You are on page 1of 23

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kelimpahan rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan referat yang berjudul
Gangguan Afektif.
Referat ini disusun untuk membantu dalam mengatasi pasien penderita pada gangguan
afektif dan juga ilmu kedokteran kejiwaan RSUD Embung Fatimah Batam.
Penulis sangat menyadari dalam penyusunan dan penulisan referat ini ada banyak
sekali kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk perbaikan dan memperluas wawasan penulis.
Sekian saja kata pengantar dari penulis,semoga referat ini dapat memberi tambahan
ilmu bagi penulis sendiri khususnya dan dapat memberikan manfaat bagi yang membaca
referat ini.

Batam,
2015

13

Oktober

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


1. Definisi ............................................................................................

2. Etiologi ............................................................................................

3. Manifestasi Klinis dan Diagnostik ..................................................

4. Pemeriksaan Status Mental .............................................................

5. Perjalana Penyakit dan Prognosis ...................................................

6. Terapi ..............................................................................................

BAB III KESIMPULAN


DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 42

BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Kelainan dari gangguan afektif (gangguan mood) adalah dimana gangguan
mencakup penyakit-penyakit dengan gangguan afektif sebagai gejala primer, dan
semua gejala lain yang menyertai hanya bersifat sekunder. Gejala utama dari
gangguan afektif adalah perubahan mood yang bergantian antara manik dan
depresi yang disebut unipolar sedangkan jika terjadi bersamaan disebut bipolar.
Semua gejala ini sifatnya primer, sedangkan apabila diikuti oleh kelainan
psikiatri lain atau penyakit fisik lain itu sifatnya sebagai sekunder.
Berdasarkan dari epidemiologi yang sudah ada, gangguan unipolar lebih banyak
diderita oleh wanita dari pada laki-laki. Sedangkan tingkat terjadinya gangguan
bipolar lebih jarang dari pada gangguan depresi berat, dan prevalensi pada lakilaki dan perempuan sama. Apabila ditinjau dari usia, pada gangguan bipolar
biasanya terjadi mulai terjadi pada usia anak-anak ( mulai dari 5 tahun) sampai
dengan usia 50 tahun, rata-rata pada usia 30 tahun. Sedangkan pada gangguan
unipolar sering terjadi pada rentan usia antara 20 tahun sampai 50 tahun, dan
rata-rata usia tersering yang menderita adalah usia 40 tahun. Status dari
perkawinan sangat mempengaruhi, pada pasien dengan gangguan unipolar sangat
berhubungan dengan interpersonal yang erat atau yang bercerai atau berpisah.
Sedangkan pada gangguan bipolar lebih sering terjadi pada orang yang bercerai
dan hidup sendiri dari pada orang yang menikah. Pasien yang depresi merasa
hilangnya energi, perasaan bersalah, mudah tersinggung, hilangnya nafsu makan,
dan penarikan diri dari lingkungan sosial. Sedangkan pasien yang manic
menunjukkan kebahagiaan yang luar biasa, gagasan yang meloncat-loncat,

peninggian harga diri, emosi yang labil,hiperaktivitas,dll. Penurunan serotonin


dapat mencetuskan depresi tetapi peningkatan kadar serotonin dalam celah sinaps
neuron,khususnya pada sistem limbik, yang berdampak terhadap dopamine
receptor supersensitivity dapat mencetuskan manik. Cara kerja dari obat anti
mania adalah mengurangi dopamine receptor supersensitivity dengan cara
meningkatkan cholinergic-muscarinic activity, dan menghambat cyclic AMP
(adenosine monophosphate)& phosphoinositides. Sedangkan cara kerja obat anti
depresi

adalah

menghambat

reuptake

aminergic

neurotransmitter

dan

menghambat penghancuran enzyme monoamine oxidase sehingga terjadi


peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada celah sinaps neuron tersebut
yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin. Pemilihan atau pemberian
obat anti mania atau anti depresi prisnsipnya sama, tergantung pada toleransi
pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek samping terhadap kondisi
pasien, pada dasarnya pemberian obat anti mania tergantung pada gejala pada
pasien. Pada referat gangguan afektif ini saya akan menjelaskan secara detail
khususnya gangguan depresi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. DEFINISI
Mood adalah suatu emosi yang meresap dan mempertahankan, yang dialami
secara subyektif dan dilaporkan oleh pasien dan terlihat oleh orang lain.
Sedangkan afek adalah ekspresi eksternal dari mood saat itu.
2. ETIOLOGI
2.1 Faktor Biologis
Dari penelitian yang ada didapatkan hipotesis bahwa gangguan mood adalah
berhubungan dengan disregulasi heterogen pada amin biogenik. Norepinefrin dan
serotonin dari amin biogenik merupakan dua transmitter yang paling berperan
dalam patofisiologi mood. Penuruan serotonin merupakan salah satu pencetus
depresi, seperti penelitian yang dilakukan pada orang yang bunuh diri, didalam
cairan serebrospinal mereka ditemukan kadar serotonin yang rendah.
2.2 Faktor Genetika
Dari data penelitian pada faktor genetic dinyatakan bahwa perkembangan
gangguan mood sangat dipengaruhi oleh genetik. Peran dari faktor genetik pada
bipolar lebih besar dari depresi. Penelitian yang dilakukan dalam keluarga,
apabila satu orang dari orang tua penderita gangguan mood memiliki gangguan
mood maka anak mereka memiliki faktor resiko 50%. Contoh lain pada anak
kembar monozigotik, presentasi untuk bipolar sekitar 33%-90% sedangkan pada
depresi memiliki presentasi sekitar 50%, tetapi untuk anak kembar dizigotik
memiliki presentasi hanya 25%.

2.3 Faktor Psikosisoal


Dari pengamatan klinis yang diamati, peristiwa kehidupan sangatlah memainkan
peran dalam gangguan mood terutama depresi. Seperti adanya penelitian anak
yang kehilangan orang tuanya pada saat mereka berusia kurang dari 11 tahun atau
kehilangan pasangan merupakan stressor terbesar pada gangguan mood terutama
depresi.
3. MANIFESTASI KLINIK DAN DIAGNOSIS
Untuk menegakkan diagnosa depresi seseorang, maka harus ada gejala utama dan
gejala penyerta lainnya, lama gejala yang muncul, dan ada tidaknya episode
depresi ulang. Sebagaimana tersebut berikut ini :
3.1 Gangguan Depresi
3.1.1. Episode Depresi
- Gejala : - Gejala utama ( pada derajat ringan, sedang, dan berat ) :
- Afek depresif
- Kehilangan minat dan kegebiraan.
- Rasa cepat lelah dan menurunnya aktivitas.
- Gejala lain :
- Konsentrasi berkurang
- Kepercayaan berkurang
- Merasa bersalah dan tidak berguna
- Pesimistik
- Memiliki ide membahayakan diri sendiri (bunuh diri)
- Tidak ada nafsu makan
- Gangguan tidur

- Derajat :
- Episode depresif ringan
- Minimal harus ada 2-3 gejala utama depresi dan 2 gejala lain.
- Lamanya episode minimal berlangsung selama 2 minggu
- Tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari-harinya
- Episode depresif sedang
- Minimal harus ada 2-3 gejala utama dan 3 gejala lain
- Lamanya episode minimal berlangsung 2 minggu.
- Mulai mengganggu aktivitas
- Episode depresi berat tanpa gejala psikotik :
- Semua gejala utama dan disertai 4 gejala tambahan.
- ketidak mampuan pasien untuk menceritakan secara rinci, misalnya
adanya agitasi atau retardari psikomotor yang mencolok.
- Lamanya berlangsung harus minimal 2 minggu tetapi apabila
onsetnya sangat cepat maka dapat dilakukan diagnosis sebelum 2
minggu.
- Pasien sudah tidak mungkin melakukan aktivitas.
- Episode depresif dengan gejala psikotik :
- Memenuhi criteria episode berat.
- waham dan halusinasi positif. Waham berupa kemiskinan, malapetaka
yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab akan hal tsb.
Halusinasi berupa auditorik atau olfatorik, halusinasi auditorik berupa
suara yang menghina atau menuduh, sedangkan halusinasi olfaktorik
berupa pasien mencium bau kotoran atau daging busuk.

- Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju stupor.


3.1.2. Gangguan depresif berulang
Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari :
- Gangguan depresif berulang episode kini ringan kriteria untuk gangguan
depresif berulang harus dipenuhi dena episode sekarang harus memenuhi kriteria
untuk episode depresif ringan.
- Gangguan depresif berulang episode kini sedang Kriteria untuk gangguan
depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus memenuhi kriteria
untuk episode depresif sedang.
- Gangguan depresif berulang episode kini berat tanpa gejala psikotik Kriteria
untuk gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus
memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala psikotik Gangguan
depresif berulang episode kini berat dengan gejala psikotik Kriteria untuk
gangguan depresif berulang harus dipenuhi dan episode sekarang harus
memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala psikotik.
- Gangguan depresif berulang kini dalam remisi Kriteria untuk gangguan depresif
berulang harus pernah dipenuhi masa lampau tetapi keadaan sekarang seharusnya
tidak memenuhi kriteria untuk episode depresif dengan derajat keparahan apapun
atau gangguan lain apapun.

Episode rata-rata berlangsung sekitar 6 bulan, akan tetapi frekuensinya lebih


jarang daripada gangguan afektif bipolar. Tanpa riwayat adanya episode tersendiri
dari peningkatan afek dan hieraktivitas yang memenuhi kriteria mania. Namun

kategori ini tetep harus digunakan jika ternyata ada episode singkat dari
peninggian afek dan hipersensitivitas ringan yang memenuhi kriteria hipomania
segera sesudah suatu periide depresif (kadang-kadang tampaknya dicetuskan oleh
pengobatan depresi ).
Tingkat pemuliahan pada gangguan depresi sangat sempurna, namun sebagian
kecil pasien pemulihan tidak terjadi secara sempurna dan akhirnya menetap
biasanya terutama terjadi pada usia lanjut ( untuk keadaan ini, kategori harus
tetap digunakan). Masing- masing episode dalam berbagai tingkat keparahannya,
sering kali dicetuskan oleh peristiwa kehidupan, misalnya stress atau trauma
mental lainnya ( adanya stress bukan menjadi alasan untuk penegakan diagnosis).
Pada semua episode, sekurang-kurangnya ada dua episode yang telah
berlangsung masing-masing selama 2 minggu dengan ada waktu beberapa bulan
tanpa gangguan afektif yang bermakna.

3.2. Gangguan Bipolar 1


Gangguan ini ditandai oleh adanya episode depresif dan episode manik yang
berlangsung secara berulang, dan pada keadaan tersebut afek dan aktivitas dari
pasien sangat terganggu, sebagai contoh pasien dalam waktu tertentu mengalami
peningkatan afek disertai dengan penambahan energi serta aktivitas yaitu mania
atau hipomania, dan dalam keadaan lain pasien bisa mengalami penurunan afek
disertai dengan pengurangan energi dan aktivitas yaitu depresi.
Yang khas dari bipolar adalah adanya waktu dimana dia sembuh atau tanpa gejala
apa-apa di antara dua episode. Kita lihat dari waktunya, episode depresi
cenderung berlangsung lebih lama yaitu kurang lebih selama 6 bulan dan jarang

sampai terjadi selama 1 tahun, 8 kecuali apabila terjadi pada orang yang lanjut
usia. Sedangkan pada episode mania, waktu terjadinya tiba-tiba dan berlangsung
antara 2 bulan hingga 4-5 bulan. Dua macam episode tersebut diatas biasanya
terjadi setelah pasien mengalami stressor yang berat atau adanya trauma mental
lainnya.
3.2.1. Macam-macam gangguan afek bipolar :
- Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik, episode kini harus memenuhi
kriteria hipomania.
- Gangguan afektif bipolar, episode kini manic tanpa gejala psikotik, episode
sekarang harus memenuhi kriteria episode kini tanpa gejala psikotik.
-Gangguan afektif bipolar, episode kini manic dengan gejala psikotik, episode
sekarang harus memenuhi kriteria episode kini dengan gejala manic.
- Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang, episode
yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif ringan atau
sedang.
- Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik atau
dengan gejala psikotik, episode kini harus memenuhi kriteria depresif berat
dengan atau tanpa gejala psikotik.
- Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran, episode yang sekarang
menunjukkan gejala-gejala campuran ( mania, hipomania, depresif) yang terjadi
bergantian secara cepat dan terjadi sekurang-kurangnya 2 minggu.
-Gangguan afektif bipolar, episode kini dalam remisi, pasien sekarang tidak
menderita gangguan afektif apapun tetapi pada masa lalu pernah mengalami
minimal 1 episode afektif. Pada semua episode harus ada sekurang-kurangnya 1

episode lain, yaitu hipomanik, manic, depresif atau campuran, yang semua itu
terjadi di masa lampau.
3.3. Gangguan Afektif menetap
3.3.1. Siklotimia
Siklotiamia merupakan ketidakstabilan yang menetap dari afek, dimana meliputi
banyanya episode depresi ringan dan hipomania ringan serta tidak adanya
episode yang berat atau yang terjadi dalam waktu cukup lama, sehingga tidak
dapat dikatagorikan dalam gangguan depresi berulang atau gangguan afektif
bipolar.
3.3.2. Distimia
Distimia memiliki ciri yaitu dimana terjadi afek depresif yang berlangsung dalam
waktu yang sangat lama tetapi jarang atau tidak pernah mencapai episode berat.
Oleh karena itu Distimia tidak dapat dikatagorikan dalam gangguan depresif
berulang ringan atau sedang.
3.4. Episode Manik
Manik adalah dimana keadaan afek yang meningkat, serta diikuti oleh
peningkatan dalam jumlah dan kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam
berbagai macam derajat keparahan. Adapun kategorinya yaitu :
- Hipomania
o Hipomania memiliki derajat gangguan yang lebih ringan dibandingkan
mania, afek yan meninggi atau berubah-ubah disertai dengan peningkatan
aktivitas, dan menetap selama minimal beberapa hari berturut-turut dalam
suatu derajat, serta melebihi apa yang ada pada siklotimia, dan perlu
diingat pada hipomania tidak disertai halusinasi atau waham.

o Pada Hipomania gangguan mulai terlihat dengan adanya kekacauan


dalam pekerjaan dan aktivitas sosial. Perlu diingat apabila kekacauan
berat atau sudah menyeluruh maka diagnosis mania harus ditegakkan.
- Mania tanpa gejala psikotik
o Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya selama 1 minggu, dan
episode cukup berat sehingga mengacaukan pekerjaan dan aktivitas sosial
yang biasa dilakukan.
o Perubahan afek yang terjadi harus diikuti oleh peningkatan energi
sehingga dapat terjadi aktivitas yang berlebih, serta percepatan dari
berbicara dan kebutuhan tidur yang berkuran, lalu adanya ide-ide yang
berhubungan dengan kebesaran dan pasien terlalu optimistic.
- Mania dengan gejala psikotik
o Gambaran klinisnya lebih berat dari mania tanpa gejala psikotik
o Pada mania dengan gejala psikotik waham mulai muncul. Seperti pada
keadaan pasien yang memiliki harga diri yang tinggi dan gagasan
kebesaran dapat berkembang menjadi waham kejar, contoh lain pasien
dengan kecurigaan juga akan muncul waham kejar. Waham dan halusinasi
yang muncul sesuai dengan keadaan afek pasien.

4. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL EPISODE DEPRESIF


4.1.1. Episode depresif
- Deskripsi umum

Psikomotor merupakan gajala yang paling umum. Menggenggamkan tangan dan


menarik rambut merupakan gejala agitasi yang paling sering. Postur orang
depresi yaitu membungkuk , tidak terdapat pergerakan yang sponta, dan
pandangan mata yang putus asa serta memalingkan pandangan. Pada
pemeriksaan fisik tampak pasien seperti pasien skizofrenia katatonik.

- Mood ,afek, dan perasaan


Setengah dari pasien yang memiliki gangguan depresi selalu menyangkal
penyakitnya. Pasien sering kali dibawa oleh anggota keluarganya atau teman
kerjanya oleh karena penarikan sosal dan penurunan aktivitas secara menyeluruh.

- Bicara
Banyak pasien terdepresi menunjukkan suatu kecepatan dan volume bicara yang
menurun, berespon terhadap pertanyaan dengan kata tunggal dan menunjukkan
respon yang melambat terhadap pertanyaan.

- Gangguan persepsi
Pasien terdepresi dengan waham atau halusinasi dikatakan menderita episode
depresi berat dengan cirri psikotik. Waham sesuai mood pada pasien terdepresi
adalah waham bersalah,memalukan, kegagalan, kemiskinan, tidak berguna,
penyakit somatic terminal (sebagai contoh penyakit kanker dan otak yang
membusuk). Halusinasi relative jarang terjadi.

- Pikiran

Pasien terdepresi biasanya memiliki pandangan negative tentang dunia dan


dirinya sendiri. Isi pikiran mereka sering kali melibatkan perenungan tentang
kehilangan, bersalah, bunuh diri dan kematian. Kira-kira 10% dari pasien
memiliki gejala jelas gangguan berpikir, biasanya penghambatan pikiran dan
kemiskinan isi pikiran.

- Daya ingat
Kira-kira 50%-70% dari semua pasien terdepresi memiliki suatu gangguan
kognitif yang sering kali dinamakan pseudodemensia depresif, dengan keluhan
gangguan konsentrasi dan mudah lupa.

- Pengendalian impuls
Kira-kira 10-15% pasien terdepresi melakukan bunuh diri dan kira-kira dua
pertiga memiliki gagasan bunuh diri. Resiko meninggi untuk melakukan bunuh
diri saat mereka mulai mebaik dan mendapat kembali energy yang diperlukan
untuk merencanakan dan melakukan suatu bunuh diri.

- Reliabilitas
Semua informasi yang didapat dari pasien selalu menonjolkan hal yang buruk dan
menekankan yang baik
4.1.2. Episode manic
- Deskripsi umum
Pasien yang sedang dalam episode manic akan banyak bicara, hiperaktif, dan
tereksitasi. Pada waktu tertentu mereka jelas sekali menunjukkan gejala psikotik

dan terdisorganisasi, sampai mereka memerlukan pengikatan fisik dan


penyuntikan intramuscular obat sedatif agar mereka dapat tenang dan terkontrol.
- Mood, afek dan perasaan
Pasien yang sedang dalam episode manic biasanya euphoria dan lekas marah.
Secara emosional mereka sangatlah labil, mereka bisa sangat gampang berubah
dari tertawa menjadi marah dan bisa menjadi depresi dalam waktu yang singkat.
- Bicara
Pasien dalam episode manic sangatlah susah untuk dipotong saat mereka sedang
berbicara dan sering kali menjadi pengganggu badi orang-orang disekitarnya.
Apabila mereka sedang dalam keadaan aktifitas yang meningkat, maka mereka
akan berbicara penuh kelucuan, dan banyaknya hal- hal yang tidak relefan. Dan
apabila aktifitas lebih meningkat lagi maka kemampuan konsentrasi mereka
mulai hilang sehingga akan muncul gagasan yang meloncat-loncat.
- Gangguan persepsi
Waham ditemukan 75% dari semua pasien manic.
- Pikiran
Isi pikirannya hanyalah kepercayaan dan kebesaran diri, pasien dengan episode
manic sering sekali perhatiannya mudah dialihkan. Sedangkan fungsi kognitifnya
tidak dapat dikendalikan, oleh sebab ide mereka begitu cepat dan tidak terkendali.

- Sensorium dan kognisi


pada pasien dengan episode manic mereka masih bisa orientasi dengan baik dan
daya ingat mereka juga cukup baik, meskipun pada beberapa pasien yang sangat
euforik, mereka sering kali menjawab secara tidak tepat(mania delirium).

- Pengendalian impuls
Pasien dengan episode manic rata-rata senang menyerang dan senang
mengancam.
- Pertimbangan dan Tilikan
Tanda dari pasien manic adalah gangguan pertimbangan, dan mereka senang
melanggar peraturan.
- Reliabilitas Pasien manic sudah sangat dikenal tidak dapat dipercaya
informasinya.

5. PERJALANAN PENYAKIT DAN PROGNOSIS PADA GANGGUAN


DEPRESI
5.1. Perjalanan penyakit
Dari banyak penelitian didapatkan hasil bagwa gangguan mood cenderung
memiliki perjalanan penyakit yang panjang dan pasien cenderung mengalami

kekambuhan. Stressor psikososial sebagai penyebab awal dari timbulnya


gangguan mood.
Kira-kira 50% dari pasien di dalam episode pertama gangguan depresi berat
mengalami gejala depresi yang bermakna sebelum episode pertama yang
diidentifikasi.
Episode depresif yang tidak diobati berlangsung 6 sampai 13 bulan, sebagian
besar episode yang diobati berlangsung kira-kira 3 bulan. Menghentikan obat anti
depresan sebelum 3 bulan hampir selalu menyebabkan kembalinya gejala.
Kira-kira 5-10% pasien dengan diagnosis awal gangguan depresif berat menderita
suatu episode manic 6-10 tahun setelah episode depresif awal. Sedangkan pada
gangguan Bipolar 1, paling sering dimulai oleh episode depresi dan merupkan
gangguan yang rekuren. Sebagian besar pasien dengan gangguan bipolar 1
mengalami episode depresi dan manic, meskipun ada yang hanya manic saja.
Episode manic biasanya memiliki onset yang cepat ( dalam beberapa jam atau
hari), tetapi dapat berkembang lebih dari 1 minggu.
Pada episode manic yang tidak diobati dapat berlangsung hinggal 3 bulan atau
lebih,oleh sebab itu, dokter tidak boleh menghentikan obat sebelum waktu
tersebut.

5.2 . Prognosis
- Prognosis baik apabila :
- Episodenya ringan, tidak ada gejala psikotik.
- Perawatan dirumah sakit hanya singkat.
- Selama masa remaja, pasien memiliki riwayat psikososial yang baik.

- Tidak ada gangguan psikiatrik komorbiditas.


- Tidak ada gangguan kepribadian.

- prognosis buruk apabila :


- Adanya penyerta gangguan distimik
- Penyalah gunaan zat
- Gejala gangguan cemas
- riwayat lebih dari satu episode depresi
- laki-laki lebih sering menjadi kronis dan mengganggu dibandingkan
perempuan.

Gangguan depresif berat bukan merupakan gangguan yang ringan. Keadaan ini
cenderung merupakan gangguan kronis, dan pasien cenderung akan meengalami
relaps. Pasien dengan gangguan bipolar lebih buruk prognosisnya dibadingkan
dengan pasien dengan gangguan depresif berat.

6. TERAPI
6.1. Tujuan
- Menjamin keamanan pasien
- Pemeriksaan diagnostic yang lengkap pada pasien

- Suatu rencana pengobatan bukan hanya untuk mengobati gejala saja melainkan
untuk kesehatan pasien selanjutnya.
6.2. Indikasi untuk perawatan dirumah sakit
- Perlu prosedur diagnostic
- Resiko bunuh diri atau membunuh
- Penurunan jelas kemampuan pasien untuk mendapatkan makanan atau tampat
berlindung
- Riwayat gejala yang berkembang dengan cepat
- Hancurnya sistem pendukung pasien.
6.3. Terapi psikososial
- Terapi kognitif
Tujuannya adalah menghilangkan episode depresi dan mencegah rekurennya
dengan

membantu

pasien

mengidentifikasi

dan

uji

kognitif

negative.

Mengembangkan cara berpikir alternative, fleksibel, dan positif, serta melatih


kembali respon kognitif dan perilaku yang baru.
- Terapi interpersonal
Terapi interpersonal efektif didalam pengobatan gangguan depresif berat.
Program tersebut terdiri dari 12-16 sesi mingguan. Terapi ditandai dengan
pendekatan terapeutik aktif. Terapi perilaku Terapi didasarkan pada hipotesis
bahwa pola perilaku maladaptive menyebabkan seseorang mendapatkan sedikit
umpan balik positif dari masyarakat dan kemungkinan penolakan yang palsu.
Dengan demikian pasien belajar untuk berfungsi di dunia dengan cara tertentu
dimana mereka mendapatkan dorongan positif.
6.4. Farmakoterapi

Obat anti depresi digolonkan dalam :


1. Obat anti depresi trisiklik = Amitriptylin, Imipramine, Clomipramine,
Tianeptin.
2. Obat anti depresi tetrasiklik = Maprotilin, Mianserin, Amoxapine.
3. Obat anti depresi MAOI-reversible = Moclobemide
4. Obat anti depresi SSRI ( Selective Serotonin Reuptake Inhibitors ) = Sertraline,
Paroxetine, Fluvoxamine, Fluoxetine, Duloxetine, Citalopram.
5. Obat anti depresiAtypical = Trazodone, Mirtazapine, Venlafaxine.

Mekanisme dari obat anti depresi pada dasarnya adalah untuk menghambat
reuptake aminergic neurotransmitter dan menghambat penghancuran oleh enzim
monoamine

oxidase.

Sehingga

terjadi

peningkatan

jumlah

aminergic

neurotransmitter pada celah sinaps neuron tersebut yang dapat meningkatkan


aktivitas reseptor serotonin.
Pemilihan obat anti depresi tergantung pada toleransi pasien terhadap efek
samping dan penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien. Urutan
pemilihan obat anti depresi :
- Step 1 = Golongan SSRI
- Step 2 = Golongan Trisiklik

- Step - 3 = Golongan tetrasiklik,Atypical, MAOI reversible.


Pertimbangkan juga bahwa pergantian SSRI ke MAOI atau sebaliknya
membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk wash out period guna
mencegah timbulnya serotonin malignant syndrome. Yaitu suatu gejala yang

timbul akibat dari interaksi obat SSRI+MAOI dengan gejala : gastrointestinal


distress ( mual,muntah,diare), agitasi (mudah marah, ganas), gelisah, gerakan
kedutan otot,dll.
Pengaturan dosis perlu pertimbangan :
o Onset efek primer : Sekitar 2-4 minggu
o Onset efek sekunder : Sekitar 12-24 jam
o Waktu paruh : 12-48 jam (pemberian 1-2x perhari)
Proses dalam pengaturan dosis :
1. Test dosis, untuk mencapai dosis anjuran selama 1 minggu
2. Optimal dosis, mulai dari dosis anjuran sampai dosis efektif
3. Dosis yang stabil, dosis optimal yang dipertahankan 2-3 bulan.
4. Dosis maintenance, selama 3-6 bulan. Dosis pemeliharaan biasanya dosis
optimal.
5. Penurunan dosis,selama 1 bulan. Kebalikan dari test dosis. Dengan demikian
obat anti depresi dapat diberhentikan total. Apabila sindrom depresi kambuh lagi,
maka proses dimulai dari awal dan seterusnya.

BAB III KESIMPULAN

- Gangguan afektif merupakan sekelompok penyakit yang bervariasi beratnya.


Gejala utamanya adalah perubahan mood yang secara periodik berganti-gantian

antara manik dan depresi, biasanya diikuti oleh gejala-gejala yang khas. Faktor
penyebab gangguandepresi yang berperan penting adalah gangguan biologis,
faktor genetika, dan psikososial. Penurunan serotonin adalah salah satu pencetus
depresi. Penurunan reseptor serotonin setelah pemaparan jangka panjang dengan
antidepresan yang menurunkan jumlah tempat ambilan kembali serotonin dan
suatu peningkatan konsentrasi serotonin telah ditemukan postmortem pada otak
korban bunuh diri.
- Mekanisme obat anti depresi adalah menghambat reuptake aminergik
neurotransmitter dan menghambat penghancuran oleh enzim monoamine oxidase.
Sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada celah
sinaps neuron tersebut yang dapat meningkatkan aktivitas reseptor serotonin.
Pemilihan obat anti depresi tergantung pada toleransi pasien terhadap efek
samping dan penyesuaian efek samping terhadap kondisi pasien.
- Gangguan depresi cenderung merupakan gangguan kronis, dan pasien
cenderung mengalami relaps. Adanya ciri psikotik mencerminkan keparahan
penyakit dan merupakan indicator prognosis yang buruk. Pasien dengan
gangguan bipolar 1 memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan
pasien gangguan depresif berat. Hamper 1/3 dari pasien dengan gangguan bipolar
1 memiliki gejala kronis dan adanya penurunan sosial yang bermakna.

DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan & saddock, harlock l, Kaplan MD, Benjamin D, saddock.Sinopsis
Psikiatri, Ilmu Pengetahuan Perilaku Psikiatri Klinis. Gangguan Mood, bab 15.
Jilid I .Ed. VII, Jakarta. Binarupa Aksara, 1997.H;777-857.

2. Maslim Rusdi, Dr.Diagnosis Gangguan Jiwa. Rujukan Ringkas Dari PPDGJIII. Pedoman Diagnostik : F 30-39 : gangguan suasana perasaan/mood
(gangguan afektif). Jakarta, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK- UNIKA
Atmajaya. 2001. H; 58-69
3. Maslim Rusdi, Dr. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik.
Obat Anti Depresi. Ed III. Jakarta, Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-UNIKA
Atmajaya.2007 H; 23-30.
4. http://mercywords.blogspot.com/2008/08/depresi.html
5. http://hufmataurus.blogspot.com/p/depresi.html . Diunduh:26 juni 2010.
6. http://creasoft.wordpress.com/2008/04/19/depresi/ . Diunduh : 26 juni 2010
7. http://www.medscape.com/viewarticle/431115_6 . diunduh : 26 juni 2010
8.http://aryaverdiramadhani.blogspot.com/2008/07/vj37vii2008-mood

disorders

.html. diunduh : 26 juni 2010


9. Ingram I M, Timbury G C, Mowbray R M. Catatan Kuliah Psikiatri.
Kelainan Afektif, Bab 7. Ed. VI, Jakarta. Penerbit buku kedokteran, 1993. H; 4350.

You might also like