You are on page 1of 26

.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi adalah masalah kesehatan masyarakat. Hipertensi yang tidak
terkontrol dapat memicu timbulnya penyakit degeneratif, seperti gagal
jantung congestive, gagal ginjal, dan penyakit vaskuler. Hipertensi disebut
silent killer karena sifatnya asimptomatik dan telah beberapa tahun
menimbulkan stroke yang fatal atau penyakit jantung. Meskipun tidak dapat
diobati, pencegahan dan penatalaksanaan dapat menurunkan kejadian
hipertensi dan penyakit yang menyertainya.
Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, di
perkirakan menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025. Prediksi ini didasarkan
pada angka penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.
Hipertensi merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah stroke dan
tuberkulosis, yakni mencapai 6,7% dari populasi kematian pada semua umur
di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007, diketahui
hampir seperempat (24,5%) penduduk Indonesia usia di atas 10 tahun
mengkonsumsi makanan asin setiap hari, satu kali atau lebih. Sementara
prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 31,7% dari populasi pada usia 18
tahun ke atas. Dari jumlah itu, 60% penderita hipertensi berakhir pada stroke.
Sedangkan sisanya pada jantung, gagal ginjal, dan kebutaan. Pada orang
dewasa, peningkatan tekanan darah sistolik sebesar 20 mmHg menyebabkan
peningkatan 60% risiko kematian akibat penyakit kardiovaskuler.
Salah satu obat yang bermanfaat untuk mengobati penyakit hipertensi
adalah captopril. Captopril merupakan salah satu jenis obat antihipertensi

yang sudah cukup lama digunakan. Sekitar 30 tahun, sejak April 1981
.Captopril tidak hanya mampu mengobati penyakit hipertensi tetapi beberapa
penyakit lainnya. Captopril memang dirancang untuk digunakan dalam waktu
lama, sepanjang cocok bagi pasien. Memang terkadang timbul efek samping,
tapi biasanya masih dapat ditoleransi oleh penderita.
Captopril dianjurkan untuk diminum terus menerus sesuai dosis anjuran.
Bahkan walaupun gejala hipertensi seperti sakit kepala atau tegang di tengkuk
1
berkurang atau hilang. Hal ini dimaksudkan agar tekanan darah tetap berada
di rentang nilai normal.
Perlu diketahui, salah satu komplikasi hipertensi yang paling ditakuti
adalah stroke, yaitu pecahnya pembuluh darah otak akibat naiknya tekanan
darah secara mendadak. Nah, dengan meminum captopril secara teratur,
diharapkan komplikasi ini tidak terjadi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.2.1

Memberikan gambaran tentang penyakit hipertensi, tanda dan gejala

1.2.2

serta pengobatan ACE inhibitor yang salah satunya adalah captopril.


Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada pasien
dengan pengobatan ACE inhibitor (captopril).

[Type
3 a quote
from the
document or
the summary
of an
interesting
point. You
can position
the text box

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Ace Inhibitor


ACE INHIBITOR (Angiotensin-Converting-Enzyme Inhibitor) adalah
obat yang digunakan untuk mengobati hipertensi dengan mencegah tubuh
membuat hormon Angiotensin II. Hormon Angiotensin II menyebabkan
pembuluh darah menyempit, yang dapat menaikkan tekanan darah
(hipertensi).

2.2 Jenis Penyakit Yang Mendapati ACE Inhibitor


ACE Inhibitor membiarkan pembuluh darah melebar dan membiarkan
lebih banyak darah mengalir ke jantung, sehingga menurunkan tekanan darah.
Obat-obat ini juga digunakan untuk mengobati gagal jantung sehingga
menurunkan kongestif, untuk melindungi ginjal pada pasien dengan diabetes,
dan untuk mengobati pasien yang telah terkena serangan jantung. Dapat juga

digunakan untuk membantu mencegah serangan jantung dan stroke pada


pasien dengan resiko tinggi. Beberapa point penting dalam sistem
kardiovaskuler meliputi:
Jantung dan pembuluh darah merupakan organ tubuh yang mengatur
peredaran darah sehingga kebutuhan makanan dan sisa metabolisme
jaringan dapat terangkut dengan baik.
Jantung sebagai organ pemompa darah sedangkan pembuluh darah sebagai
penyalur darah ke jaringan.
Sistem kardiovaskuler dikendalikan oleh sistem saraf otonom melalui
nodus SA, nodus AV, berkas His, dan serabut Purkinye.
Pembuluh darah juga dipengaruhi sistem saraf otonom melalui saraf
simpatis dan parasimpatis.
Setiap gangguan dalam sistem tersebut akan mengakibatkan kelainan pada
sistem kardiovaskuler.
Obat kardiovaskuler: adalah obat yang digunakan untuk kelainan jantung
dan pembuluh darah.
2.2.1

Decompensatio Cordis

Merupakan

suatu

kondisi

3
bila

cadangan

jantung

normal

(peningkatan frekwensi jantung, dilatasi, hipertrophi, peningkatan isi


sekuncup ) untuk berespon terhadap stress tidak adekuat untuk memenuhi
kebutuhan metabolik tubuh, jantung gagal untuk melakukan tugasnya
sebagai pompa, dan akibatnya gagal jantung.

Gagal jantung terjadi bila curah jantung tidak cukup untuk memberikan
perfusi yang adekuat ke jaringan, walaupun pengisian jantung berlangsung
normal. Hal tersebut menyebabkan berbagai gejala, misalnya fatigue,
edema, kesulitan bernafas, dan toleransi latihan yang menurun. Gagal
jantung kongestif biasa diartikan sebagai kombinasi dari gagal jantung
kanan dan kiri, penyakit katup, kardiomiopati, dan yang paling sering
adalah penyakit jantung koroner. Curah jantung yang rendah pada gagal
jantung

menyebabkan

menstimulasi

frekuensi

aktifitas
serta

saraf

simpatis

kekuatan

meningkat,

denyut

jantung

yang
dan

mempertahankan tekanan darah dengan meningkatkan resistensi vaskular.


Pada gagal jantung, peningkatan tahanan yang harus di lawan jantung
(afterload) akan semakin menekan curah jantung. Aliran darah ginjal yang
berkurang menyebabkab sekresi renin dan peningkatan kadar angio tensin
serta aldosteron plasma. Retensi natrium dan air meningkatkan volume
darah, meningkatkan tekanan vena sentral (preload), dan terjadi
pembentukan edema. Perubahan perubahan akibat kompensasi ini pada
awalnya membantu mempertahankan curah jantung, nemun dengan waktu
yang lebih panjang menyebabkan perubahan (misalnya dilatasi ventrikel
abnormal) yang meningkatkan mortalitas dan morbilitas. Hanya obat
obatan penghambat neurohormon yang terlibat pada perubahan
perubahan kompensasi ini yang meningkatkan ketahanan hidup pada
pasien dengan gagal jantung kronis (yaitu inhibitor ACE, Bloker ).
Terapi gagal jantung ringan biasanya dimulai dengan inhibitor
ACE (kanan atas). Inhibitor ACE (misalnya captopril) menurunkan beban
pada jantung dan uji klinis menunjukan bahwa inbitor ACE menurunkan
gejala, memperlambat progresi penyakit, dan memperpanjang hidup pada
gagal jantung kronis.
Inhibitor Ace

Dilatasi vena menurunkan tekanan pengisian (preeload) dan dilatasi


arteriol menurunkan afterload. Pengurangan tonus vaskular menurunkan
kerja serta kebutuhan oksigen pada gagal jantung. Inhibitor ACE
(misalnya kaptopril, enalapril) merupakan vasodilator yang paling sesuai
pada gagal jantung, karena dapat menurunkan retensi arteri maupun vena
dengan mencegah peningkatan angiotensin II (vasokonstriktor) yang
sering ditemukan pada gagal jantung. Curah jantung meningkat dan karena
terjadi penurunan resistensi renovaskular, terjadi peningkatan aliran darah
ginjal. Efek yang terakhir ini, bersama dengan pelepasan aldosteron yang
berkurang

(angiotensin

II

merupakan

stimulasi

untuk

pelepasan

aldosteron), meningkatkan ekskresi Na+ dan H2O menurunkan volume


darah, dan mengurangi aliran balik vena ke jantung. Inhibisi ACE juga
mengurangi efek pertumbuhan langsung yang dilakukan angiotensin pada
jantung. Antagonis angiotensin (misalnya losartan) bisa atau tidak bisa
mempunyai efek menguntungkan yang sama seperti inhibitor ACE.
Vasodilator lain (misalnya isosorbid mononitrat dengan hidralazin) saat ini
hanya digunakan pada pasien yang tidak dapat mentoleransi inhibitor
ACE.
2.2.2

Hipertensi
Hipertensi merupakan suatu keadaan meningkatnya tekanan darah
sistolik di atas 140 mmHg atau tekanan diatolik di atas 90 mmHg serta
menjadi faktor resiko utama penyebab coronary artery disease (CAD),
gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Prevalensi terjadinya hipertensi
meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Tabel Klasifikasi Tekanan Darah berdasarkan JNC
(Joint National Committe on Prevention, Detection, Evaluation, and
treatment oh High Blood Pressure) VII
Kategori
Normal
Prehipertensi
Hipertensi stage 1
Hipertensi stage 2

Sistolik (mmHg)
< 120
120 139
140 159
160

Diastolik (mmHg)
< 80
80 89
90 99
100

Secara umum, hipertensi dapat disebabkan oleh makanan, stress,


merokok, obat-obatan yang berupa kontrasepsi oral dan kortikosteroid;
serta kehamilan. Sebagian besar pasien (70%) tidak menyadari bahwa
mereka mengalami hipertensi karena pasien hipertensi terlihat sehat dan
tidak menunjukkan gejala yang spesifik. Faktor-faktor yang dapat
memperbesar resiko terjadinya hipertensi antara lain pria berusia di atas 55
tahun atau wanita di atas 65 tahun; menderita diabetes melitus dan/atau
dislipidemia, mikroalbuminuria, obesitas; mempunyai riwayat keluarga
penyakit jantung; jarang beraktivitas (olahraga); perokok; alkoholik.
Hipertensi ditandai dengan peningkatan tekanan darah di sekitar kategori
prehipertensi dan sebagian besar pasien tidak menunjukkan gejala yang
spesifik. Diagnosis hipertensi sejak dini dapat mencegah resiko penyakit
kardiovaskuler serta mengurangi resiko morbiditas dan mortalitas.
Pemeriksaan dini terhadap hipertensi dapat dilakukan dengan pengukuran
tekanan darah secara berkala, pemeriksaan target organ damage akibat
hipertensi (otak, mata, jantung, ginjal dan sistem sirkulasi darah perifer).
Sasaran terapi dalam pengobatan hipertensi adalah tekanan darah.
Tujuan terapi antihipertensi adalah menurunkan tekanan darah ke tekanan
darah yang disarankan oleh JNC VII, yaitu di bawah 140/90 mmHg
(pasien hipertensi); di bawah 130/80 mmHg (pasien hipertensi dengan
komplikasi diabetes melitus); dan di bawah 130/80 mmHg (pasien
hipertensi dengan komplikasi gagal ginjal kronis).
Strategi terapi dapat dilakukan dengan terapi nonfarmakologi
maupun terapi farmakologi.
Terapi nonfarmakologi dapat dilakukan dengan mengubah pola hidup
pasien hipertensi. Banyak mengkonsumsi buah-buahan, sayuran, dan
makanan rendah lemak dapat menurunkan tekanan darah. Pengubahan
pola hidup dapat berupa penurunan berat badan jika overweight;
membatasi konsumsi alkohol (< 30ml/hari untuk pria dan <15ml/hari
untuk wanita); berolahraga teratur (30-45 menit/hari); mengurangi
konsumsi garam (< 100 mmol/hari atau 6 gram NaCl); mempertahan

konsumsi natrium, kalsium, magnesium yang cukup ( 90 mmol/hari); dan


berhenti merokok.
Terapi farmakologi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan
antihipertensi yang berupa golongan diuretik, Angiotensin Converting
Enzyme (ACE) Inhibitor, -adrenergic blockers, Angiotensin Receptor
Blockers (ARB), Calcium Channel Blockers (CCB).
ACE inhibitor merupakan antihipertensi yang efektif dan efek
sampingnya dapat ditoleransi dapat dengan baik. Efek samping
penggunaan ACE inhibitor antara lain sakit kepala, takikardi (peningkatan
denyut

jantung),

berkurangnya

persepsi

pengecapan,

dizziness

(ketidakseimbangan saat berdiridari posisi duduk atau tidur), nyeri dada,


batuk kering, hiperkalemia, angiodema, neutropenia, dan pankreatitis.
ACE

inhibitor

dapat

digunakan

sebagai

obat

tunggal

maupun

dikombinasikan dengan obat lain (biasanya dikombinasikan dengan


diuretik). Selain sebagai antihipertensi, ACE inhibitor juga dapat
digunakan sebagai vasodilator, terapi congestive heart failure (CHF), left
ventricular dysfunction, myocardial infarction, dan diabetes melitus.
ACE inhibitor bekerja dengan menghambat perubahan angiotensin I
menjadi angiotensin II. Angiotensin II bekerja di ginjal dengan menahan
ekskresi cairan (Na+ dan H2O) yang dapat menyebabkan vasokonstriksi
dan meningkatkan tahanan perifer. Meningkatnya tahanan perifer akan
berefek pada peningkatan tekanan darah. Dengan adanya ACE inhibitor
maka tidak akan terbentuk angiotensin II, mengurangi retensi cairan,
terjadi vasodilatasi, dan mengurangi kerja jantung.
2.2.3 Serangan jantung
Serangan jantung merupakan suatu keadaan di mana para penderitanya
mendapat serangan nyeri di dada yang berifat seperti diremas, ditusuk,
atau hanya merasa berat saja. Rasa nyeri ini dapat tinggal setempat di
dada sebelah tengah atau menyebar ke arah dagu dan lengan terutama
sebelah kiri.
Sindrom ini disertai dengan rasa sesak nafas dan rasa takut yang
timbul apabila penderita mengeluarkan tenaga berlebihan seperti

mendaki, mendorong mobil mogok, mengangkat peti berat atau pada


waktu musim dingin. Rasa nyeri ini berlangsung hanya beberapa
menit dan akan hilang apabila penderita beristirahat, atau hilang
emosinya.
2.2.4 Diabetic nephropathy.
Nefropati diabetes (Diabetic nephropathy), juga dikenal sebagai
-Wilson syndrome dan glomerulonefritis intercapillary, adalah
penyakit ginjal progresif yang disebabkan oleh angiopati kapilerkapiler glomeruli ginjal dalam. Hal ini ditandai dengan sindrom
nefrotik dan glomerulosklerosis menyebar. Hal ini akibat diabetes
mellitus berlangsung lama, dan merupakan penyebab utama dialisis di
banyak negara Barat.
Sindrom ini dapat dilihat pada pasien dengan diabetes kronis (15
tahun atau lebih setelah onset), sehingga pasien biasanya usia lebih tua
(antara 50 dan 70 tahun). Penyakit ini bersifat progresif dan dapat
menyebabkan kematian dua atau tiga tahun setelah lesi awal, dan lebih
sering pada pria.
2.3 Macam-macam obat ACE Inhibitor
ACE inhibitor dapat dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan struktur
molekul mereka:
2.3.1 Sulfhidril yang mengandung agen

Captopril (perdagangan Capoten nama), penghambat ACE yang


pertama

Zofenopril

2.3.2 Dicarboxylate yang mengandung agen


Ini adalah kelompok terbesar, termasuk:

Enalapril (Vasotec / Renitec)

Ramipril (Altace / Tritace / Ramace / Ramiwin)

Quinapril (Accupril)

Perindopril (Coversyl / Aceon)

10

Lisinopril (Lisodur / Lopril / Novatec / Prinivil / Zestril)

Benazepril (Lotensin)

2.3.3 Fosfonat
Fosfonat yang mengandung agen :
Fosinopril (Monopril) adalah satu-satunya anggota kelompok ini
Fosfonat Alami :

Casokinins dan lactokinins adalah rincian produk dari kasein dan


whey yang terjadi secara alami setelah konsumsi produk susu,
susu terutama berbudaya. Peran mereka dalam kontrol tekanan
darah tidak pasti.

Para Lactotripeptides Val-Pro-Pro dan Ile-Pro-Pro yang dihasilkan


oleh Lactobacillus helveticus''''probiotik atau berasal dari kasein
telah terbukti memiliki fungsi ACE-menghambat dan antihipertensi.

ACE inhibitor dosis untuk hipertensi


Dosis
Catatan: Tawaran = 2 kali sehari, tid = 3 kali sehari, d = harian
Obat dosis dari Obat Lookup, Epocrates Online.
Nama

Setara Dosis

Mulai

Biasa

Maksimum

10 mg

10 mg

20-40 mg

80 mg

50 mg (25 mg

12,5-25 mg

25-50 mg bid-

bid)

tawaran-tid

tid

Enalapril

5 mg

5 mg

10-40 mg

40 mg

Fosinopril

10 mg

10 mg

20-40 mg

80 mg

Lisinopril

10 mg

10 mg

10-40 mg

80 mg

Moexipril

7,5 mg

7,5 mg

7,5-30 mg

30 mg

Perindopril 4 mg

4 mg

4-8 mg

16 mg

Quinapril

10 mg

10 mg

20-80 mg

80 mg

Ramipril

2,5 mg

2,5 mg

2,5-20 mg

20 mg

Trandolapril 2 mg

1 mg

2-4 mg

8 mg

Nama

Mulai

Biasa

Maksimum

Benazepril
Captopril

harian

Setara Dosis

450 mg / d

11

harian
Catatan: Tawaran = 2 kali sehari, tid = 3 kali sehari, d = harian
Obat dosis dari Obat Lookup, Epocrates Online.
ACE inhibitor dosis untuk hipertensi

2.4 Captopril
2.4.1 Pengertian Captopril
Captopril
yang

merupakan
digunakan

mengobati
tinggi

obat
untuk

tekanan

darah

(hipertensi),

dapat

digunakan

sendiri

atau

bersama dengan obat-obatan


lain. Tekanan darah tinggi
menambah
jantung

beban

dan

kerja
arteri.

Jika berlangsung dalam waktu lama dapat menyebabkan fungsi


jantung dan arteri menurun. Sehingga dapat menyebabkan rusaknya
pembuluh darah otak, jantung, dan ginjal yang dapat mengakibatkan
terjadinya stroke, gagal jantung, atau ginjal. Hipertensi juga dapat
meningkatkan risiko serangan jantung. Hal-hal tersebut dapat
dihindari ketika hipertensi dapat terkontrol dengan baik.
Captopril terutama bekerja pada sistem RAA (Renin-AngiotensinAldosteron), sehingga efektif pada hipertensi dengan PRA (Plasma
Renin Activity) yang tinggi yaitu pada kebanyakan hipertensi maligna,
hipertensi renovaskular dan pada kira-kira 1/6-1/5 hipertensi essensial.
Captopril juga efektif pada hipertensi dengan PRA yang normal,
bahkan hipertensi dengan PRA yang rendah. Obat ini juga merupakan
antihipertensi yang efektif untuk pengobatan gagal jantung dengan
terapi kombinasi lain. Kombinasi dengan tiazid memberikan efek

12

aditif sedangkan kombinasi dengan b-blocker memberikan efek yang


kurang aditif.
2.4.2

Cara kerja Obat Captopril


Captopril merupakan obat antihipertensi dan efekif dalam penanganan
gagal jantung dengan cara supresi sistem renin angiotensin aldosteron.
Renin adalah enzim yang dihasilkan ginjal dan bekerja pada globulin
plasma untuk memproduksi angiotensin I yang besifat inaktif.
"Angiotensin Converting Enzyme" (ACE), akan merubah angiotensin I
menjadi

angiotensin

Il

yang

bersifat

aktif

dan

merupakan

vasokonstriktor endogen serta dapat menstimulasi sintesa dan sekresi


aldosteron dalam korteks adrenal. Peningkatan sekresi aldosteron akan
mengakibatkan ginjal meretensi natrium dan cairan, serta meretensi
kalium. Dalam kerjanya, captopril akan menghambat kerja ACE,
akibatnya pembentukan angiotensin ll terhambat, timbul vasodilatasi,
penurunan sekresi aldosteron sehingga ginjal mensekresi natrium dan
cairan serta mensekresi kalium. Keadaan ini akan menyebabkan
penurunan tekanan darah dan mengurangi beban jantung, baik
'afterload' maupun 'pre-load', sehingga terjadi peningkatan kerja
jantung.
Jadi dapat disimpulkan Captopril bekerja dengan menghambat enzim
dalam tubuh yang menghasilkan zat yang menyebabkan pembuluh
darah mengencang, sehingga dapat menurunkan tekanan darah,
meningkatkan pasokan darah dan oksigen ke jantung, serta
mengurangi preload dan afterload pada pasien gagal jantung kongestif
2.4.3

Dosis yang sebaiknya diberikan kepada pasien


Captopril harus diberikan 1 jam sebelum makan, dosisnya sangat
tergantung dari kebutuhan penderita (individual).

2.4.3.1

Hipertensi
Dewasa
- Hipertensi awal 12,5 - 25 mg 2 sampai 3 kali sehari
- Untuk mengontrol hipertensi lanjut 25-50 mg 2 kali sehari

13

- Max: 50 mg 3 kali sehari


Untuk penyakit Hipertensi, dosis awal: 12,5 - 25 mg dua sampai
tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu, penurunan tekanan darah
masih belum memuaskan maka dosis dapat ditingkatkan menjadi
25 mg tiga kali sehari. Bila setelah 2 minggu lagi, tekanan darah
masih belum terkontrol sebaiknya ditambahkan obat diuretik
golongan tiazida misal hidroklorotiazida 25 mg setiap hari.
Dosis diuretik mungkin dapat ditingkatkan pada interval satu
sampai dua minggu. Maksimum dosis captopril untuk hipertensi
sehari tidak boleh lebih dari 450 mg
Pediatri:
Pada neonatus : awal 0,01 mg/kg dua kali sampai tiga kali sehari
Pada anak
2.4.3.2

: awal sampai 0,3 mg/kg tiga kali sehari

Gagal jantung
Dewasa
Gagal jantung awal 6,25-25 mg 2-3 kali sehari
Max: 50 mg 3 kali sehari
Penggunaan obat ini diberikan bersama diuretik dan digitalis, dari

2.4.3.3

awal terapi harus dilakukan pengawasan medik secara ketat.


Infark miokardium (Serangan Jantung)
Dewasa
Mulai 3 hari setelah Infark miokardium
Awal: 6,25 mg/hari, dapat meningkat setelah beberapa minggu 150

2.4.3.4

2.4.4

mg/hari dalam dosis terbagi jika diperlukan.


Diabetic nephropathy
Dewasa

25 mg 3 kali sehari
Efek samping dari penggunaan obat captopril
Reaksi samping utama
a. Kardiovaskular : Hipotensi, palpitasi, takikardia

14

Hipotensi (tekanan darah rendah)


b. Pulmoner : batuk, dispne, bronkospasme

batuk
c. SSP : Pusing, kelelahan

Pusing dan kelelahan


d. GI : Nyeri abdomen, disgeusia, tukak lambung

tukak lambung
e. Dermatologik: Ruam, pruritus

ruam
f. Ginjal: Peningkatan kadar BUN dan kreatinin, proteinuria, gagal
ginjal

15

gagal ginjal
g. Hematologik: Neutropenia, trombositopenia, anemia hemolitik,
eosinofilia
h. Lain: angioedema, limfadenopati

angioedema
Captopril menimbulkan proteinuria lebih dari 1 g sehari pada 0,5%
penderita dan pada 1,2% penderita dengan penyakit ginjal. Dapat tejadi
sindroma nefrotik serta membran glomerulopati pada penderita hipertensi.
Karena proteinuria umumnya terjadi dalam waktu 8 bulan pengobatan
maka penderita sebaiknya melakukan pemeriksaan protein urin sebelum
dan setiap bulan selama 8 bulan pertama pengobatan.
Neutropenia/agranulositosis terjadi kira-kira 0,4 % penderita. Efek
samping ini terutama terjadi pada penderita dengan gangguan fungsi
ginjal. Neutropenia ini muncul dalam 1 - 3 bulan pengobatan, pengobatan
agar dihentikan sebelum penderita terkena penyakit infeksi. Pada penderita
dengan resiko tinggi harus dilakukan hitung leukosit sebelum pengobatan,
setiap 2 minggu selama 3 bulan pertama pengobatan dan secara periodik.
Pada penderita yang mengalami tanda-tanda infeksi akut (demam,
faringitis) pemberian captopril harus segera dihentikan karena merupakan
petunjuk adanya neutropenia.
Hipotensi dapat terjadi 1 - 1,5 jam setelah dosis pertama dan beberapa
dosis berikutnya, tapi biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya
menimbulkan rasa pusing yang ringan. Tetapi bila mengalami kehilangan
cairan, misalnya akibat pemberian diuretik, diet rendah garam, dialisis,
muntah, diare, dehidrasi maka hipotensi tersebut menjadi lebih berat.
Maka pengobatan dengan captopril perlu dilakukan pengawasan medik

16

yang ketat, terutama pada penderita gagal jantung yang umumnya


mempunyai tensi yang nomal atau rendah. Hipotensi berat dapat diatasi
dengan infus garam faal atau dengan menurunkan dosis captopril atau
diuretiknya.
Sering terjadi ruam dan pruritus, kadang-kadang terjadi demam dan
eosinofilia. Efek tersebut biasanya ringan dan menghilang beberapa hari
setelah dosis diturunkan.
Terjadi perubahan rasa (taste alteration), yang biasanya terjadi dalam 3
bulan pertama dan menghilang meskipun obat diteruskan. Retensi kalium
ringan sering terjadi, terutama pada penderita gangguan ginjal, sehingga
perlu diuretik yang meretensi kalium seperti amilorida dan pemberiannya
harus dilakukan dengan hati-hati.
2.4.5 EFEK SAMPING
2.4.5.1 Hipotensi
Dapat terjadi pada awal pemberian ACE inhibitor, terutama pada
hipertensi dengan aktivitas renin yang tinggi. Pemberian harus berhati-hati
pada pasien dengan deplesi cairan dan natrium, gagal jantung atau yang
mendapat kombinasi beberapa antihipertensi.
2.4.5.2 Batuk kering
Merupakan efek samping yang paling sering terjadi dengan insiden 5-20%,
lebih sering pada wanita dan lebih sering terjadi pada malam hari. Dapat
terjadi segera atau setelah beberapa lama pengobatan. Diduga efek
samping ini ada kaitannya dengan peningkatan kadar bradikinin dan
substansi P atau prostaglandin. Efek samping ini bergantung pada besarnya
dosis dan bersifat reversibel bila obat dihentikan.
2.4.5.3 Hiperkalemia
Dapat terjadi pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau pada pasien
yang juga mendapat diuretik hemat kalium, AINS, suplemen kalium atau
Bloker.
2.4.5.4 Rash dan gangguan pengecapan lebih sering terjadi dengan gangguan
kaptopril, tapi juga dapat terjadi dengan ACE-Inhibitor yang lain. Diduga
karena adanya gugus sulfidril (SH) pada kaptopril yang tidak dimiliki oleh
ACE inhibitor yang lain. Gangguan pengecapan (disgeusia) terjadi pada
kira-kira 7% pasien yang mendapat kaptopril.

17

Sekitar 10% pemakai kaptopril mengalami rash makulopapular atau


morbiliform yang bersifat reversibel pada penghentian obat atau dengan
pemberian antihistamin. Sebagiannya menghilang walaupun diteruskan
atau tidak muncul lagi pada pemeberian ulangan.
2.4.5.5 Edema angioneurotik terjadi pada 0,1-0,2% pasien berupa pembengkakan
di hidung, bibir, tenggorokan, laring dan sumbatan jalan nafas yang
berakibat fatal. Efek samping ini terjadi dalam beberapa jam pertama
setelah pemberian ACE inhibitor. Efek samping yang berat adakalanya
memerlukan pemberian epinefrin, antihistamin atau kortikosteroid.
2.4.5.6 Gagal ginjal akut yang reversibel dapat terjadi pada pasien dengan stenosis
arteri renalis bilateral atau pada satu-satunya ginjal yang berfungsi. Hal ini
disebabkan dominasi efek ACE inhibitor pada arteriol eferen yang
menyebabkan tekanan filtrasi glomerulus semakin rendah sehingga filtrasi
glomerulus semakin berkurang.
2.4.5.7 Proteinuria (>1 g/hari) secara umum ACE inhibitor diindikasikan untuk
mengurangi proteinuria, karena obat ini bersifat renoprotektif pada
berbagai kelainan ginjal.
2.4.5.8 Efek Teratogenik terutama terjadi pada pemberian selama trimester 2 dan 3
kehamilan.

2.5 Asuhan Keperawatan pada pasien pengguna ACE inhibitor (Captropil)


2.5.1 Pengkajian
Berikan obat dengan benar baik: benar dosis, benar klien ,benar
rute

pemberian,

Rasional:

benar

waktu

dan

benar

dokumentasi.

dengan cara 6 benar pemberian obat maka dapat

memaksimalkan kesembuhan klien dan menghindari kesalahan


dalam pemberian obat sehingga klien tidak terkena keracunan
(toksisitas) dan tidak resistensi. Pemberian diberikan tepat waktu
dan pada saat lambung kosong yaitu satu jam sebelum atau dua

18

jam sesudah makan karena dapat menurunkan absorpsi inhibitor


ACE jika diberikan pada saat lambung terisi makanan.
Kaji riwayat pemakaian obat captopril
Rasional:
pada obat captopril dapat menyebabkan reaksi
hipersensitivitas, alergi.
Kaji ada atau tidaknya gangguan fungsi ginjal dan hati
Rasional: Efek dari pemakaian obat captropil menyebabkan
vasodilatasi pembuluh darah sehingga mampu menurunkan aliran
darah ke ginjal dan memperburuk fungsi ginjal sedangkan
menurunnya kemampuan hepar menyebabkan gangguan absorbsi
obat ini.
Kaji apakah pasien sedang hamil atau menyusui
Rasional:
Penghambat ACE (captopril, enalapril) apabila
digunakan pada triwulan kedua dan ketiga dapat mengakibatkan
disfungsi ginjal pada janin dan oligohidramnion (berkurangnya
cairan ketuban). Obat ini tidak dianjurkan selama kehamilan.
Selain itu, selama laktasi bisa berpotensi menurunkan produksi ASI
Kaji apakah pasien mengalami gangguan pompa jantung (decomp)
Rasional: Bila pasien mengalami decomp, sebaiknya obat di
kombinasi dengan pemberian diuretik.
Kaji adanya hal-hal berikut: suhu tubuh, berat badan, warna kulit,
lesi, nadi, tekanan darah, EKG, perfusi, pernafasan , bunyi nafas
tambahan, bising usus, pemeriksaan abdomen dan uji fungsi hati
serta ginjal, hitung darah lengkap serta elektrolit serum.
Rasional: Untuk melihat sejauhmana efek merugikan yang terjadi
pada penggunaan ACE inhibitor berhubungan dengan efek
2.5.2

vasodilatasi dan perubahan aliran darah.


Diagnosis dan Intervensi Keperawatan
Pasien yang mendapatkan ACE inhibitor mungkin memiliki diagnosis
keperawatan sebagai berikut:
Ketidakefektifan perfusi jaringan yang berhubungan dengan curah
jantung
Intervensi:
Kaji terjadinya tanda-tanda situasi yang menyebabkan
penurunan volume cairan (misalnya keringat berlebihan,
muntah, diare, dehidrasi)

19

Rasional: untuk mendeteksi dan mengobati hipotensi


berlebihan yang dapat terjadi.
Anjurkan pasien untuk melakukan perubahan gaya hidup
termasuk penurunan berat badan, berhenti merokok,
penurunan asupan alkohol dan garam dalam

diet,

peningkatan diet, peningkatan latihan fisik


Rasional: Untuk meningkatkan
efektifitas

terapi

antihipertensif
Beritahu dokter bedah dan tandai catatan pasien dengan
jelas jika pasien menjalani pembedahan
Rasional:
Untuk menyiagakan petugas medis bahwa penghambatan
angiotensin
henyiagakan

II

kompensatori

petugas

medis

dapat

menyebabkan

bahwa

penghambatan

angiotensin II kompensatori dapat menyebabkan hipotensi


setelah pembedahan yang perlu diatasi dengan ekspansi
volume
Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan efek
dermatologis
Intervensi:
Berikan obat pada saat lambung kosong, 1 jam sebelum
atau 2 jam sebelum makan
Rasional: Untuk memastikan absorbsi obat yang tepat
Lakukan perawatan kulit dengan menggunakan lotion bila
perlu
Rasional: Menjaga kulit agar tetap bersih dan menghindarai
efek kerusakan berlebihan
Nyeri akut berhubungan dengan distress gastrointestinal track,
batuk
Intervensi:
Lakukan tindakan yang memberikan rasa aman dan nyaman
menacakup memberi makan porsi kecil tapi sering, akses ke
fasilitas kamar mandi, program defekasi bila perlu, kontrol
lingkungan, kewaspadaan keamanan.

20

kurangi dosis pada gagal ginjal, tandai catatan pasien


dengan jelas sebelum pembedahan, gunakan bentuk
parenteral hanya jika rute oral tidak memungkinkan dan
pantau situasi yang menurunkan tekanan darah.
Rasional: Untuk membantu pasien dalam mengatasi efek
merugikan

obat

dan

mempertimbangkan

penurunan

produksi renin dan kadar angiotensin II yang lebih rendah


dari normal.
Kurang pengetahuan tentang terapi obat
Intervensi:
Berikan dukungan dan dorongan untuk menghadapi efek
obat
Beri penyuluhan kepada pasien tentang obat, dosis, efek
merugikan, apa yang harus dilaporkan dan kewaspadaan
keamanan (evalusi secara periodik)
Rasional: Untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang
terapi obat dan kepatuhan menjalani program pengobatan.
2.5.3

Implementasi
Dilakukan sesuai dengan intervensi keperawatan yang muncul

2.5.4

Evaluasi
Pantau respon pasien terhadap obat (bertahannya tekanan darah
dalam batas normal
Pantau adanya efek merugikan (hipotensi, arritmia, disfungsi
ginjal, reaksi kulit, batuk, pansitopenia dan decomp)
Evaluasi efektifitas rencana penyuluhan (pasien

dapat

menyebutkan nama obat, dosis, efek merugikan yang harus


diperhatikan dan pentingnya tindak lanjut yang kontinyu)
Pantau efektifitas tindakan yang memberikan rasa nyaman dan
kepatuhan dalam menjalani pengobatan.

21

BAB III
PE N UTU P
3.1 Simpulan
Obat Captopril merupakan obat untuk penderita hipertensi. Obat yang
dikenal sebagai obat untuk penyakit hipertensi ini juga dapat digunakan
sebagai obat gagal jantung, obat setelah serangan jantung, dan diabetic
nephropaty. Captopril bekerja dengan menghambat enzim dalam tubuh yang
menghasilkan zat yang menyebabkan pembuluh darah mengencang, sehingga
dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan pasokan darah dan oksigen
ke jantung, serta mengurangi preload dan afterload pada pasien gagal jantung
kongestif. Obat captopril tersedia dalam bentuk tablet dan dalam kombinasi
dengan: hidrokloratrazid (Capozide). Di samping berfungsi dalam mengobati
penyakit hipertensi, obat captopril juga memiliki beberapa efek samping yang
dapat merugikan pasien. Namun, obat ini cukup aman jika digunakan sesuai
dengan resep dokter.

3.2 Saran
Karena obat captopril merupakan obat yang memiliki efek samping,
disarankan agar pemakaian obat Captopril sesuai dengan petunjuk yang
tersedia dan berdasarkan resep dokter agar terhindar dari efek-efek samping
yang dapat merugikan pasien.

22

DAFTAR PUSTAKA
22
Neal, J Michael. 2006. At a Glance Farmakologi Medis Edisi Ke Lima. Jakarta:
Erlangga.
Goodman & Gilman. 2012. Dasar Farmakologi Terapi Edisi 10. Jakarta: EGC.
Karch Amy M. 2011. Buku Ajar Farmakologi Keperawatan Edisi 2. Jakarta:
EGC.
Muchtar Armen dan Suyatna FD. 2007. Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta:
Departemen Farmakologidan Teurapeutik FKUI.
Armilawaty, dkk..2007. Hipertensi dan
Epidemiologi. Makassar : FKM Unhas.

Faktor

Resiko

dalam

Kajian

Dedy. 2010. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). Sidenreng.com


British Heart Foundation. Ace-Inhibitors: An Update. Available at
www.bhf.org.uk/factfiles/ di unduh pada tanggal 27 April 2015.

23

iii
MAKALAH
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hipertensi Dengan Therapi Captopril
Ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuliah farmakologi

Disusun oleh :
Nena Ratini

NPM 220110140186

Irma Lusiana

NPM 220110140194

Neni Rochmayati

NPM 220110140202

M.Khairuddin

NPM 220110140210

Dian nurpaida

NPM 220110140218

24

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG


2015

KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulilah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat-Nya tugas ini dapat diselesaikan tepat ada waktunya.
Makalah tentang Asuhan Keperawatan pada pasien hipertensi dengan
pemberian obat captropil ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah farmakologi.
Didalam penyusunannya penulis meyakini terdapat banyak kesalahankesalahan ataupun kekurangan-kekurangan baik didalam isi materi maupun
captopril masih terbatas.
Oleh karena itu penulis berharap adanya kritikan dan saran dari pembaca agar
penulisan makalah dimasa yang akan datang bisa tampil lebih baik lagi. Ada
sebuah pepatah mengatakan tak ada gading yang tak retak. Begitupula dengan
penulis yang hanya manusia biasa yang tidak pernah luput dari kesalahan.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga makalah ini bisa
memberikan sedikitnya manfaat khususnya bagi penulis dan umumya kepada para
pemerhati makalah ini.
Atas segala perhatiannya penulis ucapkan terima kasih.

25

Bandung, April 2015


Penyusun

26

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan...............................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi Obat ACE inhibitor.............................................................................3
2.2 Jenis penyakit yang diobati dengan ACE Inhibitor..........................................3
2.3 Macam-macam obat ACE Inhibitor..................................................................9
2.4 Captopril.............................................................................................................11
2.5 Askep pasien dengan penggunaan ACE inhibitor..............................................18
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan .............................................................................................................22
3.2 Saran....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................iii

ii

You might also like