Professional Documents
Culture Documents
Vertigo berasal dari kata latin vertere yang berarti memutar. Vertigo di dalam
kamus bahasa diterjemahkan dengan pusing; untuk dizzy/ dizziness dan giddy/
giddiness diterjemahkan ganar atau gayang. Diantara keluhan-keluhan penderita yang
dikemukakan kepada dokter, pusing merupakan keluhan yang umum setelah nyeri
kepala dan batuk. Penulis lain menunjukkan 15% di antara penderita yang
dikonsultasikan ke ahli saraf atau ahli THT, mengemukakan keluhan vertigo atau
ganar.
Pusing dalam arti sehari-hari mencakup pengertian yang
luas di dalam
masyarakat kita, sehingga bila pengertian ini ikut diperhitungkan maka pusing
mungkin menduduki deretan pertama di antara keluhan yang sering kita dengar. Kali
ini akan membahas pusing/ vertigo dalam proposi yang sebenarnya.
Definisi
Berbagai macam definisi vertigo dikemukakan oleh banyak penulis, tetapi
yang paling tua dan sampai sekarang nampaknya banyak dianut ialah yang
dikemukakan oleh Gowers pada tahun 1893 : vertigo adalah setiap gerakan atau rasa
gerakan tubuh penderita atau obyek-obyek di sekitar penderita yang bersangkutan
dengan kelainan sistem keseimbangan (ekuilibrium).
Sedikit berbeda definisi dikemukakan oleh penulis-penulis lain, misalnya:
Ada juga yang mengatakan kalau vertigo adalah ilusi bergerak. Dan sering pula
disebut
sebagai
halusinasi
gerakan.
Penderita
merasakan
atau
melihat
berputar, namun sesekali dijumpai kasus dimana gerakan bersifat linear (garis
lurus). Tubuh seolah-olah didorong atau ditarik menjauhi bidang vertikal.
Ganar lebih mencerminkan keluhan rasa gerakan yang umum (tidak spesifik), rasa
goyah (unstable, un steadiness), atau rasa dis-orientasi ruangan yang dapat dirasakan
sebagai putaran (turning) atau pusingan (whirling).
Gayang (giddiness) dikatakan sama dengan gamar atau merupakan suatu
bentuk vertigo yang intensif atau vertigo yang singkat.
Patofisiologi
Setiap orang tinggal di ruangan dan mampu berorientasi terhadap sekitarnya
berkat adanya informasi-informasi yang datang dari indera. Didalam orientasi ruangan
ini indera yang penting perananya adalah sistem vestibular (statokinetik), sistem
penglihatan (visual/optik) dan rasa dalam (proprioseptik).
Ada yang menambah lagi satu indera yaitu, rasa raba (taktil). Indera-indera
tersebut di atas membentuk satu unit fungsional yang bertugas mengadakan orientasi
terhadap ruangan, atau satu unit yang berfungsi mengatur keseimbangan/ ekuilirium.
Untuk bekerja secara wajar, unit ini memerlukan normalitas fungsi fisiologi
indera-indera tersebut sehingga infomasi yang ditangkap dari sekitarnya adalah
proposional dan adekuat. Informasi ini dari sisi kanan dan kiri masing-masing indera
dipertukarkan dan diproses lebih lanjut di dalam oleh suatu unit pemroses sentral dan
selanjutnya proses yang berlangsung di dalam sistem saraf pusat akan bekerja secara
reflektorik.
Apabila segalanya berjalan dengan normal, hasil akhir yang didapat ialah
timbulnya adaptasi tonus otot-otot, yaitu :
Tetapi bila oleh sesuatu sebab terjadi hal-hal yang menyimpang, maka unit
pemroses sentral tidak lagi dapat memroses informasi-informasi secara wajar/ biasa,
melainkan menempuh jalan luar biasa. Hasil akhir yang didapat selain
ketidaksempurnaan adaptasi otot-otot tersebut di atas juga akan memberikan tanda/
peringatan kegawatan. Tanda ini dapat dalam bentuk yang disadari ataupun yang tidak
disadari oleh penderita.
Yang disadari :
Bersumber dari sistem saraf otonom ialah mual, muntah, berpeluh dll.
(berkeringat, pucat). Meskipun data itu diperoleh terutama dari percobaan/ kondisi di
laboratorium yaitu dengan alat pemusing, tetapi banyak data farmakologik dan
histologik mendukung dugaan tersebut.
Penyebab Vertigo
Vertigo hanya gejala yang dapat ditimbulkan oleh berbagai macam penyakit.
Penyebab vertigo dapat berasal dari beberapa disiplin sehingga diusahakan membagi
penyebabnya, yaitu menurut anatomi atau lokasi penyakitnya dan menurut gejalagejalanya yang menonjol atau klinisnya. Berdasarkan anatomi penyebab vertigo dapat
dibedakan atas 2 betuk vertigo.
Vertigo non-sistematis yaitu vertigo yang disebabkan oleh kelainan sistem saraf
pusat, bukan oleh kelainan sistem vestibular perifer.
1.
Mata :
Kelainan refraksi
glaukoma
2.
3.
Proprioseptik :
Pelagra
Anemia Pernisiosa
Alkoholisme
Tabes Dorsalis
Sistem saraf pusat :
a. Hipoksia serebri :
Hipertensi kronis
Arteriosklerosis
Anemia
Hipertensi kardiovaskular
Sinkope
Hipotensi ortostasik
4
Blok jantung
b.
Infeksi :
Meningitis
Ensefalitis
Abses
Lues
c.
Trauma
d.
Tumor
e.
Migren
f.
Epilepsi
g.
Kelainan endokrin :
Hipotiroidi
Hipoglikemi
Hipoparatiroidi
Keadaan menstruasi-hamil-menopause
h.
Kelainan psikoneurosis
Telinga :
a.
Bagian luar :
Serumen
Benda asing
b.
c.
Bagian tengah :
Labirintitis
Kolesteatoma
2.
Trauma
Serangan vaskular
Alergi
Mabuk gerakan
Vertigo postural
Nervus VIII :
a.
Infeksi :
Meningitis akuta
Meningitis TB
b.
Trauma
c.
Tumor
3.
Infeksi :
Meningitis
Encefalitis
Abses otak
b.
Trauma
c.
Perdarahan
d.
e.
Tumor
f.
Sklerosis multipleks
Berdasarkan gejalanya yang menonjol/ klinis, vertigo dapat dibagi atas beberapa
kelompok penyakit :
Morbus Meniere
Araknoiditis ponto-serebelaris
Sindrom Lermoyes
Sindrom Cogan
2.
Epilepsi
Ekuivalen migren
3.
Vertigo Kronis : yaitu Vertigo yang menetap lama, keluhannya konstan tidak
membentuk serangan-serangan akut.
Berdasarkan gejala penyertanya, disini juga dibedakan tiga kelompok :
1.
Meningitis TB
Labirintitis kronika
Lues serebri
2.
Kontusio serebri
Ensefalitis pontis
Sindrom pascakomosio
Arteriosklerosis serebri
Sindrom hiperventilasi
Pelagra
Siringobulbi
Hipoglikemi
Sklerosis multipleks
Kelainan okular
Intoksikasi obat-obatan
Kelainan psikis
Kelainan kardiovaskular
Kelainan endokrin
3.
Hipotensi ortostatik
Vertigo servikalis
Vertigo yang serangannya akut, berangsur-angsur mengurang, tetapi
Trauma labirin
Labirintitis akuta
Perdarahan labirin
2.
Neuronitis vestibularis
Neuritis vestibularis
Ensefalitis vestibularis
Vertigo epidemika
Sklerosis multipleks
Hermatobulbi
b.
c.
Adakah suatu posisi perubahan posisi tubuh dan atau kepala menyebabkan
timbulnya serangan atau meningkatkan keluhan ?
d.
Tinitus : subyektif atau obyektif, sebelah kanan atau sebelah kiri. Atau
ditengah-tengah.
3. Anamnesis umum :
Termasuk disini anamnesis untuk menilai bentuk kepribadian, keluhan-keluhan
lain (drop-attack, gangguan penglihatan, disartria, disfagia, gangguang pergerakan
atau sensibilitas), bilamana keluhan ini ada dan bersama-sama dengan penurunan
kesadaran ingat kelainan serebrovaskular. Keluhan mata yang timbul bersama
keluhan telinga, sindrom Cogan.
4. Anamnesis intoksikasi/ pemakaian obat-obatan :
Streptomisin/ dihidrostreptomisin
Antikonvulsan
10
Gentamisin/ garamisin
Anti hipertensi
Kanamisin
Penenang
Neomisin
Alkohol
Fenilbutason/ Salisilat
Kinin
Asam etakrinik
Tembakau
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan mata: mata bergerak atau dalam posisi netral.
1.
Mencari adanya strabismus, bila ada keluhan diplopia perlu diperiksa dengan
kaca maddox.
2.
mistagmus spontan.
Pada saat mata melirik ke kiri, kanan, atas dan bawah, bila ada
b.
c.
d.
11
e.
3.
kemungkinan
adanya
posisi
tertentu
yang
Tipe II
Tipe III
Dari tes ini dapat dibedakan apakah nistagmus posisional itu bersumber dari kelainan
sistem saraf pusat (Tipe I atau Tipe III). Ataukah perifer (Tipe II). Peminum alkohol
sering pada test posisi ini menunjukkan nistagmus, terutama pada posisi berbaring
miring kekanan dan kekiri.
4.
12
Vertigo/ nistagmus yang timbul dengan arah tertentu pada seseorang penderita
selama pemeriksaan ini, pada saat posisinya kembali sering timbul nistagmus
dengan arah yang berlawanan.
Sifat-sifat nistagmus paroksisimal akibat kealinan perifer :
a.
b.
c.
d.
Tes ini sangat penting oleh karena dapat menunjukkan latralisasi ke telinga yang
sakit, yaitu arah nistagmus selalu berlawanan dengan lokalisasi telinga yang sakit.
Nistagmus yang timbul akibat kelainan SSP memberi ciri :
a.
b.
c.
d.
5.
6.
7.
Pemeriksaan Keseimbangan
Berdiri tegak, berjalan di atas jari kaki, berjalan di atas tumit dan berjalan secara
tandem.
Duduk di kursi dan angkat kedua lengan serta kedua kaki dengan mata tertutup:
a.
b.
13
Penderita disuruh berdiri dengan mata tertutup, lengan ke depan, bila ada
gangguan labirin kiri akan terjadi suatu posisi sebagau berikut :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Tes Romberg, baik dengan mata terbuka maupun dengan mata tertutup. Pada kelainan
serebelum tidak ada perbedaan hasil pemeriksaan dengan mata terbuka atau tertutup.
Kelainan labirin dipengaruhi oleh mata.
Berdiri dengan satu kaki diangkat (mata terbuka kemudian tertutup): penderita tetap
tegak selama waktu tertentu, maka fungsi keseimbangan adalah normal.
Penderita dengan gangguan labirin:
Bila bersamaan dengan itu disuruh memutar kepala ke kiri dan ke kanan,
kecenderungan jatuh itu akan berubah-ubah tetapi selalu ke arah sesuai dengan
arah fase lambat nistagmusnya.
Tes berjalan :
Disuruh berjalan lurus ke depan dan ke belakang dengan mata tertutup dan terbuka.
Pada kelainan labirin bilateral terjadi sempoyongan ke semua arah.
Tes jari-jari dengan mata terbuka dan tertutup :
Tes menulis vertikal : penderita duduk di depan meja, tangan dan tubuhnya tidak
boleh menyentuh meja, tangan yang satu di atas lutut yang lain disuruh menulis A-BC-D disusun ke arah bawah mula-mula dengan mata terbuka kemudian tertutup.
Bila ada deviasi deretan huruf-huruf dari yang paling atas terhadap yang
paling bawah lebih besar dari 10o berarti ada kelainan labirin unilateral.
14
Bila tulisannya tidak karuan (atau bila kian lama huruf yang ditulis kian
besar : makrografi berarti ada kelainan serebelum).
Pemeriksaan Pendengaran
Minimal diperiksa dengan garputala untuk membedakan tuli konduksi ataukah
persepsi, test fistula.
Pemeriksaan neurologi rutin
Pemeriksaaan kardiovaskular rutin
Terutama tensi lengan kanan dan kiri, tensi berbaring dan beberapa saat
setelah berdiri. Auskultasi sepanjang arteria karotis.
Pengobatan
Pengobatan terhadap vertigo dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara
medikamentosa dan latihan fisik.
Cara medikamentosa
Pengobatan cara ini pada umumnya hanya merupakan pengobatan simtomatis.
Dalam hal ini ada beberapa obat yang memberi manfaat, antara lain dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Antikolinergik/ parasimpatolitik
Obat antikolinergik, yang aktif di sentral, dapat menekan aktivitas sistem
vestibuler dan dapat mengurangi gejala vertigo. Untuk maksud ini skopolamin
dapat diberikan. Skopolamin dapat pula dikombinasi dengan fenotiazine atau
efedrin dan mempunyai khasiat sinergistik. Dosis skopolamin ialah 0,3 mg
0,6 mg, 3 4 X sehari.
Lama terapi obat
Lamanya pengobatan bervariasi. Pada sebagian terbesar kasus terapi dapat
dihentikan setelah beberapa minggu. Penderita yang kurang berespon terhadap
satu obat anti vertigo mungkin akan berespon dengan obat lainnya. Kombinasi
obat dari berbagai golongan (misalnya prometazine 25 mg) dan efedrin (25
mg) dapat mempunyai efek sinergistik dalam menekan vertigo.
2. Antihistamin
Tidak semua obat antihistamin mempunyai sifat anti-vertigo. Menekan gejala
vertigo bukanlah merupakan sifat yang umum daripada obat antihistamin.
15
16
Lama aktivitas obat ini ialah 4-6 jam, diberikan dengan dosis 25 mg (1
kapsul) 50 mg, 4 x sehari per oral. Obat ini dapat juga diberikan
parenteral. Efek samping : mengantuk.
3. Penenang minor dan mayor
Obat penenang minor, seperti lorazepam atau diazepam dapat diberikan
kepada penderita vertigo untuk mengurangi kecemasan yang diderita yang
sering menyertai gejala vertigo. Dosis lorazepam dapat 0,5 mg 1 mg dan
diazepam 2 5 mg, 2 3 x sehari.
4. Simpatomimetik
Obat simpatomimetik dapat juga menekan vertigo. Efedrin merupakan salah
satu obat simpatomimetik yang dapat digunakan untuk menekan vertigo. Lama
aktivitasnya ialah 4 6 jam dan dosis yang diberikan dapat 10 25 mg, 4 x
sehari. Khasiat obat ini dapat sinergistik bila dikombinasi denga obat antivertigo lainnya. Sifat stimulasi dari pada efedrin dapat mengurangi efek sedasi
obat antivertigo lainnya. Efek samping yang sering dijumpai ialah insomnia,
jantung berdebar (palpitasi) dan menjadi gelisah-gugup.
5. Antagonis kalsium
Antagonis kalsium dapat juga berkhasiat dalam mengobati vertigo dan
puyeng. Obat antagonis kalsium cinnarizine (sturgerone) dan flunarizine
(sibelium) sering digunakan untuk maksud ini. Antagonis kalsium mungkin
merupakan obat supresan vestibular, karena sel rambut vestibular mengandung
terowongan kalsium. Namun, antagonis kalsium sering mempunyai khasiat
lain seperti antikolinergik dan antihistamin. Sampai dimana sifat yang lain ini
berperan dalam mengatasi vertigo belum diketahui.
Cinnarizine (Stugerone)
Obat ini mempunyai khasiat menekan fungsi vestibular. Philipszoon, 1962,
melakukan penelitian buta ganda mengenai khasiat obat ini pada stimulasi
vestibular. Ia mendapatkan bahwa cinnarizine dapat mengurangi respon
terhadap akselerasi angular dan linear.
Dosis cinnarizine biasanya ialah 15-30 mg, 3 x sehari atau 1 x 75 mg sehari.
Bila peru dosis ini dapat ditingkatkan. Efek samping yang dapat terjadi ialah
rasa mengantuk (sedasi), rasa capek, diare atau konstipasi, mulut rasa kering
dan rash kulit.
Fenotiazine
17
Kelompok obat ini banyak yang mempunyai sifat antiemetik (anti muntah).
Namun, tidak semua obat anti-emetik mempunyai khasiat anti-vertigo atau
anti
mabok
kendaraan.
Misalnya,
klorpromazine
(Largactil)
dan
Dosis obat tersebut dalam pemberian per oral dapat dlihat pada daftar 1.
Daftar 1. Dosis obat per oral
Nama kelompok
Nama generik
Dosis sekali
18
Interval pemberian
ulangan
Antikolinergik
Antihistamin
Skopolamin
Atropin
0,2 0,4 mg
3 6 jam
3 6 jam
Difenihidrami
50 100 mg
6 jam
6 jam
24 jam
10 mg
25 50 mg
12 jam
4 6 jam
15 60 mg
5 10 mg
6 - 8 jam
4 6 jam
25 50 mg
10 - 25 mg
4 6 jam
46
n
Simpatomimetik
Penenang
Minor
Mayor
Dimenhidrinat
Sinarizin
d-Amfetamin
Efedrin
Fenobarbital
Diazepam
Prometazin
Klorpromazin
Fisioterapi
Tujuan fisioterapi pada penderita vertigo adalah untuk mempercepat
timbuhnya mekanisme kompensasi/ adaptasi atau habituasi sistem vestibular yang
mengalami gangguan tersebut. Timbulnya mekanisme bisa berasal baik dari sistem
saraf pusat, dalam usaha memperoleh keseimbangan baru sehingga tanda kegawatan
(alarm reaction) yang merupakan sebab terjadinya vertigo akan dihilangkan.
Mekanisme kompensasi ini dapat dipacu tumbuhnya dengan jalan memberikan
rangsangan terhadap alat keseimbangan di telinga bagian dalam (vestibuli),
rangsangan terhadap visus dan juga proprioseptik.
Rangsangan dilakukan secara bertahap namun intensif setiap kali latihan
sehingga timbul gejala nausea, dan dilakukan secara berulang-ulang. Beberapa cara
latihan untuk penderita vertigo yang dapat dikemukakan antara lain :
kausal yang bertujuan menghilangkan penyebab vertigo. Pengobatan cara ini sangat
banyak macamnya mengingat etiologi yang sangat luas tersebut.
19
Neuro-otologi
Neuro-otologi (NO) adalah suatu disiplin baru dibidang kedokteran yang
bersangkutan dengan pengelolaan gangguan alat keseimbangan tubuh. Sebenarnya
disiplin ini mulai berkembang sejak abad 18, tetapi sampai dengan tahun 1960
disiplin ini dianggap hanya mengurusi penderita dengan keluhan vertigo. Setelah
tahun tersebut baru dikenal bahwa NO bersangkutan dengan masalah alat
keseimbangan tubuh yang di bidang klinis bersangkutan dengan :
Dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA
20
21