You are on page 1of 14

PUSKESMAS KEC.

KELAPA GADING
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan

:Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular

Sub Pokok Bahasan

: Penyakit DBD

Sasaran

: Keluarga dan Masyarakat

Hari/Tanggal

: Selasa, 13 Oktober 2015

Waktu

: 09.00 WIB Selesai

Tempat

: Kantor DEPERINDAG Kelapa Gading Barat

Penyaji

I.

Latar Belakang
Penyakit demam berdarah (DBD) adalah penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan
kematian terutama pada anak-anak, serta sering menimbulkan kejadian luar
biasa (wabah).
Penyakit demam berdarah (DBD) ini disebabkan oleh virus dengue
yang ditularkan kemanusia melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. virus
dengue akan masuk kedalam tubuh melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
dan kemudian akan bereaksi dengan antibody sehingga terbentuklah
komplek virus antibody yang akan mengakibatkan trombosit kehilangan
fungsi agresi dan mengalami metamorphosis dimusnahkan oleh system RE
dengan akibat terjadi trombositopenia hebat dan perdarahan, yang mana jika
terjadi perdarahan pada pasien maka akan mengalami devisit volume cairan
pada tubuh yang disebabkan oleh kehilangan plasma darah.
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) pertama kali di Filipina
pada tahun 1953, DBD ditemukan di kamboja, laos, china,india, Malaysia,
Singapore, srilanka, Vietnam, dan Indonesia.
Di Indonesia penyebaran DBD pertamak kali di Surabayabtahun 1968,
dan 1972 di Sumatera Barat, sampai saat ini DBD ditemukan diseluruh
Indonesia dan telah melaporkan kejadia KLB, jumlah penderita DBD dari
Januari 2005 sampai oktober 2005 tercatat 50.196 kasus DBD di Indonesia,
701 penderita diantaranya meninggal dunia.

II.

Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan keluarga dan masyarakat
dapat mencegah dan menangani demam berdarah dengue secara mandiri

III.

Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan keluarga dan masyarakat mampu:
a.

Mengetahui apa demam berdarah dengue

IV.
V.
VI.
VII.
NO.

1
2

b.

Mengetahui penyebab demam berdarah dengue

c.

Mengetahui tanda dan gejala demam berdarah dengue

d.

Melakukan pencegahan penyakit demam berdarah dengue

Materi
(Terlampir )
Metode
Ceramah, Audio Visual, Tanya-Jawab
Media
LCD, Laptop, Leaflet
Rencana Kegiatan Penyuluhan
Tahap

Kegiatan

Kegiatan

penyaji
Perkenalan

Pembukaan
(10 Menit)
Penyajian
(40Menit)

Kegiatan
Peserta
Tim Perkenalan

Media
dengan

Penyuluhan,

Tim Penyuluhan, Doa -

Doa Pembukaan
o Menjelaskan

Pembukaan
o Mendengarkan

LCD

tentang

penjelasan

Laptop

pengertian

tentang

Leaflet

penyakit

pengertian

Leptospirosis

penyakit
Leptospirosis

o Menjelaskan
tentang

o Mendengarkan

penyebab

penjelasan

penyakit
Leptospirosis

tentang
penyebab
penyakit

o Menjelaskan
tentang

tanda

dan

gejala

penderita

Leptospirosis

o Mendengarkan

penyakit

penjelasan

Leptospirosis

tentang

tanda

dan

gejala

o Menjelaskan

penderita

tentang

penyakit

klasifikasi

Leptospirosis

penyakit
Leptospirosis

o Mendengarkan
penjelasan

o Menjelaskan

tentang

tentang

klasifikasi

pencegahan

penyakit

serta

Leptospirosis

pemberantasan
penyakit
Leptospirosis
o Menjelaskan
tentang

cara

mengobati
penyakit
Leptospirosis

o Mendengarkan
penjelasan
tentang
pencegshsn
serta
pemberantasan
penyakit
Leptospirosis

o Menjawab
pertanyaan dari

o Mendengarkan

pasien, keluarga

penjelasan

serta

tentang

masyarakat

mengobati

mengenai

penyakit

penyakit

Leptospirosis

Leptospirosis.

cara

o Bertanya
mengenai
penyakit
Leptospirosis
o Memberikan

o Menjawab

pertanyaan

pertanyaan

pemantap

pemantap

kepada pasien,

kepada pasien,

keluarga

keluarga serta

serta

Penutup

masyarakat

masyarakat

(10 Menit)

mengenai

mengenai

penyakit

penyakit

Leptospirosis

Leptospirosis

o Memberikan

o Mendengarkan

Kesimpulan

VIII.

Kesimpulan

Evaluasi
Keluarga serta masyarakat menjadi lebih tau apa itu leptospirosis.
Mereka pun menjadi mengerti tentang ciri dan gejala penderita penyakit
Leptospirosis, mengerti tentang cara pencegahan dan cara membasmi
penyakit

Leptospirosis

serta

mengerti

cara

mengobati

penyakit

Leptospirosis.
IX.

Daftar Pustaka
1. http://www.info-kes.com/2013/05/leptospirosis.html
2. Priyanto, A, (2006). Faktor-Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap
Kejadian

Leptospirosis.dari

http://eprints.undip.ac.id/6320/1/Agus_Priyanto.pdf.
3. Depkes RI. 2014. Pedoman Penanggulangan Leptospirosis di
Indonesia. Jakarta: Depkes RI Ditjen P2M dan PLP.
4. Kartikawati E. 2012. Leptospirosis Penyakit yang di Tularkan oleh
Tikus. Ungaran: V-media.

5. Widarso H dan Wilfried P. 2005. Kebijaksanaan Departemen


Kesehatan

dalam

Penanggulangan

Leptospirosis

di

Indonesia.

Kumpulan Makalah Simposium Leptospirosis. Semarang: Badan


Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang.

MATERI PENYULUHAN PENYAKIT LEPTOSPIROSIS


Penyakit Leptospirosis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan
oleh strain Leptospira. Penyakit ini paling sering ditularkan dari hewan ke
manusia ketika orang dengan luka terbuka di kulit melakukan kontak dengan air
atau tanah yang telah terkontaminasi air kencing hewan - bakteri juga dapat
memasuki tubuh melalui mata atau selaput lendir. Hewan yang umum menularkan
infeksi kepada manusia adalah tikus, musang, opossum, rubah, musang kerbau,
sapi atau binatang lainnya. Karena sebagian besar di Indonesia Penyakit ini
ditularkan melalui kencing Tikus, Leptospirosis popular disebut penyakit kencing
tikus.

Meskipun lebih umum di daerah tropis, daerah perkotaan non-tropis


dengan tingkat sanitasi rendah juga menemui lebih banyak kasus, terutama selama
bulan-bulan musim panas dan musim gugur. Sebagian besar daerah perkotaan
yang terkena merupakan kota-kota besar di negara berkembang.
Apa penyebab Leptospirosis?
Leptospira, golongan bakteri, dapat hidup dalam tubuh tikus, babi, sapi,
kambing, kuda, anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Mereka
mendiami ginjal dan dikeluarkan ketika hewan tersebut buang air kecil, dan
menginfeksi tanah atau air. Kontaminasi tersebut dapat bertahan dalam tanah atau
air selama berbulan-bulan.
Manusia dapat terinfeksi melalui:
a. Minum air yang terkontaminasi
b. Melakukan kontak dengan air atau tanah yang tercemar dan memiliki luka
terbuka di kulit
c. Mata, hidung atau mulut melakukan kontak dengan air atau tanah yang
tercemar
d. Melakukan kontak dengan darah hewan yang terinfeksi (kurang umum)
Manusia tidak umum terinfeksi Leptospira, akan tetapi umumnya wabah
dapat muncul ketika ada banjir. Manusia jarang menginfeksi manusia lain, tetapi
mungkin melakukannya selama hubungan seksual atau menyusui.
Apa saja tanda dan gejala Leptospirosis?
Gejala adalah sesuatu yang dirasakan dan dapat digambarkan oleh pasien,
seperti nyeri, sedangkan tanda adalah sesuatu yang orang lain bisa deteksi, seperti
ruam.
Tanda-tanda dan gejala Leptospirosis biasanya muncul tiba-tiba, sekitar 7
sampai 14 hari setelah seseorang terinfeksi, dan dalam beberapa kasus, tanda dan
gejala tersebut mungkin muncul sebelum atau sesudahnya.
Tanda dan gejala Leptospirosis ringan:
a. Menggigil

b. Batuk
c. Diare
d. Sakit kepala, bisa datang tiba-tiba
e. Demam tinggi
f. Nyeri otot, khususnya punggung bawah dan betis
g. Mual
h. Hilang nafsu makan
i. Mata merah dan iritasi
j. Nyeri Kulit
Pasien biasanya membaik dalam waktu satu minggu tanpa pengobatan.
Sebagian kecil dari mereka tidak membaik, dan akan menderita Leptospirosis
berat.
Tanda dan gejala Leptospirosis berat
Tanda dan gejala ini akan muncul beberapa hari setelah gejala
Leptospirosis ringan telah menghilang. Tanda dan gejala tergantung pada organ
vital yang telah terpengaruh.

Tanda dan gejala ketika jantung, hati dan ginjal yang terkena
a.

Kelelahan

b.

Detak jantung tidak teratur, seringkali cepat

c.

Nyeri otot

d.

Mual

e.

Mimisan

f.

Nyeri di dada

g.

sesak nafas

h.

Hilang nafsu makan

i.

Tangan, kaki atau mata kaki membengkak

j.

Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan

k.

Putih mata, lidah dan kulit menguning (jaundice)


Pasien yang tidak diobati bisa mengalami gagal ginjal yang mengancam

jiwa.

Tanda dan gejala ketika otak yang terkena


Meningitis mengacu pada infeksi pada lapisan luar otak, sedangkan
ensefalitis mengacu pada infeksi jaringan otak. Tanda-tanda dan gejala bagi
meningitis dan ensefalitis adalah serupa, dan dapat mencakup:
a.

Ruam merah muncul pada kulit. Ketika ditekan, tidak berubah warna atau
memudar

b.

Kebingungan atau disorientasi

c.

Mengantuk

d.

Kejang

e.

Demam tinggi

f.

Mual

g.

Fotofobia (sensitivitas terhadap cahaya)

h.

Masalah dengan gerakan fisik

i.

Leher kaku

j.

Pasien tidak dapat berbicara

k.

Muntah

l.

Agresivitas, atau berperilaku tidak biasa


Meningitis atau ensefalitis yang tidak diobati dapat mengakibatkan

kerusakan otak serius, dan dapat mengancam nyawa.

Tanda dan gejala ketika paru-paru yang terkena


Tanda dan gejala ini adalah yang paling serius dan mengancam nyawa.
Hilangnya fungsi paru-paru, ketika pasien tidak bisa bernapas adalah kondisi fatal.
Tanda dan gejalanya dapat meliputi:
a.

Demam tinggi

b.

Sesak nafas

c.

Batuk darah - dalam kasus yang parah, akan ada begitu banyak
darah sehingga menyebabkan pasien tersedak.

Jenis Leptospirosis
Ada dua jenis utama Leptospirosis:
Leptospirosis ringan - pasien mengalami nyeri otot, menggigil dan
mungkin sakit kepala. 90% dari kasus Leptospirosis tergolong jenis ini.
Leptospirosis berat - dapat mengancam jiwa. Ada risiko kegagalan organ
dan pendarahan internal. Jenis Leptospirosis ini terjadi ketika bakteri menginfeksi
ginjal, hati dan organ utama lainnya. Para ahli tidak yakin mengapa beberapa
pasien terserang bentuk yang parah sementara yang lain tidak. Pada beberapa
kasus, orang yang sudah sangat sakit, seperti mereka yang menderita pneumonia,

anak-anak balita, dan orang lanjut usia lebih cenderung untuk menderita
Leptospirosis yang parah.

Dimana Leptospirosis terjadi?


Seperti disebutkan di atas, Leptospirosis lebih umum terjadi di daerah
tropis, tetapi juga dapat terjadi di pemukiman miskin di kota-kota besar negara
berkembang yang tidak berada di daerah tropis. Ketika kasus Lepospirosis terjadi,
biasanya cenderung bersifat sporadis.
Leptospirosis merupakan penyakit global, tetapi lebih sering terjadi pada
daerah tropis dan subtropics, Karena bakteri tumbuh subur di lingkungan panas
dan lembab.
Berikut adalah area/negara/benua yang dikenal memiliki insiden tertinggi
Leptospirosis: Afrika, India, Cina, Amerika Tengah, Brasil, Karibia, Asia
Tenggara, dan Rusia Selatan. Kasus infeksi juga dilaporkan di beberapa hotspot
wisata berikut: Selandia Baru, Australia, Hawaii, dan Barbados.
Setelah banjir, wabah besar Leptospirosis sering muncul. Menurut
WHO (World Health Organization), sekitar 10 juta orang diperkirakan terserang
Leptospirosis setiap tahun. Tingkat kematian penyakit ini sulit untuk dihitung,
karena Leptospirosis cenderung terjadi di beberapa bagian dunia dengan
pelayanan kesehatan masyarakat yang sangat mendasar yang tidak secara rutin
melaporkan banyak penyebab kematian.
Perubahan iklim, termasuk meningkatnya kejadian banjir di seluruh dunia,
membuat kemungkinan kejadian Leptospirosis global akan meningkat. WHO
percaya angka kematian Leptospirosis mungkin antara 5% sampai 25% dari
pasien yang terinfeksi. Ini tidak berarti bahwa orang yang terinfeksi dengan akses
ke pelayanan kesehatan yang tepat memiliki risiko kematian yang sama.
Cara Penularan Leptospirosis

Penularan penyakit ini bisa melalui tikus, babi, sapi, kambing, kuda,
anjing, serangga, burung, landak, kelelawar dan tupai. Di Indonesia, penularan
paling sering melalui tikus. Air kencing tikus terbawa banjir kemudian masuk ke
dalam tubuh manusia melalui permukaan kulit yang terluka, selaput lendir mata
dan hidung. Bisa juga melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi setitik
urin tikus yang terinfeksi leptospira, kemudian dimakan dan diminum manusia.
Saat masuk ke ginjal, kuman akan melakukan migrasi ke interstitium,
tubulus renal, dan tubular lumen menyebabkan nefritis interstitial dan nekrosis
tubular. Ketika berlanjut menjadi gagal ginjal biasanya disebabkan karena
kerusakan tubulus, hipovolemia karena dehidrasi dan peningkatan permeabilitas
kapiler. Pada gangguan hati, akan tampak nekrosis sentrilobular dengan proliferasi
sel Kupffer, yang terjadi karena disfungsi sel-sel hati. Leptospira juga dapat
menginvasi otot skletal dan menyebabkan edema (bengkak), vacuolisasi miofibril,
dan nekrosis lokal.
Gangguan sirkulasi mikro muskular dan peningkatan permeabilitas kapiler
dapat menyebabkan kebocoran cairan dan hipovolemi sirkulasi. Dalam kasus
berat akan menyebabkan kerusakan endotelium kapiler. Gangguan paru adalah
mekanisme sekunder dari kerusakan pada alveolar and vaskular interstisial yang
mengakibatkan hemoptu. Leptospira juga dapat menginvasi cairan humor (humor
aqueus) mata

yang

dapat

menetap

dalam

beberapa

bulan,

seringkali

mengakibatkan uveitus kronis dan berulang.


Meskipun kemungkinan dapat terjadi komplikasi yang berat tetapi lebih
sering terjadi self limiting disease dan tidak fatal. Sejauh ini, respon imun
siostemik dapat mengeliminasi kuman dari tubuh, tetapi dapat memicu reaksi
gejala inflamasi yang dapat mengakibatkan secondary end-organ injury.
Leptospirosis tidak menular langsung dari pasien ke pasien. Masa inkubasi
leptospirosis adalah dua hingga 26 hari. Sekali berada di aliran darah, bakteri ini
bisa menyebar ke seluruh tubuh dan mengakibatkan gangguan khususnya hati dan
ginjal.
Penularan tidak langsung terjadi melalui genangan air, sungai, danau,
selokan saluran air dan lumpur yang tercemar urin hewan seperti tikus, umumnya

terjadi saat banjir. Wabah leptospirosis dapat juga terjadi pada musim kemarau
karena sumber air yang sama dipakai oleh manusia dan hewan. Sedangkan untuk
penularan secara langsung dapat terjadi pada seorang yang senantiasa kontak
dengan hewan (peternak, dokter hewan). Penularan juga dapat terjadi melalui air
susu, plasenta, hubungan seksual, pecikan darah manusia penderita leptospira
meski kejadian ini jarang ditemukan.

Bagaimana Diagnosa Leptospirosis?


Pada tahap awal, Leptospirosis ringan akan sulit untuk didiagnosa, karena
gejalanya mirip dengan flu dan infeksi umum lainnya. Prosedur diagnostik flu
biasanya tidak baik untuk mengidentifikasi Leptospirosis.
Bila ada kemungkinan Leptospirosis berat, barulah tes diagnostik yang
ditargetkan baru dilakukan. Dokter mungkin akan bertanya apakah pasien pernah
berenang di sebuah danau, kolam, kanal atau sungai. Pasien harus memberitahu
dokter tentang segala kegiatan yang terjadi di rumah pemotongan, pertanian,
perawatan hewan, atau apa pun yang mungkin dapat menjadi sebab kontak dengan
air kencing atau darah hewan. Jika dokter ingin mengkonfirmasi Leptospirosis,
serangkaian tes darah dan urin akan diperintahkan.

Pencegahan Leptospirosis
Para ahli mengatakan bahwa untuk pencegahan Leptospirosis, mereka
yang rutin melakukan aktivitas di air tawar harus memastikan bahwa setiap luka
dikulit harus ditutupi dengan berpakaian tahan air (juga untuk melindungi
terhadap infeksi lain, seperti hepatitis A atau giardiasis). Setelah berenang di
daerah air tawar, harus mandi secara menyeluruh.

Pencegahan di tempat kerja


Bagi mereka yang selalu melakukan kontak dengan hewan, atau air atau
tanah yang berpotensi terkontaminasi harus memastikan mereka memakai pakaian
pelindung yang sesuai dengan aturan, seperti mengenakan sarung tangan, masker,
sepatu boot dan/atau kacamata pelindung.

Perjalanan ke negara-negara lain


Di daerah di mana Leptospirosis adalah umum, jangan berenang di air
tawar, dan hanya melakukan kontak dengan air tawar jika mengenakan pakaian
yang cukup melindungi. Minumlah air kemasan bersegel, atau air tawar yang
direbus. Pastikan setiap lesi kulit terbungkus dalam pakaian tahan air. Jika terluka,
segera perban dan bersihkan.
Anggota tim penyelamat atau personel militer di zona bencana disarankan
minum antibiotik sebagai tindakan pencegahan (profilaksis).
Apa saja pilihan pengobatan untuk Leptospirosis?
Leptospirosis akut
Dokter mungkin meresepkan 5 sampai 7 hari saja antibiotik tetrasiklin.
Leptospirosis berat
Pasien perlu dirawat di rumah sakit dan diberikan antibiotik intravena.
Tergantung pada organ yang terkena, alat bantu pernapasan mungkin diperlukan
untuk membantu pernapasan, seperti juga mungkin dialysis diperlukan jika ginjal
yang terkena. Cairan intravena juga diperlukan untuk hidrat pasien dan
memberikan nutrisi penting.
Rawat inap dapat berkisar dari hanya beberapa minggu sampai beberapa
bulan. Sebagian besar durasi tinggal di Rumah Sakit tergantung pada bagaimana
pasien merespon pengobatan antibiotik, dan seberapa parah organ mereka
terpengaruh atau rusak.

You might also like