Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
( Kelompok 2 )
Isni Yulianti
Mery Tarlina
Neng Liyani
D3E613003
D3E613005
D3E613006
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI........i
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................2
BAB 2 ISI
2.1 Abortus
2.1 Definisi Abortus......................................................................................3
2.1.2 Gejala klinis dan pelaksanaan ..............................................................3
2.1.3 Diagnosis...............................................................................................7
2.1.4 Komplikasi............................................................................................8
2.2 Mollahidatidosa
2.2.1 Definisi..................................................................................................8
2.2.2 Etiologi..................................................................................................9
2.2.3 Partologi................................................................................................10
2.2.4 Diagnosis dan Gejala Klinis..................................................................10
2.2.5 Komplikasi............................................................................................11
2.2.6 Penatalaksanaan....................................................................................12
2.3 Blighted Ovum
2.3.1 Definisi..................................................................................................12
2.3.2 Patogenesis............................................................................................13
2.4 Kehamilan Ektopik
2.4.1 Definisi..................................................................................................14
2.4.2 Penyebab...............................................................................................15
2.4.3 Klasifikasi.............................................................................................16
2.4.4 Faktor Resiko........................................................................................17
ii
2.4.5 Gejala dan TAnda..................................................................................17
2.4.6 Diagnosis...............................................................................................17
2.4.7 Penatalaksanaan....................................................................................18
2.4.8 Diagnosis...............................................................................................19
2.4.9 Komplikasi............................................................................................19
2.5 Hiperemesis Gravidarum
2.5.1 Definisi..................................................................................................19
2.5.2 Prinsip dasar..........................................................................................19
2.5.3 Gejala....................................................................................................19
2.5.4 Diagnosis...............................................................................................20
2.5.5 Penyebab...............................................................................................20
2.5.6 patofisiologi..........................................................................................21
2.5.7 Tingkat..................................................................................................21
2.5.8 Komplikasi............................................................................................22
2.6 Anemia
2.6.1 Definisi..................................................................................................23
2.6.2 Klasifikasi.............................................................................................24
2.6.3 Penyebab...............................................................................................24
2.6.4 Tanda dan Gejala...................................................................................26
2.6.5 Etiologi..................................................................................................26
2.6.6 Penatalaksanaan....................................................................................26
2.6.7 Pengkajian Kesejahteraan Janin............................................................28
BAB 3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................29
3.2 Saran .............................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA...iii
Lampiran : Jurnal
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kehamilan adalah peristiwa alamiah, yang akan dialami oleh seluruh ibu yang
mengharapkan anak. Namun demikian setiap kehamilan perlu perhatian khusus, untuk
mencegah dan mengetahui penyakit-penyakit yang dijumpai pada persalinan, baik
penyakit komplikasi dan lain-lain.
Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal dan menghasilkan
kehamilan sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu pelayanan antenatal care
merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil dan
mendeteksi adanya kehamilan resiko tinggi. Dengan adanya antenatal care sebagai
deteksi dini adanya kehamilan yang beresiko tinngi sebagai salah satu penyebab
kematian ibu hamil, sehingga antenatal care diharapkan dapat mengurangi angka
kematian ibu.
Ibu hamil tersebut harus sering dikunjungi jika terdapat masalah dan hendaknya
disarankan untuk menemui petugas kesehatan bila merasakan tanda-tanda kehamilan.
Selama kehamilan kebanyakan wanita mengalami perubahan psikologis dan emosional.
Seringkali kita mendengar seorang wanita mengatakan betapa bahagianya dia karena
akan menjadi seorang ibu dan dan bahwa dia sudah memilihkan sebuah nama untuk bayi
yang akan dilahirkannya. Namun tidak jarang ada wanita yang merasa khawatir kalau
terjadi masalah dalam kehamilannya, khawatir kalau ada kemungkinan dia kehilangan
kecantikannya, atau bahwa ada kemungkinan bayinya tidak normal.
Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah
besar dinegara berkembang dan dinegara miskin. Sekitar 25 50% kematian wanita usia
subur disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. World Heath Organization
(WHO) memperkirakan lebih dari 585 000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau
bersalin. Lebih dari 50% kematian di Negara berkembang sebenarnya dapat di cegah
dengan tehnologi yang ada serta biaya relatif rendah.
1
1.2 Rumusan Masalah
asuhan
yang
diberikan
pada
komplikasi
Hiperemesis
1.3 Tujuan
a. Mengetahui asuhan yang diberikan pada komplikasi Abortus dalam kehamilan
Trimester 1.
b. Mengetahui asuhan yang diberikan pada komplikasi Mollahidatidosa dalam
kehamilan Trimester 1.
c. Mengetahui asuhan yang diberikan pada komplikasi Blighted Ovum dalam kehamilan
Trimester 1.
d. Mengetahui asuhan yang diberikan pada komplikasi Kehamilan Ektopik dalam
kehamilan Trimester 1.
e. Mengetahui asuhan yang diberikan pada komplikasi Hiperemesis Gravidarumdalam
kehamilan Trimester 1.
f. Mengetahui asuhan yang diberikan pada komplikasi Anemia dalam kehamilan
Trimester 1.
BAB II
ISI
2.1 ABORTUS
2.1.1 Definisi Abortus
Menurut definisi WHO, abortus didefinisikan sebagai hilangnya janin atau
embrio dengan berat kurang dari 500 gram setara dengan sekitar 20-22 minggu
kehamilan.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai berat
500 gram atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau janin belum mampu
untuk hidup di luar kandungan.
Definisi abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum
janin mampu bertahan hidup. Di Amerika Serikat, definisi ini terbatas pada
terminasi kehamilan sebelum 20 minggu didasarkan pada tanggal hari pertama haid
normal terakhir. Definisi lain yang sering digunakan adalah keluarnya janinneonatus yang beratnya kurang dari 500 gram.
besarnya uterus masih sesuai dengan usia kehamilan dan tes urine kehamilan
masih positif. Pemeriksaan USG diperlukan untuk mengetahui pertumbuhan
janin yang ada dan mengetahui pertumbuhan janin yang ada dan mengetahui
keadaan plasenta apakah sudah terjadi pelepasan atau belum, Penderita diminta
untuk melakukan tirah baring sampai perdarahan berhenti. Diberi spasmolitik
agar uterus tidak berkontraksi atau diberi tambahan hormon progesteron atau
derivatnya untuk mencegah terjadinya abortus. Penderita boleh dipulangkan
setelah tidak terjadi perdarahan dengan pesan khusus tidak boleh berhubungan
seksual dulu sampai kurang lebih 2 minggu.
2) Inevitable Miscarriage (Abortus Tidak Terhindarkan).
Abortus tidak terhindarkan (inevitable) ditandai oleh pecah ketuban yang
nyata disertai pembukaan serviks.
Penderita akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan kuat,
perdarahannya bertambah sesuai dengan pembukaan serviks uterus dan usia
kehamilan. Besar uterus masih sesuai dengan usia kehamilan dengan tes urin
kehamilan masih positif. Pada pemeriksaan USG akan didapati pembesaran
uterus yang masih sesuai dengan kehamilan, gerak janin dan gerak jantung janin
masih jelas walau mungkin sudah mulai tidak normal, biasanya terlihat penipisan
serviks uterus atau pembukaanya.
Pengelolaan penderita ini harus memperhatikan keadaan umum dan
perubahan keadaan hemodinamik yang terjadi dan segera lakukan tindakan
evakuasi / pengeluaran hasil konsepsi disusul dengan kuretase bila perdarahan
banyak.
3) Incomplete Miscarriage (Abortus tidak lengkap)
Pada abortus yang terjadi sebelum usia gestasi 10 minggu, janin dan
plasenta biasanya keluar bersama-sama, tetapi setelah waktu ini keluar secara
terpisah.
4
Apabila seluruh atau sebagian plasenta tertahan di uterus, cepat atau
lambat akan terjadi perdarahan yang merupakan tanda utama abortus inkomplet.
2.1.3 Diagnosis :
1) Anamnesis
a. Adanya amenore kurang dari 20 minggu
b. Perdarahan pervaginam, mungkin disertai jaringan hasil konsepsi.
c. Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simpisis, sering disertai keluarnya
jaringan konsepsi
2) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun, tekanan darah
normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, suhu badan normal
atau meningkat.
3) Pemeriksaan ginekologi
a. Inspeksi vulva
Perdarahan pervagina, ada atau tidak hasil konsepsi, tercium atau tidak bau
busuk dari vulva.
b. Inspekula
Ostium uteri terbuka atau tertutup, ada atau tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.
c. Colok vagina
Porsio masih terbuka , besar uterus lebih kecil atau sesuai dari usia kehamilan,
tidak nyeri saat porsio digoyang.
4) Pemeriksaan bimanual
Uterus membesar, besar uterus sesuai dengan riwayat haid, tidak mendatar dan
mempunyai konsistensi hamil normal.
5) Pemeriksaan penunjang:
a. Pemeriksaan USG (Ultrasonografi). Hal ini membantu untuk memeriksa detak
jantung janin dan menentukan apakah embrio berkembang normal.
7
b. Pemeriksaan darah. HCG beta berguna untuk membedakan dengan diagnosis
banding lainnya.
8
Mola parsial secara makroskopik, berupa gelembung mola yang disertai
janin atau bagian dari janin. Umumnya janin mati pada bulan pertama tapi adapula
yang hidup sampai cukup besar dan aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak
di beberapa tempat vili yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu
berproliferasi, sedangkan di tempat yang lain masih nampak vili yang normal.
Molahidatidosa yang khas merupakan massa besar dari vili khorionik yang
mengalami pembengkakan. Kadang-kadang mengalami dilatasi kistik yang dilapisi
oleh epitel korion dalam jumlah yang berbeda-beda dari jinak sampai yang atipik.
Akhir-akhir ini mola dibagi dalam 2 subtipe yang berbeda yaitu moa hidatidosa
komplet dan mola hidatidosa parsial.
Molahidatidosa komplet, tidak pernah mengandung janin, umbilicus atau
selaput amnion. Semua jonjot korion dalam bentuk abnormal dan sel epitel korion
biasanya memiliki kariotip 46 XX. Mola hidatidosa parsial, mengandung janin,
umbilicus, dan selaput amnion, memiliki jonjot korion yang normal dan hamper
selalu tripoid.
9
2.2.3 Patofisiologi
Ada beberapa teori yang menerang- kan patogenesis dari penyakit trofoblas:
1)
Teori Missed abortion Mudigah mati pada kehamilan 3-5 minggu (missed
abortion), karena itu terjadi gangguan peredaran darah sehingga terjadi
penimbunan cairan dalam jaringan mesenkim dari vili dan akhirnya terbentuk
2)
gelembung- gelembung
Teori neoplasma dari Park Dikatakan yang abnormal adalah sel- sel trofoblas,
yang mempunyai fungsi abnormal pula, dimana terjadi reabsorbsi cairan yang
berlebihan ke-dalam vili sehingga timbul gelembung. Hal ini menyebabkan
gangguan peredaran darah dan kematian mudigah.
Mola hidatidosa komplit berasal dari genom maternal (genotype 46XX
lebih sering) dan 46 XY jarang, tapi 46XXnya berasal dari replikasi haploid
sperma dan tanpa kromosom dari ovum. Mola parsial mempunyai 69
kromosom terdiri dari kromosom 2 haploid paternal dan 1 haploid maternal
(tripoid, 69XX atau 69XY dari 1 haploid ovum dan lainnya reduplikasi paternal
dari 1 sperma atau fertilisasi disperma).
10
Adanya mola hidatidosa harus dicurigai bila ada wanita dengan amenorea,
perdarahan pervaginaan atau keluarnya vesikel mola dari vagina, uterus yang
lebih besar dari usia kehamilan dan tidak ditemukannya tanda kehamilan pasti,
seperti tidak terabanya bagian-bagian janin juga gerakan janin dan ballotemen serta
tidak terdengarnya bunyi jantung janin. Untuk memperkuat diagnosis dapat dilaku-
kan pemeriksaan kadar Human Chorionic Gonadotropin (HCG) dalam darah atau
urine.
Peninggian HCG terutama setelah hari ke 100, biopsy transplasental. Bila
belum jelas dapat dilakukan pemeriksaan dengan sondase uterus yang diputar.
Diagnosis pasti dari mola hidatidosa biasanya dapat dibuat dengan
ultrasonografi dengan menunjukkan gambaran yang khas berupa vesikel-vesikel
(gelembung mola) dalam kavum uteri atau badai salju (snow flake pattern).
Secara singkat gambaran diagnostic klinik mola hidatidosa adalah:
1) Pengeluaran darah yang terus menerus atau intermitten yang terjadi pada
2)
3)
4)
5)
6)
memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan
bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang
menyebabkan
munculnya
gejala-gejala
kehamilan
seperti
mual,
muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes
kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar
hormon HCG (human chorionic gonadotropin) yang sering disebut juga sebagai
hormon kehamilan.Hingga saat ini belum ada cara untuk mendeteksi dini kehamilan
blighted ovum.
Seorang wanita baru dapat diindikasikan mengalami blighted ovum bila telah
melakukan pemeriksaan USG transvaginal. Namun tindakan tersebut baru bisa
dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6-7 minggu. Sebab saat itu diameter
kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 milimeter sehingga bisa terlihat lebih
jelas. Dari situ juga akan tampak, adanya kantung kehamilan yang kosong dan tidak
berisi janin.
Karena gejalanya yang tidak spesifik, maka biasanya blighted ovum baru
ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan
perdarahan. Selain blighted ovum, perut yang membesar seperti hamil, dapat
disebabkan hamil anggur (mola hidatidosa), tumor rahim atau penyakit usus.Sekitar
60% blighted ovum disebabkan kelainan kromosom dalam proses pembuahan sel
telur dan sperma. Infeksi TORCH, rubella dan streptokokus, penyakit kencing
manis (diabetes mellitus) yang tidak terkontrol, rendahnya kadar beta HCG serta
faktor imunologis seperti adanya antibodi terhadap janin juga dapat menyebabkan
blighted ovum. Resiko juga meningkat bila usia suami atau istri semakin tua karena
kualitas sperma atau ovum menjadi turun.
13
Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah
mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalisa
untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika
karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini tidak berulang. Jika
penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak
dapat hamil sungguhan.Untuk mencegah terjadinya blighted ovum, maka dapat
yang
terjadi
di
luar
rongga rahim, janin tidak dapat bertahan hidup dan sering tidak berkembang sama
sekali. Kehamilan ektopikdisebut juga ectopic pregnancy, ectopic gestation,
eccecyesis. Kehamilan
ektopik
merupakan
penyebab kematian
ibu pada
1. Faktor tuba, meliputi: penyempitan lumen tuba, gangguan silia tuba, operasi dan
sterilisasi tuba yang tidak sempurna, endometriosis tuba, tumor;
2. Faktor ovum, meliputi: rapid cell devision, migrasi eksternal dan internal ovum,
perlekatan membran granulosa;
3. Penyakit radang panggul;
4. Kegagalan kontrasepsi;
5. Efek hormonal, meliputi: penggunaan kontrasepsi mini pil, dan
6. Riwayat terminasi kehamilan sebelumnya.
Telah terjadi peningkatan jumlah absolut dan laju kehamilan ektropik yang
cukup tajam di Amerika Serikat dalam 2 dekade terakhir. Beberapa hal mungkin
yang terjadi penyebabnya adalah:
1. Peningkatan prevalensi infeksi tuba akibat penyakit menular seksual,
2. Diagosis yang lebih dini dengan pemeriksaan yang lebih peka terhadap
gonadotropin korion dan ultrasound transvagina,
3. Popularitas kontrasepsi yang mencegah kehamilan intrauterus tetapi tidak dapat
4.
5.
6.
7.
Amerika Serikat dan merupakan penyebab tersering mortalitas ibu pada trimester
pertama. Akan tetapi, angka kefatalan kasus menurun secara bermakna antara tahun
1970 dan 1989. Penurunan drastis kematian akibat kehamilan ektopik ini mungkin
disebabkan oleh membaiknya diagnosis dan penatalaksanaan.
15
2.4.3 Klasifikasi Kehamilan Ektopik
Beberapa klasifikasi kehamilan ektopik adalah:
1. Kehamilan interstisial (kornual)
minggu akan terganggu. Hasil konsepsi dapat mati dan diresorbsi, keguguran,
ruptur tuba.
Angka kematian
adalah
servikalis,
dinding servik menjadi tipis dan membesar. Kehamilan di servikalis ini jarang
dijumpai. Tanda dari kehamilan ini adalah: kehamilan terganggu, perdarahan,
tanpa nyeri, abortus spontan. Terapinya adalah histerektomi.
4. kehamilan abdominal
16
2.4.4 Faktor resiko kehamilan ektopik
Kondisi yang dapat meningkatkan resiko terjadinya kehamilan ektopik diantaranya
adalah:
endometriosis;
ektopik sebelumnya;
riwayat
riwayat
radang panggul;
pembedahan tuba;
riwayat kehamilan
riwayat infertilitas;
riwayat
pemakaian IUD belum lama berselang; riwayat penyakit menular seksual (PMS)
seperti: gonore dan klamidia; faktor usia hamil di atas 35 tahun; riwayat kebiasaan
buruk (merokok).
2.4.5 Gejala Dan Tanda Kehamilan Ektopik
Ibu hamil yang mengalami kehamilan ektopik akan merasakan gejala pada usia
kehamilan 6-10 minggu :
Amenorhea
Nyeri perut bagian bawah yang snagat dan berawal dari satu sisi, tengah,
seluruh perut bagian bawah akibat robeknya tuba
Ibu hamil mengalami pingsan dan terkadang disertai nyeri bahu akibat iritasi
diafragma dari hemoperitoneum.
kontraindikasinya
adalah:
imunodefisiensi,
ibu menyusui,
dan
diindikasikan
ketika
terdapat
kerusakan
yang
luas
18
2.4.8 Prognosis Kehamilan Ektopik
Sepertiga dari wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik, untuk selanjutnya
dapathamil lagi. Kehamilan ektopik bisa terjadi kembali pada sepertiga wanita dan
beberapawanita tidak hamil lagi. Kemungkinan wanita dapat berhasil hamil,
tergantung dari: faktorusia, apakah sudah memiliki anak dan mengapa kehamilan
ektopik pertama terjadi. Sedangkan tingkat kematian akibat kehamilan ektopik telah
terjadi penurunan dalam 30 tahun terakhir menjadi kurang dari 0,1%.
2.4.9 Komplikasi Kehamilan Ektopik
Komplikasi yang dapat timbul akibat kehamilan ektopik, yaitu: ruptur tuba
atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan
masif, syok, DIC, dan kematian.
Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain: perdarahan, infeksi,
kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar).
Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
2.5.3 Diagnosis
1) Anamnesis
2) Pemeriksaan Fisik
3) Laboratorium meliputi :
a. Urinalisa lengkap
b. Gula darah
c. Elektrolit
d. Fungsi hati
e. Fungsi ginjal
4) USG
Peningkatan
trimester
lendir
esofagus
dan
lambung
(sindroma molarry-weiss)
yang
berakibatperdarahan gastrointestinal.
2.5.7 Tingkatan dan Gejala Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum terbagi menjadi tiga (3) tingkatan, yaitu
1. Hiperemesis gravidarum tingkat I
Hiperemesis
gravidarum tingkat
makanmenurun; berat
lemah, nafsu
penurunan tekanan
darah sistolik; lidah kering; turgor kulit kurang; dan mata cekung.
2. Hiperemesis gravidarum tingkat II
Hiperemesis gravidarum tingkat II mempunyai gejala seperti: mual muntah
hebat; keadaan umum lemah; apatis; nadi cepat dan kecil; lidah kering dan
kotor; suhu badanmeningkat (dehidrasi); mata cekung dan ikterik ringan; oliguria
dan konstipasi; nafas bau aseton dan aseton dalam urin.
21
gravidarum dapat
organtubuh, diantaranya kelainan organ hepar, jantung, otak dan ginjal. Adapun
janinnya.
Pentingnya ketenangan dan kepasrahan terhadap keberadaan kehamilan.
Emesis-hiperemesis gravidarum adalah proses alami yang tidak dapat
2.6 ANEMIA
2.6.1 Definisi Anemia
Penurunan ringan kadar hemoglobin selama kehamilan dijumpai pada wanita
sehat yang tidak mengalami defisiensi zat besi atau folat. Hal ini disebabkan oleh
ekspansi volume plasma yang lebih besar daripada peningkatan massa hemoglobin
dan volume sel darah merah yang terjadi pada kehamilan normal. Pada awal
kehamilan dan menjelang aterm, kadar hemoglobin kebanyakan wanita sehat
dengan simpanan zat besi adalah 11 g/dL atau lebih. Konsentrasi hemoglobin lebih
rendah pada pertengahan kehamilan. Oleh karena itu, centers for disease control and
prevention (CDC) mendefinisikan anemia sebagai kadar hemoglobin yang lebih
rendah dari 11 g/dL pada trimester pertama dan ketiga, dan kurang dari 10,5 g/dL
pada trimester kedua.
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin di
bawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar hemoglobin < 10,5 gr% pada
trimester II ( Depkes RI, 2009 ).
23
Anemia Defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi
dalam darah, artinya konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena
terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi
dalam darah. Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat rendah
berarti orang tersebut mendekati anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala
fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah lambat laun tidak akan cukup
untuk membentuk sel-sel darah merah di dalam sumsum tulang sehingga kadar
hemoglobin terus menurun di bawah batas normal, keadaan inilah yang disebut
anemia gizi besi . Defisiensi besi merupakan penyebab utama anemia. Wanita usia
subur sering mengalami anemia, karena kehilangan darah sewaktu menstruasi dan
peningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil.
1) Anemia Ringan
: Kadar Hb 9 11 gr%
2) Anemia Sedang
: Kadar Hb 7 8 gr%
3) Anemia Berat
2.6.3 Penyebab
Penyebab anemia umunya adalah kurang gizi, kurang zat besi, kehilangan
darah saat persalinan yang lalu, dan penyakit penyakit kronik.
Dalam kehamilan penurunan
kehamilan
24
Namun bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika dibandingkan dengan
bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah. Di mana pertambahan
tersebut adalah sebagai berikut : plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%.
Pengenceran darah dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam
kehamilan dan bermanfaat bagi wanita hamil tersebut. Pengenceran ini meringankan
beban jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, karena sebagai
akibat hipervolemia tersebut, keluaran jantung (cardiac output) juga meningkat.
Kerja jantung ini lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer
berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik.
Pola makan adalah pola konsumsi makan sehari-hari yang sesuai dengan
kebutuhan gizi setiap individu untuk hidup sehat dan produktif. Untuk dapat
mencapai keseimbangan gizi maka setiap orang harus menkonsumsi minimal 1
jenis bahan makanan dari tiap golongan bahan makanan yaitu Karbohidrat, protein
hewani dan nabati, sayuran, buah dan susu.( Bobak, 2005 ). Seringnya ibu hamil
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat yang menghambat penyerapan zat
besi seperti teh, kopi, kalsium ( Kusumah, 2009 ). Wanita hamil cenderung terkena
anemia pada triwulan III karena pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi
untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama setelah lahir.
Faktor umur merupakan faktor risiko kejadian anemia pada ibu hamil. Umur
seorang ibu berkaitan dengan alat alat reproduksi wanita. Umur reproduksi yang
sehat dan aman adalah umur 20 35 tahun. Kehamilan diusia < 20 tahun dan diatas
35 tahun dapat menyebabkan anemia karena pada kehamilan diusia < 20 tahun
secara biologis belum optimal emosinya cenderung labil, mentalnya belum matang
sehingga mudah mengalami keguncangan yang mengakibatkan kurangnya perhatian
terhadap pemenuhan kebutuhan zat zat gizi selama kehamilannya. Sedangkan
pada usia > 35 tahun terkait dengan kemunduran dan penurunan daya tahan tubuh
serta berbagai penyakit yang sering menimpa diusia ini. Hasil penelitian didapatkan
bahwa umur ibu pada saat hamil sangat berpengaruh terhadap kajadian anemia.
25
2.6.4 Tanda dan Gejala
Ibu hamil dengan keluhan lemah, pucat, mudah pingsan, dengan tekanan
darah dalam batas normal, perlu dicurigai anemia defisiensi besi. Dan secara klinis
dapat dilihat tubuh yang pucat dan tampak lemah (malnutrisi). Guna memastikan
seorang ibu menderita anemia atau tidak, maka dikerjakan pemeriksaan kadar
Hemoglobin dan pemeriksaan darah tepi. Pemeriksaan Hemoglobin dengan
spektrofotometri merupakan standar.
Tanda yang berkaitan dengan anemia :
1. Pucat
2. Ikterus
3. Hipotensi ortostatik
4. Edema perifer
28
BAB III
PENUTUP
3.1 kesimpulan
Setiap masa kehamilan pada ibu hamil memiliki Komplikasi kehamilan yang berbeda
antara trimester I, II, dan III. Setiap komplikasi kehamilan dapat ditangani dengan asuhan
yang diberikan baik diberikan oleh bidan/perawat/dokter.
3.2 Saran
Selalu makan makanan yang mengandung gizi seimbang agar kebutuhan nutrisi ibu hamil
dan janin dapat terpenuhi. Lakukan pemeriksaan secara rutin dan berkala agar kesehatan
ibu hamil dan janin dapat terpantau dan sgera periksakan kesehatan kandungan jika
terjadi salah satu atau lebih dari gejala tanda bahaya kehamilan yang mungkin terjadi.
28
Daftar Pustaka
Syaifudin AB, (2009), Buku acuhan nasional pelayanan kesehatan maternal & neonatal,
Jakarta. YBPSP
Hanifah Wiknjosastro. (2009). Ilmu bedah kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Debora bick, 2002, portuatal care, evidence and guide lines for management
Manuaba, ida bagus, (1998). Ilmu kebidanan dan penyakit kandungan dan KB untuk
pendidikan bidan, Jakarta : ECG
Winkjosastro, hanifah. (2001) ilmu kebidanan ed.3. yayasan bina pustaka sarwono
prawiharjo. Jakarta
Billington, mary (2009). Kegawatan dan kehamilan dan persalinan : buku saku
kebidanan. Jakarta : ECG
iii