Professional Documents
Culture Documents
Ilustrasi--Reuters/NASA
Metrotvnews.com :
Menurut perkiraan Space Weather Prediction Center, esok Bumi kita akan kehadiran sebuah
fenomena alam semesta yakni badai matahari. Untuk menghadapinya, ada baiknya kini Anda
sudah
mempersiap
alat
penerangan
manual
seperti
senter.
Ketimbang mempersiapkan payung atau alat pelindung lain, para pakar malah menyarankan
untuk mempersiapkan senter. Kenapa? Karena, badai yang dimaksud bukan berupa angin
kencang,
melainkan
kekuatan
radiasi
yang
berasal
dari
Matahari.
Menurut para pakar di Space Weather Prediction Center seperti dikutip dari CNN, efek yang
ditimbulkan dari badai tersebut bakal berupa radiasi. Efek radiasi itu tidak membahayakan
manusia, tapi mungkin menganggu beragam sumber daya energi sehingga mampu
mengacaukan GPS dan komunikasi radio dan satelit. Saat terakhir kali menuju Bumi pada
1989, badai matahari sempat memutuskan aliran listrik di seluruh Provinsi Quebec, Kanada,
Badai matahari yang diperkirakan bakal menuju Bumi esok ternyata bukan yang pertama
kalinya terjadi.
Pada 13 Maret 1989, badai matahari sempat memutuskan aliran listrik di seluruh Provinsi
Quebec, Kanada, selama 12 jam. Jaringan listrik di Amerika Serikat pun terpengaruh, tetapi
tidak sampai terjadi pemadaman.
Sementara itu, di luar angkasa, NASA mengatakan beberapa satelit jatuh di luar kendali
selama berjam-jam. Peristiwa itu dikenal sebagai 'Blackout Quebec'. Bahkan pesawat ulang
alik Discovery yang berada di orbit sempat menerima sensor misterius setelah badai usai.
Namun, di sisi lain, badai matahari juga menciptakan aurora yang indah. Saat itu, para
pengamat dan pecinta aurora di utara Amerika Serikat bisa menyaksikan keindahan fenomena
alam tersebut.
Masyarakat di bagian selatan, timur laut Kanada, dan Alaska juga sempat menikmati
keindahan aurora tersebut. Namun, untuk badai yang akan datang ini, para pakar
menyarankan ada baiknya masyarakat tidak mencoba melihat langsung fenomena itu dengan
mata telanjang.
Menurut para pakar Space Weather Prediction Center, badai yang dihasilkan dari dua proses
di Matahari itu akan tiba pada Sabtu, 13 September 2014, berupa geomagnetik yang terbilang
kuat. Adapun operator satelit diminta dapat menonaktifkan sensor sensitif pada satelit untuk
mengurangi risiko untuk smartphone dan koneksi wi-fi.(CNN)
Ilustrasi--Reuters/NASA
Saat partikel-partikel bermuatan dengan energi tinggi mencapai Bumi, ia akan diarahkan oleh
medan magnetik Bumi, untuk bergerak sesuai dengan garis-garis medan magnetik Bumi,
menuju ke arah kutub utara dan kutub selatan magnetik Bumi. Saat partikel-partikel energetik
tersebut berbenturan dengan partikel udara dalam atmosfer Bumi, ia akan menyebabkan
partikel udara (terutama nitrogen) terionisasi. Bagi kita yang berada di permukaan Bumi,
yang kita amati adalah bentuk seperti tirai-tirai cahaya warna-warni di langit, yang dikenal
dengan nama aurora. Aurora ini bisa diamati dari posisi lintang tinggi di sekitar kutub
magnetik Bumi (utara dan selatan).
Saat terjadi badai matahari, partikel-partikel energetik tadi tidak hanya menghasilkan aurora
yang indah yang bisa di amati di lintang tinggi. Tapi bisa memberikan dampak yang relatif
lebih besar dan lebih berbahaya. Dampak yang dimaksud antara lain: gangguan pada jaringan
listrik karena transformator dalam jaringan listrik akan mengalami kelebihan muatan,
gangguan telekomunikasi (merusak satelit, menyebabkan black-out frekuensi HF radio, dll),
navigasi, dan menyebabkan korosi pada jaringan pipa bawah tanah.
Hari Ini, Badai Matahari Ancam Bumi
Sabtu, 6 September 2014 - 06:03 wib | Ahmad Luthfi - Okezone
TOPIK PILIHAN
1.
2.
3.
Hari Ini, Badai Matahari Ancam Bumi (Foto: NASA)CALIFORNIA - Badai matahari
mengirimkan partikel surya atau coronal mass ejection (CME) yang akan mendarat ke Bumi
pada 6 September 2014 (hari ini). NASA merekam gambar fenomena letupan masif yang
terjadi pada matahari.
Dilansir Techtimes, Jumat (5/9/2014), pesawat luar angkasa Solar Dynamics Observatory
milik badan antarika Amerika Serikat, NASA menangkap jejak ledakan matahari masif pada
Selasa atau 2 September 2014.
Dalam sebuah rekaman video, terlihat matahari melepaskan plasma. Puing-puing dari plasma
atau CME tersebut bisa mengarah ke Bumi.
"Kemarin, 2 September, filamen besar dari plasma gelap yang telah bergerak di seluruh muka
matahari selama berhari-hari, menjadi tidak stabil dan meledak. Sebuah CME muncul dari
lokasi ledakan tampaknya memiliki komponen yang mengarah ke Bumi," jelas
Spaceweather.com.
Observasi tambahan diperlukan untuk memastikan apakah benar badai matahari tersebut
melepaskan partikelnya menuju Bumi. Website Space.com menerangkan, CME ini bisa
membuat badai geomagnetik saat terbentur dengan Bumi.
Gangguan ini bisa mempengaruhi sistem kelistrikan, menyebabkan pemadaman radio dan
menghasilkan aurora yang menakjubkan. Jika CME ini bergerak menuju Bumi, para ilmuwan
memperkirakan bahwa partikel surya tersebut bisa menghantam medan magnet Bumi pada 6
September 2014.
BADAI MATAHARI: Sabtu (13/9) Serang Bumi, Ganggu Radio & Satelit
Newswire - 12 September 2014, 17:54 WIB
TERKAIT
GOOGLE IMAGE
Bisnis.com, WASHINGTON--NASA mengungkap temuan baru terkait badai matahari yang
sedang bergejolak dan diprediksi sedang menuju ke bumi.
Fenomena ini tak akan membahayakan manusia, tapi akan terjadi gangguan pada jaringan
listrik, radio, dan satelit. Dalam fenomena badai di permukaan Matahari itu, Matahari siap
melepaskan sebuah suar (solar flare) kelas-X, atau jenis terkuat pada 10 September 2014
pukul 1.45 EDT atau 00.45 WIB, Senin, 11 September 2014.
Para ahli mengatakan kombinasi energi dari dua gejolak matahari baru-baru ini akan tiba di
Bumi pada hari Sabtu (13/9/2014). Demikian prediksi Pusat Prakiraan Cuaca Luar Angkasa
mengenai pengamatan badai geomagnetik yang kuat.
Pada dasarnya, matahari adalah bola gas raksasa yang terdiri dari 92,1% hidrogen dan 7,8%
helium. Sesekali, matahari melontarkan letusan besar radiasi yang disebut semburan massa
koronal. Letusan ini terkadang berhubungan dengan lidah api matahari, kejadian paling
eksplosif dalam tata surya.
Matahari telah melepaskan dua letusan dalam dua hari terakhir, dan keduanya berkaitan
dengan badai matahari. NASA mengatakan badai kedua adalah kelas X1.6 yaitu termasuk
dalam kategori paling kuat.
Suar dilecutkan dari bagian Matahari yang menghadap Bumi, yang dikenal sebagai Active
Region 2158, yang sebelumnya juga menembakkan suar berkategori intensif. Kedua
peristiwa cuaca angkasa itu ditangkap oleh satelit pengawas Surya, Solar Dynamics
Observatory milik Badan Luar Angkasa Amerika Serikat (NASA).
Suar surya yang ditembakkan belakangan memenuhi syarat sebagai badai X1,6. Untungnya,
tak sampai membahayakan siapa pun yang ada di Bumi, juga para astronaut yang tinggal di
Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), demikian ujar pejabat NASA.
Meski demikian, hidup sejumlah orang bisa jadi bisa terpengaruh oleh badai matahari.
Dampak terhadap komunikasi radio berfrekuensi tinggi di sisi siang Bumi diperkirakan
bertahan hingga lebih dari 1 jam, ujar peneliti Space Weather Prediction Center (SWPC)
Badan Cuaca AS dalam pernyataannya.
Efek lebih lanjut bisa dirasakan kemudian pada pekan ini, jika bintik matahari (sunspot) juga
menembakkan awan plasma superpanas yang dikenal sebagai coronal mass ejection (CME).
CME sering kali disertai jilatan api kuat yang bisa memicu badai geomagnetik saat
menghantam Bumi, biasanya dua sampai tiga hari setelah ledakan.
Atmosfer bumi biasanya melindungi manusia, tetapi mungkin juga diperlukan untuk
membawa senter kemana-mana. Badai matahari bisa merusak sumber listrik dan mengganggu
GPS serta komunikasi radio, termasuk di antaranya penerbangan dan merusak satelit.
Orang-orang di permukaan bumi sungguh tak perlu khawatir, ujar Lika Guhathakurta,
seorang ilmuwan NASA di Solar Dynamics Observatory.
Badai geomagnetik bisa menimbulkan gangguan sementara pada sinyal GPS, komunikasi
radio, dan pembangkit listrik. Juga memicu penampakan intensif aurora.
Menurut peneliti, erupsi yang terjadi Rabu kemarin berpotensi memproduksi CME.
Informasi awal menunjukkan CME kemungkinan besar terkait dengan peristiwa ini. Namun,
analisis lebih lanjut masih dilakukan.
Para ilmuwan mengklasifikasikan kekuatan jilatan api matahari atau solar flare menjadi 3
tingkat. C yang terendah, M menengah, dan X yang paling kuat. Suar surya Rabu kemarin
berkekuatan X1,6, namun yang terkuat terjadi Februari lalu. Saat bintang kita menembakkan
suar raksasa X4,9.
Saat ini, Matahari berada di puncak fase aktif siklus cuaca matahari yang berlangsung 11
tahun sekali, yang dikenal sebagai Solar Cycle 24. Namun, Sang Surya relatif kalem selama
Solar Cycle 24, yang fase maksimalnya diyakini paling lemah dalam 100 tahun.
Sementara, Solar Dynamics Observatory milik NASA adalah salah satu dari beberapa
pesawat ruang angkasa, yang secara rutin memantau Matahari untuk melacak aktivitas cuaca
luar angkasa dan potensi risiko terhadap astronaut dan satelit, terutama badai matahari.