You are on page 1of 60

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Teori


1)
KEHAMILAN
a. Pengertian
Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin mulai
sejak konsepsi sampai lahirnya janin , lamanya kehamilan normal 280 hari (40
minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir (Khumaira,
2012). Menurut (Manuaba, 2012 ) Kehamilan merupakan mata rantai yang
berkesinambungan dan terdiri dari : Ovulasi, migrasi, spermatozoa dan ovum.
Konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan
plasenta dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm.
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan di definisikan
sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi . Bila dihitung dari saat fertilisasi sampai lahirnya bayi,
kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau
9 bulan menurut kalender inernasional (Sarwono,2011).
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, di mana trimester kesatu berlangsung
dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan
trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40 minggu). (Sarwono,2011).
b. Proses Konsepsi
1. Fertilisasi
Proses kehamilan dimulai dari Fertilisasi yaitu bertemunya sel telur dan
sel sperma. Saat terjadi ejakulasi, kurang lebih 3 cc sperma dikeluarkan dari organ
reproduksi pria yang kurang lebih berisi 300 juta sperma. Setelah masuk organ
genetalia interna wanita, sperma akan menghadapi beberapa rintangan antara
lain : lendir vagina bersifat asam, lendir serviks yang kental, panjang nya uterus,
serta silia yang ada di tuba fallopi. Untuk bisa menghadapi rintangan tersbut,
7

maka sperma harus mempunyai akrosom dan melewati proses kapasitasi.


Sedangkan, ovum akan di keluarkan dari ovarium sebanyak satu setiap bulan,
ditangkap oleh fimbriae dan berjalan menuju tuba fallopi. Tempat bertemunya
ovum dan sperma paling sering adalah di daerah ampulla tuba. Sebelum keduanya
bertemu, maka akan terjadi tiga fase yaitu sebagai berikut.
1) Tahap penembusan korona radiata.
Dari 200-300 juta hanya 300-500 yang sampai di tuba fallopi yang bisa
menembus korona radiata karena sudah mengalami proses kapasitasi.
2) Penembusan zona pellusida
Zona pellusida adalah sebuah perisai glikoprotein di sekeliling ovum yang
mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi
reaksi akrosom. Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pellusida
tetapi hanya satu yang terlihat mampu menembus oosit.
3) Tahap penyatuan oosit dan membran sel sperma.
Setelah menyatu maka akan dihasilkan zigot yang mempunyai kromosom
diploid (44 autosom dan 2 gonosom) dan terbentuk jenis kelamin baru (XX
untuk wanita dan XY untuk laki-laki).
2. Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi tingkat 2 sel (30 jam), 4 sel, 8
sel sampai dengan 16 sel di sebut Blastomer (3 hari) dan membentuk sebuah
gumpalan bersusun longgar. Setelah 3 hari sel-sel tersebut akan membelah
membentuk buah arbei dari 16 sel di sebut Morula (4 hari). Saat morulla
memasuki rongga rahim, cairan mulai menembus zona pellusida masuk ke dalam
ruang antar sel yang ada di massa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel
menyatu dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga atau blastokel sehingga di
sebut Blastokista (4 5 hari .
Sel yang bagian dalam disebut embrioblas dan sel diluar disebut trofoblas.
Zona pellusida akhirnya menghilang sehingga trofoblast bisa memasuki dinding

rahim (endometrium) dan siap berimplantasi (5-6 hari) dalam bentuk


Blastokista tingkat lanjut.
3. Nidasi/Implantasi
Nidasi atau implantasi adalah penanaman sel telur yang sudah dibuahi
(pada stadium blastokista) ke dalam dinding uterus pada awal kehamilan.
Biasanya terjadi pada pars superior korpus uteri bagian anterior atau posterior.
Pada saat implantasi, selaput lendir rahim sedang berada pada fase sekretorik (2-3
hari setelah ovulasi). Pada saat ini, kelenjar rahim dan pembuluh nadi menjadi
berkelok-kelok.
Proses Nidasi :
Blastokista tingkat lanjut di selubungi oleh suatu simpai disebut trofoblas yang
mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastokista mencapai
ronga rahim jaringan endometrium berada dalam masa sekresi. Jaringan
endometrium ini banyak mengandung sel-sel desidua yaitu sel-sel besar yang
banyak mengandung glikogen, serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Blastulla
dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell mass) akan mudah masuk
lagi. Itulah sebabnya, terkadang saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka
desidua (Tanda Hartman). Umumnya nidasi terjadi pada dinding depan atau
belakang rahim (korpus) dekat fundus uteri.
Sel-sel trofoblast mesodermal yang tumbuh di sekitar mudigah (embrio)
akan melapisi bagian dalam trofoblast sehingga terbetuklah sekat korionik
(chorionic membrane) yang kelak menjadi korion.

Vili koliariales yang

berhubungan dengan desidua basialis tumbuh bercabang-cabang dan disebut


korion krondosum, sedangkan yang berhubungan dengan desidua kapsularis
kurang mendapat makanan sehingga akhirnya menghilang disebut chorion
leave.Dalam peringkat nidasi trofoblast dihasilkan hormon Human Chorionic
Gonadotropin (HcG).
c. Proses Pertumbuhan dan Perkembangan Embrio

(Menurut Sulistyawati 2011), proses pertumbuhan dan perkembangan hasil


konsepsi terdiri dari :
1) Embrio usia 2-4 minggu
a) Terjadi perubahan yang semula buah kehamilan hanya berupa satu titik
telur menjadi satu organ yang terus berkembang dengan pembentukan
lapisan-lapisan di dalamnya.
b) Jantung mulai memompa cairan melalui pembuluh darah pada hari ke20 dan hari berikutnya muncul sel darah merah yang pertama.
2) Embrio usia 4-6 Minggu
a) Sudah terbentuk bakal organ-organ.
b) Terbentuknya jantung, sirkulasi darah, dan saluran pencernaan
c) Jantung sudah mulai berdenyut.
d) Pergerakan sudah nampak dalam pemeriksaan USG.
e) Panjang embrio yaitu 0,64 cm.
f) Dasar-dasar traktus digestivus sudah nampak, permulaan kaki dan
tangan berbentuk tonjolan.
3) Embrio usia 8 minggu
a) Pembentukan organ dan penampilan semakin bertambah jelas, seperti
mulut,mata dan kaki.
b) Pembentukan usus.
c) Pembentukan genetalia dan anus.
d) Jantung mulai memompa darah.
4) Embrio usia 12 minggu
a) Beberapa sistem organ melanjutkan pembentukan awalnya sampai
dengan akhir minggu ke-12 (trimester pertama) Embrio menjadi janin.
b) Panjang ubun-ubun bokong (crown-rump length) janin adalah 6-7 cm.
c) Genetalia dan anus sudah terbentuk.
d) Mengerakkan anggota badan, mengedipkan mata, mengerutkan dahi,
dan mulut membuka.
e) BB 15-30 gram.
5) Embrio usia 16 minggu
a) Gerakan fetal pertama (quickening).
b) Sudah mulai ada mekonium dan verniks caseosa.
c) Sistem muskuloskeletal sudah matang
d) Sistem saraf mulai melaksanakan kontrol
e) Pembuluh darah berkembang dengan cepat
f) Tangan janin dapat menggenggam
g) Kaki menendang dengan aktif
h) Semua organ mulai matang dan tumbuh
i) Denyut jantung janin ( DJJ ) dapat di dengar dengan doppler
j) Berat janin 0,2 kg
6) Janin usia 20 minggu
10

a) Tubuh janin memanjang dengan cepat. Alis, bulu mata, dan rambut
terbentuk.
b) Verniks melindungi tubuh. Lanugo menutupi tubuh dan menjaga
minyak pada kulit
c) Pertambahan berat mencapai 0,5 kg.
7) Janin usia 24 minggu
a) Kerangka berkembang dengan cepat karena aktifitas pembentukkan
tulang meningkat
b) Perkembangan pernapasan dimulai.
c) Kulit kemerahan dan keriput karena belum terbentuk jaringan ikat
subkutis
d) Berat janin 0,7 0,8 kg
8) Janin usia 28 minggu
a) Janin dapat bernapas, menelan, dan mengatur suhu.
b) Surfaktan terbentuk di dalam paru- paru
c) Mata mulai membuka dan menutup
d) Ukuran janin 2/3 pada saat lahir
9) Janin usia 32 minggu
a) Simpanan lemak coklat berkembang di bawah kulit untuk persiapan
pemisahan bayi setelah lahir
b) Mulai menyimpan zat besi, kalsium, dan fosfor
c) Bayi sudah tumbuh 38-43 cm dan panjang ubun-ubun-bokong sekitar
28 cm dan berat sekitar 1.800 g
10) Janin usia 36 minggu
a) Seluruh uterus terisi oleh bayi, sehingga ia tidak dapat bergerak dan
memutar banyak.
b) Pada bayi laki-laki,testis mulai turun ke tempatmya di dalam skrotum.
c) Antibodi ibu di transfer ke janin, yang akan memberikan kekebalan
selama 6 bulan pertama sampai sistem kekebalan bayi bekerja sendiri.
11) Janin usia 40 minggu
Penulangan ( osifikasi ) tulang tengkorak masih belum sempurna, tapi
keadaan ini memberikan keuntungan dan memudahkan lewatnya fetus
melalui jalan lahir, sekarang sudah terdapat cukup jaringan lemak subkutan
dan fetus mendapatkan tambahan berat badan hampir 1 kg pada minggu
trsebut
Saat lahir terjadi mekanisme adaptasi berbagai struktur janin. Di
antaranya, paru yang semula kolaps karena belum terisi udara, sejak lahir
11

menjadi mengembang karena terisi udara pernapasan. Berbagai struktur


dalam sistem kardiovaskuler menutup. Sejak tali pusat diputuskan, sirkulasi
feto-maternal melalui plasenta dan pembuluh umbilikalis terputus, dan bayi
b.

terpisah dari sirkulasi ibunya.


Struktur dan Fungsi Amnion
Amnion (air ketuban) merupakan elemen dari kehamilan yang sangat
penting untuk diketahui. Air ketuban ini dapat dijadikan acuan dalam
menetukan diagnosis kehamilan dan kesejahteraan janin. Beberapa aspek
penting yang perlu diketahui adalah sebagai berikut :
1. Struktur amnion
a) Volume pada kehamilan cukup bulan kira-kira 1.000-1.500 cc.
b) Berwarna putih keruh, berbau amis, dan terasa manis.
c) Reaksinya agak alkalis sampai netral dengan berat jenis 1,008.
d) Komposisinya terdiri atas 98 % air, sisanya albumin, urea,asam urat,
kreatinin,sel-sel epitel,rambut lanugo,verniks caseosa dan garam
anorganik. Kadar protein 2,6% gram/liter.
2. Fungsi amnion
a) Melindungi janin dari trauma atau benturan dengan benda luar uterus.
b) Memungkinkan janin bergerak bebas.
c) Menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam-basa (pH) dalam
rongga Amnion, untuk memberikan suasana lingkungan yang optimal
bagi janin
d) Menahan tekanan uterus.
e) Membersihkan/melicinkan jalan lahir,dengan cairan yang steril
sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir.
3. Cara mengenali amnion
a) Dengan kertas lakmus.
b) Makroskopis,berbau amis,adanya lanugo dan ferniks caseosa, serta
bercampur mekonium.
c) Mikroskopis, terdapat lanugo dan rambut.
d) Laboratorium, kadar ureum rendah dibandingkan dengan air kemih
(urine)
Beberapa kelainan jumlah cairan amnion adalah sebagai berikut.
Hidramnion (poligohidramnion) air ketuban berlebihan, di atas 2.000 cc
dapat mengarahkan kecurigaan adanya kelainan kongenital susunan saraf,
sistem pencernaan, gangguan sirkulasi, atau hiperaktivitas sistem urinarius

12

janin. Oligohidramnion air ketuban sedikit, dibawah 500 cc. Umumnya


kental, keruh, dan berwarna kuning kehijauan. Prognosis buruk bagi janin.
c. Struktur, Fungsi, dan Sirkulasi Tali Pusat
Tali pusat merupakan bagian janin yang sangat penting untuk
kelangsungan hidup janin, meskipun tidak menutup kemungkinan juga tali
pusat ini dapat menyebabkan penyulit persalinan, misalnya pada kasus lilitan
tali pusat. Beberapa hal yang penting yang perlu diketahui mengenai tali pusat
antara lain sebagai berikut.
1. Stuktur tali pusat
a) Terdiri atas dua arteri umbilikalis dan satu vena umbilikalis.
b) Bagian luar tali pusat berasal dari lapisan amnion.
c) Di dalamnya terdapat lapisan lembek, yang dinamakan selai Warthon.
Selai warthon berfungsi melindungi dua arteri dan satu vena
umbilikalis yang berada dalam tali pusat.
d) Panjang rata-rata 50 cm.
2. Fungsi tali pusat.
a) Media transportasi nutrisi dan oksigen dari plasenta ke tubuh janin.
b) Media transportasi untuk pengeluaran sisa metabolisme janin ke
tubuh Janin serta;
c) Media transportasi zat antibodi dari ibu ke janin.
3. Sirkulasi tali pusat.
Kedua arteri dan satu vena yang berada dalam tali pusat menghubungkan
sistem kardiovaskular janin dengan plasenta.
d. Struktur,Fungsi,dan Sirkulasi Plasenta
1. Struktur
a) Berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15-20 cm dan
tebal 3-5 cm.
b) Berat rata-rata 500-600 gram.
c) Letak plasenta umumnya di depan atau dibelakang dinding uterus, agak ke
atas kearah fundus.
d)Terdiri atas dari dua bagian, yaitu sebagai berikut.
1) Pars maternal: bagian plasenta yang menempel pada desidua. Terdapat
kotiledon(rata-rata 20 kotiledon). Dibagian ini tempat terjadinya
pertukaran darah ibu dan janin.
13

2) Pars fetal : terdapat tali pusat (insersio, penanaman tali pusat).


a. Insersio sentralis, penanaman tali pusat ditengah plasenta.
b. Insesio marginalis, penanaman tali pusat di pinggir plasenta.
c. Insersio velamentosa, penanaman tali pusat di selaput amnion.
2. Fungsi
Fungsi plasenta pada prinsipnya adalah menjamin kehidupan dan
pertumbuhan janin yang baik.
1. Memberikan bahan makanan pada janin.
2. Mengalirkan keluar sisa metabolisme janin.
3. Respirasi janin, tempat pertukaran O2 dan CO2 antara janin dan ibu.
Menghasilkan hormon-hormon HcG, HPL,estrogen,progesteron,dan
sebagainya.
4. Menyalurkan berbagai komponen antibodi ke janin.
5. Sebagai barrier terhadap janin dari kemungkinan masuknya
mikroorganisme/kuman.
3. Sirkulasi
a. Sirkulasi darah ibu di plasenta 300 cc/menit (20 minggu) meningkat
sampai 600-700 cc/menit (aterm). Darah ibu yang berasal dari spiral
arteri disemprotkan dengan tekanan sistol 70-8- mmHg seperti air
mancur ke dalam ruang intervilliar sampai mencapai chorionc plate,
pangkal dari kotiledon janin. Darah tersebut membasahi semua vili
korialis dan kembali perlahan-lahan dengan tekanan 8 mmHg ke
vena-vena di desidua.
b. Pada saat inilah terjadi pertukaran darah ibu dan janin, dengan tujuan
membuang CO2 dan mengikat O2.
c. Sirkulasi darah ke fetus sebagai berikut:
Mula-mula darah yang kaya akan oksigen dan nutrisi yang berasal
dari plasenta melalui vena umbilikalis masuk ke dalam tubuh janin.
Sebagian besar darah tersebut melalui duktus venosus arantii akan
mengalir ke vena kava inferior pula. Di dalam atrium kanan sebagian
besar darah ini akam mengalir secara fisiologis ke atrium kiri melalui
foramen ovale yang berada di antara kedua atrium ini. Selanjutnya
darah yang mengalir dari atrium kiri ke ventrikel kiri kemudian

14

dipompakan ke aorta. Hanya sebagian kecil darah dari atrium kanan


mengalir ke ventrikel kanan secara bersama-sama dengan darah yang
berasal dari vena kava superior.
Oleh karena tekanan dari paru-paru belum berkembang, maka
sebagian besar darah dari ventrikel kanan yang seharusnya mengalir
melalui arteri pulmonalis ke paru-paru akan mengalir ke duktus
Bottali sebelum mencapai aorta.
Darah dari aorta akan mengalir ke seluruh tubuh untuk memberi
nutrisi dan oksigen pada sel-sel tubuh.
c. Antenatal Care (ANC)
a.
Pengertian
AntenatalCare adalah pengawasan sebelum

persalinan terutama

ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim


(Manuaba 2010;110). Antenatal Care (pelayanan antenatal) adalah
pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa
kehamilannya.

Tujuan

dari

asuhan

antenatal

perkembangan kehamilan dalam meningkatkan

adalah

memantau

kesehatan ibu dan

perkembangan janin (Asrinah dkk, 2010).


Tujuan utama dari pelayanan Antenatal Care (ANC) yaitu memantau
kemajuan kehamilan untuk memastikan kesejahteraan ibu dan tumbuh
kembang janin, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik,
mental serta sosial ibu dan bayi, mengenali secara dini adanya
masalah/gangguan dan kemungkinan komplikasi yang terjadi selama
kehamilan, mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan
selamat, ibu dan bayinya dengan trauma semaksimal mungkin, serta
mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI
Eksklusif. (Nurul Jannah, 2012).
15

b. Jadwal Kunjungan ANC


Setiap wanita hamil menghadapi resiko komplikasi yang biasa
mengancam jiwanya. Oleh karena itu, setiap wanita hamil memerlukan
sedikitnya empat kali kunjungan selama periode antenatal :
1) 1 x kunjungan selama trimester pertama (sebelum 14 minggu)
2) 1 x kunjungan selama trimester kedua (antara minggu 14-28 minggu)
3) 2 x kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan
sesudah minggu ke 36).
Pemeriksaan ANC meliputi :
Anamnesis dan pemantauan ibu dan janin, mengenal kehamilan resiko
tinggi, imunisasi, nasihat dan penyuluhan, mencatat data yang tepat setiap
kunjungan, tindakan tepat untuk merujuk (Nurul jannah,2012).
Pada setiap kali kunjungan antenatal tersebut, perlu didapatkan informasi
yang sangat penting. Tabel dibawah ini memberikan garis-garis besarnya.
Tabel 2.1 Kunjungan Antenatal Care
Trimester
pertama

sebelum minggu
ke-14

Membangun hubungan saling


percaya antara petugas
kesehatan dengan ibu hamil
mendeteksi masalah dan
menaganinya
melakukan tindakan pencegahan
seperti tetanus neonaturum,
anemia kekurangan zat besi,
penggunaan praktik tradisional
yang merugikan
memulai persiapan kelahiran
bayi dan kesiapan untuk
menghadapi komplikasi
Mendorong perilaku sehat

16

Trimester 2

sebelum minggu ke
28

sama seperti diatas, ditambah


kewaspadan khusus mengenai
pre-eklamsi

Trimester 3

Antara minggu 2836

sama seperti diatas,ditambah


palpasi abdominal, untuk
mengetahui apakah ada
kehamilan ganda

c. Standar 14 T
Standar 14 T untuk pelayanan antenatal yaitu :
1) Timbang berat badan (T1)
Ukur berat badan dalam kilo gram tiap kali kunjungan. Kenaikan berat
badan normal pada waktu hamil 0,5 kg per minggu mulai trimester kedua.
2) Ukur tekanan darah (T2)
Tekanan darah yang normal 110/80 mmHg,- 140/90 mmHg, bila melebihi
dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsi.
3) Ukur tinggi fundus uteri (T3)
Tabel 2.2 TFU menurut penambahan per tiga jari
Usia Kehamilan
(Minggu)
12
16
20
24
28
32
36
40

Tinggi Fundus Uteri


3 jari diatas simfisis
Pertengahan pusat-simfisis
3 jari dibawah pusat
Setinggi pusat
3 jari diatas pusat
Pertengahan pusat-prosesus
xiphoideus
3 jari dibawah prosesus
xiphoedeus
Pertengahan pusat-prosesus
xiphoideus

4) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan (T4)


5) Pemberian imunisasi tetanus toksoid TT (T5)
Tabel 2.2 Imunisasi TT
TT
TT 1
TT 2
TT 3

Interval
4 minggu setelah TT 1
6 bulan setelah TT 2
17

% Perlindungan
0%
80%
95%

Masa Perlindungan
3 tahun
5 tahun

TT 4
TT 5

1 tahun setelah TT 3
1 tahun setelah TT 4

99%
99%

10 tahun
Seumur hidup

6) Pemeriksaan Hb (T6)
Menurut teori Prawirohardjo (2011 ), kadar hb normal menurut WHO 11 gr
% dan menurut Depkes 10 gr%.
7) Pemeriksaan Veneral Diseases Research Laboratory (VDRL) tes
laboratorium untuk mendeteksi penyakit menular seksual HIV/AIDS,sifilis
(T7)
8) Perawatan payudara, senam payudara dan pijat tekan payudara (T8)
9) Pemeliharaan tingkat kebugaran / senam ibu hamil (T9)
10) Temu wicara (konseling) . Mencakup tentang komunikasi, informasi dan
edukasi yang dilakukan oleh bidan kepada ibu hamil yang bertujuan untuk
memberikan pelayanan antenatal berkualitas untuk mendeteksi dini
komplikasi kehamilan.
11) Pemeriksaan protein urine atas indikasi (T11)
12) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi (T12)
13) Pemberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok (T13)
14) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (T14).
(Dinkes,2011).
d. Tanda-Tanda Kehamilan
1. Tanda Pasti Kehamilan
a) Adanya gerakan janin sejak usia kehamilan 16 minggu.
b) Terdengar denyut jantung janin pada kehamilan 12 minggu dengan
fetal elektrocardiograph dan pada kehamilan 18-20 minggu dengan
stethoscope leannec.
c) Terabanya bagian-bagian janin
d) Terlihat kerangka janin bila dilakukan pemeriksaan rontgent
e) Terlihat kantong janin pada pemeriksaan USG
2. Tanda Tidak Pasti Kehamilan
a) Tanda Hedgar
Uterus segmen bawah rahim lebih lunak dari pada bagian lain.
b) Tanda Piscasek
Uterus membesar kesalah satu jurusan hingga menonjol jelas
kejurusan pembesaran perut.
c) Tanda Chadwick
Perubahan warna pada serviks dan vagina menjadi kebiru-biruan.
d) Tanda Braxton-hicks
Bila uterus dirangsang (distimulasi dengan di raba) akan mudah
berkontraksi.
18

e) Basal Metabolism rate (BMR) meningkat


f) Ballotement Positif. Jika di lakukan pemeriksaan palpasi di perut ibu
dengan cara menggoyang-goyangkan di salah satu sisi, maka akan
terasa pantulan disisi yang lain.
g) Tes urine kehamilan ( tes HCG ) positif. Tujuan dari pemeriksaan ini
adalah mengetahui kadar hormonal gonadotropin dalam urine. Kadar
yang melebihi ambang normal,mengindikasikan bahwa wanita
mengalami kehamilan.
3. Dugaan Hamil
a) Amenore
Amenore (terlambat datang bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan
tidak terjadinya pembentukan folikel de Graff dan ovulasi. Dengan
mengetahui hari pertama haid terakhir dengan perhitungan rumus
Naegle, dapat ditentukan perkirakan persalinan.
b) Mual dan muntah
Mual (nausea) dan muntah (emesis). Pengaruh estrogen dan progesteron
menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. Mual dan
muntah terutama pada pagi hari disebut morning sickness. Dalam batas
yang fisiologis, keadaan ini dapat dibatasi. Akibat mual dan muntah,
nafsu makan berkurang.
c) Ngidam
Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang
demikian disebut ngidam.
d) Syncope atau pingsan
Terjadinya gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral) menyebabkan
iskemia susunan syaraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan.
Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu.
e) Payudara tegang
Pengaruh estrogen, progesteron dan somatotropin menimbulkan deposit
lemak, air dan garam pada payudara. Payudara membesar dan tegang.
19

Ujung syaraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil


pertama.
f) Sering miksi atau Buang Air Kecil (BAK)
Desakan rahim ke depan menyebabkan kendung kemih cepat terasa
penuh dan sering BAK. Pada trimester kedua, gejala ini sudah
menghilang.
g) Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan
kesulitan untuk Buang Air Besar (BAB).
h) Pigmentasi kulit
Keluarnya Melanophore Stimulating Hormone (MSH) hipofisis anterior
menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi (kloasma gravidarum),
pada dinding perut (strie livid, strie albikan, linea alba dan linea nigra)
dan sekitar payudara (hiperpigmentasi areola payudara, puting susu
makin menonjol) di sekitar pipi (kloasma garvidarum).
i) Epulis
Hipertrofi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil.
j) Varises
Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi penampakkan
pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat.
Penampakkan pembuluh darah itu terjadi di sekitar genitalia eksterna,
kaki dan betis dan payudara. Penampakkan pembuluh darah ini dapat
menghilang setelah persalinan.
e. Perubahan anatomi fisiologi dan psikologi pada kehamilan
1. Perubahan anatomi fisiologi pada kehamilan
a) Uterus
Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram
akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000
gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hiperplasia dan

20

hipertrofi menjadi lebih besar, lunak dan dapat mengikuti pembesaran


rahim karena pertumbuhan janin.
b) Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh
estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiru-biruan.
c) Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum
gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang
sempurna pada usia 16 minggu.
d) Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan
memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progesteron
dan somatotropin.
e) Sirkulasi darah ibu
Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari
pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi)
dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu.
f) Sistem pernafasan
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem pernafasan untuk dapat
memenuhi kebutuhan oksigen (O2), disamping itu desakan diafragma karena
dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai
kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan oksigen yang
meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 % sampai 25 %
dari pada biasanya.

g) Traktus urinarius
Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunnya kepala bayi pada hamil
tua, terjadi gangguan dalam bentuk sering BAK.
21

h) Perubahan pada kulit


Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena
pengaruh MSH lobus hipofisis anterior dan pengaruh kelenjar suprarenalis.
Hiperpigmentasi ini terjadi pada strie gravidarum livid atau alba, areola
payudara, papila payudara, linea nigra, pipi (kloasma gravidarum). Setelah
persalinan hiperpigmentasi ini akan hilang.
i) Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan
yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan
janin dan persiapan memberikan ASI.
2. Perubahan Psikologis pada Kehamilan
Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan, ibu akan mengalami perubahan
psikologis dan pada saat ini pula wanita akan untuk beradaptasi terhadap peran
barunya melalui tahapan sebagai berikut
a) Tahap antisipasi
Dalam tahap ini wanita akan mengalami adaptasi perannya dengan merubah
peran sosialnya melalui latihan formal (misalnya kelas-kelas khusus
kehamilan) Dan informal melalui model peran (role model). Meningkatnya
frekuensi interaksi dengan ibu hamil dan ibu muda lainnya akan
mempercepat proses adaptasi untuk mencapai penerimaan peran barunya
sebagai seorang ibu.
b) Tahap honeymoon (menerima peran, mencoba menyesuaikan diri)
Pada tahap ini wanita sudah mulai menerima peran barunya dengan cara
menyesuaikan peran barunya dengan cara mencoba menyesuaikan diri. Secara
internal wanita akan mengubah posisinya sebagai penerima kasih sayang dari
ibunya akan menjadi pemberi kasih sayang kepada bayinya.
c) Tahap stabil (bagaimana mereka dapat melihat penampilan peran)

22

Tahap sebelumnya mengalami peningkatan sampai ia akan mengalami


sesuatu titik stabil dalam penerimaan peran barunya. Ia akan melakukan
aktivitas-aktivitas yang bersifat positif dan berfokus untuk kehamilan.
d) Tahap akhir ( perjanjian )
Meskipun ia sudah stabil dalam menerima perannya, namun ia akan tetap
mengadakan perjanjian dengan dirinya sendiri untuk sedapat mungkin
menepati janji mengenai kesepakatan-kesepakatan internal yang telah ia buat
berkaitan dengan apa yang ia perankan sejak saat ini sampai bayinya lahir.
(Sulistyawati, 2011)
e) Pada kehamilan TM III sering kali di sebut periode menunggu dan waspada
sebab pada saat itu ibu merasa tidak sabar menunggu kelahiran bayinya.
Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang
mengingatkan ibu akan bayinya. Terkadang ibu merasa khawatir akan
bayinya lahir sewaktu-waktu.(Vivian,dkk,2011). Pada trimester inilah ibu
memerlukan

keterangan

dan

dukungan dari

suami,

keluarga

dan

bidan.Trimester ketiga adalah persiapaan aktif untuk kelahiran bayi dan


menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga jenis kelamin bayinya
(apakah laki-laki atau perempuan) dan akan mirip siapa. Dan bahkan mereka
juga sudah memilih sebuah nama untuk (Vivian,dkk,2011).
f. Ketidaknyamanan Pada Kehamilan dan Cara Mengatasinya
Berikut ketidaknyaman pada kehamilan dan bagaimana cara mengatasinya :
1. Mual dan muntah Trimester I
Pada ibu hamil trimester pertama biasanya sering mengalami mual, atau mual
disertai muntah dan biasanya sering terjadi pada pagi hari atau sering disebut
morning sickness.
a. Penyebab :
23

b.

Tingkat HCG dan esterogen/progestetron yang meningkat.


Gula darah yang rendah (disebabkan tidak makan)
Peningkatan asam lambung
Metabolisme : perubahan dalam metabolisme karbohidrat.
Peristaltik lambung lambat
Faktor emosional dan psikologis
Cara mengatasinya :
Hindari bau atau faktor penyebabnya.
Makan biskuit atau roti bakar sesaat sebelum bangun dari tempat tidur

di pagi hari.
Makan sedikit-sedikit tapi sering.
Duduk tegak setiap kali selesai makan.
Hindari makanan yang berminyak dan berbumbu.
Makan-makanan kering dengan minum diantara waktu makan.
Minum-minuman berkarbonat.
Bangun dari tidur secara perlahan-lahan dan jangan langsung

bergerak.
Hindari menggosok gigi setelah makan.
Istirahat sesuai kebutuhan
2. Sering buang air kecil Trimester I dan III.
a. Penyebab :
Tekanan uterus di atas kandung kemih.
b. Cara mengatasinya :
Penjelasan mengenai sebab terjadinya.
Kosongkan kandung kemih saat terasa ada dorongan untuk berkemih.
Perbanyak minum pada siang hari.
Jangan kurangi minum untuk mencegah nokturia ,kecuali jika

nokturia sangat
menganggu tidur dimalam hari.
Batasi minum teh,kopi dan soda.
Jelaskan tentang bahaya infeksi saluran kemih dengan menjaga posisi

tidur, yaitu
Berbaring miring ke kiri dan kaki ditinggikan untuk mencegah

diuresis.
3. Pusing/sinkop Trimester II dan III
a. Penyebab :
Kontraksi, ketegangan otot, dan kelelahan.
Pengaruh hormon dam ketegangan otot mata.
b. Cara mengatasinya :
Bangun secara perlahan dari posisi istirahat.
Hindari berdiri terlalu lama dalam lingkungan yang hangat dan sesak.
24

Hindari berbaring dengan posisi telentang.


Hindaei berdiri terlalu lama.
4. Mengidam (pica) Trimester I
a. Penyebab :
Sering dikaitkan dengan anemia akibat kekeurangan zat besi .
Bisa merupakam tradisi.
b. Cara mengatasinya :
Tidak perlu dikhawatirkan selama diet dalam arti gizi tetap memadai.
Jelaskan tentang bahaya makanan yang tidak bisa diterima, mencakup
gizi yang diperlukan serta memuaskan rasa mengidam atau kesukaan
menurut kultur/tradisi adat.
5. Kelelahan/Fatique pada Trimester I.
a. Penyebab :
Kemampuan gerak usus yang berkurang yang mengarah ke
perlambatan waktu penggosongan.
Tekanan uterus yang membesar terhadap usus besar.
b. Cara mengatasinya :
Yakinkan bahwa ini normal pada awal kehamilan.
Dorong ibu untuk sering beristirahat.
Hindari istirahat yang berlebihan.
6. Striae gravidarum tampak jelas pada bulan ke 6-7.
a. Cara mengatasinya :
Gunakan emolien topikal atau antipruritik jika ada indikasi.
Gunakan baju longgar yang dapat menopang payudara dan abdomen.
7. Keputihan pada trimester I,II, atau III.
a. Penyebab :
Hipervaskularisasi dan pelunakan pada serviks peningkatan hormon

esterogen dan progesteron.


Produksi lendir meningkat oleh kelenjar endoserviks karena

meningkatnya tingkat esterogen


b. Cara mengatasinya :
Tingkatkan kebersihan dengan mandi tiap hari.
Memakai pakaian dalam dari bahan katun dan mudah menyerap.
Tingkatkan daya tahan tubuh dengan makan buah dan sayur.
8. Konstipasi pada trimester II dan III.
a. Penyebab :
Relaksasi pada usus halus sehingga penyerapan makanan menjadi
lebih maksimal. Relaksasi juga terjadi pada usus besar sehingga
penyerapan air menjadi lebih lama.
b. Cara mengatasinya :
25

Tingkatkan diet asupan cairan,


Minum cairan dingin atau hangat, terutama saat perut kosong.
Istirahat yang cukup.
Senam hamil.
Membiasakan buang air besar secara teratur.
Buang air besar segera setalah ada dorongan.
9. Hemoroid pada trimester II dan III.
a. Cara mengatasinya :
Hindari konstipasi.
Makan-makanan yang berserat dan banyak minum.
Gunakan kompres es atau air hangat.
Dengan perlahan masukkan kembali anus setiap selesai BAB.
10. Keringat bertambah secara perlahan terus meningkat sampai akhir kehamilan.
a. Penyebab :
Kegiatan kelenjar apokrin meningkat kemungkinan akibat perubahan
hormonal.
b. Cara mengatasinya :
Pakailah pakaian yang tipis dan longgar.
Tingkatkan asupan cairan.
Mandi secara teratur.
11. Sesak Napas Trimester II dan III.
a. Penyebab :
Dengan semakin membesarnya uterus, maka akan mengalami desakan
pada diafragma sehingga naik 4 cm; terjadi pelebaran sudut toraks dari
68 menjadi 103 derajat; peningkatan progesteron menyebabkan
peningkatan pusat saraf untuk konsumsi oksigen.
b. Cara mengatasinya :
Jelaskan penyebab fisiologinya.
Dorongan agar secara sengaja mengatur laju dan dalamnya pernapasan

pada kecepatan normal yang terjadi.


Merentangkan tangan di atas kepala serta manrarik napas panjang.
Mendorong postur tubuh yang baik, melakukan pernapasan

interkostial.
12. Kram pada kaki setelah usia kehamilan 24 minggu.
a.Penyebab :
Penurunan kalsium dam alkalosis terjadi akibat penurunan pada sistem
pernapasan, tekanan uterus pada saraf, keletihan, dan sirkulasi yang
b.

buruk pada tungkai.


Cara mengatasinya :
26

Kurangi konsumsi susu (kandungan fosfornya tinggi).


Latihan dorsofleksi pada kaki dan meregangkan otot yang terkena.
Gunakan penghangat untuk otot.
13. Nyeri ligamentum rotundum Trimester II dan III.
a. Cara mengatasinya :
Berikan penjelasan mengenai penyebab nyeri.
Tekuk lutut ke arah abdomen.
Mandi air hangat.
Gunakan bantalan pemanas pada area yang terasa sakit hanya jika

terdapat kontraindikasi.
Gunakan sebuah bantak untuk menopang uterus dan bantal lainnya

letakkan diantara lutut sewaktu dalam posisi berbaring miring kiri.


14. Sakit punggung atas dan bawah Trimester II dan III.
a. Penyebab :
Lordosis dorsolumbar yang menyebabkan nyeri akibat tarikan pada

saraf atau kompresi akar saraf.


Terjadi relaksasi dan peningkatan mobilitas sendi panggul normal
selama hamil dan ketidakstabilan sendi sakroiliaka yang besar

g.

menimbulkan nyeri.
b. Cara mengatasinya :
Gunakan posisi yang baik.
Gunakan bra yang menopang dengan ukuran yang tepat.
Gunakan kasur yang keras.
Gunakan bantal ketika tidur untuk melurukan punggung.\
15. Varises pada kaki Trimester II dan III
a. Cara mengatasinya :
Tinggikan kaki sewaktu berbaring.
Jaga agar kaki tidak bersilangan.
Hindari berdiri atau duduk terlalu lama.
Senam untuk melancarkan peredaran darah.
Hindari pakaian atau korset yang ketat.
Komplikasi dan Penyulit pada Kehamilan
1) Kehamilan dengan hipertensi : hipertensi esensial, hipertensi karena
kehamilan, pre eklamsia, eklamsia
2) Perdarahan antepartum : solusio plasenta, plasenta previa, insertio
velamentosa, ruptur sinus marginalis, plasenta sirkumvalata
3) Kelainan dalam lamanya kehamilan : prematur, postmatur atau postdate,
intra uterin growth retardation (IUGR), intra uterin fetal death (IUFD)
4) Kehamilan ganda atau gemelli.
27

5) Kelainan air ketuban : ketuban pecah dini (KPD), polihidramion,


oligohidramion
6) Kelainan letak : letak sungsang, letak lintang
7) Kehamilan disertai penyakit : diabetes melitus, jantung, sistem pernafasan,
sistem pencernaan, sistem hematologi, sistem perkemihan,
8) Kehamilan dengan infeksi : rubella, hepatitis
9) Kehamilan dengan PMS : SIFILIS, HIV/AIDS
10) Kehamilan dengan penyakit gangguan jiwa : depresi, psikosa, psikosa
neurosa.
PERSALINAN
1. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun
ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan
presentasi

belakang

kepala,

tanpa

komplikasi

baik

ibu

maupun

janin.

(Sarwono,2011).
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa di sertai adanya penyulit.
Persalinan di mulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada
serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara
lengkap (Rukiyah dkk, 2009).
Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya kontraksi uterus
yang menyebab terjadinya dilatasi progresif dari serviks, kelahiran bayi , dan
kelahiran plasenta dan proses tersebut meupakan proses alamiah. (Rohani dkk,
2010).
Ada 2 klasifikasi persalinan berdasarkan definisi/cara persalinan dan usia kehamilan
yaitu sebagai berikut:
28

a. Persalinan Berdasarkan Teknik


1) Persalinan Spontan, adalah bila seluruh persalinan yang berlangsung dengan
kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.
2) Persalinan buatan, adalah bila seluruh persalinan dengan tenaga dari luar
dengan ekstaksi forceps, ekstrasi vakum dan sectiosesaria.
3) Persalinan anjuran, adalah bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang. (Rohani,dkk;h 3)
b. Persalinan berdasarkan Umur Kehamilan
1) Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat
hidup (viable), berat janin 1000 gram, atau usia kehamilan dibawah 28
minggu.
2) Partus Immaturus adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable atau
berat janin antara 500 1000 gram dan usia kehamilan antara 22 sampai
dengan 28 minggu.
3) Persalinan Prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan
28 36 minggu, janin hidup tetapi premature, berat janin antara 1000 2500
gram.
4) Persalinan Mature atau aterm (cukup bulan) adalah persalinan pada
kehamilan 37 minggu 42 minggu, janin mature, berat badan diatas 2500
gram.
5) Persalinan postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu
atau lebih dari waktu persalinan yang ditafsirkan
6) Persalinan Presipitatus adalah persalinan yang berlangsung cepat yang bisa
terjadi di kamar mandi, di atas becak dan sebagainya.
7) Persalinan Percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk
memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya Chepalo Pelvic Disproportion
(CPD). (Rohani,dkk;h 3-4).

2. Etiologi
Menurut Sulistyawati dkk, 2010:h 4-5 terjadinya persalinan belum dapat
diketahui. Besar kemungkinan semua faktor bekerja bersama-sama sehingga pemicu

29

persalinan menjadi multifaktor. Teori kemungkinan terjadinya persalinan , antara lain


:
1. Teori Distensi Rahim.

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.Setelah


melewati batas tersebut, terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai.
2. Teori Penurunan Progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi pada saat kehamilan 28 minggu karena terjadi
penimbunan jaringan ikat. Pembuluh darah mengalami penyempitan dan
buntu.Produksi progesteron mengalami penurunan sehigga otot rahim lebih
sensitif terhadap oksitosin. Akibatnya,otot rahim mulai berkontraksi setelah
mencapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
3. Teori Oksitosin

Oksitosin dikeluarkan oleh hypofisis posterior.Perubahan keseimbangan


estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga
sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Dengan menurunnya konsentrasi
progesterone

akibat

tuanya

kehamilan,

maka

oksitosin

dapat

meningkat aktivitas
4. Teori Prostalglandin

Konsentrasi prostalglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu yang


dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostalglandin saat hamil menimbulkan
kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
5. Teori Iritasi Mekanis

Di belakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus frankenhauser), bila


ganglion ini digeser dan ditekan (misalnya oleh kepala janin ), maka akan timbul
kontraksi uterus.
6. Teori Plasenta Menjadi Tua
Seiring matangnya usia kehamilan, villi chorialis dalam plasenta mengalami
beberapa perubahan, hal ini menyebabkan turunnya kadar esterogen dan
progesteron yang mengakibatkan tegangnya pembuluh darah sehingga akan
menimbulkan kontraksi uterus.
7. Induksi Persalinan

Persalinan dapar juga ditimbulkan dengan jalan sebagai berikut.

30

Gagang laminaria : dengan cara laminaria dimasukkan ke dalam kanalis

servikalis dengan tujuan merangsang fleksus frankenhauser.


Amniotomi : pemecahan kebutuhan.
Oksitosin drip : pemberian oksigen menurut tetesan per infus.

a. Patofisiologi
Perubahanperubahan pada uterus dan jalan lahir dalam persalinan.Sejak
kehamilan yang lanjut uterus dengan jelas terdiri dari 2 bagian, ialah segmen atas
rahim yang dibentuk oleh korpus uteri dan segmen bawah rahim yang terjadi dari
isthmus uteri. Dalam persalinan perbedaannya lebih jelas lagi.Segmen atas
berkontraksi dan dindingnya bertambah tebal dengan majunya persalinan.
Sebaliknya, segmen bawah rahim dan serviks mengadakan relaksasi dan dilatasi
menjadi saluran tipis dan teregang yang akan dilalui bayi.
Segmen atas makin lama makin mengecil, sedangkan segmen bawah makin
diregang dan makin tipis dan isi rahim sedikit demi sedikit pindah ke segmen bawah.
Karena segmen atas makin tebal dan segmen bawah makin tipis, maka batas antara
segmen atas dan segmen bawah menjadi jelas.Batas ini disebut lingkaran retraksi
yang fisiologis.Kalau segmen bawah sangat diregang maka lingkaran retraksi lebih
jelas lagi dan naik mendekati pusat dan disebut lingkaran retraksi yang patologis
(Lingkaran Bandl). Lingkaran Bandl adalah tanda ancaman robekan rahim dan
terjadi jika bagian depan tidak dapat maju misalnya panggul sempit.
1. Perubahan bentuk rahim
Pada tiap kontraksi sumbu panjang rahim bertambah panjang sedangkan ukuran
melintang maupun ukuran muka belakang berkurang.
2. Faal ligamentum rotundum dalam persalinan

31

Ligamentum rotundum mengandung otototot polos dan kalau uterus


berkontraksi, otototot ligamentum rotundum ikut berkontraksi hingga
ligamentum rotundum menjadi pendek.
3. Perubahan serviks
Serviks akan mengalami pembukaan yang biasanya didahului oleh pendataran
serviks yaitu pemendekan dari kanalis servikalis, yang semula berupa sebuah
saluran yang panjangnya 1-2 cm, menjadi suatu lubang saja dengan pinggir yang
tipis. Lalu akan terjadi pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya berupa
suatu lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lubang yang dapat
dilalui anak, kirakira 10 cm. Pada pembukaan lengkap tidak teraba lagi bibir
portio, segmen bawah rahim, serviks dan vagina telah merupakan satu saluran.
4. Perubahan pada vagina
Sejak kehamilan vagina mengalami perubahanperubahan sedemikian rupa,
sehingga dapat dilalui bayi. Setelah ketuban pecah, segala perubahan, terutama
pada dasar panggul diregang menjadi saluran dengan dindingdinding yang tipis
oleh bagian depan anak. Waktu kepala sampai di vulva, lubang vulva
menghadap ke depan atas.
5. Tanda-tanda Persalinan
a. Tanda-tanda persalinan sudah dekat
1) Adanya Lightening
Pada mingu ke-36 minggu pada primigravida terjadi penurunan
fundus karena kepala bayi sudah masuk pintu atas panggul yang
disebabkan oleh :
Kontraksi braxton hicks
Ketegangan otot perut
Ketegangan ligamentum rotundum
Gaya berat janin kepala kearah bawah
2) Terjadinya his permulaan

32

Makin tua usia kehamilan, pengeluaran progesteron dan esterogen


semakin berkurang sehingga oksitosin dapat menimbulkan kontraksi,
yang lebih sering disebut his palsu.
Sifat his palsu :
Rasa nyeri ringan dibawah
Datangnya tidak teratur
Tidak ada perubahan serviks
Durasinya pendek
Tidak bertambah jika beraktivitas
b. Tanda-tanda persalinan
1) Terjadinya his persalinan
His persalinan mempunyai sifat :
Pinggang terasa sakit, yang menjalar ke pinggang
Sifatnya teratur, intervalnya makin pendek dan kekuatannya
makin besar.
Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan uterus.
2) Bloody show (pengeluaran lendir disertai darah melalui vagina).
Dengan his permulaan, terjadi perubahan pada serviks yang
menimbulkan pendataraan dan pembukaan, lendir yang terdapat
dikanalis servikalis lepas,kapiler pembuluh darah pecah, yang
menjadikan perdarahan sedikit.
3) Pengeluaran Cairan
Terjadi akibat pecahnya ketuban atau selaput ketuban robek. Sebagian
besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap tetapi kadang
pecah pada pembukaan kecil (Asrinah,2010;6).
21 Penapisan untuk segera merujuk :
1. Riwayat Bedah Sesar
2. Perdarahan pervaginam selain dari lendir bercampur darah ( Blood
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Show ).
Kehamilan kurang bulan ( UK 37 minggu )
Ketuban pecah disertai mekonium yang kental
Ketuban pecah lama 24 jam
Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan ( UK 37 minggu )
Ikterus
Anemia berat
Tanda / infeksi :
Temperature tubuh 38C
Menggigil
33

Nyeri abdomen
Cairan ketuban yang berbau
10. Preeklamsia ( HT dalam kehamilan )
11. TFU 40 cm / lebih :
Makrosomia
Kehamilan kembar
Polihidramnion
12. Gawat janin dengan DJJ < 100 atau > 180 / menit
13. Primipara dalam fase aktif kala 1 persalinan dan kepala janin 5/5
14. Presentasi bukan belakang kepala (sungsang,lintang, dsb)
15. Presentasi ganda (majemuk)
16. Kehamilan ganda / gemeli
17. Tali pusat menumbung
18. Syok
19. Tanda dan gejala partus lama
20. Tanda dan gejala persalinan dengan Fase laten yang memajang (fase laten
> 8 jam,kontraksi teratur > 2 kali dalam 10 menit ) Partograf mengarah

garis waspada.
21. Penyakit kronis : kencing manis, jantung, asma berat, TBC, kesulitan
bernapas.
b. Penatalaksanaan
1) Lima Benang Merah dalam Asuhan Persalinan dan Kelahiran Bayi
a. Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan untuk
menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang diperlukan oleh
pasien. Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman,baik bagi
pasien

dan

keluarganya

maupun

petugas

yang

memberikan

pertolongan. Membuat keputusan klinik tersebut dihasilkan melalui


serangkaian proses metode yang sistematik menggunakan informasi
dan hasil dari olah kognitif dan intuisif serta dipadukan dengan kajian
teoritis

dan

intervensi

berdasarkan

bukti

(evidence-based),

keterampilan dan pengalaman yang dikembangkan melalui berbagai


tahapan yang logis dan diperlukan dalam upaya untuk menyelesaikan
masalah dan terfokus pada pasien (Varney, 1997) Langkah langlah
membuat keputusan klinik diantaranya :
i. Pengumpulan data
34

ii. Diagnosa
iii. Penatalaksanaan
iv. Evaluasi
b. Asuhan sayang ibu dan bayi. Beberapa prinsip dasar Asuhan Sayang
Ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses
persalinan dan kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukkan
bahwa jika para ibu diperhatikan dan diberi dukungan selama
persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui dengan baik mengenai
proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima, mereka akan
mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik. Disebutkan pula
bahwa hal tersebut diatas dapat mengurangi terjadinya persalinan
dengan vakum, cunam, seksio sesar, dan persalinan berlangsung lebih
cepat.
c. Pencegahan infeksi
Tujuan tindakan pencegahan infeksi dalam pelayanan asuhan
kesehatan:
a. Minimalkan infeksi
b. Menentukan resiko penularan penyakit yang mengancam jiwa
seperti Hepatitis dan HIV/AIDS
d. Dokumentasi
Aspek - aspek penting dalam pencatatan termasuk :
1. Tanggal dan waktu asuhan kebidanan
2. Identitas penolong
3. Paraf atau TTD pada semua catatan
4. Informasi berkaitan harus ditulis tepat, jelas dan dapat di baca
5. Sistem pencatatan pasien harus terpelihara dan siap sedia
e. Rujukan
Rujukan dilakukan oleh bidan jika ada suatu hal yang sudah bukan
menjadi wewenang bidan. Biasanya, bidan akan memberi rujukan ke
dokter spesialis kandungan agar dapat di diagnosa lebih lanjut.
2) Tahapan Persalinan
a. Kala I (Kala pembukaan )
Kala I disebut juga kala pembukaan karena pada kala ini terjadi
pembukaan serviks dari 1 sampai 10 cm (pembukaan lengkap). Proses

35

pembukaan serviks dari 0 sampai dengan 10 cm dibagi ke dalam 2 fase


yaitu:
1) Fase Laten : pembukaan terjadi sangat lambat yaitu dari 0 sampai 3
cm dan berlangsung sekitar 8 jam.
2) Fase Aktif : berlangsung sekitar 6 jam, pembukaan serviks dari 4
sampai dengan 10 cm. Fase aktif dibagi menjadi 3 fase lagi yaitu :
a) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 3 cm
menjadi 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 4
cm menjadi 9 cm.
c) Fase deselerasi, berlangsung selama 2 jam, pembukaan kembali
melambat dari 9 cm menjadi 10 cm atau pembukaan lengkap.
Pada primipara, berlangsung selama 12 jam dan multipara sekitar 8
cm. Kecepatan pembukaan 1 cm/jam (primipara) atau lebih dari 1 cm
hingga 2 cm (multipara). Pengisian partograf dimulai ketika memasuki
fase aktif yaitu dari pembukaan 4 cm. KalaI berakhir bila pembukaan
serviks sudah lengkap atau 10 cm.
b. Kala II (Kala pengeluaran Janin)
Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10
cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga disebut sebagai kala
pengeluaran bayi.
Tanda dan gejala kala II persalinan:
1) Ibu mengatakan ada rasa ingin meneran.
2) Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rectum atau
vaginanya.
3) Perineum terlihat menonjol.

36

4) Vulva vagina dan sfingter ani membuka.


Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam (informasi
obyektif) yang hasilnya adalah pembukaan serviks telah lengkap, atau
terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina.
c. Kala III (Pelepasan Plasenta).
Kala III persalinan dimulai dari lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta dan selaput ketuban . Pelepasan plasenta biasanya
berlangsung selama 6 sampai dengan 15 menit setelah bayi lahir dan
keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
Tanda-tanda pelepasan plasenta:
1) Perubahan bentuk dan tinggi fundus adalah setelah bayi lahir dan
miometrium mulai berkontraksi uterus berbentuk bulat penuh dan
tinggi fundus biasanya turun hingga dibawah pusat. Setelah uterus
berkontraksi dan plasenta terdorong kebawah, uterus menjadi bulat
dan fundus berada diatas pusat (sering kali mengarah kesisi kanan).
2) Tali pusat memanjang: Tali pusat terlihat keluar memanjang atau
menjulur keluar melalui vulva dan vagina.
3) Semburan darah mendadak atau tiba-tiba. Darah yang terkumpul
dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta. Semburan
darah yang tiba-tiba menandakan bahwa darah yang terkumpul
diantara tempat melekatnya plasenta dan permukaan material

37

plasenta (darah retroplasenta), keluar melalui plasenta yang terlepas.


Manajemen aktif kala III.
a) Pemberian suntik oksitosin. Dalam 1 menit pertama setelah bayi
lahir.
b) Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
c) Masase fundus uteri.
d. Kala IV (Observasi)
Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta sampai dengan 2 jam post partum.
Kala IV disebut kala pengawasan karena pada kala ini ibu post partum
perlu diawasi tekanan darahnya, suhu tubuh, dan jumlah perdarahan yang
keluar melalui vagina.
Yang mempengaruhi proses persalinan :
1) Power ( kekuatan mendorong janin keluar ) terdiri dari :
a. His (Kontraksi uterus) merupakan kontraksi dan relaksasi otot
uterus yang bergerak dari fundus ke korpus sampai dengan ke
serviks secara tidak sadar.
b. Kontraksi otot dinding rahim.
c. Kontraksi diafragma pelvis / kekuatan mengejan
2) Passenger meliputi :
a. Janin
b. Plasenta
3) Passage ( jalan lahir ) terdiri dari :

38

a.Jalan lahir keras yaitu tulang pinggul (os coxae, os sacrum /


promontorium, dan os coccygis)
b. Jalan lahir lunak : yang berperan dalarn persalinan adalah
segmen bahwa rahim, seviks uteri dan vagina, juga otot-otot,
jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat urogenital.
e. Mekanisme Persalinan Normal
a. Mekanisme persalinan normal terdiri dari:
Penurunan Kepala, terjadi selama proses persalinan karena daya
dorong dari kontraksi uterus yang efektif, posisi, serta kekuatan
meneran dari pasien.
b. Engagement (penguncian), tahap penurunan pada waktu diameter
biparietal dari kepala janin telah melalui PAP.
c. Fleksi, fleksi menjadi hal terpenting karena diameter kepala janin
terkecil dapat bergerak masuk panggul sampai ke dasar panggul.
d. Putaran paksi dalam, putaran internal dari kepala janin akan membuat
diameter anteroposterior dari kepala janin menyesuaikan diri dengan
anteroposterior dari panggul.
e. Lahirnya kepala dengan ekstensi, bagian leher belakang di bawah
oksiput akan bergeser kebawah simphisis pubis dan bekerja sebagai
titik poros (hipomoklion). Uterus yang berkontraksi kemudian
memberikan tekanan tambahan di kepala yang menyebabkannya
ekstensi lebih lanjut saat lubang vulva. Vagina membuka lebar
f. Restitusi adalah perputaran kepala sebesar 45 baik ke kanan atau ke
kiri, bergantung kepada arah dimana ia mengikuti perputaran menuju
posisi oksiput anterior
g. Putaran paksi luar, putaran ini terjadi bersamaan dengan putaran
internal dari bahu. Pada saat kepala janin mencapai dasar panggul,
bahu akan mengalami perputaran dalam arah yang sama dengan
kepala janin.
h. Lahirnya bahu & seluruh anggota badan bayi, bahu posterior akan
menggembungkan perineum dan kemudian dilahirkan dengan cara
39

fleksilateralis. Setelah bahu dilahirkan, seluruh tubuh janin lainnya


akan dilahirkan.
f. Asuhan Persalinan Normal
Untuk menilai dan mengetahui apakah proses persalinan normal serta
tidak ada komplikasi pada saat setelah proses persalinan, penatalaksanaan
persalinan harus dilaksanakan seperti APN 58 langkah.
58 Langkah APN :
1.

Mendengar dan melihat adanya tanda gejala


persalinan kala dua

2.

Memastikan kelengkapan alat pertolongan


persalinan termasuk

mematahkan ampul dan memasukkan alat

suntik sekali pakai 2 ml ke dalam wadah partus set


3.

Memakai celemek plastik

4.

Memastikan lengan tidak memakai perhiasan,


mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

5.

Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan


kanan yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam

6.

Mengambil alat suntik dengan tangan yang


bersarung tangan, isi dengan oksitosin dan letakkan kembali
kedalam wadah partus set

7.

Membersihkan vulva dan perineum dengan


kapas basah dengan gerakan dari vulva ke perineum

40

8.

Melakukan

pemeriksaan

dalam,

pastikan

pembukaan sudah lengkap dan selaput ketuban sudah pecah


9.

Mencelupkan tangan kanan yang bersarung


tangan ke dalam larutan klorin 0,5% dan membuka sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan merendamnya dalam larutan
klorin 0,5%

10.

Memeriksa

denyut

jantung

janin

setelah

kontraksi uterus selesai, pastikan DJJ dalam batas normal (120-160


x/menit)
11.

Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap


dan keadaan janin baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his
apabila ibu sudah merasa ingin meneran

12.

Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan


posisi ibu untuk meneran (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi
setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman

13.

Melakukan

pimpinan

meneran

saat

ibu

mempunyai dorongan kuat untuk meneran


14.

Menganjurkan ibu untuk berjalan, jongkok dan


mengambil posisi nyaman, jika ibu merasa ada dorongan untuk
meneran dalam 60 menit

41

15.

Meletakkan

handuk

bersih

(untuk

mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka


vulva dengan diameter 5-6 cm
16.

Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian


bawah bokong ibu

17.

Membuka partus set dan memperhatikan


kembali kelengkapan alat dan bahan

18.

Memakai sarung tangan DTT pada kedua


tangan

19.

Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan


diameter 5-6 cm, memasang handuk bersih untuk mengeringkan
bayi pada perut ibu

20.

Memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher


janin

21.

Menunggu hingga kepala janin selesai


melakukan putar paksi luar secara spontan

22.

Setelah kepala melakukan putar paksi luar,


pegang secara biparental. Menganjurkan kepada ibu untuk meneran
saat kontraksi, dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan
distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakan ke arah atas dan distal untuk melakukan bahu
belakang
42

23.

Setelah bahu lahir, geser tangan bawah


kearah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku
sebelah bawah. Gunakan tangan atas untuk menelusuri dan
memegang tangan dan siku sebelah atas

24.

Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri


menyusuri punggung ke arah bokong dandan tungkai bawah janin
untuk memegang tungkai bawah (selipkan jari telunjuk tangan kiri
diantara lutut janin)

25.

Melakukan penilaian selintas :


a.

Apakah bayi menangis kuat

b. Apakah bayi bernafas tanpa kesulitan?


c. Apakah bayi bergerak aktif?
26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti
handuk basah dengan handuk/kain yang kering dan membiarkan
bayi di atas perut ibu.
27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus.
28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus
berkontraksi baik.

43

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10


unit IM (intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral
(lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit pascapersalinan, jepit tali pusat dengan klem kirakira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal
(ibu) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi
perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara dua klem
tersebut.
32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi
kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya
dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi
di kepala bayi.
34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari
vulva
35. Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut ibu, di tepi simfisis,
untuk mendeteksi. Tangan lain meregangkan tali pusat
36. Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat dengan tangan
kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati
kearah dorsokranial. Jika plasenta t idak lahir setelah 30-40 detik,

44

hentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga timbul


kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur
37. Melakukan

peregangan

dan

dorongan

dorsokranial

hingga

plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali


pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas,
mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).
38. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan.
39. Segera setelah plasenta lahir dan selaput ketuban lahir, lakukan
masase uterus, letakkan telapak tangan difundus dan lakukan masase
dengan

gerakkan

melingkar

dengan

lembut

hingga

uterus

berkontraksi (fundus teraba keras).


40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan
kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput
ketuban sudah lahir lengkap, dan masukkan ke dalam kantong
plastik yang tersedia
41. Evaluasi

kemungkinan laserasi pada vagina

dan perineum.

Melakukan penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan


42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan pervaginam

45

43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam.
44. Setelah 1 jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes
mata antibiotik profilaksis dan vitamin K1 1 mg intramuskular di
paha kiri anterolateral
45. Setelah 1 jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi
Hepatitis Hb0 di paha kanan anterolateral
46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan
pervaginam
47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan
menilai kontraksi .
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pascapersalinan dan setiap 30 menit selama 1
jam kedua pascapersalinan
50. Memeriksa kembali untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan
baik
51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai ke dalam larutan klorin
0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah didekontaminasi.

46

52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang


sesuai.
53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Membersihkan
sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
bersih dan kering.
54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk
membantu apabila ibu ingin minum.
55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% selama
10 menit.
57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.
58. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
g. Komplikasi Persalinan
1. Distosia
a) Kelainan His diantaranya Inersia Uteri, Incoordinate Urine
Action dan Tetania Uteri.
b) Kelainan Passage: Kelainan bentuk panggul, kesempitan panggul
dan

ketidakseimbangan

Disproportion).
c) Kelainan Passenger.
47

sefalopelvik

(Cefalopelviks

d) Kelainan bentuk dan besar janin: anensefalus, hidrosefalus, janin


makrosomia.
e) Kelainan pada letak kepala: presentasi kepala oksiput posterior
menetap,

presentasi

belakang

kepala

oksiput

melintang,

presentasi puncak kepala, presentasi dahi, presentasi muka,


presentasi rangkap.
f) Kelainan letak janin : letak sungsang, letak lintang dan atau letak
mengolak, presentasi rangkap (kepala tangan, kepala kaki, kepala
tali pusat).
g) Kehamilan ganda (Manuaba, 1998:288, Mansjoer, 1999:302)

2. Gangguan Kala III Persalinan


a. Perdarahan postpartum primer
Yaitu perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab
utama yaitu atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta dan
robekan jalan lahir.
b. Perdarahan postpartum sekunder.
Yaitu perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama. Penyebab
utama yaitu robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
(Manuaba,2008).

48

3. Rupture perineum
1) Pengertian
2) Ruptur perineum adalah robekan yang terjadi pada perineum
sewaktu

persalinan.

Berdasarkan

tingkatan

dalam

ruptur

perineum terbagi atas 3 tingkatan :


1. Derajat 1

: Mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum.
2. Derajat 2

: Mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum, otot perineum


3. Derajat 3

: Mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum, otot perineum, dan sfingter ani.


4. Derajat 4

: Mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum, otot perineum, otot sfingter ani, dinding depan


rectum.
4. Robekan perineum derajat satu tidak perlu dijahit jika tidak ada
perdarahan dan aposisi luka baik. Sedangkan untuk robekan derajat
tiga dan empat harus segera dirujuk ke fasilitas rujukan (JNPK-KR,
2008).
NIFAS
1. Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini
49

yaitu 6-8 minggu. Masa nifas ini dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu. (Khumaira,2012;h 307)
Masa nifas atau puerperium adalah masa yang di mulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil yang berlangsung selama sekitar 6 minggu setelah persalinan (Sarwono,
2011).
Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan yaitu :
a. Puerperium dini, masa pemulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan
berjalan-jalan.
b. Puerperium intermedial, masa pemulihan dari organ-organ genetalia yang
lamanya 6-8 minggu.
c. Remote puerperium, waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi.
2. Perubahan Fisiologis Pada Masa Nifas
Selama masa nifas, alat-alat innterna maupun eksterna berangsur-angsur kembali
seperti keadaan sebelum hamil yang disebut dengan involusi. Perubahan fisiologi
yang terjadi pada masa nifas diantaranya adalah :
a. Uterus (Saleha, 2009)
Tabel 2.3 tinggi fundus uteri dan berat uterus menurut masa involusi
Involusi

TFU

Berat Uterus

Bayi lahir

Setinggi pusat

1000 gram

1 minggu

Pertengahan pusat simfisis

450-500

2 minggu

Tidak

6 minggu

simfisis
Normal

teraba

di

atas 200 gram


50 gram

b. Lokhea.
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina selama
masa nifas (Saleha,2009;h 55). Berikut jenis lokhea yang terdapat pada wanita
selama masa nifas :
Macammacam Lochea

50

a) Lochea rubra (Cruenta ): berisi darah segar dan jaringan sisa-sisa plasenta,
sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari post
partum.
b) Lochea Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari
3 7 post partum.
c) Lochea serosa : berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7
14 post partum.
d) Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Locheastasis : lochia tidak lancar keluarnya.
c. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan,
ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari tangan, setelah 6 minggu
persalinan serviks menutup

d. Vulva dan Vagina


Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat
besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama sesudah
proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3
minggu vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam
vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia manjadi
lebih menonjol.
e. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke 5,
perineum sudah mendapatkan kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap
lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.
f. Payudara
Perubahan pada payudara dapat meliputi :

51

1) Penurunan kadar progesteron secara tepat dengan peningkatan hormon


prolaktin setelah persalinan.
2) Kolostrum sudah ada saat persalinan produksi Asi terjadi pada hari ke-2
atau hari ke-3 setelah persalinan.
3) Payudara menjadi besar dan keras sebagai tanda mulainya proses laktasi
g. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan
terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian ini
mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan.
Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 36 jam
sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormon estrogen yang
bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini
menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam
tempo 6 minggu.

h. Sistem Gastrointestinal
Kerapkali diperlukan waktu 3 4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun asupan
makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari, gerak tubuh
berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika sebelum melahirkan
diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum dapat menghalangi keinginan ke
belakang
i. Sistem Kardiovaskuler
Setelah terjadi diuresis yang mencolok akibat penurunan kadar estrogen,
volume darah kembali kepada keadaan tidak hamil. Jumlah sel darah merah dan
hemoglobin kembali normal pada hari ke-5.
52

j. Sistem Endokrin
1.

Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam post

partum. Progesteron turun pada hari ke 3 post partum.


2.
Kadar prolaktin dalam darah berangsur-angsur hilang
k. Sistem muskuloskletal
Ambulasi pada umumnya dimulai 48 jam post partum. Ambulasi dini
sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
l. Sistem integumen
1.
Penurunan
2.

melanin

umumnya

setelam

persalinan

menyebabkan berkurangnya hyperpigmentasi kulit.


Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena

kehamilan dan akan menghilang pada saat estrogen menurun.


3. Penatalaksanaan
a. Kunjungan pada Masa Nifas
1) Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan), tujuannya untuk:
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan dan merujuk

apabila perdarahan berlanjut.


Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.


Pemberian ASI awal.
Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia. Jika bidan
menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir
untuk 2 jam pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam

keadaan stabil 2.
2) Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan), tujuannya untuk:
Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,
fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada

bau.
Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak memperlihatkan tandatanda penyulit.
53

Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari-hari.


3) Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan), tujuannya untuk Sama
seperti di atas (6 hari setelah persalinan)
4) Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan), tujuannya untuk:
Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi
alami.
Memberikan konseling untuk KB secara dini.
4. Penanganan Masa Nifas
1. Kebersihan diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan
sabun dan air. Membersihkan daerah disekitar vulva dulu, dari depan ke
belakang, baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya
dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika dicuci dengan baik, dan
dikeringkan dibawah matahari atau disetrika.
d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu
untuk menghindari menyentuh daerah luka
2. Istirahat
1) Anjurkan ibu beristirahat cukup guna mencegah kelelahan yang
berlebihan.
54

2) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan rumah tangga biasa perlahanlahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal yaitu :
mengurangi jumlah ASI yang diproduksi, memperlambat proses involusi
uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan
ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
3. Latihan
1) Mobilisasi dini yaitu kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
parturient turun dari tempat tidurnya. Pada persalinan normal sebaiknya
dikerjakan 6 jam.
2) Senam nifas untuk mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali
normal. Otot perut menjadi kuat sehingga mengurangi rasa nyeri pada
punggung.
4. Gizi
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari,
Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup, Minum 3 liter/hari, zat besi diminum 40 hari pasca
persalinan, minum kapsul vit A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin
A kepada bayinya melalui ASI.
5. Perawatan payudara
1) Menjaga payudara tetap bersih dan kering.

55

2) Menggunakan BH yang menyokong payudara.


3) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar pada
sekitar putting susu setiap kali selesai menyusui.
4) Apabila lecet sampai berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendok.
5) Untuk menghilangkan nyeri minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam.
6) Apabila payudara bengkak akibat pembendungan ASI, lakukan :
pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah hangat
selama 5 menit, urut payudara dari arah pangkal menuju puting dengan
arah Z, keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga
puting susu menjadi lunak,
6. Hubungan perkawinan (seksual)
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri.
7. Keluarga Berencana
1) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali.
2) Biasanya wanita tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia
mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu metode

56

amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembali untuk


mencegah terjadinya kehamilan baru.
3) Sebelum menggunakan KB, sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu
bagaimana

metode

ini

dapat

mencegah

kehamilan

dan

efektifitasnya,keuntungan, kekurangan, efek samping, bagaimana


menggunakannya, kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk
wanita pascasalin yang menyusui (Saifuddin, 2008).

5. Komplikasi masa nifas


1. Infeksi Nifas
Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genetalia
pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan
melebihi 380C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama 2 (dua)
hari. (Sarwono 2011).
2. Keadaan Abnormal pada Rahim
Menurut (Manuaba, 2008) keadaan abnormal pada rahim yaitu:
1) Subinvolusi uteri
2) Flegmasia alba dolens
Masalah dalam Laktasi
1) Payudara Bengkak (Engorgement)
57

2) Kelainan putting susu


3) Putting susu nyeri (Sore Nipple) dan Lecet (Crecked Nipple)
4) Saluran Air susu tersumbat (Obstructive Duct)
5) Mastitis
6) Abses Payudara
7) Air susu ibu kurang
8) Bayi bingung putting
9) Bayi enggan menyusu

BAYI BARU LAHIR


1. Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (BBL) atau neonatus adalah janin yang lahir melalui proses
persalinan dan telah mampu hidup diluar kandungan dengan berat badan lahir 2500
gram sampai 4000 gram.
Bayi adalah individu baru yang lahir di dunia. Dalam keadaannya yang
terbatas, maka individu baru ini sangatlah membutuhkan perawatan dari orang
lain.Janin yang lahir melalui proses persalinan dan telah mampu hidup di luar
kandungan.
2. Adaptasi bayi baru lahir
Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional BBL dari kehidupan
di dalam uterus ke kehidupan ada luar uterus.
Tabel 2.4 Adaptasi Bayi Baru Lahir
Sistem

Intrauterin
58

Ekstrauterin

Respirasi / Sirkulasi
Pernafasan volunter
Alveoli
Vaskularisasi paru
Resistensi paru
Intake oksigen
Pengeluaran CO2
Sirkulasi paru
Sirkulasi sistemik
Denyut jantung

Saluran cerna
Absorbsi nutrien
Kolonisasi kuman
Feses
Enzim pencernaan

Belum berfungsi
Kolaps
Belum aktif
Tinggi
Dari plasenta ibu
Di plasenta
Tidak berkembang
Resistensi perifer
Rendah, lebih cepat

Berfungsi
Berkembang
Aktif
Rendah
Dari paru bayi sendiri
Di paru
Berkembang banyak
Resistensi perifer
Tinggi, lebih lambat

Belum aktif
Belum
Mekonium
Belum aktif

Aktif
Segera
>hari ke- 4, feses biasa
Aktif

3. Tanda-tanda bayi baru lahir normal


a. Kriteria fisik BBL normal :
1) Cukup bulan
: Usia kehamilan 37 - 42 minggu.
2) Berat badan lahir
: 2500 - 4000 gr (sesuai masa kehamilan)
3) Panjang badan
: 44 - 53 cm
4) Lingkar kepala
: 31- 36 cm
5) Skort Apgar
: 7 10 (Format APGAR skor terlampir)
6) Tanpa kelainan kongenital atau trauma persalinan

b. Kriteria neorologik BBL normal :


1)Frog position (fleksi ekstremitas atas dan bawah), 2) Refleks moro / kejutan
(+), harus simetris, 3) Refleks hisap (+) pada sentuhan palatum molle, 4) Refleks
menggenggam (+), 5) Refleks roting (+)
4. Tanda-tanda bayi baru lahir tidak normal
a. Usia kehamilan kurang atau lebih dari 36-42 minggu,
b. Berat badan lahir kurang dari 2500-4000 gr,
c. Tidak dapat bernafas teratur dan normal,
d. Organ fisik tidak lengkap dan tidak dapat berfungsi dengan baik.
5. Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir
a. Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit,
b. Kehangatan tubuh (> 380C atau terlalu dingin < 360C),
c. Warna kulit, kuning (terutama pada 24 jam pertama), biru atau pucat, memar,
d. Pemberian makanan, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah,
e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah,
59

f. Infeksi, suhu meningkat, merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk,
pernafasan sulit,
g. Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua,ada lendir atau darah
h.

pada tinja
Aktivitas menggigil, atau nangis tidak biasa, sangat mudah tersinggung, lemas,
terlalu mengantuk, lunglai, kejang, kejang halus, tidak bisa tenang, menangis terus
menerus.

6. Penatalaksanaan bayi baru lahir


a. Klem dan potong tali pusat
1) Klemlah tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 dan 3 cm dari
pangkal pusat bayi (tinggalkan kira-kira 1 cm di antara klem tersebut).
2) Potonglah tali pusat di antara kedua klem sambil melindungi bayi dari gunting
dengan tangan kiri anda.
3) Pertahankan kebersihan pada saat memotong tali pusat.ganti sarung tangan
anda jika bila ternyata sudah kotor. Potonglah tali pusatnya dengan gunting
tali pusat yang steril atau Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT).
4) Periksa tali pusat setiap 15 menit. Apabila masih terjadi perdarahan, lakukan
pengikatan ulang yang lebih ketat.
5) Jangan mengoleskan salep apa pun, atau zat lain ke tampuk tali pusat. Hindari
pembungkusan tali pusat. Tampuk tali pusat yang tidak tertutup akan
mengering dan puput lebih cepat dengan komplikasi yang lebih sedikit.
b. Jagalah bayi agar tetap hangat
1) Pastikan bayi tersebut tetap hangat dan terjadi kontak antara kulit bayi dengan
kulit ibu.
2) Gantilah handuk/kain yang basah, dan bungkus bayi tersebut dengan selimut
dan jangan lupa memastikan bahwa kepala telah terlindung dengan baik untuk
mencegah keluarnya panas tubuh.
3) Pastikan bayi tetap hangat dengan memeriksa telapak bayi setiap 15 menit:
4) Apabila telapak bayi terasa dingin, periksalah suhu aksila bayi
60

5) Apabila suhu bayi kurang dari 36,5C, segera hangatkan bayi tersebut.

c. Kontak dini dengan ibu


1) Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak dini antara ibu dan bayi
penting untuk:
2) Kehangatan mempertahankan panas yang benar pada bayi baru lahir.
3) Ikatan batin dan pemberian ASI.
4) Doronglah ibu untuk menyusui bayinya apabila bayi telah siap (dengan
menunjukkan refleks rooting). Jangan paksakan bayi untuk menyusu.
5) Bila memungkinkan, jangan pisahkan ibu dengan bayi, dan biarkan bayi
bersama ibunya paling sedikit satu jam setelah persalinan.
d. Pernafasan
Sebagian besar bayi akan bernafas secara spontan. Pernapasan bayi sebaiknya
diperiksa secara teratur untuk mengetahui adanya masalah.
1) Periksa pernapasan dan warna kulit bayi setiap 5 menit.
2) Jika bayi tidak segera bernapas, lakukan hal-hal berikut:
a) Keringkan bayi dengan selimut atau handuk yang hangat
b) Gosoklah punggung bayi dengan lembut.
1) Jika bayi masih belum mulai bernapas setelah 60 detik mulai resusitasi.
2) Apabila bayi sianosis (kulit biru) atau sukar bernapas (frekuensi pernapasan
kurang dari 30 atau lebih dari 60 x/menit), berilah oksigen kepada bayi dengan
kateter nasal.
e. Perawatan Mata
Obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk
pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual). Obat mata
perlu diberikan pada jam pertama setelah persalinan. Yang lazim dipakai adalah
larutan Perak Nitrat atau Neosporin dan langsung diteteskan pada mata bayi segera
setelah lahir. Jangan tinggalkan ibu dan bayi kapan pun.
Dalam waktu 24 jam, bila bayi tidak mengalami masalah apapun,
berikanlah asuhan berikut:
1) Lanjutkan pengamatan pernapasan, warna, dan aktivitasnya.
2) Pertahankan suhu tubuh bayi
3) Lakukan pemeriksaan fisik yang lebih lengkap.

61

4) Berikan Vitamin K untuk mencegah terjadinya perdarahan, suntik (I.M)


Vitamin K 0,5bmg
5) Identifikasi Bayi, alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi
baru lahir dan harus tetap di tempatnya sampai waktu bayi dipulangkan.
6) Perawatan lain-lain :
a) Lakukan perawatan tali pusat
b) Dalam waktu 24 jam dan sebelum ibu dan bayi dipulangkan ke rumah,
berikan imunisasi BCG, polio oral, dan hepatitis B.
c) Ajarkan tanda-tanda bahaya bayi pada orang tua dan beritahu pada orang
tua agar merujuk bayi segera untuk perawatan lebih lanjut, jika ditemui
tanda-tanda tersebut.
d) Ajarkan pada orang tua cara merawat bayi mereka dan perawatan harian
untuk bayi baru lahir:
(1) Beri ASI sesuai dengan kebutuhan setiap 2-3 jam mulai dari hari
pertama.
(2) Pertahankan agar bayi selalu bersama ibu.
(3) Jaga bayi dalam keadaan bersih, hangat dan kering, dengan mengganti
popok dan selimut sesuai keperluan. Pastikan bayi tidak terlalu panas
dan terlalu dingin (dapat menyebabkan iritasi). Apa saja yang
(4)
(5)
(6)
(7)

dimasukkan ke dalam mulut bayi harus bersih.


Jaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering.
Peganglah, sayangilah dan nikmati kehidupan bersama bayi.
Awasi masalah dan kesulitan pada bayi dan minta bantuan jika perlu.
Ukur suhu tubuh bayi jika tampak sakit atau menyusui kurang baik

7. Konsep Dasar Asuhan Kebidanan


Langkah 1 : Pengkajian
Pada langkah ini bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien, untuk memperoleh data
dapat dilakukan dengan cara:
a. Anamnesa
b. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan khusus
d. Pemeriksaan penunjan

62

Bila klien mengalami komplikasi yang perlu di konsultasikan kepada dokter


dalam penatalaksanaan maka bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi
dengan dokter. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah
berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang di hadapi akan
menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya,
sehingga dalam pendekatan ini harus yang komprehensif meliputi data subjektif,
objektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi / masukan
klien yang sebenarnya dan valid. Kaji ulang data yang sudah di kumpulkan apakah
sudah tepat, lengkap dan akurat.
Langkah II: Merumuskan Diagnosa/Masalah Kebidanan
Pada langkah ini identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
interpretasi yang akurat atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena
masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan
penanganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita
yang diidentifikasioleh bidan sesuaidengan hasil pengkajian. Masalah juga sering
menyertai diagnosa. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan.
Langkah III: Antisipasi/Tindakan Segera
Pada langkah ini mengidentifikasi masalah potensial atau diagnose potensial
berdasarkan diagnosa/masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Pada langkah ketiga ini bidan
dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial tidak hanya merumuskan
63

masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar
masalah atau diagnosa potesial tidak terjadi
Langkah IV: Antisipasi/ Tindakan Segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan/dokter dan/untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses
penatalaksanaan kebidanan.
Pada penjelasan diatas menunjukkan bahwa bidan dalam melakukan tindakan
harus sesuai dengan prioritas masalah/kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah
bidan

merumuskan

tindakan

yang

perlu

dilakukan

untuk

mengantisipasi

diagnosa/masalah potensial pada langkah sebelumnya, bidan juga harus merumuskan


tindakan emergency/segera untuk segera ditangani baik ibu maupun bayinya. Dalam
rumusan ini termasuk tindakan segera yang mampu dilakukan secara mandiri,
kolaborasi atau yang bersifat rujukan.
Langkah V: Intervensi
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh berdasarkan langkah
sebelumnya. Semua perencanaan tang dibuat harus berdasarkan pertimbangan yang
tepat, meliputi pengetahuan, teori yang up to date, perawatan berdasarkan bukti
(evidence based care), serta divalidasikan dengan asumsi mengenai apa yang
diinginkan dan tak diinginkan oleh pasien. Dalam menyusun perencanaan sebaiknya
pasien dilibatkankan, karena pada akhirnya pengambilan keputusan dalam
melaksanakan suatu rencana asuhan harus disetujui oleh pasien.
Untuk menghindari perencaan asuhan yang tidak terarah, maka dibuat
terlebih dahulu pola pikir sebagai betikut.
1. Tentukan tujuan tindakan yang akan dilakukan, meliputi sasaran target dan
target hasil yang akan dicapai.
2. Tentukan rencana tindakan sesuai dengan masalah dan tujuan yang akan dicapai.

64

Langkah VI: Implementasi


Pada langkah ke enam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke lima dilaksanakan secara aman dan efisien. Perencanaan
ini dibuat dan dilaksanakan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau
anggota tim kesehatan lainnya. Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri, bidan
tetap bertanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Dalam kondisi dimana
bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam penatalaksanaan asuhan bagi klien adalah
tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananyarencana asuhan bersama yang
menyeluruh tersebut. Pelaksanaan yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya
serta meningkatkan mutu dan asuhan klien

Langkah VII: Evaluasi


Untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan asuhan yang kita berikan
kepada pasien, kita mengacu kepada beberapa pertimbangan berikut ini.
1. Tujuan Asuhan Kebidanan
1) Meningkatkan, mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan.
2) Memfasilitasi ibu agar ibu tetap merasa aman dan nyaman serta penh
percaya diri.
3) Meyakinkan

wanita

dan

pasangannya

untuk

memgembangkan

kemampuannya sebagai orangtua dan untuk mendapatkan pengalaman


berharga sebagai orang tua.
4) Membantu keluarga untuk mengeidentifikasi dan memenuhi kebutuhan
mereka danmengemban tanggung jawab terhadap kesehatannya sendiri.
2. Efektivitas Tindakan untuk Mengatsi Masalah
Dalam melakukan evaluasi seberapa efektif tindakan dan asuhan yang kita
berikan kepada pasien, kita perlu mengkaji respons pasien dan peningkatan

65

kondisi yang kita targetkan pada saat penyusunan perencanaan. Hasil pengkajian
ini dijadikan sebagai acuan dalam pelaksanaan asuhan berikutnya.
3. Hasil Asuhan
Hasil asuhan adalah bentuk konkret dari perubahan kondisi pasien dan keluarga
yang meliputi pemulihan kondisi pasien, peningkatan kesejahteraan emosional,
peningkatan pengetahuan dan kemampuan pasien mengenai perawatan diri,serta
peningkatan kemandirian pasien dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan
kesehatannya.

66

You might also like