You are on page 1of 21

MIX DESIGN BETON NORMAL

A. Definisi Beton Normal


Beton normal adalah beton yang mempunyai berat isi 2200 2500 kg/m3
menggunakan agregat alam yang dipecah atau tanpa dipecah yang tidak menggunakan
bahan tambahan.
B. Mix Design Beton Normal Berdasarkan SNI T-15-1990-03
Berdasarkan SK SNI T-15-1990-03 : Tata Cara Pembuatan Rencana Campuran
Beton Normal, mix design beton normal dapat diringkas dalam langkah-langkah seperti
dibawah ini.
1. Menentukan kuat tekan beton karakteristik yang disyaratkan (fc) pada
umur tertentu.
Perlu dicatat bahwa nilai fc berarti kuat tekan beton dengan benda uji berbentuk
silinder. Jika yang diketahui adalah nilai K, maka nilai kuat tekan beton perlu
dikonversi. Lebih
lanjut tentang konversi ini dapat dibaca di Buku Pedoman Pekerjaan Beton PT
Wijaya
Karya. Uraian singkat tentang konversi ini adalah sebagai berikut (Rumusan
berdasarkan
PBBI71 juga dicantumkan sebagai bahan pertimbangan dan perbandingan):
Notasi
K
fc

Tabel 1. Notasi Kuat Tekan Beton


Bentuk Benda Uji
Ukuran
Umur yang Diperhitungkan
kubus
15 x 15 x 15 cm
28 hari
silinder
Dia. 15 cm tinggi 30 cm
28 hari

Tabel 2. Rumus Konversi dari K (fck atau bk) ke C (fc) atau Konversi Kubus ke
Silinder
Rumus
Keterangan dan Satuan
Referensi
10
fc = [0.76 + 0.2 log( fck ' / 15) f ' fck = kuat tekan karakteristik
SNI T-15-1991-03
beton Kubus (Mpa)
ck ]
K = kuat tekan karakteristik
PBBI71
C = 0.83 x K
2
SK SNI T-15-1991-03
beton Kubus (kg/cm )
Jika umur beton yang dikehendaki saat diuji belum mencapai 28 hari, maka
harus dikonversi juga dengan konstanta sebagai berikut :
Tabel 3. Nilai Perbandingan Kuat Tekan Beton Normal pada Berbagai Umur untuk
Benda Uji Silinder yang Dirawat di Laboratorium
Umur Beton (hari)
3
7
14
21
28
90 365
Referensi
Semen Portland Tipe I 0.46 0.70 0.88 0.96 1.00
- SNI T-15-1990-03
Semen Portland Biasa 0.40 0.65 0.88 0.95 1.00 1.20 1.35
PBBI71
Semen Portland dengan
0.55 0.75 0.90 0.95 1.00 1.15 1.20
Kuat Awal Tinggi
*Beton tidak menggunakan bahan tambahan ataupun agregat ringan
2. Menetapkan deviasi standar (SD)

a. Jika pelaksana mempunyai catatan data hasil pembuatan beton serupa pada masa
yang lalu. Deviasi standar yang didapat dari pengalaman lapangan selama
produksi beton harus dihitung menurut rumus:

Dimana :
SD
= deviasi standar
xi
= kuat tekan beton yang didapat dari masing-masing benda uji
xi

= kuat tekan beton rata-rata menurut rumus :

n = jumlah nilai hasil uji, yang harus diambil minimum 30 buah (satu hasil uji
adalah nilai uji rata-rata dari 2 buah benda uji)
Catatan : Contoh perhitungan dan detail tentang standar deviasi dapat dipelajari pada
Bab IV. Pengujian dan Evaluasi Pekerjaan Beton

Data hasil uji yang akan digunakan untuk menghitung standar deviasi harus :
Mewakili bahan-bahan, prosedur pengawasan mutu dan kondisi produksi yang
serupa dengan pekerjaan yang diusulkan
Mewakili kuat tekan beton yang disyaratkan, fc, yang nilainya dalam batas 7
MPa dari nilai fc yang ditentukan
Paling sedikit terdiri dari 30 hasil uji yang berurutan atau dua kelompok hasil uji
berurutan yang jumlahnya minimum 30 hasil uji diambil dalam produksi selama
jangka waktu tidak kurang dari 45 hari
Bila suatu produksi beton hanya memiliki data hasil uji yang memenuhi syarat
sebanyak 15-29 hasil uji yang berurutan, maka nilai deviasi standar adalah
perkalian
deviasi standar yang dihitung dari data hasil uji tersebut dengan faktor pengali dari
tabel dibawah ini :

Jumlah Data
Faktor Pengali

Tabel 4. Faktor Pengali Deviasi Standar


30
25
20
15
1.0
1.03
1.08
1.16

<15
Tidak boleh

b. Jika pelaksana tidak mempunyai catatan hasil pengujian beton serupa pada
masa yang lalu / bila data hasil uji kurang dari 15 buah, maka nilai tambah
(margin/M) langsung diambil sebesar 12 Mpa

3. Menghitung nilai tambah (M)


a. Jika nilai tambah sudah ditetapkan sebesar 12 Mpa, maka langsung ke Langkah
4
b. Jika nilai tambah dihitung berdasarkan deviasi standar SD, maka dilakukan
dengan rumus berikut:
M = k * SD Dengan: M
= nilai tambah, Mpa
SD = deviasi standar, MPa
k = tetapan statistik yang nilainya tergantung pada presentase hasil uji
yang
lebih rendah dari fc. Dalam hal ini diambil 5%, sehingga nilai k = 1.64.
Lebih lengkap tentang k dapat dilihat pada Bab IV. Pengujian dan
Evaluasi Pekerjaan Beton
4. Menetapkan kuat tekan rata-rata yang direncanakan (fcr)
fcr = fc + M
Dengan:

fcr = Kuat tekan rata-rata, MPa


f'c = Kuat tekan yang disyaratkan, MPa
M = Nilai tambah, Mpa

5. Menetapkan jenis semen portland


Tabel 5. Jenis Semen Portland Menurut PUBI 1982
Tipe
PC
I
II

III

IV

Syarat Penggunaan
Kondisi biasa, tidak memerlukan
persyaratan khusus
Serangan sulfat konsentrasi sedang
Catatan: semen jenis ini
menghasilkan panas hidrasi yang
lebih rendah daripada tipe I
Kekuatan awal tinggi
Catatan: semen tipe ini cepat
mengeras
dan
menghasilkan
kekuatan besar dalam waktu
singkat, kekuatan beton yang
dihasilkan semen tipe ini dalam 24
jam, sama dengan kekuatan beton
dengan semen biasa dalam 7 hari
Panas hidrasi rendah

Pemakaian
Perkerasan jalan, gedung, jembatan
biasa dan konstruksi tanpa serangan
sulfat
Bangunan tepi laut, dam, bendungan,
irigasi dan beton massa

Jembatan dan pondasi dengan beban


berat

Pengecoran yang menuntut panas


hidrasi rendah dan diperlukan setting
time yang lama

Ketahanan yang tinggi terhadap


sulfat dalam air tanah, daya
resistensinya lebih baik dari semen
tipe II
Catatan: penggunaan terutama
ditujukan
untuk
memberikan
perlindungan
terhadap
bahaya
korosi akibat air laut, air danau dan
air tambang

Bangunan dalam lingkungan asam,


tangki bahan kimia dan pipa bawah
tanah

6. Menetapkan jenis agregat


Jenis kerikil dan pasir ditetapkan, apakah berupa agregat alami (tak dipecahkan)
atau agregat jenis batu pecah (crushed aggregate)
7. Menentukan faktor air semen (FAS)
Faktor air semen yang diperlukan untuk mencapai kuat tekan rata-rata yang
ditargetkan didasarkan pada hubungan kuat tekan dan FAS yang diperoleh dari
penelitian lapangan sesuai dengan bahan dan kondisi pekerjaan yang diusulkan. Bila
tidak tersedia data hasil penelitian sebagai pedoman, dapat dipergunakan Tabel dan
Grafik-grafik dibawah ini :
Tabel 6. Perkiraan Kekuatan Tekan(N/mm2) Beton dengan Faktor Air Semen 0.5
dan Jenis Semen dan Agregat Kasar yang Biasa Dipakai di Indonesia

Jenis Semen

Jenis Agregat Kasar

Batu tak dipecahkan


Portland tipe I, dan
Batu pecah
semen tahan sulfat
Batu tak dipecahkan
tipe II dan V
Batu pecah
Batu tak dipecahkan
Batu pecah
Portland Tipe III
Batu tak dipecahkan
Batu pecah
Catatan :
* 1 N/mm2 = 1 MN/m2 = 1 MPa

Kekuatan Tekan (N/mm2) pada Umur


(Hari)
3
7
28
91
Benda Uji
17
23
33
40
Silinder
19
27
37
45
20
28
40
48
Kubus
23
32
45
54
21
28
38
44
Silinder
25
33
44
48
25
31
46
53
Kubus
30
40
53
60

* Kuat tekan silinder (dia.150 mm, h=300 mm) = 0.83 kuat tekan kubus
(150x150x150 mm3)

Cara menggunakan grafik dan tabel tersebut adalah :


Dari titik A dibuat grafik baru yang bentuknya sama dengan dua grafik yang sudah ada
didekatnya. Selanjutnya tarik garis mendatar dari sumbu tegak di kiri pada kuat tekan
rata-rata yang dikehendaki sampai memotong grafik baru tersebut, lalu ditarik
kebawah untuk mendapatkan FAS yang dicari.

Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen
(Benda Uji Berbentuk Silinder Dia. 150 mm Tinggi 300 mm)

Gambar 2. Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air Semen


(Benda Uji Berbentuk Kubus 150 x 150 x 150 mm)
8. Menetapkan Faktor Air Semen Maksimum
Lihat Tabel 7- 9 dibawah ini, jika FAS maksimum ini lebih rendah dari Langkah
7, maka FAS maksimum ini yang digunakan.
Tabel 7. FAS Maksimum untuk Berbagai Pembetonan dan Lingkungan Khusus
Jenis
FAS
Beton didalam ruang bangunan:
a. Keadaan keliling non-korosif
0.60
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi atau uap
0.52
korosi diluar ruang bangunan:
Beton
a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung b. Terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung

0.55
0.60

Beton yang masuk kedalam tanah:


a. Mengalami keadaan basah dan kering bergantiganti b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari
Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar/payau/laut

0.55
Tabel 8
Tabel 9

Tabel 8. Kebutuhan Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk Beton


yang Berhubungan dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat
Konsentrasi Sulfat (SO3)
Kandungan semen
Jenis Semen
Faktor AirDalam Tanah
SO3
minimum (kg/m3)
Semen
Total
SO3 dalam
dalam
Ukuran Maks.
(FAS) Maks.
SO3
campuran
air
Agregat (mm)
(%)
Air : tanah =
tanah
2:1 (g/lt)
(g/lt)
40
20
10
<0.2

<0.1

<0.3

Tipe I dengan atau


tanpa
Pozzolan (15-40%)

280

300

350

0.5

290

330

380

0.5

270

310

360

0.55

Tipe II atau V
Tipe I dengan
Pozzolan
(15-40%) Atau
Semen Portland
Pozzolan

250

290

430

0.55

340

380

430

0.45

Tipe II atau V

330

370

420

0.45

330

370

420

0.45

Tipe I tanpa
Pozzolan
0.2-0.5

1.0-1.9

0.3-1.2
Tipe I dengan
Pozzolan
(15-40%) Atau
Semen Portland
Pozzolan

0.5-1.0

1.0-2.0
>2.0

1.9-3.1

3.1-5.6
>5.6

1.2-2.5

2.5-5.0
>5.0

Tipe II atau
V dan
lapisan
pelindung

Tabel 9. Kebutuhan
Berhubungan
dengan:
Air tawar
Air payau

Air laut

Semen Minimum dan FAS Maksimum untuk


Beton Bertulang/Prategang Kedap Air
FAS
Tipe
Kandungan
Maksimum
Semen
semen minimum
(kg/m3)
0.50
0.45

Semua tipe I-V


Tipe I + Pozzolan (1540%) Atau Semen
Portland Pozzolan

280
340

300
380

0.50

Tipe II atau V

290

330

0.45

Tipe II atau V

330

370

9. Menetapkan nilai slump


Penetapan nilai slump harus memperhatikan metode pembuatan, pengangkutan,
penuangan, pemadatan dan jenis strukturnya agar diperoleh beton yang mudah
dituangkan, dipadatkan dan diratakan. Misal: pengecoran dengan concrete pump
membutuhkan nilai slump besar, pemadatan dengan vibrator dapat dilakukan
dengan nilai slump yang agak kecil. Lihat Tabel 10 sebagai pertimbangan jika
tidak ada data.
Tabel 10. Penetapan Nilai Slump (PBI71)
Pemakaian
Dinding, plat fondasi dan fondasi telapak bertulang
Fondasi telapak tidak bertulang, kaison dan struktur dibawah
Pelat, balok, kolom dan dinding
Pengerasan jalan
Pembetonan masal

Maks
12.5
9.0
15.0
7.5
7.5

Min (cm)
5.0
2.5
7.5
5.0
2.5

10. Menetapkan besar butir agregat maksimum


Besar butir agregat maksimum tidak boleh melebihi :
Seperlima jarak terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan
Sepertiga dari tebal pelat
Tiga perempat dari jarak bersih minimum diantara batang atau berkas-berkas
tulangan
11. Menetapkan kadar air bebas
a. Untuk agregat tak dipecah dan agregat dipecah menggunakan tabel dibawah ini :

Tabel 11. Perkiraan Kebutuhan Air (liter) Per Meter Kubik Beton
Besar Ukuran
Jenis
Slump
Maksimum
Batuan
(mm)
0-10
10-30
30-60
60-180
Agregat (mm)
Alami
150
180
205
225
10
Batu pecah
180
205
230
250
20

Alami
Batu pecah

135
170

160
190

180
210

195
225

40

Alami
Batu pecah

115
155

140
175

160
190

175
205

Catatan:
Koreksi suhu diatas 200C, setiap kenaikan 50C harus ditambah air 5 liter
per m3 adukan beton
Kondisi permukaan: untuk permukaan agregat yang kasar harus ditambah
air 10 liter per m3 adukan beton
b. Untuk agregat campuran (gabungan antara agregat tak dipecah dan agregat
dipecah), dihitung menurut rumus berikut :
A = 0.67Ah + 0.33 Ak
Dengan: A = Jumlah air yang dibutuhkan (lt/m3 beton)
Ah = Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat halusnya
Ak
= Jumlah air yang dibutuhkan menurut jenis agregat kasarnya
12. Menghitung berat semen yang diperlukan
Dihitung dengan membagi jumlah air dari Langkah 11 dengan FAS yang
diperoleh pada Langkah 7 dan 8
13. Mempertimbangkan kadar semen maksimum
Dapat diabaikan jika tidak ditetapkan
14. Menghitung kebutuhan semen minimum
Ditetapkan dengan tabel-tabel dibawah ini. Kebutuhan semen minimum ini
ditetapkan untuk menghindari beton dari kerusakan akibat lingkungan khusus,
misalnya: lingkungan korosif, air payau dan air laut.
Tabel 12. Kebutuhan Semen Minimum untuk Berbagai Pembetonan dan
Lingkungan Khusus
Jenis
Semen Minimum
Pembetonan
(kg/m3 beton)
Beton didalam ruang bangunan:
a. Keadaan keliling non-korosif
275
b. Keadaan keliling korosif, disebabkan oleh kondensasi
atau uap korosif
325

Beton diluar ruang bangunan:


a. Tidak terlindung dari hujan dan terik matahari
langsung b. Terlindung dari hujan dan terik
matahari langsung
Beton yang masuk kedalam tanah:
a. Mengalami keadaan basah dan kering
berganti-ganti
b. Mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari
tanah
Beton yang selalu berhubungan dengan air tawar/payau/laut

325
275
325
Tabel 8

Tabel 9

15. Menghitung kebutuhan semen


Apabila kebutuhan semen yang diperoleh dari Langkah 12 ternyata lebih
sedikit daripada Langkah 14, maka kebutuhan semen harus dipakai yang
minimum (yang nilainya lebih besar)
16. Menghitung penyesuaian jumlah air atau FAS
Jika jumlah semen tidak ada perubahan akibat Langkah 15, langkah ini dapat
diabaikan, tetapi jika ada perubahan, maka nilai faktor air semen berubah. Dalam
hal ini dilakukan
dua cara berikut:
Cara pertama, faktor air semen dihitung kembali dengan cara membagi
jumlah air dengan jumlah semen minimum
Cara kedua, jumlah air disesuaikan dengan mengalikan jumlah semen
minimum dengan faktor air semen
Catatan: Cara pertama akan menurunkan faktor air semen, sedangkan cara kedua
akan menaikkan jumlah air yang diperlukan
17. Menentukan daerah gradasi agregat halus
Klasifikasikan daerah gradasi agregat dengan menggunakan Tabel 3.10.
Lubang
Ayakan
10.00
4.80
2.40
1.20
0.60
0.30
0.15

Tabel 13. Batas Gradasi Pasir


Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan
1
2
3
4
100
100
100
100
90-100
90-100
90-100
95-100
60-95
75-100
85-100
95-100
30-70
55-90
75-100
90-100
15-34
35-59
60-79
80-100
5-20
8-30
12-40
15-50
0-10
0-10
0-10
0-15

18. Menghitung perbandingan agregat halus dan agregat kasar


Diperlukan untuk memperoleh gradasi agregat campuran yang baik. Pada langkah
ini dicari nilai banding antara berat agregat halus dan berat agregat campuran.
Penetapan dilakukan dengan memperhatikan besar butir maksimum agregat kasar,
nilai slump, FAS dan daerah gradasi agregat halus. Berdasarkan data tersebut
dan Gambar 3 dapat diperoleh persentase berat agregat halus terhadap berat
agregat campuran

Gambar 3. Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan


(Untuk Ukuran Butir Maksimum 10 mm)

Gambar 4. Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan


(Untuk Ukuran Butir Maksimum 20 mm)

Gambar 5. Grafik Persentase Agregat Halus terhadap Agregat Keseluruhan


(Untuk Ukuran Butir Maksimum 40 mm)

19. Menghitung berat jenis agregat campuran


Bj camp = P/100*bj ag hls + K/100*bj ag ksr
Dengan: Bj camp

Bj ag hls
Bj ag ksr
P
K

=
=
=
=
=

Berat jenis agregat campuran


Berat jenis agregat halus
Berat jenis agregat kasar
Persentase agregat halus terhadap agregat campuran
Persentase agregat kasar terhadap agregat campuran

Berat jenis agregat ditentukan berdasarkan dengan data hasil uji laboratorium, bila
tidak tersedia dapat dipakai nilai dibawah ini :
Agregat tak dipecah / alami = 2.6 gr/cm3

Agregat dipecah

= 2.7 gr/cm3

20. Menentukan berat jenis beton


Caranya adalah :
Dari berat jenis agregat campuran pada Langkah 19 dibuat garis kurva
berat jenis gabungan yang sesuai dengan garis kurva yang paling dekat
dengan garis kurva pada Gambar 6
Kebutuhan air yang diperoleh pada Langkah 11 dimasukkan dalam
Gambar 6 dan dari nilai ini ditarik garis vertikal keatas sampai
mencapai kurva yang dibuat pada langkah pertama
Dari titik potong ini, tarik garis horisontal kekiri sehingga diperoleh
nilai berat jenis beton

Kadar Air Bebas (ltr/m3)


Gambar 6. Perkiraan Berat Jenis Beton Basah yang Dimampatkan Secara Penuh

21. Menghitung kebutuhan agregat campuran


Dihitung dengan cara mengurangi berat beton per meter kubik dikurangi
kebutuhan air dan semen
22. Menghitung berat agregat halus yang dibutuhkan
Kebutuhan agregat halus diperoleh dengan cara mengalikan kebutuhan
agregat campuran (Langkah 21) dengan persentase berat agregat halusnya
(Langkah 18)
23. Menghitung berat agregat kasar yang diperlukan
Kebutuhan agregat kasar dihitung dengan cara mengurangi kebutuhan
agregat campuran (Langkah 21) dengan kebutuhan agregat halus.(Langkah 22)
24. Koreksi proporsi campuran
Dalam perhitungan diatas, agregat halus dan agregat kasar dianggap dalam
keadaan jenuh kering muka (SSD), sehingga di lapangan yang pada
umumnya keadaan agregatnya tidak jenuh kering muka, harus dilakukan
koreksi terhadap kebutuhan bahannya. Koreksi harus dilakukan minimum satu
kali per hari.
Jika kadar air agregat melebihi kemampuan penyerapan agregat, maka agregat
sudah mengalami kejenuhan dan mengandung air berlebih, maka harus
mengurangi kadar air bebas agar komposisi tetap seimbang, dan demikian pula
sebaliknya.
Hitungan koreksi dilakukan dengan rumus berikut:
Air
= B - [(Ck-Ca)xC/100] - [(DkDa)xD/100] Agregat halus
= C + [(Ck-Ca)xC/100]
Agregat kasar
= D + [(Dk-Da)xD/100]
Dengan: B = Jumlah kebutuhan air (kg/m3 atau ltr/m3)
C = Jumlah kebutuhan agregat halus (kg/m3)
D = Jumlah kebutuhan agregat kasar (kg/m3)
Ck = Kandungan air dalam agregat halus (%)
Dk = Kandungan air dalam agregat kasar (%)
Ca = Absorpsi air pada agregat halus (%)
Da = Absorpsi air pada agregat
kasar (%)
C. Mix Design Praktis
Dibawah ini diberikan tabel mix design secara praktis yang dapat diikuti jika terdapat
kendala dalam menentukan mix design secara analitis. Perlu dicatat bahwa nilai
ini hanya pendekatan dan tetap disarankan agar proyek juga tetap melakukan trial
mix.

Mutu Beton

Tabel 16. Mix Design Praktis*


Bahan / m3 beton

K
f'c
Air (liter)
PCI (Kg) Pasir (Kg)
175
145
190
274
784
225
185
190
298
755
300
250
190
336
721
350
290
190
362
364
450
375
190
415
637
500
415
190
434
622
* Diambil dari www.semengresik.com
* Semen Gresik OPC
* Agregat dalam kondisi SSD dengan ukuran maks. 40 mm
* Proporsi tersebut mempunyai toleransi + 5 %

Kerikil (Kg)
1152
1157
1153
1164
1158
1154

E. Trial Mix & Penyesuaian Proporsi Campuran


Setelah membuat mix design, trial mix dalam volume yang kecil (misalnya 0.1 atau
0.05 m3) akan dibuat untuk memastikan mix design tersebut telah sesuai. Trial mix
ini harus diuji dari segi:
Kuat Tekan
Slump
Sifat-sifat lain yang sesuai spesifikasi
Sebelum membuat penyesuaian, sebaiknya diperiksa kembali untuk memastikan
bahwa ketidaktepatan hasil tidak terjadi akibat:
Kesalahan perhitungan matematis sedehana atau salah baca angka
Sarana batching berbeda dari rencana semula
Timbangan tidak bekerja secara memuaskan
Biasanya sedikit penyesuaian akan diperlukan dan sebaiknya mengacu pada
cara-cara penyesuaian dibawah ini:
Penyesuaian Kuat Tekan atau Durabilitas:
Menyesuaikan Faktor Air-Semen / FAS sesuai dengan grafik hubungan Kuat
Tekan-FAS. Misal: untuk meningkatkan kekuatan dan durabilitas, maka FAS
harus dikurangi.

Gambar 7. Pengaruh FAS pada Kuat tekan

Penyesuaian Slump, Workability atau Sifat Kohesif:


a) Penyesuaian tipe ini tidak mengubah FAS, juga tidak akan merubah kuat
tekan maupun durabilitas.
b) Penyesuaian dilakukan dengan merubah rasio agregat-semen atau gradasi
agregat.
c) Sebagai acuan, kombinasi gradasi agregat yang memuaskan adalah bila
agregat halus memiliki porsi 35-40 % berat total agregat
d) Misal: pengurangan rasio agregat-semen (berarti campuran kaya
semen) berarti peningkatan slump dan workability beton meskipun FAS
tidak berubah

F. Prinsip Penyesuaian Proporsi Campuran Secara Praktis (Terhadap Berat)

Dibawah ini adalah panduan praktis untuk penyesuaian proporsi campuran


berdasarkan output trial mix yang ingin diperbaiki.
Tabel 17. Panduan Praktis Penyesuaian Trial Mix (per 1 m3 Beton)
Penyesuain Korektif
Hasil
Slump
terlalu
tinggi

Slump
terlalu
rendah

Sebab yang mungkin


1.Perkiraan kadar air pasir
yang terlalu rendah atau
perkiraan daya serap
agregat yang terlalu
tinggi

2. Perkiraan kebutuhan
air yang terlalu besar,
sebagai contoh: kerikil
yang permukaannya
halus memerlukan air
yang lebih sedikit
ketimbang batu pecah
yang kasar.
1. Perkiraan kadar air
pasir yang terlalu tinggi
atau perkiraan daya
serap
agregat
yang
terlalu rendah
2. Perkiraan kebutuhan
air yang terlalu kecil

Terlalu
banyak
pasir

Air
Kurangi
penambahan
air sebesar 5
kg untuk tiap
20 mm slump

Semen

Pasir

Tetap

Naikkan
Tetap
sebesar 5 kg
untuk setiap
perubahan
slump sebesar
20 mm

Air dan semen dikurangi


sebagaimana ditunjukkan
Tabel Koreksi Air, Semen
dan Agregat untuk Slump
Selain 80 mm

Pasir dan agregat kasar


ditambahkan sebagaimana
ditunjukkan Tabel Koreksi Air,
Semen dan Agregat untuk
Slump Selain 80 mm

Naikkan
Tetap
penambahan
air sebesar 5
kg untuk tiap
20 mm slump
Air
dan
semen
ditambahkan
sebagaimana ditunjukkan
Tabel Koreksi Air, Semen
dan Agregat untuk Slump
Selain 80 mm

Turunkan
Tetap
sebesar 5 kg
untuk
setiap
perubahan
slump sebesar
20 mm
Pasir dan agregat kasar
dikurangi
sebagaimana
ditunjukkan Tabel Koreksi Air,
Semen dan Agregat untuk
Slump Selain 80 mm

1. Kesalahan asumsi Tetap


yang menganggap pasir
lebih kasar dari yang
seharusnya

Tetap

- 50 kg

2.
Specific
gravity Tetap
agrega kasar lebih besar
dari 2.65

Tetap

Tetap

3. Specific gravity dari Tetap


pasir lebih kecil dari
2.60
Kekurangan 1. Kesalahan asumsi
Tetap
pasir
yang menganggap pasir
lebih halus dari yang
seharusnya

Tatap
Tetap

Agrerat Kasar

+ 50 kg

SG(agr)
2.65

SG( pasir) Tetap


2.60

+ 50 kg

- 50 kg

Keras

Lengket

Fc terlalu
rendah

Fc terlalu
tinggi

2. Specific gravity
Tetap
agregat kasar lebih kecil
dari 2.65

Tetap

3. Specific gravity dari


pasir lebih besar dari
2.60
1. Pengaruh ukuran
material
a) Ukuran
maksimum
agregat 40 mm
b) Ukuran
maksimum
agregat 20 mm
2. Kekurangan pasir
1. Pasir terlalu halus

Tetap

2. Terlalu banyak pasir


1. FAS terlalu tinggi

2. Pelapisan
permukaan, agregat
lemah, masalah
organik, rongga,
lempung pada agregat,
semen kadaluarsa dan
1.
terlalu rendah
airFAS
tercemar

Tetap
Tetap

Tetap

Tetap

SG( pasir)
x
2.60
Tetap

SG(agr)

2.65

Tetap
a).
20mm50kg
40mm+50kg
b).
10mm-50kg
20mm+50kg

Lihat bagian Kekurangan Pasir diatas


Tetap
Tetap
Ganti
+ 50 kg
sebagian
(atau
keseluruhan)
dengan pasir
yang lebih
Lihat bagian Terlalu Banyak Pasir
diatas
kasar
-50 kg
Tetap
Naikkan 10 Tetap
Tetap
kg untuk tiap
kenaikan 1
MPa
Cek kandungan material merugikan pada bahan pembuat
beton

Tetap

Turunkan
10
kg setiap
turun
1 MPa

Tetap

Tetap

Tabel 18. Koreksi Air, Semen dan Agregat untuk Slump Selain 80 mm (untuk Agregat
max. 20 mm dan 40 mm *)
Perubahan
Water
Perubahan Semen (kg) untuk nilai FAS dibawah
Slump Change
Agregat (kg)
(kg or
0.35
0.4
0.5
0.55
0.6
0.7
Sand Coarse
20
-20
-57
-50
-40
-36
-33
-29
+40
+40
40
-12
-34
-30
-24
-22
-20
-17
+20
+20
60
-6
-17
-15
-12
-11
-10
-9
+10
+10
80
0
0
0
0
0
0
0
0
0
100
+5
+14
+12
+10
+9
+8
+7
-10
-10
120
+8
+23
+20
+16
+15
+13
+11
-15
-15
140
+10
+29
+25
+20
+18
+17
+14
-20
-20

* untuk beton dengan agregat 10 mm atau beton pasir, naikkan nilai numerik
perubahan semen diatas dengan 25%. Untuk mortar, gandakan angka perubahan
pasirnya.
Note : Kesalahan perhitungan sebesar 1% dalm perkiraan kadar air, baik pasir maupun
agregat kasar, akan menyebabkan 10 kg kesalahan (kira-kira) dalam penambahan air
dan berat agregat.
Beberapa tampilan beton yang mungkin didapat saat trial mix adalah :
Adukan yang Baik. Proporsi yang benar dari
pasta semen, pasir, dan agregat kasar
memberikan adukan beton yang secara
komparatif mudah untuk dikerjakan dan
dipadatkan. Pemadatan yang benar akan
menghasilkan permukaan tanpa cacat.
Sedikit trowelling (manual dan mekanis) akan
mampu menghasilkan permukaan beton yang
padat dan halus.

Gambar 8. Adukan yang Baik


Pasir terlalu banyak. Jika adukan nampak
seperti gambar disamping maka adukan
tersebut mengandung terlalu banyak pasir dan
kekurangan agregat kasar. Meskipun relatif
lebih mudah dicor dan di-finishing, tetapi
adukan ini bukanlah adukan yang ekonomis.
Adukan seperti ini akan mudah mengalami
retak.

Gambar 9. Adukan Kelebihan Pasir


Agregat kasar terlalu banyak. Adukan ini
memiliki agregat kasar terlalu banyak dan
pasir yang tidak cukup. Adukan seperti ini akan
sulit untuk dikerjakan tanpa harus mengalami
segregasi. Adukan seperti ini juga akan susah
untuk dipadatkan dan di-finishing, serta

kemungkinan akan menghasilkan cacat sarang


lebah / honeycomb dan beton yang porous.

Gambar 10. Adukan Kelebihan Agregat

Air terlalu banyak. Adukan jenis ini dapat


tejadi saat ada penambahan air kedalam
adukan beton yang sudah bagus. Hasilnya
adalah pengurangan kekuatan dan keawetan
secara drastis, serta kemungkinan besar untuk
mengalami retak.
Ada
kemungkinan
lain
yang
dapat
menghasilkan adukan seperti ini, yaitu adukan
yang memiliki kandungan pasir dan agregat
kasar yang terlalu sedikit dibandingkan
kandungan pasta semennya. Adukan jenis ini
sangat tidak ekonomis dan cenderung
mengalami retak.
Gambar 11. Adukan Kelebihan Air
Adukan terlalu kaku. Adukan seperti ini
mempunya slump rendah ( 20 mm) dan terlalu
keras untuk dikerjakan pada berbagai jenis
pekerjaan pembetonan. Adukan jenis ini
memiliki kandungan pasir dan agregat kasar
yang terlalu banyak jika dibandingkan
kandungan pasta semen. Adukan jenis ini akan
sulit untuk dikerjakan, dipadatkan dan difinishing. Penambahan sedikit air dan semen
(dengan rasio yang benar) akan menghasilkan
adukan yang benar seperti yang diperlihatkan
gambar pertama bagian ini : Adukan yang
Baik.
Gambar 12. Adukan Terlalu Kaku

DAFTAR PUSTAKA

SK SNI T-15-1990-03 : TATA CARA PEMBUATAN RENCANA CAMPURAN


BETON NORMAL

PBI-71 NI 2 Peraturan Beton Indonesia

www.semengresik.com

You might also like