Professional Documents
Culture Documents
: kuning/ coklat
Konsistensi
: lembab, terbentuk
Bau
dimakan)
Frekuensi
Bantuk
: silindris
Jumlah
diet)
Kandungan lemak
Mukus
: negatif
Darah
: negatif
Pus
: negatif
Parasit
: negative
3. Pengkajian
-
Riwayat Keperawatan
Pada riwayat keperawatan, hal hal yang harus dikaji antara lain:
a.
Pola defekasi
Frekuensi
Apa penyebabnya ?
b.
Perilaku defekasi
c.
Deskripsi feses
Warna ( N=kuning/coklat)
Bau ( N= aromatic)
d.
-
Diet
Makanan apa yang mempengaruhi perubahan pola defekasi
klien?
e.
Cairan
Aktivitas
Kegiatan sehari-hari, missal olahraga
g.
Penggunaan medikasi
Apakah
klien
bergantung
pada
obat-obatan
yang
dapat
i.
-
Stress
Pemeriksaan fisik
a. Abdomen
Pemeriksaan dilakukan pada posisi terlentang, hanya bagian
abdomen saja yang tampak, dengan cara :
-
Inpeksi
amati
abdomen
untuk
melihat
bentuknya,
kesimetrisannya.
-
Inpeksi : amati daerah perianal untuk melihat adanya tandatanda inflamasi,perubahan warna, lesi, lecet, fistula, konsistensi,
hemoroid.
c. Feses
Amati feses klien dan catat konsistensi, bentuk, bau, warna, dan
jumlahnya. Amati pula unsure abnormal pada feses.
-
Pemeriksaan diagnostik
a. Anoskopi
b. Progtosigmoidoskopi
c. Protoskopi
d. Rontgen dengan kontras ( Iqbal,2008)
Melatih mobilisasi
Menolong klien BAB, membantu memberikan pispot pada pasien yang ingin
BAB ke tempat tidur
Membantu pola BAB yang normal : bantu klien dengna posisi yang normal, jaga
privasi, pergunakan pot untuk BAB, posisikan semi fowler, tempatkan
posisi bantal di sisi punggung, siram organ dengan air hangat, support,
relaks.
6. Intervensi Keperawatan
Rencana tindakan :
-
Intervensi :
1) Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab
kontipasi
R/ Klien dan keluarga akan mengerti penyebab kontipasi
2) Auskultasi bising usus
R/ Bising usus menandakan sifat aktivitas peristaltik
3) Anjurkan pada klien untuk makan makanan yang mengandung
serat
R/ Untuk merangsang peristaltic dan eliminasi reguler
4) Berikan intake cairan yang cukup ( 2 liter/ hari ) jika tidak ada
kontraindikasi
R/ masukan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi
feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi reguler
5) Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien
R/ Membantu eliminasi dalam memperbaiki tonus otot abdomen dan
merangsang nafsu makan dan peristaltik.
c. Gangguan inkontinensia alvi b.d kerusakan spingter rectum, akibat
pembedahan pada rectum.
Tujuan : agar pola BAB klien optimal dan terkendali
Kriteria hasil :
-
Intervensi :
1. Kaji factor yang berperan menyebabkan inkontinensia alvi
( aktivitas fisik yang tidak adekuat, kurangnya pengetahuan tentang
tehnik defekasi, dll )
R/ untuk mempertahankan konensia usus
2. Kaji status neurologis dan kemampuan fungsional individu
R/ untuk mencapai kontinensia
3. Rencanakan waktu yang tepat dan konsisten defekasi
R/ meningkatkan motilitas pencernakan dan mempercepat fungsi
usus
4. Buat program defekasi harian selama lima hari atau
sampai
DAFTAR PUSTAKA
A. Pengertian Mobilisasi
1. Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan keegiatan dengan
bebas (kosier, 1989).
2. Mobilisasi adalah kemampuan orang untuk bergerak secara bebas, mudah, dan
teraturyang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. ( Buku ajar KDM
teori dan aplikasi dalam praktik, 2007)
3. Keterbatasan pada pergerakan fisik tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara
mendiri dan terarah. ( Diagnosis Keperawatan definisi dan klasifikasi , 2010 )
4. Suatu keterbatasan dalam kemandirian, pergerakan fisik yang bermanfaat dari
tubuh atau satu ektremitas atau lebih . dengan tingkatan :
a. Tingkat 0: mandiri penuh
b. Tingkat 1 : memerlukan peralatan atau alat bantu
c. Tingkat 2 : memerlukan bantuan dari orang lain untuk pertolongan, pengawasan,
atau pembelajaran
d. Tingkat 3 : membutuhkan bantuan dari orang lain dan peralatan/ alat bantu
e. Tingkat 4 : ketergantungan, tidak berpartisipasi dalam aktifitas
( buku saku diagnose keperawatan Judith M. Wilkinson, 2006)
B. Konsep Dasar Mobilisasi
Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan
salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi
adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup seharihari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma),
mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan
non verbal. Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau
berisiko mengalamiketerbatasan gerak fisik. Mobilisasi dan immobilisasi berada
pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk tirah baring yang bertujuan
mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh, mengurangi nyeri, dan
untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirahbaring
akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem
otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf.
Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot
berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe
kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan
tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan
1.
2.
3.
4.
peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan
aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan
volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun
kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energy
meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan
kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan
isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard
atau penyakit obstruksi paru kronik).
Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati
seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal.
Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan
aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi.
Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat
dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui
kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung
kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan
tonus otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe
tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal
berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur
keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
Sendi adalah hubungan di antara tulang, diklasifikasikan menjadi:
Sendi sinostotik mengikat tulang dengan tulang mendukung kekuatan dan
stabilitas. Tidak ada pergerakan pada tipe sendi ini. Contoh: sakrum, pada sendi
vertebra
Sendi kartilaginous/sinkondrodial, memiliki sedikit pergerakan, tetapi elastis dan
menggunakan kartilago untuk menyatukan permukaannya. Sendi kartilago
terdapat pada tulang yang mengalami penekanan yang konstan, seperti sendi,
kostosternal antara sternum dan iga.
Sendi fribrosa/sindesmodial, adalah sendi di mana kedua permukaan tulang
disatukan dengan ligamen atau membran. Serat atau ligamennya fleksibel dan
dapat diregangkan, dapat bergerak dengan jumlah yang terbatas. Contoh: sepasang
tulang pada kaki bawah (tibia dan fibula)
Sendi sinovial atau sendi yang sebenarnya adalah sendi yang dapat digerakkan
secara bebas di mana permukaan tulang yang berdekatan dilapisi oleh kartilago
artikular dan dihubungkan oleh ligamen oleh membran sinovial. Contoh: sendi
putar seperti sendi pangkal paha (hip) dan sendi engsel seperti sendi interfalang
pada jari.
Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat,
fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan
kartilago. Ligamen itu elastis dan membantu fleksibilitas sendi dan memiliki
fungsi protektif. Misalnya, ligamen antara vertebra, ligamen non elastis, dan
ligamentum flavum mencegah kerusakan spinal kord (tulang belakang) saat
punggung bergerak.
Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang
menghubungkan otot dengan tulang. Tendon itu kuat, fleksibel, dan tidak elastis,
serta mempunyai panjang dan ketebalan yang bervariasi, misalnya tendon
akhiles/kalkaneus.
C.
1.
2.
3.
4.
5.
D.
a.
persendian memiliki ROM lengkap. Posturnya kaku karena kepala dan tubuh
bagian atas dibawa ke depan dan tidak seimbang sehingga mudah terjatuh.
Batita: kekakuan postur tampak berkurang, garis pada tulang belakang servikal
Otot, ligamen, dan tendon menjadi lebih kuat, berakibat pada perkembangan
postur dan peningkatan kekuatan otot. Koordinasi yang lebih baik memungkinkan
anak melakukan tugas-tugas yang membutuhkan keterampilan motorik yang baik.
Remaja: remaja putri biasanya tumbuh dan berkembang lebih dulu dibanding
yang laki-laki. Pinggul membesar, lemak disimpan di lengan atas, paha, dan
bokong. Perubahan laki-laki pada bentuk biasanya menghasilkan pertumbuhan
tulang panjang dan meningkatnya massa otot. Tungkai menjadi lebih panjang dan
pinggul menjadi lebih sempit. Perkembangan otot meningkat di dada, lengan,
bahu, dan tungkai atas.
Dewasa: postur dan kesegarisan tubuh lebih baik. Perubahan normal pada tubuh
dan kesegarisan tubuh pada orang dewasa terjadi terutama pada wanita hamil.
Perubahan ini akibat dari respon adaptif tubuh terhadap penambahan berat dan
pertumbuhan fetus. Pusat gravitasi berpindah ke bagian depan. Wanita hamil
bersandar ke belakang dan agak berpunggung lengkung. Dia biasanya mengeluh
sakit punggung.
Lansia: kehilangan progresif pada massa tulang total terjadi pada orangtua.
E. Etiologi
Postur abnormal:
a. Tortikolis: kepala miring pada satu sisi, di mana adanya kontraktur pada otot
sternoklei domanstoid
b. Lordosis: kurva spinal lumbal yang terlalu cembung ke depan/ anterior
c. Kifosis: peningkatan kurva spinal torakal
d. Kipolordosis: kombinasi dari kifosis dan lordosis
e. Skolioasis: kurva spinal yang miring ke samping, tidak samanya tinggi hip/
pinggul dan bahu
f. Kiposkoliosis: tidak normalnya kurva spinal anteroposterior dan lateral
g. Footdrop: plantar fleksi, ketidakmampuan menekuk kaki karena kerusakan saraf
peroneal
h. Gangguan perkembangan otot, seperti distropsi muskular, terjadi karena
gangguan yang disebabkan oleh degenerasi serat otot skeletal
i. Kerusakan sistem saraf pusat
j. Trauma langsung pada sistem muskuloskeletal: kontusio, salah urat, dan fraktur.
F. Manifestasi Klinis
a. Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan
abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium
kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan
pembentukan thrombus
pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah
beraktifitas
metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat,
lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan
kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi)
eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan
dan batu ginjal
integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan
Komplikasi
Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi orthostatic.
Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.
Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.
Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak
stabilan posisi tubuh.
6. Status emosi labil.
H. Patofisiologi Dan Pathway Keperawatan
a. Patofisiologi
Menghambat proses pengosongan vasika urinary yang akan menimbulkan stasis
b.
Tirah Baring
Aktifitas
Fungsi Gastrointestinal
Atrophy otot
( musculusskeletal )
Aktifitas
Gangguan Mobilisasi Fisik
Konstipasi
Ansietas
I.
Fokus Intervensi
Prioritas NIC
Penatalaksanaan ROM dan Ambulasi klien : membantu klien berada pada posisi
yang tidak tetap, dan membantu mengurangi resiko atropi otot karena jarang
digerakkan.
Pemberian terapi ROM dan Ambulasi klien ( melatih gerak klien secara perlahan/
bertahap ).
J.
Intervensi
1. Mandiri
Ukur Tanda-tanda vital
Rasional : tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
Kaji faktor penyebab
Rasional : untuk mengetahui faktor utama penyebeb masalah
Tingkatkan mobilitas dan pergerakan secara maksimal
Rasional : untuk mencegah terjadinya komplikasi lain ( atropi, trauma dekubitus )
Tingkatkan mobilitas ekstremitas dengan pemberian ROM yang sesuai ( aktif/
pasif )
Rasional : untuk membiasakan sendi sendi untuk bergerak, sehingga tidak terjadi
kekakuan, dan dapat untuk menaikan massa otot.
Berikan ambulasi secara periodic pada klien
Rasional : mengatur posisi klien stiap saat agar tidak bosan
Berikan penyuluhan kesehatan, sesuai dengan indikasi.
Rasional : menambah pengetahuan klien
2. Kolaborasi
Kolaborasikan dengan bagian fosioterapi untuk memberikan fisioterapi yang
sesuai
Rasional : memberikan latihan sendi dan otot kepeda pasien
DAFTAR PUSTAKA
Mubarak, Wahit Iqbal dkk. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori &
Aplikasi dalam praktek. Jakarta: EGC.
Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran
Herdman, T Heather, 2010. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2009-2010.Jakarta:EGC
---- Konsep Dasar
Mobilisasi.http://nursecerdas.wordpress.com/2009/02/16/mobilisasi/