Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
A Penyakit Akibat Kerja
1 Definisi
Menurut WHO, Penyakit akibat kerja atau occupational disease
the relationship to specific causative factors at work has been fully
established and the factors concerned can be identified, measured and
eventually controlled(keterkaitan dengan faktor penyebab spesifik dalam
pekerjaan, sepenuhnya dipastikan dan faktor tersebut dapat diidentifikasi,
diukur, dan dikendalikan).
Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor
PER. 01/MEN/1981 (pasal 1) penyakit akibat kerja adalah setiap penyakit
yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. Definisi yang
digunakan
dalam
keputusan
Menteri
Tenaga
Kerja
pada
ketentuan
Permen
Nakertrans
hubungan
kerja
diatur
dalam
keputusan
presiden
Golongan fisik
Contohnya: suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang
sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
Golongan kimiawi
Bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja, maupun yang
terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu, uap, gas,
13
14
kerja relatif sangat minim yaitu kurang dari 1% dari jumlah kasus
kasus kecelakaan kerja. Hal ini berbeda dengan temuan penelitian
yang menunjukkan angka sakit dan keparahan yang jauh berbeda
dengan data statistik operasional.
d
dini
terhadap
penyakit
dimaksud,
pencegahan
serta
penatalaksanaannya.
15
dasar
faktor
penyebab
yaitu
faktor
fisik,
biologis,
16
17
18
tersebut.Apakah
terdapat
bukti-bukti
ilmiah
dalam
sebagainya).
Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk
dapat mengakibatkan penyakit tersebut. Jika penyakit yang diderita
hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan tertentu, maka pajanan
yang dialami pasien di tempat kerja menjadi penting untuk diteliti
lebih lanjut dan membandingkannya dengan kepustakaan yang ada
untuk dapat menentukan diagnosis penyakit akibat kerja.
penyakit.
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab-penyakit.
Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat
merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya
20
Abrasi
Merupakan perlukaan paling superfisial, dengan definisi tidak menebus
terjadi karena kebocoran pada pembuluh darah dengan epidermis yang utuh
oleh karena proses mekanis. Ekstravasasi darah dengan diameter lenih dari
beberapa millimeter disebut memar atau kontusio, ukuran yang lenih kecil
21
disebut ekimosis dan yang terkecil seukuran ujung peniti disebut petekie. Baik
ekimosis dan petekie biasanya terjadi bukan karena sebab trauma mekanis.
Kontusio disebabkan oleh kerusakan vena, venule, arteri kecil.
Perdarahan kapiler hanya dapat dilihat melalui mikroskop, bahkan petekie
berasal dari pembuluh darah yang lebih besar dari kapiler.
Luka gores/Laserasi
Luka robek (laceration) adalah jenis kekerasan benda tumpul (blunt force
injury) yang merusak atau merobek kulit (epidermis & dermis) dan jaringan
dibawahnya (lemak, folikel rambut, kelenjar keringat & kelenjar sebasea). Cara
terjadinya laserasi, yaitu :
Arah kekerasan tegak lurus terhadap kulit sedangkan jaringan dibawah
kulit terdapat tulang misalnya kepala yang terbentur pada sisi meja. Hal ini
disebut luka retak (harus kita bedakan dengan luka iris (incissed wound).
Arah kekerasan miring (tangensial) sehingga luka robek (laceration) dan
terkelupas.
Benda yang berputar menyebabkan luka yang sirkuler misalnya gilasan
mobil.
Patah tulang yang menembus kulit.
Penyembuhan luka robek (laceration) sama dengan penyembuhan luka
lecet (abrasion) & luka memar (contussion) tergantung dari 4 faktor, yaitu :
1. Vaskularisasi.
2. Keadaan umum penderita.
3. Ukuran luka.
4. Ada tidaknya komplikasi.
Perbedaan antara antemortem dengan post mortem yaitu antemortem
mengeluarkan
banyak
darah
sedangkan
post
mortem
hanya
sedikit
22
Garis tepi memar dan kerusakan memiliki area yang sangat kecil
sehingga untuk pemeriksaanya kadang dibutuhkan bantuan kaca
penbesar.
seluruh luka akibat benda-benda seperti pisau, pedang, silet, kaca, kampak
tajam dll. Ciri yang paling penting dari luka iris adalah adanya pemisahan yang
rapih dari kulit dan jaringan dibawahnya, maka sudut bagian luar biasanya bisa
dikatakan bersih dari kerusakan apapun.
23
Luka potong
Adalah luka iris yang kedalamannya lebih panjang. Luka potong tidak
dan pembantaian.
Karakteristik dari alat tikam:
i Panjang, lebar dan ketebalan pisau
ii Satu atau dua sisi
iii derajat dari ujung yang lancip
iv
bentuk belakang pada pisau satu sudut (bergerisi/kotak)
v
Bentuk dari pelindung pangkal yang berdekatan dengan mata pisau
vi Adanya alur, bergerigi atau cabang dari mata pisau
vii Ketajaman dari sudut dan khususnya ujung dari mata pisau
Karakteristik luka tikam, dapat menerangkan tentang:
i Dimensi senjata
ii Tipe senjata
iii Kelancipan senjata
iv
Gerakan pisau pada luka
v
Kedalaman luka
vi Arah luka
vii Banyaknya tenaga yang digunakan
24
D. Jenis-Jenis Luka
Luka diklasifikasikan berdasarkan berbagai pertimbangan. Meskipun
luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu
dan menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997). Selain itu jenis luka bisa
dibedakan berdasarkan :
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana
tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem
pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih
biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan
25
26
27
28
yangtidak
mengalami
penyembuhan
primer.
Tipe
ini
ini
merupakan
tipe
penyembuhanluka
yang
terakhir(InETNA,2004:6).
1. Prinsip Penyembuhan Luka
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka, yaitu:
a
b
c
d
e
29
mengeluarkan
faktor
angiogenesis
(AGF)
yang
kehilangan
elastisitas
dan
meninggalkan
garis
2. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien
memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan
mineral seperti Fe, Zn. Klien
32
akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor
internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
8. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula
darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan
terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
9. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas
penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
10. Obat
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti
neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang
lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap
cedera
b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri
penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan
tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
G. Komplikasi Luka
Komplikasi dan penyembuhan luka timbul dalam manifestasi yang
berbeda-beda.Komplikasi yang luas timbul dari pembersihan luka yang tidak
adekuat,
keterlambatan pembentukan
jaringan
granulasi,
tidak
adanya
reepitalisasi dan juga akibat komplikasi post operatif dan adanya infeksi.
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi adalah : hematoma, nekrosis
jaringan lunak,dehiscence, eviserasi, keloids, formasi hipertropik scar dan juga
infeksi luka, perdarahan.
1. Infeksi
Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama
pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul
dalam 2 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk
adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di
sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
33
pusat luka dan melapisinya sehingga luka lebih cepat sembuh. Konsep
penyembuhan luka dengan teknik lembab ini merubah penatalaksanaan luka
dan memberikan rangsangan bagi perkembangan balutan lembab (Potter P,
1998).
Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan
kebiasaan, melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka.
Penggunaan antiseptic hanya untuk yang memerlukan saja karena efek
toksinnya terhadap sel sehat. Untuk membersihkan luka hanya menggunakan
normal saline (Dewi, 1999).
Citotoxic agent seperti povidine iodine, asam asetat, seharusnya tidak
secara sering digunakan untuk membersihkan luka karena dapat menghambat
penyembuhan dan mencegah reepitelisasi. Luka dengan sedikit debris
dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kassa yang dibasahi dengan sodium
klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan.
Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan dengan lapisan sepanjang tepi
luka. Tepi luka ditandai dengan kemerahan dan sedikit bengkak dan hilang
kira-kira satu minggu. Kulit menjadi tertutup hingga normal dan tepi luka
menyatu. Dugaan tanda dari penyembuhan luka bedah insisi :
1. Tidak ada perdarahan dan munculnya tepi bekuan di tepi luka.
2. Tepi luka akan didekatkan dan dijepit oleh fibrin dalam bekuan selama satu
atau
beberapa jam setelah pembedahan ditutup.
3. Inflamasi (kemerahan dan bengkak) pada tepi luka selama 1 3 hari.
4. Penurunan inflamasi ketika bekuan mengecil.
5. Jaringan granulasi mulai mempertemukan daerah luka. Luka bertemu dan
menutup selama 7 10 hari. Peningkatan inflamasi digabungkan dengan panas
dan drainase mengindikasikan infeksi luka. Tepi luka tampak meradang dan
bengkak.
6. Pembentukan bekas luka.
7. Pembentukan kollagen mulai 4 hari setelah perlukan dan berlanjut sampai 6
bulan atau lebih.
8. Pengecilan ukuran bekas luka lebih satu periode atau setahun. Peningkatan
ukuran bekas luka menunjukkan pembentukan kelloid (Walker D,1996).
Dalam manajemen perawatan luka ada beberapa tahap yang dilakukan
yaitu evaluasi luka, tindakan antiseptik, pembersihan luka, penjahitan luka,
penutupan luka, pembalutan, pemberian antiboitik dan pengangkatan jahitan.
35
b
c
menit).
Ha l o g e n d a n s e n y a w a n y a
Y odium , merupakan antiseptik yang sangat kuat, berspektrum
Oksidansia :
a
berkhasiat
untuk
Merkuri
klorida
(sublimat),
berkhasiat
menghambat
36
154
mEq/l
dan
Cl-
154
mEq/l
(InETNA,2004;
ISO
Indonesia,2000).
I.
luka
sehingga
proses penyembuhan
berlangsung
optimal.
38
39
40
41