You are on page 1of 4

Konsep Berduka Menurut Betty Newman

PENDAHULUAN
Konsep kehilangan dan berduka (duka cita) telah secara luas dipublikasikan
di berbagai textbook maupun jurnal sejak 50 tahun yang lalu. Dari pemikiran
klasik Bowlby (1980) tentang perasaan cinta dan kehilangan (attachment and
loss) sampai dengan penjelasan mengenai kepedihan (poignant) dari C.S. Lewis
(1994). Perawat jarang sekali mendalami perasaan duka cita yang sedang dialami
oleh kliennya, meskipun duka cita adalah sebuah pengalaman universal dalam diri
manusia. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengkajian mengenai struktur
pengalaman duka cita yang dialami oleh klien dan pengkajian tentang
kompleksitas perilaku seseorang yang terkait dengan pengalaman duka cita agar
kita dapat memahami proses duka cita tersebut dan menyusunnya dalam
terminologi yang terukur.
Tulisan ini berupaya untuk menyajikan konsep duka cita berdasarkan
pendekatan dengan model Neuman (Neuman,1982). Penggunaan model asuhan
keperawatan yang berorientasi pada proses secara holistik akan dapat membantu
kita untuk memahami secara jelas mengenai proses, perilaku, dan tanggapan
manusia terhadap duka cita yang sedang dialaminya.
BATASAN
Duka cita bermakna kesedihan yang mendalam disebabkan karena
kehilangan seseorang yang dicintainya (misal kematian). Menurut Cowles dan
Rodgers (2000), duka cita dapat digambarkan sebagai berikut :
1.

Duka cita dilihat sebagai suatu keadaan yang dinamis dan selalu berubahubah. Duka cita tidak berbanding lurus dengan keadaan emosi, pikiran
maupun perilaku seseorang. Duka cita adalah suatu proses yang ditandai
dengan beberapa tahapan atau bagian dari aktivitas untuk mencapai
beberapa tujuan, yaitu : (1) menolak (denial);(2) marah (anger); (3) tawar-

menawar (bargaining); (4)


depresi(depression); dan
(5)
menerima (acceptance) (TLC, 2004) . Pekerjaan duka cita terdiri dari
berbagai tugas yang dihubungkan dengan situasi ketika seseorang
melewati dampak dan efek dari perasaan kehilangan yang telah dialaminya.
Duka cita berpotensi untuk berlangsung tanpa batas waktu.
2.

3.

Pengalaman duka cita bersifat individu dan dipengaruhi oleh banyak


faktor, kemudian dapat mempengaruhi aspek kehidupan lainnya. Duka cita
lebih dari sekedar tetesan air mata, dimana ia memanifestasikan dirinya
sendiri dalam kesadaran, fisik, tingkah laku, jiwa, psikologis, dan kehidupan
sosial seseorang, seperti halnya perilaku emosional.
Duka cita bersifat normatif namun tidak ada kesepakatan universal yang
bisa menjelaskan sejauhmana kondisi normalnya. Perawat seringkali
merasakan adanya sesuatu yang membatasi duka cita klien sehingga tidak
sesuai dengan apa yang perawat pikirkan; penghalang tersebut berasal dari
latar belakang sosial budaya klien yang mendorong terciptanya berbagai
macam respon duka cita (Cowles& Rodgers, 2000, pp. 109-110).Dengan
memanfaatkan literatur dari berbagai disiplin ilmu sebagai basis analisis,
Cowles and Rodgers (1991) mendefinisikan duka cita sebagai suatu proses
dinamis, menyebar, dan sangat individual dengan komponen yang bersifat
normatif (p. 121). Atribut duka cita yang dikembangkan mencakup hal-hal
sebagai berikut : dinamis, proses, individual, menyebar, dan normatif
(Cowles & Rodgers, 2000). Namun atribut-atribut tersebut belum
menghasilkan suatu variabel yang dapat diukur. Menurut Reed (2003),
perlu dilakukan eksplorasi lebih lanjut tentang berbagai aspek duka cita
yang lebih spesifik dan operasional.

PARADIGMA KEPERAWATAN DALAM MODEL SISTEM NEUMAN


Model sistem Neuman (Neuman & Fawcett, 2002) mempunyai empat
komponen utama yang dapat digambarkan sebagai interaksi antar ranah (domain),
yaitu : orang, lingkungan, kesehatan, dan ilmu keperawatan. Komponen dan
terminologi yang terkait dengan ranah-ranah tersebut adalah :
1.

Sistem klien : struktur dasar, garis penolakan, garis pertahanan normal,


dan garis pertahanan fleksibel.

2.

Lingkungan : internal, eksternal, diciptakan, dan stressor.

3.

Kesehatan : rentang sehat-sakit (wellness-illness continuum)

Keperawatan
:
upaya
pencegahan (preventif), konstitusi
ulang(reconstitution), promosi kesehatan .
Neuman (1995) menguraikan model keperawatan sebagai suatu konsep
berdasarkan sistem yang komprehensif. Hal ini menempatkan klien dalam suatu
perspektif sistem yang holistik dan multi-dimensi. Model digambarkan sebagai
gabungan dari lima variabel yang saling berinteraksi, idealnya berfungsi secara
harmonis dan stabil dalam kaitannya dengan stressor lingkungan internal maupun
eksternal yang sedang dirasakan pada saat tertentu oleh klien sebagai sebuah
sistem.
1. Manusia (Klien)
Sistem klien terdiri dari satu rangkaian lingkaran konsentris yang
mengelilingi dan melindungi struktur dasar (basic structure). Tingkatan dari
masing-masing lingkaran memiliki tugas pertahanan spesifik dan terdiri dari lima
variabel, yaitu : (1) fisiologis, (2) psikologis, (3) perkembangan, (4) sosial budaya,
dan (5) rohani. Lingkaran terjauh atau garis pertahanan fleksibel (flexible line
of defense) merupakan pertahanan awal untuk melawan stressor dan penyangga
kondisi kesehatan yang normal. Garis pertahanan normal (normal line of
defense) adalah basis yang dimanfaatkan oleh sistem klien untuk menghindari
dampak dari stressor, dimana tergantung dari kondisi kesehatan seseorang.
Garis-garis perlawanan (lines of resistance) melindungi struktur dasar bilamana
suatu stressor dapat melampaui garis pertahanan fleksibel dan garis pertahanan
normal (Neuman, 1995).
Variabel-variabel yang membangun sistem klien, menurut Neuman (1995)
antara lain : variabel fisiologis, psikologis, sosial budaya, rohani, dan
perkembangan. Variabel-variabel tersebut dibentuk berdasarkan pengalaman
masa lalu dan material yang sudah ada dalam struktur dasar, mereka saling
berinteraksi satu sama lain dan unik dalam setiap sistem klien. Susunan variabel
kemudian akan diteruskan melalui keluarga dan masyarakat, dengan jalan
tersebut sistem klien memelihara karakteristiknya dari satu generasi ke
generasi lainnya (Reed, 2003).
2. Lingkungan (Stressor)
Menurut Neuman (1995), stressor dalam konteks lingkungan klien dapat
disebabkan oleh berbagai faktor eksternal atau internal, dan dapat berdampak
negatif maupun positif bagi seseorang. Stressor dapat dirasakan oleh klien
secara berulang, sehingga klien akan merespon dan akan memodifikasi atau
mengubahnya. Terdapat tiga hal yang dapat membedakan dampak stressor
terhadap sistem klien, yaitu : kekuatan stressor, jumlah stressor, dan elastisitas
garis pertahanan fleksibel. Stressor lingkungan dapat diklasifikasikan sebagai :
(1) intra-personal, (2) inter-personal, dan (3) ekstra-personal. Keberadaannya
dalam diri klien sama halnya dengan stressor yang ada di luar sistem klien.
3. Keperawatan (Rekonstitusi)
4.

Rekonstitusi menggambarkan suatu upaya pengembalian dan perbaikan


stabilitas sistem yang selalu menyertai tindakan perawatan reaksi stress klien,
dimana dapat menghasilkan tingkat kesehatan yang lebih tinggi atau lebih rendah
daripada sebelumnya (Neuman, 1995). Sebelumnya Neuman (1989)
mendefinisikan rekonstitusi sebagai suatu kondisi adaptasi terhadap stressor
lingkungan internal maupun eksternal, dimana dapat dimulai dari derajat atau
tingkat reaksi apapun. Rekonstitusi ditandai dengan beberapa tahapan aktivitas
untuk menuju tujuan yang diinginkan.
MENGINTEGRASIKAN MODEL SISTEM NEUMAN DENGAN KONSEP DUKA
CITA
Model Sistem Neuman (1982) dapat digunakan untuk menjelaskan
kerangka konsep duka cita. Variabel yang tidak bisa dipisahkan dalam sistem
klien, yaitu : fisiologis, psikologis, rohani, perkembangan, dan sosial budaya,
dapat digunakan untuk menguraikan atribut dari duka cita. Kehilangan di masa
lalu dapat dijelaskan sebagai sebuah stressor, dan akibat dari duka cita
diartikan sebagai suatu proses yang serupa dengan konsep Neuman yaitu
rekonstitusi. Intervensi untuk membantu klien dalam menghadapi pengalaman
duka cita dapat dikategorikan sebagai upaya pencegahan primer, sekunder, dan
tersier (Reed, 2003).
Penggunaan terminologi dari teori Neuman untuk menguraikan konsep duka
cita dimulai dengan terlebih dahulu mengidentifikasi permasalahan-permasalahan
yang muncul sebelumnya. Dalam terminologi Neuman, kejadian di masa lalu
merupakan stressor, dan dalam kasus duka cita, stressor adalah perasaan
kehilangan. Perasaan kehilangan mungkin bersifat intra-personal (misalnya :
kehilangan salah satu anggota badan, kehilangan peran atau fungsi), interpersonal
(misalnya : berpisah dengan pasangannya, anak, atau orangtua), atau ekstrapersonal (misalnya: hilangnya pekerjaan, rumah, atau hilangnya lingkungan yang
dikenal). Neuman (1995) menyatakan bahwa dampak dari stressor dapat
didasarkan pada dua hal, yaitu : kekuatan stressor dan banyaknya stressor.
Modifikasi terhadap respon duka cita diidentifikasi sebagai kombinasi dari
beberapa pengalaman yang bersifat individual dan dipengaruhi oleh banyak
faktor yang terdiri dari hubungan antara orang yang berduka dengan obyek yang
hilang, sifat alami dari kehilangan, dan kehadiran sistem pendukung (support
system). Faktor-faktor lain memiliki efek yang kuat pada perasaan duka cita,
seperti pengalaman individu yang sama sebelumnya, kepercayaan spiritual dan
budaya yang dianut. Penjelasan mengenai modifikasi respon duka cita sama halnya
dengan gagasan Neuman mengenai interaksi antar variabel (fisik, psikologis,
sosial budaya, perkembangan, dan rohani). Kombinasi beberapa variabel yang unik
pada diri seseorang (pengalaman sebelumnya dengan duka cita, nilai-nilai,
kepercayaan spiritual

You might also like