Professional Documents
Culture Documents
Umur
50
40
3017 Tahun
18 Tahun
19 Tahun
20 Tahun
21 Tahun
22 Tahun
20
10
0
Umur
40
41
Jumlah
Persentase (%)
17
18
7
29
(5,1)
(21,0)
19
39
(28,3)
20
36
(26,1)
21
22
(15,9)
22
(3,6)
Total
138
(100,0)
Jumlah
Persentase (%)
Ringan+sedang
112
(81,2)
Berat
26
(18,8)
Total
138
(100,0)
4.1.1.3 Genetik
42
Jumlah
Persentase(%)
Ya
73
(52,9)
Tidak
65
(47,1)
Total
138
(100,0)
4.1.1.4 Kosmetik
Sebagian besar responden menggunakan kosmetik didapatkan (98,6%)
sedangkan yang tidak menggunakan kosmetik didapatkan (1,4%). Jenis kosmetik
yang digunakan oleh responden adalah pembersih (30%), pelembap (25%), bedak
(27%) dan pelindung (18%).
Gambar 4. Diagram Distribusi Responden Mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya Pada Tahun 2013 Berdasarkan Penggunaan Kosmetik
Penggunaan Kosmetik
Pelindung ; 17%
Pelembap; 25%
Pembersih; 30%
Bedak; 27%
43
Kosmetik
Jumlah
Persentase(%)
Pembersih Wajah
Tidak
Ya
(1,4)
136
(98,6)
Sering
129
(92,8)
Jarang
Pelembap Wajah
Tidak
24
(17,4)
Ya
114
(82,6)
Sering
87
(63,0)
Jarang
27
(19,6)
Tidak
15
(10,9)
Ya
123
(89,1)
Sering
90
(65,2)
Jarang
33
(23,9)
Tidak
59
(42,8)
Ya
79
(57,2)
Sering
45
(32,6)
Jarang
34
(24,6)
Frekuensi Pemakaian
Bedak Wajah
Frekuensi Pemakaian
Pelindung Wajah
Frekuensi Pemakaian
44
kosmetik
diantaranya
menggunakan
kosmetik
pembersih
Jumlah
Persentase(%)
68
(49,3)
Flek-flek hitam
(1,40)
Iritasi
20
(14,5)
Jerawat
48
(34,8)
TOTAL
138
(100,0)
Tidak Ada
45
4.1.2.1 Genetik
Tabel 15. Hubungan Akne Vulgaris dengan Genetik
Genetik
Derajat Akne
Berat
n
(53,4)
34
Ya
Ringan
%
(46,6)
39
p=0,021
Tidak
22
(33,8)
43
(66,2)
Dari uji chi square untuk faktor genetik didapatkan p=0,021, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara faktor genetik
dengan timbulnya akne vulgaris, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Evans, dkk,
yang menyatakan bahwa faktor genetik mempunyai pengaruh yang signifikan
sebesar 31-97% terhadap derajat akne vulgaris pada semua usia (Evans,2005).
4.1.2.2 Kosmetik
Tabel 16. Hubungan Akne Vulgaris dengan Penggunaan Kosmetik
Variabel
Derajat Akne
Berat
n
P
Ringan
Pembersih wajah
Ya
60
(44,1)
76
(55,9)
Tidak
(50,0)
(50,0)
p=0,868
(00,0)
(50,0)
Jarang
(25,0)
(75,0)
Sering
59
(45,7)
70
(54,3)
p=0,348
46
Pelembap wajah
Ya
51
(44,7)
63
(55,3)
p=0,783
Tidak
10
(41,7)
14
(58,3)
Tidak
10
(41,7)
14
(58,3)
Jarang
11
(40,7)
16
(59,3)
Sering
40
(46,0)
47
(54,0)
Ya
56
(45,5)
67
(54,5)
Tidak
(33,3)
10
(66,7)
Tidak
(33,3)
10
(66,7) p=0.612
Jarang
14
(42,4)
19
(57,6)
Sering
42
(46,7)
48
(53,3)
Ya
38
(48,1)
41
(51,9) p=0,286
Tidak
23
(39,0)
36
(61,0)
Bedak Wajah
p=0,369
Pelindung Wajah
23
(39,0)
36
(61,0) p=0,559
Jarang
16
(47,1)
18
(52,9)
Sering
22
(48,9)
23
(51,1)
4.2 Pembahasan
4.2.1 Umur
47
48
aktivitas kelenjar sebasea. Apabila kedua orang tua memiliki riwayat menderita
akne vulgaris kemungkinan besar anaknya akan menderita akne vulgaris (TQ
Wu,2007).
4.2.4 Kosmetik
Dari uji chi square untuk penggunaan pembersih wajah
didapatkan
p=0,868, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara penggunaan pembersih wajah dengan derajat akne vulgaris, hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh M.Dewita D pada siswi
SMUN 1 Bekasi, Jakarta didapatkan p=0,200, bahwa tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara penggunaan pembersih kosmetik dengan timbulnya akne
vulgaris. Namun secara teori pembersih yang digunakan harus dapat
menghilangkan kelebihan lipid barier kulit, menghindari pengikisan yang
berlebihan karena akan merangsang hiperaktifitas kelenjar sebasea untuk
meningkatkan produksinya sebagai mekanisme terhadap kehilangan lipid kulit.
Sebaiknya menggunakan bahan yang tidak iritatif. Membersihkan kulit tidak
menggunakan bahan yang kasar, cukup menggunakan ujung-ujung jari
(Draelos,2000).
Dari uji chi square untuk frekuensi pembersih wajah didapatkan p=0,348,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
frekuensi pembersih wajah dengan derajat akne vulgaris, hal ini sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh M.Dewita D pada siswi SMUN 1
Bekasi, Jakarta didapatkan p=0,200, bahwa tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara penggunaan pembersih kosmetik dengan timbulnya akne
vulgaris. Namun secara teori untuk iklim tropis seperti di Indonesia frekuensi
mencuci muka yang ideal 3-4x sehari, Dengan menerapkan frekuensi mencuci
muka yang ideal akan mencegah timbulnya akne vulgaris (Draelos,2000).
Dari uji chi square untuk penggunaan pelembap wajah didapatkan
p=0,783, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
49
antara penggunaan pelembap wajah dengan derajat akne vulgaris, hal ini sesuai
dengan peelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi Rahmawati di
SMA/MA/MK di Kota Semarang didapatkan p=0,520, tidak terdapat hubungan
yang bermakna antara penggunaan pelembap wajah dengan derajat akne vulgaris.
Hal ini disebabkan karena jenis pelembap tidak mengandung unsur minyak dan
komedogenik serta bervariasi cara dan pemakaian pelembap. Namun secara teori
akne kosmetik biasanya terdapat pada perempuan dewasa setelah pemakaian
kosmetik terutama pelembap (Kligman, 1975).
Dari uji chi square untuk penggunaan bedak wajah didapatkan p=0,369,
maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
penggunaan bedak wajah dengan derajat akne vulgaris, hal ini tidak sesuai dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi Rahmawati di SMA/MA/MK di
Kota Semarang didapatkan p=0,043, terdapat hubungan antara penggunaan bedak
wajah dengan derajat akne vulgaris, hal ini disebabkan karena frekuensi
pemakaian bedak yang berbeda-beda setiap individu. Namun secara teori bedak
padat (compact powder) adalah jenis bedak yang sering menyebabkan akne.
Pemakaian bedak dimaksudkan untuk mendapatkan covering efek pada wajah,
yaitu untuk menutup permukaan kulit wajah. Bedak padat mempunyai
kemampuan menutupi, jauh lebih baik dibandingkan bedak tabur karena memiliki
ukuran partikel yang lebih kecil dan daya adhesi yang lebih kuat. Hal ini ditambah
dengan zat pengikat (yang dipakai dalam proses pembuatan bedak padat) antara
lain lanolin yang aknegenik justru menjadi faktor-faktor penyebab terjadinya akne
vulgaris (Pujianta,2010).
Dari uji chi square untuk penggunaan pelindung wajah didapatkan
p=0,286, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna
antara penggunaan pelindung wajah dengan derajat akne vulgaris,hal ini sesuai
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dewi Rahmawati di
SMA/MA/MK Kota Semarang didapatkan p=1,000, tidak terdapat hubungan
bermakna antara penggunaan pelindung wajah dengan derajat akne vulgaris. Hal
ini disebabkan karena alat, bahan serta frekuensi penggunaan pelindung yang
50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada mahasiswi Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
51
1.
Terdapat hubungan yang bermakna antara faktor genetik dengan timbulnya akne
vulgaris derajat ringan+sedang dan berat.
2.
4.
Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pemakaian bedak wajah serta
frekuensi pemakaiannya dengan timbulnya akne vulgaris derajat ringan+sedang
dan berat.
5.
Tidak ada hubungan yang bermakna antara pemakaian pelindung wajah serta
frekuensi pemakaiannya dengan timbulnya akne vulgaris derajat ringan+sedang
dan berat.
6.
Efek samping pemakaian kosmetik yang timbul paling banyak berupa akne
vulgaris.
5.2 Saran
1. Angka kejadian akne vulgaris yang cukup tinggi. Maka dari itu
diperlukan informasi yang lebih luas kepada masyarakat melalui diskusi,
penyuluhan dan seminar mengenai pemakaian kosmetik khususnya
perawatan kulit wajah yang benar untuk mencegah serta mengurangi
timbulnya akne vulgaris.
2. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai hubungan antara penggunaan
jenis kosmetik dengan kejadian akne vulgaris, sebaiknya penelitian yang
dilakukan dengan designrancangan yang lebih baik untuk menjelaskan
kuatnya hubungan
52
53