You are on page 1of 9

Groups Assignment 2

Diskusikan isu tentang sistem IT KPU di bawah ini dengan kelompok anda sehingga diperoleh
pendapat dan opini yang ideal.
1. Apabila hal di bawah ini benar, terobosan apa yang sebaiknya dilakukan untuk
melindungi keamanan sistem IT KPU tersebut.
2. Menurut anda bagaimanakah kita mengupayakan penyelesaian berbagai kasus yang
terjadi dalam hal keamanan / kejahatan terhadap informasi yang sangat penting ditengah
keterbatasan hukum dan pengadilan di Indonesia.

Security Audit Sistem IT KPU Pilpres 2014


Rabu, 23 Juli 2014, by anonymous
Perkenalkan. Nama saya A. Tanpa nama belakang. Saya lahir di Indonesia. Sebagai
CEH, profesi saya konsultan keamanan jaringan komputer. Baru tahun ini saya
mengikuti berita-berita dan ikut memilih di Pemilu Presiden Indonesia. Hari ini 23 Juli
2014. Saya membaca berbagai tulisan orang. Banyak yang bertanya: Apakah
Pemilu Presiden 2014 berlangsung dengan jujur dan adil? Saya mungkin punya
jawabannya. Mungkin. Tulisan saya mungkin menjawab pertanyaan. Mungkin juga
malah membuka banyak pertanyaan baru. Namun sebelumnya mohon maaf. Saya
bukan penulis. Mohon maaf jika bahasa saya kurang baik. Saya coba sampaikan
dengan singkat dan efektif. Tulisan ini saya tujukan untuk anda-anda yang
penasaran. Juga untuk calon presiden terpilih, pak Jokowi. Agar nanti sistem IT
Pemilu 2019 bisa lebih baik dari sekarang. Agar tidak ada lagi yang teriak curang.
Juga untuk calon presiden tidak terpilih, pak Prabowo. Karena anda pasti penasaran.
Juga untuk presiden sekarang, pak SBY. Siapa tahu, bapak juga penasaran. Juga
untuk para perancang dan admin sistem IT Pemilu 2014: Raden Santoso, Nanang
Indra, Utian Ayuba, Andy Nugroho, Yoga Dahirsa, Muhammad Hafidz dkk. Tentunya
juga untuk pada anggota KPU: Husni Kamil Malik, Ferry Kurnia Rizkiyansyah, Ida

Budhiati, Sugit Pamungkas dkk. Anggap saja ini sumbangan saya. Untuk bahan
pelajaran bersama. Agar Indonesia lebih aman. Indonesia hebat. Indonesia bangkit.
7 April 2014
Di 7 April 2014. Saya mengamati ada fenomena menarik. Hacker dan cracker juga
punya hak pilih. Punya hak berpolitik. Juga punya hak berkampanye mendukung
nomor satu atau nomor dua.Begitu besar semangat para hacker dan cracker dalam
Pemilu Presiden 2014 ini. Sebagian besar dukung nomor dua. Walau juga ada yang
dukung nomor satu. Ini kesimpulan saya setelah melihat begitu banyak iklan capres
di Google dan YouTube. Iklan yang baik-baik saja. Juga iklan yang tidak baik-baik
saja. Padahal tidak boleh ada iklan capres di kedua situs ini. Google melarang iklan
politik di Indonesia. Dalam bentuk apapun. Namun..Mereka pasti menyadari
kemampuan Google dalam menyaring dan memblokir iklan terbatas. Celah ini yang
diekploitasi. Ada juga yang begitu bersemangat, banyak situs orang diretas, diubah
jadi halaman untuk promosi atau menjelekkan yang tidak didukungnya. Mereka
berusaha untuk mempengaruhi persepsi. Persepsi mempengaruhi hasil. Usaha
mereka membuat saya bertanya. Selain menyebarkan informasi untuk
mempengaruhi presepsi, apa lagi yang bisa mereka lakukan? Dapatkah hacker dan
cracker simpatisan capres meretas sistem IT KPU? Dan mempengaruhi hasil secara
langsung? Saya mencobanya.
Celah Keamanan # 1: Email Anggota KPU
Untuk memahami bagaimana cara kerja sistem IT KPU saya perlu informasi dari
dalam. Saya mulai dari mencari alamat email anggota-anggota KPU.

Saya menemukan dokumen ini semua alamat email komisioner KPU yang aktif
digunakan ada di dokumen ini. Enam dari tujuh menggunakan email gratisan. Saya
jadi bertanya. Mengatur pemilu bukan pekerjaan main-main. Kenapa gunakan email
gratisan yang mudah diretas? Apa mungkin disengaja? Ferry Kurnia sepertinya
adalah yang paling muda dari tujuh anggota KPU. Biasanya yang paling muda
adalah yang paling terlibat untuk urusan IT. Saya kirimkan satu email phishing ke
Ferry. Tidak sampai dua jam, saya sudah bisa akses dan membaca semua email
yang pernah diterima dan dikirimkan. Apa yang saya temukan membuat saya
bingung. Saya yakin para anggota KPU, dan para perancang sistem IT KPU bukan
orang sembarangan. Namun mereka seperti membuat semuanya begitu mudah
untuk seorang yang punya niat seperti saya untuk masuk ke sistem IT KPU.
Celah Keamanan # 2: Berkirim Username dan Password di Email
Hal pertama yang saya lakukan ketika membuka boks email salah satu anggota KPU
adalah mencari kata "password". Saya sungguh terkejut. Saya langsung dapat
password ke SILOG. Sistem Logistik.

Saya juga dapat password ke Dropbox yang dipakai untuk simpan copy data pemilih
seluruh Indonesia.

Dapat juga password ke sistem real count KPU. Ya. Ternyata KPU memiliki sistem
real count yang entah mengapa tidak ditampilkan di websitenya sehingga publik
harus menghitung sendiri seperti di website kawalpemilu.org.

Dapat juga password untuk mengelola website KPU. Dapat juga password untuk
SIDALIH, sistem data pemilih. Dapat juga password untuk banyak sistem lainnya. Ini
juga membuat saya bingung. Berbagai password dikirimkan begitu saja oleh admin
melalui email. Apakah ingin memudahkan hacker untuk masuk sistem? Catatan:
Banyak password di screenshot ini masih digunakan... Jadinya saya hidden ya...
Maaf kalau jadi penasaran.
Celah Keamanan # 3: Ada Google Docs Daftar Username dan Password
Betapa terkejutnya saya. Email ini benar-benar di luar logika dan cara berpikir saya.
Saya temukan satu email yang dikirimkan oleh admin sistem IT KPU kepada semua
anggota KPU. Isinya GOOGLE DOCS dengan daftar semua password sistem IT KPU.
Saya jadi benar-benar curiga, para admin dan anggota KPU memang ingin
memudahkan hacker dan cracker untuk masuk ke sistem IT KPU.

Apalagi...
Celah Keamanan # 4: Pola Password Mudah Ditebak
Sebagai contoh, ini password SSH ke website KPU yang pernah digunakan:
4dm1n80njol@w1w1k. Username: kpuadmin. Password root shell/MySQL:
m3rd3k41945!
Banyak password sistem IT KPU menggunakan pola yang sama. Apakah agar mudah
diingat... Atau agar mudah diretas. Maaf jika saya berpikir yang tidak-tidak, karena
saya dilatih untuk mencermati pola.
Celah Keamanan # 5: Semua Anggota KPU Bisa Edit Daftar Pemilih Sesuka
Hati
Ini adalah Sistem Data Pemilih (SIDALIH) KPU. Dengan sistem ini KPU mengatur
nama-nama yang masuk ke Daftar Pemilih Sementara (DPS) dan Daftar Pemilih
Tetap (DPT).

Penambahan atau pengurangan nama-nama pemilih dapat dilakukan dari sistem ini.
Ini krusial karena di Indonesia pemilih dapat memilih cukup berbekal undangan
tanpa perlu KTP.

Saya orang awam. Namun jadi pertanyaan besar untuk saya. Jika mau aman:
Kenapa semua anggota KPU bisa edit DPT sesuka hati? Kenapa akses yang
diberikan oleh admin tidak hanya read only? Keputusan hak edit ini, tentu saja
keputusan disengaja, tidak mungkin kecelakaan, memberikan kewenangan sangat
besar untuk setiap anggota KPU untuk bermain dengan jumlah pemilih. Mengurangi
atau menambahkan. Bisa saja jika ada anggota KPU yang komunikasi dengan tim
sukses calon presiden tertentu, atau jika ada hacker atau cracker pendukung calon
presiden tertentu yang masuk ke sistem seperti saya... Bisa saja menambahkan
pemilih baru... atau mengurangi pemilih di daerah-daerah tertentu. Mereka yang
belum bisa memilih, bisa diberikan hak untuk memilih. Mereka yang diketahui akan
memilih calon tertentu, bisa dicabut hak memilihnya... Dengan mudah. Sangat
mudah. Apalagi untuk setiap entri... Tidak ada info atau log secara terbuka, siapa
yang terakhir melakukan edit apalagi edit history. Celah yang membahagiakan...
Bagi siapapun yang punya niat tidak baik.
Celah Keamanan # 6: Semua Anggota KPU Bisa Edit Jumlah Pengiriman
Kertas Suara Sesuka Hati
Sistem Logistik (SILOG) KPU. Dengan sistem ini KPU mengatur distribusi surat suara
ke semua daerah / TPS. Penambahan atau pengurangan pengiriman kertas suara
dapat dilakukan dari sistem ini.

Pertanyaan saya mengenai SILOG ini sama dengan SIDALIH. Saya orang awam.
Namun jadi pertanyaan besar untuk saya. Jika mau aman: Kenapa semua anggota
KPU bisa edit logistik pemilu seperti kertas suara sesuka hati? Kenapa akses yang
diberikan oleh admin tidak hanya read only? Maaf kalau ini seperti mengulang.
Keputusan ini, tentu saja keputusan disengaja, tidak mungkin kecelakaan,
memberikan kewenangan sangat besar untuk setiap anggota KPU untuk bermain
dengan jumlah kertas suara. Bisa saja jika ada anggota KPU yang komunikasi
dengan tim sukses calon presiden tertentu, atau jika ada hacker atau cracker
pendukung calon presiden tertentu yang masuk ke sistem seperti saya... Bisa saja
mengirimkan kertas suara lebih ke daerah-daerah tertentu. Sangat mudah. Apalagi
seperti di SIDALIH... Untuk setiap entri... Tidak ada info atau log secara terbuka,
siapa yang terakhir melakukan edit apalagi edit history.
Apresiasi: Sistem Scan Formulir C1

Dalam membuat tulisan ini, saya merasa saya harus adil. Jika ada celah keamanan,
saya sampaikan. Jika ada best practice yang dilakukan, saya apresiasi. Sistem scan
formulir C1 yang dibuat oleh tim KPU menurut saya sangat bagus. Antarmuka
aplikasi didesain sederhana, tidak banyak isian. Ini pastinya membantu
meningkatkan penggunaan sistem. Presentasi C1 di web pilpres2014.kpu.go.id juga
bagus. Sederhana dan mudah digunakan oleh siapapun. Pengelolaan C1 ini
membuat persepsi kalau pemilu berlangsung dengan jujur dan adil. Hampir tidak

mungkin mempengaruhi hasil pemilu jika scan C1 sudah terkumpul semua di server
KPU. Namun saya punya pertanyaan. Pertanyaan cukup besar. Admin membuat
aplikasi real count, khusus untuk pada anggota KPU di alamat
http://103.21.228.33/internal - kenapa data ini tidak dibuka ke publik? Kenapa
memaksa publik untuk melakukan gotong royong entri data dari ratusan ribu
formulir C1? Padahal real count nya sudah ada... Sekedar pertanyaan selewat saja.
Mungkin ada penilaian sendiri...
Kesimpulan
Kembali ke pertanyaan awal: Apakah Pemilu Presiden 2014 berlangsung dengan
jujur dan adil? Saya tidak tahu. Terlalu banyak daerah, terlalu banyak TPS, terlalu
banyak nama pemilih untuk dapat mengetahui permainan dengan SILOG atau
SIDALIH.
Namun dua hal yang pasti.
Pertama: Siapapun yang bisa punya akses ke SILOG dan SIDALIH dan punya niat
untuk memenangkan calon nomor satu atau nomor dua, terutama sebelum bulan
Mei 2014, dan punya kemampuan koordinasi dengan tim sukses di lapangan (TPS
TPS, desa-desa mana saja yang perlu dilebihkan kertas suara... Nama-nama apa
saja yang perlu ditambahkan atau dikurangi dari sistem) dapat sangat
mempengaruhi hasil Pemilu Presiden 2014.
Kedua: Sama sekali tidak sulit untuk mengakses semua sistem IT KPU. Malah saya
curiga... Seperti dibuat begitu mudah bagi hacker dan cracker yang ingin masuk.
Ada apa?
Semoga bukan kenapa-kenapa. Semoga celah-celah keamanan yang saya tulis
disini... Adalah kesalahan yang tidak disengaja. Karena siapa yang punya akses ke
sistem IT KPU... Bisa mempengaruhi siapa yang terpilih jadi presiden. Presiden yang
punya kuasa akan negara 250 juta penduduk. Anggaran 2.000 triliun. 600.000
tentara. Perputaran uang hampir 10.000 triliun. Karena kalau memang disengaja...
Sangat mudah... Bisa ada ratusan... Ribuan... Mungkin jutaan pemilih "baru". Hasil
kreasi dari mereka yang punya akses ke SIDALIH. Bisa juga ada ratusan... Ribuan...
Mungkin jutaan kertas suara yang "kebetulan lebih". Hasil kreasi dari mereka yang

punya akses ke SILOG. Maaf jika tulisan ini jadi menimbulkan pertanyaan baru.
Demikian tulisan saya. Semoga ini bermanfaat.
Catatan kaki: Saya seorang hacker. Bukan cracker. Saya melakukan audit ini karena
penasaran. Bukan karena ada niat tidak baik. Namun undang-undang Indonesia
tidak membedakan. Untuk menghindari kemungkinan pidana... I wish to remain
anonymous.

You might also like