Professional Documents
Culture Documents
(DI JEMBER )
A. ABSTRAK
Peneliti akan melakukan analisa kelongsoran (deformasi yang terjadi) dalam
model 3D, dengan Program Plaxis 3D Foundation Version 1.5., dengan meninjau
kondisi pelapukan tanahnnya yang terbaca dari data hasil bor dalam berupa data
properties tanah dan variasi naiknya tinggi muka air tanah. Hal ini untuk melihat
apakah perilaku deformasi sesuai dengan kondisi yang ada di lapangan, sehingga
penelitian ini mengambil judul analisa balik kelongsoran.
Bidang longsor dari hasil analisa dengan Plaxis menunjukkan saat tidak
hujan (muka air tanah) jauh dari permukaan bidang tanah angka keamanan
(Safety factor) nya lebih dari satu yaitu SF = 1.063, tetapi harga ini
mengindikasikan
bahwa
kondisi
tanah
yang
ada
sudah
kritis,
dengan
memperhatikan SF nya yang mendekati nilai 1, ketika muka air tanah naik dengan
anggapan terjadi hujan yang mengakibatkan kondisi tanah menjadi semakin jenuh
safety factor nya berkurang, SF = 0.873 yang mengakibatkan terjadi longsor.
Terlihat juga bahwa tanah yang cenderung longsor adalah tanah pada Lapisan 1
(dengan bidang longsor antara lapisan 1 dan lapisan 2) yaitu lapisan tanah yang
mengalami pelapukan (tanah residual), sedang lapisan 2 maupun lapisan 3 tidak
terdeformasi.
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah: Model deformasi
yang di dapatkan dari hasil Plaxis, mempunyai kecenderungan yang sama
dengan kondisi deformasi yang terjadi di lapangan sedangkan letak bidang
longsor dengan Plaxis, menunjukkan bidang longsor yang menyerupai kondisi di
lapangan.
Kondisi semua lapisan tanah yang jenuh oleh air tanah pada lokasi,
terancam longsor. Faktor utama penyebab ketidakstabilan lereng sangat mungkin
dipengaruhi oleh naiknya muka air tanah (drainase tidak ada) yang dapat
menurunkan stabilitas lereng.
Kata kunci : longsor, plaxis, tinggi muka air tanah, deformasi, bidang longsor.
B. PENDAHULUAN
Longsor merupakan gejala geologi yang umum terjadi dan mesti akan terjadi
dalam rangka mencari keseimbangan alam. Faktor utama yang menyebabkan
longsor adalah faktor geologi, iklim, vegetasi dan penggunaan lahan. Saat
memasuki musim hujan secara umum di Indonesia mengalami peningkatan
peristiwa longsor akibat ulah manusia seperti penggalian, hilangnya vegetasi,
perubahan penggunaan lahan dan lain lain.
Bencana yang terjadi di kecamatan Panti kabupaten Jember pada bulan
Januari 2006 yang lalu masih meninggalkan bekas kerusakan yang sampai saat
ini masih bisa kita saksikan. Menurut rekomendasi Tim Analisis Masalah Banjir
Bandang di Kabupaten Jember untuk segera dilakukan penelitian lebih lanjut
untuk penentuan zonasi kerentanan gerakan tanah dan banjir bandang.
Hasil pengamatan sepintas di lapangan kondisi lapisan tanah permukaan
merupakan batuan produk vulkanik yang belum terkompaksi, dengan pelapukan
tebal > 20 meter serta di dapatinya kemiringan lereng yang curam > 45 0
(setempat-setempat).
Kelongsoran yang paling sering di jumpai di lapangan memiliki permukaan
tidak horisontal (lingkaran) serta dipengaruhi komponen gravitasi. Bila gaya
(beban) yang terjadi karena komponen gravitasi sedemikian besar, sehingga
perlawanan geser total pada bidang gelincirnya terlampaui, maka akan terjadi
longsoran (Hardiyatmo, 2002).
Peristiwa yang terjadi di lokasi ini adalah pada musim penghujan, hujan
pemicu longsoran adalah hujan yang mempunyai curah tertentu, sehingga air
hujan mampu meresap ke dalam lereng dan mendorong tanah untuk longsor.
Secara umum terdapat dua tipe hujan pemicu longsoran di Indonesia, yaitu tipe
hujan deras dan tipe hujan normal tapi berlangsung lama. Tipe hujan deras
misalnya adalah hujan yang dapat mencapai 70 mm per jam atau lebih dari 100
mm per hari. Tipe hujan deras hanya akan efektif memicu longsoran pada lerenglereng yang tanahnya mudah menyerap air (Karnawati 1996, 1997), seperti
misalnya pada tanah lempung pasiran dan tanah
pasir. Pada lereng demikian longsoran dapat terjadi pada bulan-bulan
awal musim hujan, misalnya pada akhir Oktober atau awal Nopember. Tipe hujan
normal contohnya adalah hujan yang kurang dari 20 mm per hari. Hujan tipe ini
apabila berlangsung selama beberapa minggu hingga beberapa bulan dapat
efektif memicu longsoran pada lereng yang tersusun oleh tanah yang lebih kedap
air, misalnya lereng dengan tanah lempung (Karnawati, 2000). Pada lereng ini
longsoran umumnya terjadi mulai pada pertengahan musim hujan, misalnya pada
bulan Desember hingga Maret.
Penelitian longsor berkaitan dengan faktor-faktor di atas sudah sering
dilakukan seperti beberapa contoh di atas. Penelitian yang telah ada masih
sekitar pemodelan Plane strain (2 Dimensi). Sehingga analisa yang dilakukan
dianggap keseluruhan bidang mengalami kelongsoran.
Longsor yang terjadi pada keadaan alaminya adalah berupa sebagiansebagian dari lereng yang ada, contoh kasus longsor di kecamatan Panti
kabupaten Jember, pada area yang di teliti longsor yang terjadi adalah berupa
bergeraknya tanah ke bawah pada saat musim hujan bulan Januari, dengan
kondisi longsoran seperti pada Gambar 1.
Gambar 1
Kondisi Longsoran Yang Yerjadi Selanjutnya Dalam Penelitian
denganmeninjau kondisi pelapukan tanahnnya yang terbaca dari data hasil bor
dalam berupa data properties tanah dan variasi naiknya tinggi muka air tanah. Hal
ini untuk melihat apakah perilaku deformasinya sesuai dengan kondisi yang ada
di lapangan, sehingga penelitian ini
mengambil judul analisa balikkelongsoran.
Sehingga dengan melakukan hal ini akan diperoleh gambaran penyebab
terjadinya kelongsoran, letak atau kedalaman bidang longsor.
Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
2.
2.
C. TINJAUAN PUSTAKA
LONGSOR
Longsor
sering
wasting/massmovement).
disebut
Gerakan
sebagai
massa
gerakan
tanah
dan
massa
ataumassa
(mass
batuan
batuan.
Longsor dapat digambarkan dalam gambaran sederhana sebagai gerak
benda pada bidang miring (Gambar 2). Berat masa benda dan sudut kemiringan
merupakan faktor utama yang mengontrol. Pada lereng alam benda ini berupa
tanah dan atau batuan, sehingga sifat fisik kimia biologi tanah/batuan merupakan
faktor yang sangat berpengaruh terhadap stabilitasnya di lereng karena sifat ini
akan mempengaruhi ada tidaknya dan banyak sedikitnya air yang mampu
disimpan atau mampu dialirkannya. Air ini sangat berperanan terhadap stabilitas
masa tanah/batuan yang ada di lereng karena air akan menambah berat, akan
menyebabkan kohesi tanah menurun, akan menyebabkan peningkatan proses
kimia dan air akan memisahkan/memindahkan unsur kimia pengikat tanah
menuju ke bawah (leachout). Bila air mengalir dalam massatanah/batuan akan
menyebabkan terjadinya perpindahan titik berat, akan terjadi perpindahan
komponen kimia pengikat tanah dan lain sebagainya.
Keterangan :
W = berat benda
R
T = W Sin
D. PLAXIS
PLAXIS mulai dikembangkan sekitartahun 1987 di Technical University of
Delft atas inisiatif dari Dutch Departement ofPublic Works and Water
Management. Plaxis adalah program elemen hingga untukaplikasi geoteknik
dimana digunakan model-model tanah untuk melakukan simulasi terhadap
perilaku dari tanah. Program PLAXIS dan model-model tanah didalamnya telah
dikembangkan dengan seksama. Walaupun pengujian dan validasi telah banyak
dilakukan, tetap tidak dapat dijamin bahwa program PLAXIS adalah bebas dari
kesalahan. Simulasi permasalahan geoteknik dengan menggunakan metode
elemen hingga sendiri telah secara implisit melibatkan kesalahan pemodelan dan
kesalahan numerik yang tidak dapat dihindarkan. Akurasi dari keadaan
kekuatan
geser
metode
elemen
hingga
(SSR-FEM).
Kelebihan
2.
kekuatan geser tanah yang tersedia atau yang dapat dikerahkan oleh tanah
adalah :
= c + ( - u).tan
Dalam metode ini, parameter kekuatan geser tanah yang tersedia berturutturut direduksi secara otomatis hingga kelongsoran terjadi. Sehingga faktor aman
(SF) stabilitas lereng menjadi :
Msf
SF =
cinput
= kohesi tanah
= sudut geser dalam tanah = kohesi tanah tereduksi
Pengumpulan data:
1. Data Topografi.
2. Data SPT, CPT dan Parameter fisis tanah.
3. Studi dari Penelitian terdahulu
Kajian data
Tidak
Ya
Evaluasi
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan dan saran
Berhenti
B o r e
H o l e
N o .
P E N E L I T I A N
T A N A H
L O N G S O R
y p e
i l
l e
i l l
2 8
i n
J U L I
2 0 0 7
R e m a r k s .
D =
U n d i s t u r b
S =
C o r e
S t a n d a r d
Depth inm
B l o w s
S P T
P e n e t r a t i o n
T e s t
T e s t
15cm
15cm
15cm
N-ValueBlows/30cm
SampleCode
/
Sa mple Code
Depth inm
GeneralRemarks
Colour
TypeofSoil
Legend
Thicknessinm
Depthinm
Scaleinm
Elevation
S P T
S a m p l e
S a m p l e
p e r
e a c h
1 5
0
0
A
K
T
N
( W E A T H E R I N G
V a l u e
2
L
U
C
.
B
A V
T S
0 4
0 2
U C
T V
T S
T
R
A
E
A
D
U C
T V
T S
0 6
T S
S P T
T
A M
A n t a r a
s / d
0 4
G C
TM
O
S P T
.
-
0 1
L T
A S
A n t a r a
s / d
1 2
0 2
T C
T M
P A
-
0 1
M S
>
G
I
V
.
T C
S
D
0 1
>
>
3 4 0 / 1 0
4 5 / 1 2
S K
0 5
T D
E
E
R
N
Y
S
E S
>
I K
I T
D
A
0
E
V
B
D
(
A
I
S
-
A
I
R
I
DRI LLING LO G
Project No.
B o r e
Project
H o l e
T a
N o .
b l
Rotary
Type of Drilling
Remarks.
2 4
J U L I
2 0 0 7
U n d i s t u r b
C o r e
S t a n d a r d
l o w
P e n e t r a t i o n
T e s t
p e r
a c
1 5
V a l u e
( W
E A T H E R I N G
G
0
0
15cm
15cm
Depth inm
15cm
N-ValueBlows/30cm
Sam pleCode
/
Sam pleCode
Depth inm
GeneralRemarks
Colour
TypeofSoil
Legend
Thicknessinm
Depthinm
Scaleinm
Elevation
S a m p l e
S a m p l e
U C
0 3
.
6
T
R
A
E
A
D
S
L
G C
S
M
t a
.
1
.
1
0 9
.
1
L
1
1
7
8
E
D
R A
T M
U M E D
A D
I U M
T
S
E S P T
A n t a r a
2 0
s / d
3 4
O
-
6 1
4 1
4 1
0 2
5 3
.
-
0 8
>
>
S K
A
.
7
E
E
R
N
A
E
>
D
(
0 1
Y
S
U
V
A
I
S
-
A
I
R
I
S a m p l e
D e p t h
( m )
T
C o n d i t i o n
S p e s i f i c
o f
v o i d
D e g r e e
o f
d e n s i t y ,
( t )
l
d
Distribution
Size
Grain
Uncon finedCompressi
onTest
Tri axial
Test
DirectShear
Lab.VaneShearTest
Consol id
ati onTest
ChemicalTest
W et
AtterbergLimit
0 -
d U
d U
d U
d U
1 3
82
4 2
,
i
s
t
2 8
71
9 3
0 9
7
3 1
9 9
1 8
11
4 0
00
4 0
01
2 1
61
4 1
28
2 5
94
6 5
6 4
0 1
03
3 3
93
24
9 1
05
C l a y ,
8
8
D e v i a t o r
6
*
k g / c m 2
P r e s s u r e ,
I n d e x ,
k g / c m 2
S u ,
d
k g / c m 2
I n t e r c e p t ,
k g / c m 2
k g / c m 2
I n t e r c e p t ,
U n
5 0
k g / c m 2
C u ,
q u ,
U n d r a i n e d ,
C o h e s s i o n ,
E l a s t i c i t y ,
S t r e s s ,
S i l t ,
.
.
2 7
41
6 1
8 9
2 7
%
c
C c
86
.
8 0
2 B
1 1
.
61
1 0
6 1
6 0
6 0
k g / c m 2
L a p . )
v a l u e
S u
r
l p h a t
c o n t e n t ,
L O N G S O R
P A N T I
%
%
J E M B E R
M
U
F
S a m p l e
S a n d ,
4 U
2 B
-
5 U
2
-
0 -
0 -
0 -
: -
0 -
0 -
0 -
0 -
0 -
7
3
4
d U
3 2
2 8
1
5 3
8 1
1 0
d U n
2 3
1 2
0 9
5
.
6 6
7 1
5 0
r b
d U
4 2
0 1
8
.
9 1
9 1
5
8
d U
4 1
8 9
1 2
.
6
4 4
1 8
6 6
9 1
0 1
d U
2 2
4 1
4 9
2
.
4 4
0 1
3 1
1
9
2
.
8 4
2
7
8 1
0 1
6 1
7 1
7 1
8 5
8 5
8 4
1 8
7 5
8 3
2 3
0 4
6 3
5 4
0 1
6 1
8 1
5 5
2 1
3 U
0 -
2 B
s a t u r a t i o n ,
g r / c c
2 U
( t )
2 B
0 -
( e )
1 U
2 B
: -
( m )
r a t i o
91
( G s )
o f
G r a v i t y
( e )
G
Distribution
0 -
d e n s i t y,
D e p t h
o f
v o i d
D e g r e e
N a t u r a l
0-
N o .
S p e s i f i c
S t a n d a r d A
C o n d i t i o n
1 2
P r o j e c t S T U D I
S a m p l e
S a m p l e
0-
T o t a
p H
C o m p r e s s i o n
: -
P r e c o n s o l i d a t i o n
32
S h e a r
C o h e s i o n
k s
C o h e s i o n
0 -
M o d u l u s
4 2
S a n d ,
1
-
0 -
4U
1B
-
3U
0 -
22
m a
1 B
-
P e a k
2U
U n d i s t u r b e d
1B
-
0 -
1U
1 B
-
g r / c c
: -
( G s )
r a t i o
AtterbergLimit
s a t u r a t i o n , (
Wet
S a m p l e
G r a v i t y
N a t u r a l
N o .
S a m p l e
C l a y ,
UnconfinedCompressionTest
Grain
Size
S i l t ,
P e a k
S
D e v i a t o r
Test
M o d u l u s
5 0
6 2
k g / c m 2
k g / c m 2
k g / c m 2
C u ,
q u ,
I n t e r c e p t ,
Lab.VaneShearTest
C
S oh he ea sr i o U n n
S h e a r
8 1
.
*
k g / c m 2
dI nr ta ei rn c e e d p , t , S
U n d r a i n e d ,
P r e c o n s o l i d a t i o n
C o m p r e s s i o n
ChemicalTest
p H
R e m a r k s
Test
DirectShear
C o h e s s i o n ,
C o h e s i o n
E l a s t i c i t y ,
S t r e s s ,
U n d i s t u r b e d
N o t
ku g, / cK mP 2a
k g / c m 2
S u ,
P r e s s u r e ,
I n d e x ,
C c
k g / c m 2
L a p . )
v a l u e
T o t
l p
t e
o n
e n
t e s t e d
o r
s a m p l e
n o t
e n o u g h
0 5
.
2 0
7 1
.
7 0
2 3
.
2 0
6 4
.
6 0
0 6
.
4 0
2
.
Gambar 2
Peta Topografi
L. HASIL PLAXIS
Selanjutnya dari analisa data dengan menggunakan Plaxis bardasarkan
data tanah yang diperoleh dari hasil tes bor sedalam 30 m seperti berikut:
Perhitungan analisis stabilitas lereng dengan metode phi/c reduction.
Hasil running dengan menggunakan PLAXIS diperoleh bidang longsor seperti
gambar berikut:
(A)
Muka air tanah
Lap 1
Lap 2
Lap 3
SF = 0.873
(B)
Gambar 3
Bidang Longsor dan Angka
Tabel 1
Parameter Tanah Dari Hasil pengujian Laboratorium Keamanandan
(Safety Korelasi Factor) BOR1
L a p i s a n Jenis Tanah M o d e l
sat3
dry
kN/m
kN/m
cu
N - SP T
kN/m
L e mp u n gM
C 1 5 , 5 6 8,65
0 , 2 53
Lanau-Pasir M
C 1 7 , 1 1 11, 3
0 , 2 51
C a d a sM
C2 0 , 7 1
0 , 2 53
18,5
46,7
kN/ m
4 2 0 0
19 6 0 0
7 3 , 8 35
03 2 5 0 0
Tabel 2
Parameter tanah dari hasil pengujian laboratorium dan korelasi BOR2
L a p i s a n Jenis Tanah M o d e l
sat3
dry
kN/m
kN/m
N- SP T
kN/m
kN/ m
Lempun gM
C 1 6 , 5 0 9,76
0 , 2 54
Lanau-Pasir M
C2 0 , 6 7 1
0 , 2 51
39,87 2
71 9 2 0 0
C a d a sM
C2 0 , 7 1
0 , 2 53
73,83 5
03 2 5 0 0
20,87
5 4 0 0
M. PLAXIS 2D
Analisis stabilitas lereng dengan metode SSR-FEM dalam penelitian ini
menggunakan
software
Plaxis
8.0.
Langkah
permodelan
dimulai
dari
bahwa
kondisi
tanah
yang
ada
sudah
kritis,
dengan
memperhatikan SF nya yang mendekati nilai 1, ketika muka air tanah naik dengan
anggapan terjadi hujan yang mengakibatkan kondisi tanah menjadi semakin jenuh
safety factor nya berkurang SF = 0.873 (Gambar 4B) yang mengakibatkan terjadi
longsor. Terlihat juga bahwa tanah yang cenderung longsor adalah tanah pada
Lapisan 1 (dengan bidang longsor antara lapisan 1 dan lapisan 2) yaitu lapisan
tanah yang mengalami pelapukan (tanah residual), sedang lapisan 2 maupun
lapisan 3 tidak terdeformasi.
N. PLAXIS 3D
Gambar 4
Bidang Longsor dan deformasi yang terjadi dengan Plaxis 3D
Plaxis, mempunyai
3.
Kondisi semua lapisan tanah yang jenuh oleh air tanah pada lokasi,
terancam longsor.
4.
SARAN
Berdasarkan pengalaman penulis selama melakukan analisis, disarankan
sebagai berikut:
1.
2.
DAFTAR PUSTAKA