Professional Documents
Culture Documents
LOGO
Asuhan keperawatan
bronkhitis
Ns.Isnadi Agus, S.Kep
DEFINISI BRONKHITIS
Bronkhitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada
bronkus. Bronkhitis dapat bersifat akutmaupun kronis.
(manurung,2008 )
Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkioli, bronkhus,
dan trakea oleh berbagai sebab. Bronkhitis biasanya
lebih sering disebabkan oleh virus seperti rhinovirus,
respiratory syncitial virus (RSV), Virus influenza, virus
parainfluenza, dan coxsackie virus.(Muttaqin,2008)
Bronkhitis merupakan inflamasi bronkus pada saluran
napas bawah. Penyakit ini dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, atau pajanan iritan yang terhirup.
(Chang, 2010)
II.
KLASIFIKASI
BRONKHITIS
Bonkhitis diklasifikasikan
menjadi dua yaitu:
1.
3.
kesimpulan
Bronkhitia adalah suatu penyakit yang
ditandai dengan adanya dilatasi
( ekstasis) bronkus lokal yang bersifat
patologis dan berjalan kronik.
Perubahan bronkus disebabkan oleh
perubahan dalam dinding bronkus berupa
destruksi elemen2 dan otot polos bronkus
Bronkus yang terkena umumnya bronkus
kecil.
Bronkhitis akut adalah batuk yang tiba-tiba terjadi akibat infeksi virus yang
melibatkan jalan napas yang besar
Bronkhitis akut biasanya ringan berlangsung singkat beberapa hari hingga
minggu rata-rata 10 14 hari.
Bronkhitis kronis merupakan inflamasi yang berulang dan degenerasi sel
bronkus yang biasanya berhubungan dengan infeksi aktif .
Bronkhitis kronis dapat merupakan proses dasar dari suatu penyakit spt
asma, fibrosis kistik, dll
Batuk yang berlangsung lama paling sedikit 3 bulan dalam waktu setahun
etiologi
Terdapat tiga jenis penyebab bronkhitis
akut, yaitu:
a. Infeksi: Staphylococcus
(stafilokokus),Streptococcus
(streptokokus), Pneumococcus
(pneumokokus), Haemophilus influenzae.
b. Alergi
c. Rangsangan lingkungan, misal: asap
pabrik, asap mobil, asap rokok, dll
Menghambat dan
memperlambat aktifitas silia
dan pagositosi
Penumpukan mukus me
mekanisme
pertahanan melemah
Serangan bronkhitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat
timbul kembali sebagai eksaserbasi akut dari bronkhitis kronis. Pada
umumnya, virus merupakan awal dari serangan bronkhitis akut pada infeksi
saluran napas bagian Serangan bronkitis disebabkan karena tubuh terpapar
agen infeksi maupun non infeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang
menyebabkan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons inflamasi yang
akan menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan
bronkospasme. Tidak seperti emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan
napas kecil dan besar dibandingkan alveoli.
Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih memungkinkan tidak
mengalami hambatan. Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami:
a. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar
sehingga meningkatkan produksi mukus.
b. Mukus lebih kental
c. Kerusakan fungsi siliari yang dapat menunjukkan mekanisme
pembersihan mukus. atas.
Manifestasi Klinik
Pada umumnya manifestasi klinis dapat dibagi dalam
beberapa stadium:
a. Stadium prodormal: 1-2 hari demam dan gejala saluran
pernafasan bagian atas, gejala ini sering tak nyata
b. Stadium trakeobronkial: 4-6 hari, dengan demam, batuk
mula-mula non produktif dan kemudian timbul
ekspektorasi, demam biasanya tidak tinggi
c. Stadium rekonvalesen: panas turun, batuk berkurang,
kemudian sembuh. Stadium ini dapat terjadi infeksi
sekunder oleh bakteri.
Penatalaksanaan
Berhubung penyebab terutama virus maka belum ada obat yang kausal.
Antibiotika tidak ada gunanya. Obat panas, banyak minum terutam air dan
buah-buahan sudah sangat memadai.
Obat penekan batuk tidak boleh diberikan pada yang banyak lendir.
Mukolitik tidak lebih baik daripada banyak minum.
Bila batuk tetap ada dan tidak ada tanda-tanda perbaikan setelah 2 minggu
maka kemungkinan infeksi bakteri sekunder boleh dicurigai dan dapat
diberikan antibiotika, asal sudah disingkirkan kemungkinan asma dan
pertusis.
Antibiotika yang dianjurkan adalah yang serasi untuk S. Pneumoniae dan H.
Influenza sebagai bakateri penyerang sekunder misalnya amoxicilin,
kotrimoksazol dan golongan makrolide.
Berikan antibiotika tujuh sampai sepuluh hari dan bila tidak berhasil perlu
dilakukan foto roentgen thorax untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps
paru segmental dan lober, benda asing dalam saluran nafas dan
tuberkulosis.
Bila bronkitis akut terjadi berulang kali perlu diselidiki kemungkinan adanya
kelainan saluran nafas, benda asing, bronkiektasis, definisiensi imunologis,
hiperaktivitas bronkus dan ISNA atas yang belum teratasi.
TEST DIAGNOSTIK
Tes diagnostik yang dilakukan pada klien
bronkhitis kronik adalah meliputi :
rontgen thoraks, analisa sputum, tes
fungsi paru dan pemeriksaan kadar gas
darah arteri
Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan
pada peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis
darah).
Sputum diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding
dengan tuberculosis paru.
Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan
menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat,
misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak
sekali, puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak
terpisah menjadi 3 bagian
Lapisan teratas agak keruh
Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva (ludah)
Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis
dari bronkus yang rusak (celluler debris). (mutaqin, 2008)
KOMPLIKASI
KOMPLIKASI
Komplikasi
Komplikasi bronchitis
bronchitis dapat
dapat berupa
berupa terjadinya
terjadinya korpulmonale,
korpulmonale,
gagal
gagal jantung
jantung kanan
kanan dan
dan gagal
gagal pernapasan.
pernapasan.
(manurung,
(manurung, 2008
2008 )
Beberapa komplikasi yang ditemukan pada bronkhitis adalah:
1. Emfisema
Emfisema adalah akibat dari pelebaran sebagian atau seluruh
bagian dari asinus alveoli yang disertai dengan kerusakan dari sel
pernapasan.
2. Kor pulmonale
Kor pulmonale didefinisikan sebagai suatu disfungsi dari ventrikel
kanan yang dihubungkan dengan kelainan fungsi paru atau struktur
paru atau keduannya.
3. Polisitemia
Adanya batuk,sputum,dan tanda-tanda hipoksemia pada
blublotter.eksaserbasi akut disebabkan oleh infeksi.
pada auskultasi terdapat ronki basah,baik pada ekspirasi maupun
inspirasi.sesak nafas dan weizing atau mengi merupakan tanda
utama dari bronkhitis. bila sudah terdapat komplikasi kor
pulmonale,maka proknosis dari penyakit ini sudah buruk
Asuhan keperawatan
.
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum dan tanda-tanda vital
Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital klien dengan bronchitis
biasanya didapatkan adanya peningkatan suhu tubuh lebih dari 40
drajat celcius, frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal,
nadi biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh
dan frekuensi pernapasan, serta biasanya tidak ada masalah
dengan tekanan darah.
(breathing) Inspeksi
Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi
pernapasan, biasanya menggunakan otot bantu pernapasan. Pada
kasus bronchitis kronis, sering didapatkan bentuk dada barrel/ tong.
Gerakan pernapasan masih simetris. Hasil pengkajian lainnya
menunjukkan klien juga mengalami batuk yang produktif dengan
sputum purulen berwarna kuning kehijauan sampai hitam
kecoklatan karena bercampur darah
Palapasi
Taktil fremitus biasanya normal.
Perkusi
Hasil penkajian perkusi menunjukkan adanya bunyi resonan pada
seluruh lapang paru. Dapat juga hipersonor
Auskultasi
Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang
buruk, maka suara napas melemah. Jika bronkus paten dan
drainasenya baik ditambah adanya konsolidasi di sekitar abses,
maka akan terdengar suara napas bronchial dan ronkhi basah
Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan yang dapat ditemui pada klien
bronkitis adalah:
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
peningkatan produksi sputum dan broncospasme.
2.Gangguan pertukaran gas dengan perubahan supple
oksigen
3.Gangguan nutrisi:kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan dispnea dan anoreksia.
4.Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidak
seimbangan suplei oksigen.
( Manurung, 2008 )
bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum dan
bronkospasme
Tujuan: bersihan jalan napas efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama x 24 jam
Kriteria Hasil :
1.
Sputum tidak ada
2.
Bunyi napas vesikuler
3.
Batuk berkurang atau hilang
4.
Sesak napas berkurang atau hilang
5.
Tanda-tanda vital normal
Intervensi
1. Kaji fungsi pernapasan: bunyi napas kecepatan irama, kedalaman dan penggunaan otot bantu
pernapasan.
Rasional: memantau adanya perubahan pola napas
2. Kaji posisi yang nyaman untuk klien, misalnya posisi kepala lebih tinggi
( semi fowler ).
Rasional : posisi semi fowler memperlancar sirkulasi pernapasan dalam tubuh
3. Ajar dan anjurkan klien latihan nafas dalam dan batuk efektif
Rasional : mengajarkan batuk efektif agar pasien mandiri
4. Pertahankan hidrasi adekuat, adupan cairan 40-50cc/ kg bb/ 24 jam
Rasional : mencegah adanya dehidrasi
5. Lakukan fisioterapi dada jika tidak ada kontrak indikasi.
Rasional : fisioterapi dada mempermudah pengeluaran secret
6. Kolaborasi dengan tim medis untuk memberikan mukolitik
Rasional : untuk menurunkan spasme jalan napas dan produksi mukosa.
Kriteria hasil:
1.
Nilai analisa gas darah dalam batas normal.
2.
Kesadaran komposmentis.
3.
Klien tidak bingung
4.
Sputum tidak ada
5.
Sianosis tidak ada
6.
Tanda fital dalam batas normal
Intervensi
1. Pertahankan posisi tidur fowler
Rasional : posisi fowler memperlancar sirkulasi pernapasan dalam tubuh
2. Ajarkan klien pernapsan diagframatik dan pernapasan bibir.
Rasional : untuk menurunkan kolaps jalan napas, dispnea dan kerja napas
3. Kaji pernapasan, kecepatan dan kedalaman serta penggunaan otot bantu pernapasan
4. Kaji secara rutin warna kulit dan membran mukosa
Rasional:indikasi langsung keadekuatan volume cairan,meskipun membrane mukosa mulut
mungkin kering karena napas mulut dan oksigen tambahan.
5. Dorong klien untuk mengeluarkan sputum, penghisapan lendir jika diindikasikan
Rasional: untuk membantu melancarkan jalannya pernapasan
6. Awasi tingkat kesadaran / status mental klien, catat adanya perubahan
Rasional: Dengan mengetahui tingkat kesadaran atau status mental klien, sehingga
memudahkan tindakan selanjutnya.
7.
Ukur tanda vital setiap 4-5 jam dan awasi irama
Rasional: Takikardia, disritmia dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek
hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
8.
Palpasi fremitus