jenis makanan dari zat
tepung sangat memudahkan pembentukan plak dan karies, sebaliknya serat
tumbuhan justru mampu membersihkan gigi dari plak yang dapat menimbulkan
karies.
Menurut Hamsafir (2015), langkah-langkah untuk menjaga kesehatan gigi dan
mulut adalah :
1. Menyikat gigi 2 kali sehari
2. Ganti sikat gigi 3-4 bulan sekali. Pilih sikat gigi yang bulunya lembut dengan
kepala sikat yang dapat menjangkau seluruh permukaan gigi
3. Gunakan pasta gigi yang mencantumkan ADA untuk memastikan kandungan
fluoride cukup untuk mencegah gigi berlubang karies
4. Gunakan obat kumur
5. Gunakan alat bantu membersihkan gigi seperti benang.
6. Hindari makan makanan yang banyak gula dan manis seperti syrup, permen dan
coklat
7. minum air setelah makan
8. Membiasakan untuk makan buah-buahan segar dan berair karena dapat
membantu mengurangi serat-serat
9. Minum setelah makan.
2.3 Pengetahuan
21
seseorang
tersebut
harus
terjadi
proses
yang
berurutan
22
sesuatu yang spesifik dari seluruh badan yang dipelajari atau rangsangan yang
telah diterima
2) Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya
terhadap berbagai objek yang dipelajari.
3) Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip
dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4) Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan
masih ada kaitannya satu sama lain, kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5) Sintesis (Synthesis)
23
Sintesis
menunjuk
kepada
suatu
kemampuan
untuk
meletakkan
atau
24
26
27
sosial
budaya,
dan
sebagainya,
sehingga
lingkungan
tersebut
mempengaruhi kesehatannya.
Seorang ahli lain Becker (1979) dalam Maulana (2009) membuat
klasifikasi lain tentang perilaku kesehatan ini, yaitu :
1. Perilaku hidup sehat, yaitu
dengan upaya
28
3. Perilaku peran sakit, mencakup segala aktifitas individu yang menderita sakit
untuk memperoleh kesembuhan. Perilaku peran sakit meliputi: tindakan
memperoleh kesembuhan, mengenal fasilitas pelayanan kesehatan, mengetahui
hak dan kewajiban orang sakit.
2.4.4. Perilaku Kesehatan Gigi
Faktor perilaku memegang peranan penting dalam mempengaruhi
kesehatan gigi dan mulut seseorang termasuk tentang bagaimana menjaga
kebersihan gigi dengan menyikat gigi. Belum optimalnya status kesehatan gigi
dan mulut di sekolah dasar umumnya disebabkan oleh karena perilakunya belum
menunjukkan perilaku sehat (Astoeti, 2006dalam Raule, 2008).
Dalam aspek kesehatan gigi khususnya, bahwa pengetahuan kesehatan gigi dan
mulut sangat penting termasuk cara menjaga kebersihan gigi dan mulut karena
pengetahuan merupakan faktor domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang, artinya perilaku atau praktik keseharian anak dalam menjaga
kesehatan gigi sangat ditentukan oleh tingkat pengetahuannya tentang kesehatan
gigi (Astoeti, 2006dalam Raule, 2008).
BAB 3
METODE
3.1 Kelompok Sasaran
29
Yang menjadi kelompok sasaran dalam kegiatan Mini Project ini adalah
santri Pondok Pesantren Darun Najjah Tegalampel Bondowoso.
3.2 Persiapan Penyuluhan
Persiapan penyuluhan terdiri dari beberapa bagian antara lain:
1) Penguasaan materi penyuluhan
2) Penguasaan
cara-cara
komunikasi
atau
penyampaian
pesan
dan
Leaflet
2.
Media Poster
3.
4.
5.
Gelas
Indikator keberhasilan Mini Project ini adalah jumlah peserta yang hadir
100%, dan peserta tersebut mampu mempraktekkan cara sikat gigi yang benar
31
3.
4.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1.
Luas wilayah
: 8 desa
Laki-laki
: 12.548
Perempuan
: 13.073
Mukhayyar adalah wakif yaitu orang yang telah mewakafkan tanahnya untuk
lokasi pembangunan Darunnajah. Ia juga membelanjakan hartanya untuk
menggaji guru, membelanjakan uangnya untuk membangun madrasah, dan
menutup biaya operasional pada saat awal mula pendirian pesantren ini. Abdul
Manaf juga penggagas ide pendirian lembaga pendidikan yang mengajarkan
agama Islamdan
mencetak
kader-kader
ulama.
Di
awal
tahun
2011
NAMA PENYAKIT
JUMLAH
%
33
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
4333
2047
1949
1897
1325
991
816
671
654
607
583
569
567
551
499
23.99
11.34
10.79
10.50
7.34
5.49
4.52
3.72
3.62
3.36
3.23
3.15
3.14
3.05
2.76
34
Kelompok Umur
Frekuensi
Persentase
10
12
30,8
11
14
35,9
12
13
33,3
Total
39
100,00
No
1
Tabel V.2
Distribusi Frekuensi Responden Penyuluhan Kesehatan Gigi dengan Media Poster Berdasarkan
Jenis Kelamin pada Santri Pondok Pesntren Darun Najjah
No Jenis Kelamin
Frekuensi
Persentase
20
51,3%
Laki-laki
35
Perempuan
19
48,7%
Total
39
100,00%
No
Kategori
Pengetahuan
Frekuensi
Persentase
Baik
15
46,2
Kurang Baik
24
53,8
Total
39
100
pengetahuannya
kurang
baik,
dan
selebihnya
(46,2%)
tingkat
pengetahuannya baik.
3.Pengetahuan Responden pada Pos-test sebelum Penyuluhan Kesehatan Gigi
Tabel V.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden pada Post test Penyuluhan Kesehatan Gigi
No
Kategori Pengetahuan
Frekuensi
Persentase
36
Baik
28
51,3
Kurang Baik
11
48,7
Total
39
100
Tabel V.4 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden pada posttest setelah diberikan intervensi penyuluhan adalah 51,3% tingkat pengetahuan
baik, dan selebihnya tingkat pengetahuannya kurang baik (48,7%). Sehingga
dapat disimpulkan terjadi peningkatan pengetahuan responden kategori baik
sebesar 5,1%.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Penyuluhan Kesehatan Gigi
37
Penyuluhan kesehatan gigi tentang cara menjaga kesehatan gigi dan mulut,
dengan menggabungkan keseluruhan kemudian diberikan pre-test terlebih dahulu,
untuk mengetahui tingkat pengetahuan keseluruhan santri tentang cara menjaga
kesehatan gigi. Intervensi penyuluhan kesehatan gigi menggunakan dua media
yaitu poster dan leaflet dengan materi yang sama yaitu tentang cara menjaga
kesehatan gigi dan mulut.
Pada saat penyuluhan peneliti menyampaikan materi penyuluhan yang
sama. Setelah intervensi penyuluhan kemudian santri diberikan kembali lembar
kuesioner untuk dilakukan post-test. Hasil dari post-test akan dibandingkan
dengan pre-test sehingga dapat diketahui perbedaan peningkatan pengetahuan
santri antara kelompok santri yang diberikan penyuluhan dengan media poster
dengan media leaflet.
Penyuluhan kesehatan gigi sebagai upaya untuk memberikan pengetahuan
tentang kesehatan gigi pada dasarnya menekankan pada aspek kesehatan gigi yang
berhubungan erat dengan upaya keseharian sasaran dalam menjaga kesehatan gigi,
sehingga pemilihan materi penyuluhan diprioritaskan tentang upaya menjaga
kesehatan gigi dan mulut, dimana upaya yang lazim dan umum dilakukan oleh
santri maupun orang dewasa pada umumnya adalah menyikat gigi dan upaya
mengontrol diri dalam mengkonsumsi makanan serta selektif dalam memilih jenis
makanan yang baik dan yang dapat memudahkan terjadinya kerusakan gigi. Hal
ini sejalan dengan pendapat Maulana (2009) bahwa dalam memilih materi
penyuluhan dan prioritas penyuluhan harus mempertimbangkan besarnya dampak
dari masalah/materi yang akan disampaikan. Dalam kesehatan gigi masalah
38
terbesar adalah penyakit karies gigi dimana karies terjadi karena ketidaktahuan
tentang cara menjaga kesehatan gigi dan mulut (Tarigan,1991).
5.2 Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Gigi dengan Media Poster dan Leaflet
terhadap Peningkatan Pengetahuan Santri.
Dari aspek jumlah responden, pada pre-test terdapat 53,8% responden
dengan kategori pengetahuan kurang baik, dan setelah diberikan intervensi
penyuluhan terjadi peningkatan jumlah responden dengan tingkat pengetahuan
kategori baik mencapai 51,3% pada post-test. Artinya setelah diberikan
penyuluhan kesehatan gigi, jumlah responden dengan kategori pengetahuan baik
meningkat sebesar 5,1%.
Menurut Maulana (2009) faktor-faktor yang sangat mempengaruhi
penyuluhan kesehatan adalah dalam aspek pemilihan metode, alat bantu/media,
dan jumlah kelompok sasaran,artinya untuk mendapatkan hasil dari penyuluhan
dengan maksimal ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi. Media yang
digunakan
ditentukan
oleh
intensitas
media
tersebut
dalam
kesehatan
gigi
dapat
dipengaruhi
(1986)dalam Danfar
berbagai
(2009)
faktor.
diartikan
sebagai pencapaian target output yang diukur dengan cara membandingkan output
seharusnya dengan output realisasi atau sesungguhnya, artinya dalam konteks
penyuluhan pada penelitian ini bahwa penyuluhan dikatakan efektif jika
antara pre-test dan post-test terjadi peningkatan pengetahuan responden tentang
materi penyuluhan yang disampaikan, peningkatan yang diukur menurut nilai skor
rata-rata dan pengkategorian nilai pengetahuan.
Menurut Notoatmodjo (2003) setiap media penyuluhan memiliki intensitas
yang berbeda ketika diterima oleh sasaran penyuluhan, sehingga juga turut
41
penjelasan
gambar
secara
ringkas
sehingga
menstimulus
keingintahuan sasaran untuk membaca lebih lanjut isi leaflet dan memaksimalkan
peningkatan pengetahuan santri, walapun ukuran leaflet lebih kecil namun
42
43
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
44
45
46
47
48
DAFTAR PUSTAKA
Anggreni, D.K. (2007), Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Karbohidrat Dan
Frekuensi Makanan Kariogenik Dengan Kejadian Karies Gigi Pada Anak
Pra Sekolah Di TK ABA 52 Semarang: Skripsi, Universitas Negeri
Semarang, Semarang.
Arici, S. dkk. (2007 last update), Comparison of Different Toothbrushing
Protocols in Poor-Toothbrushing Orthodontic Patient, Available:
http://her.oxfordjournal.erg/ cgi/reprint/30/3/448 (Accessed: 2015, Juli 6)
Do, L.G. & Spencer, A.J. (2007 last update), Risk-Benefit Balance in the Use
of
Flouride
among
Young
Children,
Available:
http://pediatric.aappublications .org/cgi/reprint/7 (Accessed: 2015, Juli 6)
Domejean-Orliaguet, S. dkk. (2006, September 14 last update), Caries Risk
Assessment
in
an
Educational
Environment,
Available:
http://ajcc.aacnjournals.org /cgi/reprint/13/3/253 (Accessed: 2015, Juli 6)
Fianka,
V.
(2008last
update),
Karies
Gigi,
Available:
http://fianka.wordpress.com/2008/ 08/28/karies-gigi/ (Accessed: 2015, Juli
6)
Ginandjar, R. (2015), Cara Menyikat Gigi Yang Benar (PDGI Online),
Available: http://www.pikiran-rakyat.com (Accessed: 2015, Juli 6)
Griffin, S.O. dkk. (2007 last update), Effectiveness of Flouride in Preventing
Caries in Adults, Available: http://jada.ada.org/cgi/reprint/136/4/150-a
(Accessed: 2015, Juli 6)
Hidayanti, L. (2005), Hubungan Karakteristik Keluarga Dan Kebiasaan Konsumsi
Makanan Kariogenik Dengan Keparahan Karies Gigi Anak Sekolah Dasar:
Tesis, Universitas Diponegoro, Semarang.
Hilmansyah, H. (2008). Perawatan Gigi Bayi Sehari, (Mail List Bayi Kita),
Available: http://bayidananak.com/2008/02/15/perawatan-gigi-bayi-seharihari/comment-page-1/ (Accessed: 2015, Juli 6)
Koswara, S. (2006), Makanan Bergula Dan Kerusakan Gigi, Available:
http://www.ebookpangan.com (Accessed: 2015, Juli 6)
Leme, A.F.P. dkk. (2006last update), The Role of Sucrose in Cariogenic Dental
Biofilm
Formation-New
Insight,
Available:
http://jada.ada.org/cgi/reprint/136/4/878 (Accessed: 2015, Juli 6)
49
50