You are on page 1of 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang

Bisnis modern merupakan realitas yang sangat kompleks. Hal ini tidak hanya terjadi pada bisnis
makro, namun juga mikro. Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan
berbisnis. Sebagai kegiatan sosial, bisnis dengan banyak cara terjalin dengan kompleksitas
masyarakat modern. Karena bisnis merupakan kegiatan sosial, yang di dalamnya terlibat banyak
orang. Bisnis dapat dilihat sekurang-kurangnya dari 3 sudut pandang berbeda, antara lain: sudut
pandang ekonomi, sudut pandang hukum, dan sudut pandang etika.
Dilihat dari sudut pandang ekonomis, bisnis adalah kegiatan ekonomis. Hal yang terjadi dalam
kegiatan ini antara lain tukar menukar, jual beli, memproduksi, memasarkan, dan kegiatan lainnya
yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Namun, perlu diingat pencarian keuntungan dalam
kegiatan berbisnis tidak hanya sepihak, tetapi diadakan dalam interaksi. Pada kenyataannya,
banyak pelaku bisnis di Indonesia tidak memikirkan tentang hal tersebut. Mereka lebih cenderung
untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan kerugian pihak lain.
Dengan tidak mengindahkan peranan sentral dari sudut pandang ekonomis, perlu ditambahkan
juga sudut pandang etika dan moral. Dalam kegiatan berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal
yang wajar, namun dalam mencapai keuntungan tersebut tidak merugikan banyak pihak.
Kepentingan dan hak-hak orang lain perlu diperhatikan. Perilaku etis dalam kegiatan berbisnis
adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup (life cycle) bisnis itu sendiri. Bisnis yang
tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang.
Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain
bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik dalam
konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
Banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan berbisnis. Sebagai kegiatan sosial,
bisnis dengan banyak cara terjalin dengan kompleksitas masyarakat modern. Dalam kegiatan
berbisnis, mengejar keuntungan adalah hal yang wajar, asalkan dalam mencapai keuntungan
1

tersebut tidak merugikan banyak pihak. Jadi, dalam mencapai tujuan dalam kegiatan berbisnis ada
batasnya. Kepentingan dan hak-hak orang lain perlu diperhatikan. Perilaku etis dalam kegiatan
berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang
tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang.
Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain
bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik, juga
dalam konteks bisnis, merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
Bisnis juga terikat dengan hukum. Dalam praktek hukum, banyak masalah timbul dalam
hubungan dengan bisnis, baik pada taraf nasional maupun taraf internasional. Walaupun terdapat
hubungan erat antara norma hukum dan norma etika, namun dua macam hal itu tidak sama.
Ketinggalan hukum, dibandingkan dengan etika, tidak terbatas pada masalah-masalah baru,
misalnya, disebabkan perkembangan teknologi.
Tanpa disadari, kasus pelanggaran etika bisnis merupakan hal yang biasa dan wajar pada masa
kini. Secara tidak sadar, kita sebenarnya menyaksikan banyak pelanggaran etika bisnis dalam
kegiatan berbisnis di Indonesia. Banyak hal yang berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis
yang sering dilakukan oleh para pebisnis yang tidak bertanggung jawab di Indonesia. Berbagai
hal tersebut merupakan bentuk dari persaingan yang tidak sehat oleh para pebisnis yang ingin
menguasai pasar. Selain untuk menguasai pasar, terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi
para pebisnis untuk melakukan pelanggaran etika bisnis, antara lain untuk memperluas pangsa
pasar, serta mendapatkan banyak keuntungan. Ketiga faktor tersebut merupakan alasan yang
umum untuk para pebisnis melakukan pelanggaran etika dengan berbagai cara.
Dalam makalah ini membahas mengenai bagaimana seharusnya perilaku etika dalam berbisnis.
Menjelaskan pula mengenai lingkungan bisnis yang mempengaruhi perilaku etika, saling
ketergantungan antara bisnis dan masyarakat, kepedulian antara pelaku terhadap perilaku etika
dalam berbisnis, serta tujuan dan prinsip dari etika bisnis itu sendiri.

1.2.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut :
1)

Bagaimana lingkungan bisnis mempengaruhi perilaku etika ?

2)

Bagaimana ketergantungan antara bisnis dan masyarakat ?

3)

Bagaimana kepedulian pelaku bisnis terhadap etika ?

4)

Bagaimana tujuan etika bisnis ?

5)

Apakah faktor penyebab pelanggaran etika dalam bisnis dan cara mengatasinya?

1.3.

Batasan Masalah

Penulis membatasi masalah dalam penulisan ini yang hanya mengenai fungsi etika bisnis terhadap
perusahaan serta faktor penyebab perusahaan yang tidak menerapkan etika di alam bisnisnya dan
pelanggaran apa yang akan diterima oleh perusahaan tersebut jika tidak menerapkan etika di
dalam bisnisnya.
1.4.

Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan ini adalah:


1)

Etika bisnis bertujuan untuk menghimbau pelaku bisnis agar menjalankan bisnisnya secara
baik dan etis.

2)

Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau karyawan dan


masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang tidak boleh dilanggar oleh
praktek bisnis siapapun juga.

3)

Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat menentukan etis
tidaknya suatu praktek bisnis.

1.5.

Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut:


Bagi penulis:
Dapat membantu penulis memperdalam materi yang diajarkan selama perkuliahan.
Bagi pembaca:
Penulisan ini bisa dijadikan salah satu acuan bagi penulis lain yang ingin melakukan penelitian
sejenis.
3

1.6.

Metode Pengumpulan Data

Studi Pustaka Dilakukan dengan mencari data-data yang diperlukan dengan menggunakan
Metode Searching di Internet, yaitu dengan membaca referensi-referensi yang berkaitan dengan
masalah yang dibahas.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.

Pengertian Etika

Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata 'etika' yaitu ethos sedangkan
bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa,
padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan
arti ta etha yaitu adat kebiasaan.
Arti dari bentuk jamak inilah yang melatar-belakangi terbentuknya istilah Etika yang oleh
Aristoteles dipakai untuk menunjukkan filsafat moral. Jadi, secara etimologis (asal usul kata),
etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukanatau ilmu tentang adat
kebiasaan (K.Bertens, 2000). K. Bertens berpendapat bahwa arti kata etika dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia tersebut dapat lebih dipertajam dan susunan atau urutannya lebih baik dibalik,
karena arti kata ke-3 lebih mendasar daripada arti kata ke-1. Sehingga arti dan susunannya
menjadi seperti berikut :
1)

nilai dan norma moral yang menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam
mengatur tingkah lakunya. Misalnya, jika orang berbicara tentang etika orang Jawa, etika
agama Budha, etika Protestan dan sebagainya, maka yang dimaksudkan etika di sini
bukan etika sebagai ilmu melainkan etika sebagai sistem nilai. Sistem nilai ini
bisaberfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.

2)

kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud di sini adalah kode etik. Contoh : Kode
Etik Jurnalistik.

3)

Ilmu tentang yang baik atau buruk.

2.2.

Pengertian Bisnis

Berikut ini ada beberapa pengertian bisnis menurut para ahli :


Allan afuah (2004) : Bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk
menghasilkan dana menjual barang ataupun jasa agar mendapatkan keuntungan dalam pemenuhan
kebutuhan masyarakat dan ada di dalam industri.
5

T. chwee (1990) : Bisnis merupaka suatu sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk
memuaskan kebutuhan masyarakat.
Grifin dan ebert : Bisnis adalah suatu organisasi yang mennyediakan barang atau jasa yang
bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Steinford : Bisnis adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan
masyarakat.
Musselman dan jackson (1992) : Bisnis adalah jumlah seluruh kegiatan yang diorganisir orangorang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industry yag menyediakan barang atau
jasa ontuk mempertahankan dan memperbaiki standard serta kualitas hidup mereka.
Boone dan kurtz (2002;8) : Bisnis adalah semua aktivitas-aktivitas yang bertujuan mencari laba
dan perusahyaan yag meghasilkan barag serta jasa yang dibutuhkan oleh sebuah sistem ekonomi.
Hughes dan kapoor dalam alma (1889;21) : Bisnis adalah suatu kegiatan individu yang
terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan
dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
2.3.

Pengertian Etika Bisnis

Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan
bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan
juga masyarakat.
Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil, sesuai dengan hukum
yang berlaku, dan tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang
lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan

bisnis

seringkali kita temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
Von der Embse dan R.A. Wagley dalam artikelnya di Advance Managemen Jouurnal (1988),
memberikan tiga pendekatan dasar dalam merumuskan tingkah laku etika bisnis, yaitu :

Utilitarian Approach
Setiap tindakan harus didasarkan pada konsekuensinya. Oleh karena itu, dalam bertindak
seseorang seharusnya mengikuti cara-cara yang dapat memberi manfaat sebesar-besarnya kepada
masyarakat, dengan cara yang tidak membahayakan dan dengan biaya serendah-rendahnya.
Individual Rights Approach
Setiap orang dalam tindakan dan kelakuannya memiliki hak dasar yang harus dihormati. Namun
tindakan ataupun tingkah laku tersebut harus dihindari apabila diperkirakan akan menyebabkan
terjadi benturan dengan hak orang lain.
Justice Approach
Para pembuat keputusan mempunyai kedudukan yang sama, dan bertindak adil dalam
memberikan pelayanan kepada pelanggan baik secara perseorangan ataupun secara kelompok.
Etika Bisnis merupakan suatu rangkaian prinsip/aturan/norma yang harus diikuti apabila
menjalankan bisnis (Jeff Madura, 2001). Etika bisnis terkait dengan masalah penilain terhadap
kegiatan dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha (bisnis).
Kebenaran disini yang dimaksud adalah etika standar yang secara umum dapat diterima dan
diakui prinsip-prinsipnya baik oleh masyarakat, perusahaan dan individu.
Etika bisnis merupakan pola bisnis yang tidak hanya peduli pada profitabilitasnya saja, tapi juga
memerhatikan kepentingan stakeholder-nya. Etika bisnis tidak bisa terlepas dari etika personal,
keberadaan mereka merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dan keberadaannya saling
melengkapi. Etika bisnis merupakan salah satu bagian dari prinsip etika yang diterapkan dalam
dunia bisnis. Istilah etika bisnis mengandung pengertian bahwa etika bisnis merupakan sebuah
rentang aplikasi etika yang khusus mempelajari tindakan yang diambil oleh bisnis dan pelaku
bisnis (Erni Rusyani Ernawan, 2003)
Definisi etika bisnis sendiri sangat beraneka ragam tetapi memiliki satu pengertian yang sama,
yaitu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan
norma dan moralitas yang berlaku secara universal dan secara ekonomi/sosial, dan penerapan
norma dan moralitas ini menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis (Muslich,1998:4).
Beberapa ahli ada juga yang mendefinisikan etika bisnis sebagai batasan- batasan sosial, ekonomi,
7

dan hukum yang bersumber dari nilai-nilai moral masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan
oleh perusahaan dalam setiap aktivitasnya (Amirullah & Imam Hardjanto, 2005).
2.4.

Prinsip-prinsip Etika Bisnis

Prinsip otonomi
Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki wewenang sesuai dengan
bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya. Kebijakan
yang diambil perusahaan harus diarahkan untuk pengembangan visi dan misi perusahaan yang
berorientasi pada kemakmuran dan kesejahteraan karyawan dan komunitasnya.
Prinsip kejujuran
Kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam mendukung keberhasilan perusahaan.
Kejujuran harus diarahkan pada semua pihak, baik internal maupun eksternal perusahaan. Jika
prinsip kejujuran ini dapat dipegang teguh oleh perusahaan, maka akan dapat meningkatkan
kepercayaan dari lingkungan perusahaan tersebut. prinsip kejujuran meliputi pemenuhan syaratsyarat perjanjian atau kontrak, mutu barang atau jasa yang ditawarkan, dan hubungan kerja dalam
perusahaan. Prinsip ini paling problematik karena masih banyak pelaku bisnis melakukan
penipuan.
Prinsip tidak berniat jahat
Prinsip ini ada hubungan erat dengan prinsip kejujuran. Penerapan prinsip kejujuran yang ketat
akan mampu meredam niat jahat perusahaan itu.
Prinsip keadilan
Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem bisnis. Contohnya,
upah yang adil kepada karywan sesuai kontribusinya, pelayanan yang sama kepada konsumen,
dan lain-lain.
Prinsip hormat pada diri sendiri
Perlunya menjaga citra baik perusahaan tersebut melalui prinsip kejujuran, tidak berniat jahat dan
prinsip keadilan. Prinsip yang mengarahkan agar kita memperlakukan seseorang sebagaimana kita
ingin diperlakukan dan tidak akan memperlakukan orang lain sebagaimana kita tidak ingin
diperlakukan.

BAB III
PEMBAHASAN
3.1.

Lingkungan Bisnis yang Mempengaruhi Perilaku Etika

Banyak perusahaan yang kurang sukses dalam berusaha dikarenakan kurang jujur terhadap
konsumen dan tidak menjaga atau memelihara kepercayaan yang telah diberikan oleh konsumen.
Dalam hal ini peran manajer sangat penting dalam mengambil keputusan-keputusan bisnis secara
etis.
Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap perilaku etika dalam bisnis:
1)

Lingkungan Bisnis

Seringkali para eksekutif perusahaan dihadapkan pada suatu dilema yang menekannya, seperti
misalnya harus mengejar kuota penjualan, menekan ongkos-ongkos, peningkatan efrisiensi dan
bersaing. Dipihak lain eksekutif perusahaan juga harus bertanggung jawab terhadap masyarakat
agar kualitas barang terjaga, harga barang terjangkau. Disini nampak terdapat dua hal yang
bertentangan harus dijalankan misalnya, menekan ongkos dan efisiensi tetapi harus tetap
meningkatkan kualitas produk. Eksekutif perusahaan harus pandai mengambil keputusan etis
yang tidak merugikan perusahaan.
2)

Organisasi

Secara umum, anggota organisasi itu sendiri saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya
(proses interaktif). Dilain pihak organisasi terhadap individu harus tetap berprilaku etis, misalnya
masalah pengupahan, jam kerja maksimum.
3)

Individu

Seseorang yang memiliki filosofi moral, dalam bekerja dan berinteraksi dengan sesama akan
berprilaku etis. Prinsip-prinsip yang diterima secara umum dapat dipelajari/diperoleh dari
interaksi dengan teman, famili, dan kenalan. Dalam bekerja, individu harus memiliki tanggung
jawab moral terhadap hasil pekerjaannya yang menjaga kehormatan profesinya. Bahkan beberapa
profesi memiliki kode etik tertentu dalam pekerjaan.

Kode etik diperlukan untuk hal seperti berikut :


a)

Untuk menjaga keselarasan dan konsistensi antara gaya manajemen strategis dan
kebijakan dalam pengembangan usaha di satu pabrik dengan pengembangan sosial
ekonomi dipihak lain.

b)

Untuk menciptakan iklim usaha yang bergairah dan suasana persaingan yang sehat.

c)

Untuk mewujudkan integritas perusahaan terhadap lingkungan, masyarakat dan


pemerintah.

d)

Untuk

menciptakan

keterangan,

kenyamanan

dan

keamanan

batin

bagi

perusahaan/investor serta bagi para karyawan.


e)

Untuk dapat mengangkat harkat perusahaan nasional di dunia perdagangan internasional.

3.2.

Saling Ketergantungan Antara Bisnis dan Masyarakat

Bisnis melibatkan hubungan ekonomi dengan banyak kelompok orang yang dikenal sebagai
stakeholders, yaitu pelanggan, tenaga kerja, stockholders, suppliers, pesaing, pemerintah dan
komunitas. Oleh karena itu para pebisnis harus mempertimbangkan semua bagian dari
stakeholders dan bukan hanya stockholdernya saja. Pelanggan, penyalur, pesaing, tenaga kerja
dan bahkan pemegang saham adalah pihak yang sering berperan untuk keberhasilan dalam
berbisnis.
Lingkungan bisnis yang mempengaruhi perilaku etika adalah lingkungan makro dan lingkungan
mikro. Lingkungan makro yang dapat mempengaruhi kebiasaan yang tidak etis yaitu bribery,
coercion, deception, theft, unfair dan discrimination. Maka dari itu dalam perspektif mikro, bisnis
harus percaya bahwa dalam berhubungan dengan supplier atau vendor, pelanggan dan tenaga
kerja atau karyawan.
Sebagai bagian dari masyarakat, tentu bisnis tunduk pada norma-norma yang ada pada
masyarakat. Tata hubungan bisnis dan masyarakat yang tidak bisa dipisahkan itu membawa serta
etika-etika tertentu dalam kegiatan bisnisnya, baik etika itu antara sesama pelaku bisnis maupun
etika bisnis terhadap masyarakat dalam hubungan langsung maupun tidak langsung. Dengan
memetakan pola hubungan dalam bisnis seperti itu dapat dilihat bahwa prinsip-prinsip etika bisnis
10

terwujud dalam satu pola hubungan yang bersifat interaktif. Hubungan ini tidak hanya dalam satu
negara, tetapi meliputi berbagai negara yang terintegrasi dalam hubungan perdagangan dunia
yang nuansanya kini telah berubah. Perubahan nuansa perkembangan dunia itu menuntut segera
dibenahinya etika bisnis. Pasalnya, kondisi hukum yang melingkupi dunia usaha terlalu jauh
tertinggal dari pertumbuhan serta perkembangan dibidang ekonomi. Jalinan hubungan usaha
dengan pihak-pihak lain yang terkait begitu kompleks. Akibatnya, ketika dunia usaha melaju
pesat, ada pihak-pihak yang tertinggal dan dirugikan, karena peranti hukum dan aturan main
dunia usaha belum mendapatkan perhatian yang seimbang.
Pelaku bisnis dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk
uang dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih kompleks lagi. Artinya sebagai
contoh kesempatan yang dimiliki oleh pelaku bisnis untuk menjual pada tingkat harga yang tinggi
sewaktu terjadinya excess demand harus menjadi perhatian dan kepedulian bagi pelaku bisnis
dengan tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk meraup keuntungan yang berlipat ganda. Jadi,
dalam

keadaan

excess

demand

pelaku

bisnis

harus

mampu

mengembangkan

dan

memanifestasikan sikap tanggung jawab terhadap masyarakat sekitarnya. Tanggung jawab sosial
bisa dalam bentuk kepedulian terhadap masyarakat di sekitarnya, terutama dalam hal pendidikan,
kesehatan, pemberian latihan keterampilan, dan lain sebagainya.
Etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari dalam
perusahaan itu sendiri. Bisnis selalu berhubungan dengan masalah-masalah etis dalam melakukan
kegiatan sehari-hari. Hal ini dapat dipandang sebagai etika pergaulan bisnis. Seperti halnya
manusia pribadi juga memiliki etika pergaulan antar manusia, maka pergaulan bisnis dengan
masyarakat umum juga memiliki etika pergaulan yaitu etika pergaulan bisnis. Etika pergaulan
bisnis dapat meliputi beberapa hal antara lain adalah :
1)

Hubungan antara bisnis dengan langganan / konsumen


Hubungan antara bisnis dengan langgananya merupakan hubungan yang paling banyak
dilakukan, oleh karena itu bisnis haruslah menjaga etika pergaulanya secara baik. Adapun
pergaulannya dengan langganan ini dapat disebut disini misalnya saja :
a)

Kemasan yang berbeda-beda membuat konsumen sulit untuk membedakan atau


mengadakan perbandingan harga terhadap produknya.
11

b)

Bungkus atau kemasan membuat konsumen tidak dapat mengetahui isi didalamnya,
sehingga produsen perlu menberikan penjelasan tentang isi serta kandungan atau zatzat yang terdapat didalam produk itu.

c)

Pemberian servis dan terutama garansi adalah merupakan tindakan yang sangat etis
bagi suatu bisnis. Sangatlah tidak etis suatu bisnis yang menjual produknya yang
ternyata jelek

(busuk) atau tak layak dipakai tetap saja tidak mau mengganti

produknya tersebut kepada pembelinya.


2)

Hubungan dengan karyawan


Manajer yang pada umumnya selalu berpandangan untuk memajukan bisnisnya sering kali
harus berurusan dengan etika pergaulan dengan karyawannya. Pergaulan bisnis dengan
karyawan ini meliputi beberapa hal yakni : Penarikan (recruitment), Latihan (training),
Promosi atau kenaikan pangkat, Tranfer, demosi (penurunan pangkat) maupun lay-off atau
pemecatan / PHK (pemutusan hubungan kerja). Didalam menarik tenaga kerja haruslah
dijaga adanya penerimaan yang jujur sesuai dengan hasil seleksi yang telah dijalankan.
Sering kali terjadi hasil seleksi tidak diperhatikan akan tetapi yang diterima adalah peserta
atau calon yang berasal dari anggota keluarga sendiri.

3)

Hubungan antar bisnis


Hubungan ini merupakan hubungan antara perusahaan yang satu dengan perusahan yang
lain. Hal ini bisa terjadi hubungan antara perusahaan dengan para pesaing, grosir,
pengecer, agen tunggal maupun distributor. Dalam kegiatan sehari-hari tentang hubungan
tersebut sering terjadi benturan-benturan kepentingan antar kedunya. Dalam hubungan itu
tidak jarang dituntut adanya etika pergaulan bisnis yang baik.

4)

Hubungan dengan Investor


Perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas dan terutama yang akan atau telah go
publik harus menjaga pemberian informasi yang baik dan jujur dari bisnisnya kepada
para insvestor atau calon investornya. Informasi yang tidak jujur akan menjerumuskan
para investor untuk mengambil keputusan investasi yang keliru. Dalam hal ini perlu
mandapat perhatian yang serius karena dewasa ini di Indonesia sedang mengalami
lonjakan kegiatan pasar modal. Banyak permintaan dari para pengusaha yang ingin
menjadi emiten yang akan menjual sahamnya kepada masyarakat. Dipihak lain
masyarakat sendiri juga sangat berkeinginan untuk menanamkan uangnya dalam bentuk
12

pembelian saham ataupun surat-surat berharga yang lain yang diemisi oleh perusahaan di
pasar modal. Oleh karena itu masyarakat calon pemodal yang ingin membeli saham
haruslah diberi informasi secara lengkap dan benar terhadap prospek perusahan yang go
public tersebut. Jangan sampai terjadi adanya manipulasi atau penipuan terhadap
informasi terhadap hal ini.
5)

Hubungan dengan Lembaga-Lembaga Keuangan


Hubungan dengan lembaga-lembaga keuangan terutama pajak pada umumnya merupakan
hubungan pergaulan yang bersifat finansial. Hubungan ini merupakan hubungan yang
berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan. Laporan finansial tersebut haruslah
disusun secara baik dan benar sehingga tidak terjadi kecendrungan kearah penggelapan
pajak atau sebagianya. Keadaan tersebut merupakan etika pergaulan bisnis yang tidak
baik.

3.3.

Kepedulian Antara Pelaku Bisnis terhadap Etika

Etika bisnis dalam suatu perusahaan mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu bisnis yang kokoh dan kuat dan mempunyai daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan untuk menciptakan nilai yang tinggi. Perilaku etis dalam kegiatan
berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu sendiri. Bisnis yang
tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat dari perspektif jangka panjang.
Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain
bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara moral.
Tolak ukur dalam etika bisnis adalah standar moral. Seorang pengusaha yang beretika selalu
mempertimbangkan standar moral dalam mengambil keputusan, apakah keputusan ini dinilai baik
atau buruk oleh masyarakat, apakah keputusan ini berdampak baik atau buruk bagi orang lain,
atau apakah keputusan ini melanggar hukum.
Dalam menciptakan etika bisnis perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain pengendalian diri
dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya perkembangan informasi dan teknologi,
pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri, menciptakan persaingan yang
sehat, menerapkan konsep pembangunan yang berkelanjutan, mampu menyatakan hal yang benar,
13

Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan pengusaha
kebawah, Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama dan lain
sebagainya.
3.4.

Tujuan Etika Bisnis

Tujuan etika bisnis antara lain :


a)

Menanamkan dan meningkatkan kesadaran akan adanya dimensi etis dalam bisnis.
Menanamkan, jika sebelumnya kesadaran itu tidak ada, meningkatkan, jika kesadaran itu
sudah ada, tapi masih lemah dan ragu. Orang yang mendalami etika bisnis diharapkan
memperoleh keyakinan bahwa etika merupakan segi nyata dari kegiatan ekonomi yang
perlu diberikan perhatian serius.

b)

Memperkenalkan argumentasi moral khususnya dibidang ekonomi dan bisnis, serta


membantu pembisnis karena moral tidak kalah penting dalam pembentukan sebuah bisnis.
Melalui studi etika diharapkan pelaku bisnis akan sanggup menemukan fundamental
rasional untuk aspek moral yang menyangkut ekonomi dan bisnis.

c)

Membantu pembisnis untuk menentukan sikap moral yang tepat di dalam profesinya.

d)

Agar perkembangan bisnis selalu dalam kondisi yang sehat.

3.5.

Faktor penyebab terjadinya pelanggaran terhadap etika dalam bisnis dan cara
mengatasinya

Banyak hal yang berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis yang sering dilakukan oleh para
pebisnis yang tidak bertanggung jawab di Indonesia. Praktek bisnis yang terjadi selama ini dinilai
masih cenderung mengabaikan etika, rasa keadilan dan kerapkali diwarnai praktek-praktek tidak
terpuji atau moral hazard.
Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pebisnis dilator belakangi oleh berbagai hal. Salah satu
hal tersebut adalah untuk mencapai keuntungan yang sebanyak-banyaknya, tanpa memikirkan
dampak buruk yang terjadi selanjutnya.
Faktor lain yang membuat pebisnis melakukan pelanggaran antara lain :
1.
2.
3.

Banyaknya kompetitor baru dengan produk mereka yang lebih menarik


Ingin menambah pangsa pasar
Ingin menguasai pasar.

14

Dari ketiga faktor tersebut, faktor pertama adalah faktor yang memiliki pengaruh paling kuat.
Untuk mempertahankan produk perusahaan tetap menjadi yang utama, dibuatlah iklan dengan
sindiran-sindiran pada produk lain. Iklan dibuat hanya untuk mengunggulkan produk sendiri,
tanpa ada keunggulan dari produk tersebut. Iklan hanya bertujuan untuk menjelek-jelekkan
produk iklan lain.
Selain ketiga faktor tersebut, masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi. Gwynn Nettler
dalam bukunya Lying, Cheating and Stealing memberikan kesimpulan tentang sebab-sebab
seseorang berbuat curang, yaitu :
1.
2.

Orang yang sering mengalami kegagalan cenderung sering melakukan kecurangan.


Orang yang tidak disukai atau tidak menyukai dirinya sendiri cenderung menjadi

3.

pendusta.
Orang yang hanya menuruti kata hatinya, bingung dan tidak dapat menangguhkan

4.

keinginan memuaskan hatinya, cenderung berbuat curang.


Orang yang memiliki hati nurani (mempunyai rasa takut, prihatin dan rasa tersiksa) akan

5.

lebih mempunyai rasa melawan terhadap godaan untuk berbuat curang.


Orang yang cerdas (intelligent) cenderung menjadi lebih jujur dari pada orang yang dungu

6.
7.

(ignorant).
Orang yang berkedudukan menengah atau tinggi cenderung menjadi lebih jujur.
Kesempatan yang mudah untuk berbuat curang atau mencuri, akan mendorong orang

8.

melakukannya.
Masing-masing individu mempunyai kebutuhan yang berbeda dan karena itu menempati
tingkat yang berbeda, sehingga mudah tergerak untuk berbohong, berlaku curang atau

9.

menjadi pencuri.
Kehendak berbohong, main curang dan mencuri akan meningkat apabila orang mendapat

10.

tekanan yang besar untuk mencapai tujuan yang dirasakannya sangat penting.
Perjuangan untuk menyelamatkan nyawa mendorong untuk berlaku tidak jujur

Contoh kasus pelanggaran etika bisis di Indonesia


Pelanggaran etika yang sering dilakukan oleh pihak swasta, menurut ketua Taufiequrachman Ruki
(Ketua KPK Periode 2003-2007), adalah penyuapan dan pemerasan. Berdasarkan data Bank
Dunia, setiap tahun di seluruh dunia sebanyak US$ 1 triliun (sekitar Rp 9.000 triliun) dihabiskan
untuk suap. Dana itu diyakini telah meningkatkan biaya operasional perusahaan. (Koran Tempo 05/08/2006)

15

Di bidang keuangan, banyak perusahaan-perusahaan yang melakukan pelanggaran etika. Dalam


penelitian yang dilakukan oleh Erni Rusyani, terungkap bahwa hampir 61.9% dari 21 perusahaan
makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ tidak lengkap dalam menyampaikan laporan
keuangannya (not available). Contoh kasus pelanggaran etika bisnis antara lain:
1.

Kasus pelezat masakan merek A. Kehalalan A dipersoalkan Majelis Ulama Indonesia


(MUI) pada akhir Desember 2000 setelah ditemukan bahwa pengembangan bakteri untuk
proses fermentasi tetes tebu (molase), mengandung bactosoytone (nutrisi untuk
pertumbuhan bakteri), yang merupakan hasil hidrolisa enzim kedelai terhadap

2.

biokatalisator porcine yang berasal dari pankreas babi.


Kasus lainnya, adalah produk minuman berenergi yang sebagian produknya diduga
mengandung nikotin lebih dari batas yang diizinkan oleh Badan Pengawas Obat dan
Minuman. Kita juga masih ingat, obat anti-nyamuk H yang dilarang beredar karena

3.

mengandung bahan berbahaya.


Pada kasus lain, suatu perusahaan di kawasan di Kalimantan melakukan sayembara untuk
memburu hewan Pongo. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan habitat hewan tersebut
untuk digunakan sebagai lahan perkebunan sawit. Hal ini merupakan masalah bagi
pemerintah dan dunia usaha, dimana suatu usaha dituntut untuk tetap melestarikan alam

4.

berdampingan dengan kegiatan usahanya.


Pelanggaran juga dilakukan oleh suatu perusahaan di kawasan Jawa Barat. Perusahaan
tersebut membuang limbah kawat dengan cara membakar kawat tersebut tersebut. Hal ini
menyebabkan asap hitam pekat yang membuat orang mengalami sesak napas dan pusing
saat menghirupnya. Perusahaan tersebut disinyalir tidak melakukan penyaringan udara
saat pembakaran berlangsung. Hal ini dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat sekitar

5.

yang berdekatan dengan lokasi pabrik tersebut.


Sebuah perusahaan PJTKI di Yogyakarta melakukan rekrutmen untuk tenaga baby sitter.
Dalam pengumuman dan perjanjian dinyatakan bahwa perusahaan berjanji akan
mengirimkan calon TKI setelah 2 bulan mengikuti training dijanjikan akan dikirim ke
negara-negara tujuan. Bahkan perusahaan tersebut menjanjikan bahwa segala biaya yang
dikeluarkan pelamar akan dikembalikan jika mereka tidak jadi berangkat ke negara tujuan.
B yang tertarik dengan tawaran tersebut langsung mendaftar dan mengeluarkan biaya
sebanyak Rp 7 juta untuk ongkos administrasi dan pengurusan visa dan paspor. Namun
16

setelah 2 bulan training, B tak kunjung diberangkatkan, bahkan hingga satu tahun tidak
ada kejelasan. Ketika dikonfirmasi, perusahaan PJTKI itu selalu berkilah ada penundaan,
begitu seterusnya. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa Perusahaan PJTKI tersebut
telah melanggar prinsip pertanggungjawaban dengan mengabaikan hak-hak B sebagai
calon TKI yang seharusnya diberangkatkan ke negara lain tujuan untuk bekerja.
Cara Mengatasi Perusahaan Yang Tidak Menerapkan Etika didalam Bisnisnya
Dalam etika bisnis apabila perilaku mencegah pihak lain menderita kerugian dipandang sebagai
perilaku yang etis, maka perusahaan yang menarik kembali produknya yang memiliki cacat
produksi dan dapat membahayakan keselamatan konsumen, dapat dipandang sebagai perusahaan
yang melakukan perilaku etis dan bermoral.
Pada dasarnya kegiatan bisnis tidaklah hanya bertujun untuk memperoleh keuntungan sebanyakbanyaknya dengan menghalalkan segala cara melainkan perlu adanya perilaku etis yang
diterapkan oleh semua perusahaan. Etika yang diterapkan oleh sebuah perusahaan bukanlah salah
satu penghambat perusahaan untuk dapat berkompetisi dengan para pesaingnya melainkan untuk
dipandang oleh masyarakat bahwa perusahaan yang menerapkan etika didalam perusahaan bisnis
adalah sebagai perusahaan yang memiliki perilaku etis dan bermoral.
Setidaknya terdapat tujuh alasan yang mendorong perusahaan untuk menjalankan bisnisnya secara
etis yang akan dirangkum sebagai berikut:
a)

Meningkatnya harapan publik agar perusahaan menjalankan bisnisnya secara etis.


Perusahaan yang tidak berhasil dalam menjalankan bisnisnya secara etis akan mengalami
sorotan,

kritik,

bahkan

hukuman.

Sebagai

contoh,

Kongres Amerika

Serikat

memberlakukan Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act, atau
yang dikenal dengan Sarbane-Oxley (Baron, 2006), setelah Kongres menemukan berbagai
kelemahan tata kelola perusahaan yang terjadi di Enron dan Worldcom. Manipulasi
keuangan yang dilakukan oleh Enron, tidak terlepas dari peran oknum-oknum Arthur
Andersen yang bersama-sama dengan CEO Perusahaan Enron secara sengaja
menyembunyikan fakta-fakta keuangan. Belajar dari kasus ini, kongres menerapkan
Sarbanes Oxley Act di mana undang-undang baru ini menutupi berbagai celah hukum,
misalnya dengan melarang akuntan publik yang sedang mengaudit perusahaan
melaksanakan kegiatan konsultasi bagi perusahaan yang sama. Undang-undang juga
17

menetapkan berdirinya sebuah lembaga independen yang diberi nama Public Company
Accounting Oversight Board yang mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh perusahaanb)

perusahaan akuntan.
Penerapan etika bisnis mencegah agar perusahaan tidak melakukan berbagai tindakan
yang membahayakan stakeholders lainnya.
Sebagai contoh, Pengelolaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah secara tidak
profesional yang dilakukan oleh PD Kebersihan Kota Bandung di wilayah Leuwi Gajah
Kabupaten Bandung telah mengakibatkan bencana longsornya sampah dengan volume
sekitar 20juta meter kubik yang menimpa perumahan penduduk di sekitarnya sehingga
112 orang meninggal dunia dan kerugian material masyarakat sekitar tempat pembuangan

c)

sampah diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.


Penerapan etika bisnis di perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Sebagai contoh, sebuah studi yang dilakukan DePaul University menunjukkan bahwa
terdapat hubungan statistik yang signifikan antara pengendalian perusahaan yang
menekankan pada penerapan etika dan perilaku bertanggung jawab di satu sisi dengan
kinerja keuangan yang baik di sisi lain. Dalam kasus lain, penerapan etika bisnis di
perusahaan terhadap para manajer dan karyawan perusahaan berupa larangan minum
alkohol bagi para pegawai, telah menurunkan biaya kesehatan dan meningkatkan

d)

produktivitas kerja.
Penerapan etika bisnis seperti kejujuran, menepati janji, dan menolak suap dapat
meningkatkan kualitas hubungan bisnis di antara dua pihak yang melakukan hubungan
bisnis.
Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kepercayaan di antara pihak-pihak yang terlibat
hubungan bisnis terhadap pihak lainnya. Sebaliknya apabila salah satu pihak tidak dapat
dipercaya, maka pihak yang tidak dapat dipercaya ini akan diabaikan oleh mitra bisnisnya

e)

bahkan oleh komunitas bisnis secara umum.


Penerapan etika bisnis agar perusahaan terhindar dari penyalahgunaan yang dilakukan
karyawan maupun kompetitor yang bertindak tidak etis.
Sebagai contoh, kejahatan pencurian uang perusahaan yang dilakukan pemilik dan
pimpinan perusahaan merupakan faktor penyebab utama kebangkrutan perusahaan
dibanding faktor-faktor lainnya. Demikian pula kegiatan damping yang dilakukan pesaing

f)

luar negeri merupakan perilaku tidak etis yang dapat merugikan perusahaan domestik.
Penerapan etika bisnis perusahaan secara baik di dalam suatu perusahaan dapat
menghindarkan terjadinya pelanggaran hak-hak pekerja oleh pemberi kerja.
18

Contohnya, perusahaan dianggap bertindak tidak etis apabila di dalam perusahaan terjadi
diskriminasi besaran gaji yang diakibatkan oleh diskriminasi rasial. Perusahaan juga
dianggap berlaku tidak etis apabila perusahaan tidak memberikan kesempatan kemajuan
karier yang sama kepada tenaga kerja yang ada di perusahaan hanya karena terdapat
g)

perbedaan ras antara pekerja yang satu dengan pekerja lainnya.


Perusahaan perlu menerapkan etika bisnis dalam menjalankan usahanya, untuk mencegah
agar perusahaan (yang diwakili para pimpinannya) tidak memperoleh sanksi hukum
karena telah menjalankan bisnis secara tidak etis.
Beberapa alasan diatas dapat mewakilkan banyak perusahaan yang masih menerapkan
etika didalam perusahaan bisnisnya karena selain menjadikan perusahaan tersebut menjadi
perusahaan yang etis dan bermoral alasan lainnya adalah agar perusahaan tidak menelan
kerugian dan mendapatkan pelanggaran-pelanggaran karena tidak menjalankan bisnis
secara etis dan melanggar hak-hak pekerja oleh pemberi pekerja. Sehingga alasan-alasan
tersebut dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada perusahaan-perusahaan
bisnis lainnya yang belum menerapkan etika didalam perusahaan bisnisnya.

19

BAB IV
PENUTUP
4.1.

Kesimpulan
Ada beberapa kesimpulan yang dapat diajukan disini untuk menunjukkan bahwa justru
demi memperoleh keuntungan etika sangat dibutuhkan , sangat relevan, dan mempunyai
tempat yang sangat strategis dalam bisnis`dewasa ini. Karena memperoleh keuntungan
dari etika menjadikan penentu perusahaan tersebut untuk bertahan atau tidaknya. Meraup
keuntungan dari hasil yang tidak menerapkan etika bisnis dalam perusahaan dan tidak
adanya kejujuran dari para pegawai perusahaan tersebut menjadi faktor penyebab
terjadinya ke pailitan atau kebangkrutan perusahaan tersebut karena tidak menerapkan
etika didalam bisnis.
Dengan kata lain, bisnis memang punya etika dan karena itu etika bisnis memang relevan
untuk dibicarakan. mengenai keterkaitan antara tujuan bisnis dan mencari keuntungan dan
etika memperlihatkan bahwa dalam iklim bisnis yang terbuka dan bebas, perusahaan yang
menjalankan bisnisnya secara baik dan etis, yaitu perusahaan yang memperhatikan hak
dan kepentingan semua pihak yang terkait dengan bisnisnya, akan berhasil dan bertahan
dalam kegiatan bisnisnya.

4.2.

Saran
Perlu adanya sadar diri didalam hati para pegawai didalam perusahaan yang ingin
menerapkan etika didalam bisnis agar tidak adanya kecurangan atau kebohongan yang
terjadi pada perusahaan itu nantinya dan perlu diterapkannya sanksi atau hukuman yang
berat apabila ada salah satu pegawai yang melanggarnya, sehingga etika di dalam bisnis
pun dapat berjalan dengan baik dan lancar di perusahaan tersebut.

20

DAFTAR PUSTAKA

http://anikmugirahayu.blogspot.com/2012/06/pelanggaran-etika-bisnis.html

http://supermadi.blogspot.com/2009/10/contoh-pelanggaran-etika-bisnis-sesuai.html

http://driezone512.blogspot.com/2011/01/pelanggaran-etika-bisnis-contoh.html

http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2010/03/14/etika-bisnis-untuk-keberlanjutanusaha/

http://henritapangestuti.blogspot.com/2011/12/pandangan-etika-terhadap-praktekbisnis.html

http://ibnuhasanhasibuan.wordpress.com/2011/12/20/pandangan-etika-terhadap-praktekbisnis-yang-curang/

21

You might also like